Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan
mampu untuk lebih memahami tentang pemberdayaan suku sasak yang kami
sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Bimo Rahardjo, S.Pd yang bersedia menjadi guru pembimbing kami
di pelajaran Sosiologi.
2. Orang Tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara materi, maupun moral.
3. Serta teman-teman kami yang telah memberi saran dan semangat yang
positif kepada kami.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.

Akhir kata, semoga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, November 2016

Tim Penulis

1|Pemberdayaan Suku Sasak


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Suku Sasak.........................................................................................6
B. Bahasa Orang Sasak.......................................................................................7
C. Struktur dan Sistem Masyarakat Sasak........................................................8
D. Kepercayaan Masyarakat Sasak.....................................................................9
E. Tata Ruang dan Arsitektur Suku Sasak. ......................................................12
F. Tradisi dan Seni Suku Sasak..........................................................................15
G. Pemberdayaan Suku Sasak...........................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

2|Pemberdayaan Suku Sasak


Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan
Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Lombok yang terkenal sebagai
tempat wisata yang indah ini, dihuni oleh satu suku yang unik kebudayaannya
untuk diketahui lebih dalam lagi. Data-data pada tulisan ini bersumber dari
beberapa literature, baik buku maupun situs-situs resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
Dengan letak geografis antara 116o 117o BT dan 8o 9o LS, pulau ini
berbentuk menyerupai bentuk bulat dan juga berbentuk semacam ekor di
sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini juga
mencapai 5.434 km2.
Menurut data dari Kabupaten Lombok Timur, pada tahun 2007 jumlah
penduduk 1.067.673 jiwa yang terdiri atas 486.645 jiwa (45,63%) laki-laki dan
perempuan 581.028 jiwa.
Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya
adalah suku lainnya, seperti suku mbojo (bima), dompu, samawa (sambawa),
jawa dan hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi
yang berada di antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat
dengan suku bangsa Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam.
Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok
dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan
Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya
Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya
sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari daerah
bagian barat Lomboq (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah
pelabuhan di ujung timur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok.
3|Pemberdayaan Suku Sasak
Mereka banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak
keturunan yang menjadi raja sebuah kerajaan yang didirikan yang bernama
Kerajaan Lombok yang berpusat di Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak,
sebagai tanda kisah perjalanan dari Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka
menamai keturunannya menjadi suku Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi
Sasak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Suku Sasak dapat terbentuk?
2. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sasak?
3. Seperti apa sistem dan struktur masyarakat Sasak?
4. Apa kepercayaan masyarakat Sasak?
5. Bagaimana tata ruang dan arsitektur Suku Sasak?
6. Seperti apa tradisi dan seni yang dianut masyarakat Sasak?
7. Bagaimana upaya pemberdayaan Suku Sasak?

C. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan tentang salah satu suku di Indonesia
2. Untuk mengenal lebih jauh tentang Suku Sasak
3. Untuk mengetahui sejarah terdahulu dari Suku Sasak
4. Untuk mengetahui upaya pemberdayaan Suku Sasak di era modern ini

4|Pemberdayaan Suku Sasak


Bab II

PEMBAHASAN
Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, Mereka telah
menghuni wilayahnya sejak 4.000 Sebelum Masehi. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan
para pendatang dari Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah
orang Jawa.

Pulau Lombok merupakan kampung halaman Suku Sasak, terletak di sebelah


timur Pulau Bali, dipisahkan oleh Selat Lombok. Di sebelah barat Pulau ini
berbatasan dengan Selat Atas yang memisahkan pulau ini dengan Pulau Sumbawa.
Luas wilayah pulau yang termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat ini
kurang lebih 5435 km2.

Pulau Lombok secara administratif terdiri dari lima Kabupaten dan Kota
yakni Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Mataram. Kurang lebih ada sekitar 3
juta jiwa yang mendiami pulau lombok, 80% di antaranya adalah Suku Sasak.

Menurut Goris S., Sasak secara etimologi, berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Dengan begitu Goris
menyimpulkan bahwa sasak memiliki arti pergi ke tanah leluhur. Dari pengertian
inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa.

Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak
disebut sebagai Jejawan, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa, pada
perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah
melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.

Pendapat lain menyoal etimologi Sasak beranggapan bahwa kata itu berasal
dari kata sak-sak yang dalam bahasa sasak berarti sampan. Pengertian ini
dihubungkan dengan kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan

5|Pemberdayaan Suku Sasak


menggunakan sampan dari arah barat. Sumber lain yang sering dihubungkan
dengan etimologi Sasak adalah kitab Nagarakertagama yang memuat catatan
kekuasaan Majapahit abad ke-14, ditulis oleh Mpu Prapanca.

Dalam kitab Nagarakertagama terdapat ungkapan lombok sasak mirah adi


yang kurang lebih dapat diartikan sebagai kejujuran adalah permata yang utama.
Pemaknaan ini merujuk kepada kata sasak (sa-sak) yang diartikan sebagai satu atau
utama; Lombok (Lomboq) dari bahasa kawi yang dapat diartikan sebagai jujur atau
lurus; mirah diartikan sebagai permata dan adi bermakna baik.

A. Sejarah Suku Sasak


Sejarah Lombok sepertinya tidak dapat dipisahkan dari silih bergantinya
kekuasaan dan peperangan pada masa itu. Baik itu peperangan antar kerajaan di
Lombok sendiri, maupun peperangan yang ditimbulkan oleh perluasan kekuasaan
dari wilayah lain.

Konon, pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan di Medang (Mataram


Kuno), telah banyak pendatang dari Pulau Jawa ke Pulau Lombok. Banyak diantara
mereka kemudian melakukan pernikahan dengan warga setempat sehingga
keturunan-keturunan selanjutnya dikenal sebagai suku sasak.

Selanjutnya, dalam catatan sejarah abad ke-14-15 Masehi, Pulau Lombok ini
kemudian berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit. Bahkan
kabarnya Maha Patih Gajah Mada sendiri yang waktu itu datang ke Pulau Lombok
untuk menundukan beberapa kerajaan yang ada di Pulau itu.

Melemahnya pengaruh Majapahit membuka jalan bagi perkembangan Islam


ke daerah Lombok. Islam mungkin sudah sampai di Pulau lombok jauh sebelumnya,
tapi penyebaran yang signifikan muncul karena bantuan para wali beserta
kekuasaan Islam di tanah Jawa dan wilayah Makassar.

Selama kurun waktu abad ke-16-17 Islam bahkan telah berhasil menguasai
Kerajaan Selaparang, salah satu kerajaan yang cukup kuat di Pulau Lombok. Islam

6|Pemberdayaan Suku Sasak


kemudian menyebar di Lombok, meski masih tetap tercampur dengan kebudayaan
lokal.

Kerajaan Bali yang selalu berusaha menjadikan wilayah Lombok menjadi


kekuasaannya, berhasil menduduki Lombok Barat sekitar akhir abad ke-I7 Masehi,
kemudian melebarkan kekuasaannya terhadap hampir seluruh wilayah Lombok
setelah berhasil menaklukan Selaprang dan memukul mundur pengaruh Makassar.

Belanda yang saat itu telah menguasai Sumbawa dibukakan jalan oleh
bangsawan Sasak untuk berkuasa di Lombok. Konon Kabarnya para bangsawan
sasak meminta campur tangan dari militer Belanda agar memerangi dinasti Bali di
Lombok.

Ketika akhirnya Belanda berhasil mengambil penguasaan Lombok dari


Kerajaan Bali, alih-alih mengembalikan Lombok kepada para bangsawan Sasak,
mereka justru menjadi penjajah baru di wilayah itu. Menurut Kraan (1976)
menyebutkan bahwa Belanda telah berhasil mengambil wilayah yang sebelumnya
berada di bawah Kerajaan Bali, dan memberlakukan pajak yang sangat tinggi pada
penduduknya.

Antara Jawa-Bali-Lombok memang mempunyai beberapa kesamaan budaya,


selain karena faktor perluasan kekuasaan kerajaan-kerajaan yang silih berganti,
kedekatan wilayah yang memungkinkan penduduknya dengan mudah berpindah
dan terjadi akulturasi budayanya.

B. Bahasa Orang Sasak


Bahasa Sasak, terutama yang berkenaan dengan sistem aksaranya, memiliki
kedekatan dengan sistem aksara Jawa-Bali, sama-sama menggunakan aksara Ha-
Na-Ca-Ra-Ka. Kendati demikian, secara pelafalan, bahasa Sasak ternyata lebih
memiliki kedekatan dengan bahasa Bali.

Menurut penelitian para etnolog yang mengumpulkan hampir semua bahasa


di dunia, menggolongkan bahasa Sasak kedalam rumbun bahasa Austronesia

7|Pemberdayaan Suku Sasak


Melayu-Polinesian, Juga ada kesamaan ciri dengan rumpun bahasa Sunda-
Sulawesi, dan Bali-Sasak.

Bahasa Sasak yang digunakan di Lombok secara dialek dan lingkup


kosakatanya dapat digolongkan kedalam beberapa bahasa sesuai dengan wilayah
penuturnya; Mriak-Mriku (Lombok Selatan), Meno-Mene dan Ngeno-Ngene
(Lombok Tengah), Ngeto-Ngete (Lombok Tenggara), dan Kuto-Kute (Lombok
Utara).

C. Struktur dan Sistem Masyarakat Sasak


Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua
tingkatan sosial utama, yaitu golongan bangsawan yang disebut perwangsa dan
bangsa Ama atau jajar karang sebagai golongan masyarakat kebanyakan.

Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan
tingi (perwangsa) sebagai penguasa dan bangsawan rendahan (triwangsa).
Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu
mereka juga disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan.

Seorang Raden jika menjadi penguasa maka berhak memakai gelar datu.
Perubahan gelar dan pengangkatan seorang bangsawan penguasa itu umumnya
dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan.

Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk


para lelakinya dan baiq untuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar
karang atau masyarakat biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat umum
ini adalah loq dan untuk perempuan adalah le.

Golongan bangsawan baik perwangsa dan triwangsa disebut sebagai


permenak. Para permenak ini biasanya menguasai sejumlah sumber daya dan juga
tanah. Ketika Kerajaan Bali dinasti Karangasem berkuasa di Pulau Lombok, mereka

8|Pemberdayaan Suku Sasak


yang disebut permenak kehilangan haknya dan hanya menduduki jabatan
pembekel (pejabat pembantu kerajaan).

Masyarakat Sasak sangat menghormati golongan permenak baik


berdasarkan ikatan tradisi dan atau berdasarkan ikatan kerajaan. Di sejumlah desa,
seperti wilayah Praya dan Sakra, terdapat hak tanah perdikan (wilayah pemberian
kerajaan yang bebas dari kewajiban pajak).

Setiap penduduk mempunyai kewajiban apati getih, yaitu kewajiban untuk


membela wilayahnya dan ikut serta dalam peperangan. Kepada mereka yang
berjasa, Kerajaan akan memberikan beberapa imbalan, salah satunya adalah
dijadikan wilayah perdikan.

Landasan sistem sosial masyarakat dalam kehidupan suku Sasak umumnya


mengikuti garis keturunan dari pihak laki-laki (patrilineal). Akan tetapi, dalam
beberapa kasus hubungan masyarakatnnya terkesan bilateral atau parental (garis
keturunan diperhitungkan dari kedua belah pihak; ayah dan ibu).

Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini
mengatur hak dan kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini
meliputi Kakek, Ayah, Paman (saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki saudara
lelaki ayah), dan anak-anak mereka.

Wiring Kadang juga mengatur tanggung jawab mereka terhadap masalah-


masalah keluarga; pernikahan, masalah warisan dan hak-kewajiban mereka. Harta
warisan disebut pustaka dapat berbentuk tanah, rumah, dan juga benda-benda
lainnya yang merupakan peninggalan leluhur. Orang-orang Bali memiliki pola
kekerabatan yang hampir sama disebut purusa dengan harta waris yang disebut
pusaka.

D. Kepercayaan Masyarakat Sasak


9|Pemberdayaan Suku Sasak
Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa menyebutnya
Sasak Boda. Walapun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, Boda tidak memiliki
kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme.

Orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda tidak mengenal dan


mengakui Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama. Agama Boda
orang Sasak ini justru ditandai dengan penyembahan roh-roh leluhur mereka
sendiri dan juga percaya terhadap berbagai.

Kerajaan Majapahit masuk ke Lombok dan membawa serta budayanya.


Hindu-Buddha Majapahit pun kemudian dikenal oleh Suku Sasak. Di akhir abad ke
16 hingga abad ke 17 awal perkembangan agama Islam menyentuh pulau Lombok.
Salah satunya karena peran Sunan Giri. Setelah perkembangan Islam, kepercayaan
Suku Sasak sebagian berubah dari Hindu menjadi penganut Islam.

Berdasarkan sistem kepercayaan Suku Sasak pada masa-masa selanjutnya,


kemudian dapat diklasifikasikan tiga kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan Islam
(Wetu Lima).

Penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di wilayah


pegunungan utara dan di lembah-lembah pegunungan Lombok bagian selatan.
Kelompok Boda ini konon adalah orang-orang Sasak yang dari segi kesukuan,
budaya, dan bahasa menganut kepercayaan asli. Mereka menyingkir ke daerah
pegunungan melepaskan diri dari islamisasi di Lombok.

Sedangkan Agama Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali
dan Kejawen. Di antara unsur-unsur umum, peran leluhur begitu menonjol. Hal itu
didasarkan pada pandangan yang berakar pada kepercayaan tentang kehidupan
senantiasa mengalir.

10 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Masjid Suku Sasak

Pada perkembangannya Wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Konon,
sekarang hampir semua desa suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu
dan meninggalkan Wetu telu sepenuhnya. Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu
kini berkembang terbatas di beberapa bagian utara dan selatan Pulau Lombok.
Meliputi Bayan, dataran tinggi Sembalun, Suranadi di Lombok Timur, Pujut di
Lombok Tengah, dan Tanjung di Lombok Barat.

Istilah Islam-Wetu Telu diberikan karena penganut kepercayaan ini


beribadah tiga kali di bulan puasa, yaitu waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Di
luar bulan puasa, mereka hanya satu hari dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu
pada hari Kamis dan atau Jumat, meliputi waktu Asar. Untuk urusan ibadah lainnya
biasanya dilakukan oleh pemimpin agama mereka; para kiai dan penghulu.

Para penganut Islam-Wetu telu membangun Masjid (tempat ibadah) mereka


dengan gaya arsitektur khas Suku Sasak; dari kayu dan bambu, dengan bagian
atapnya terbuat dari jenis alang-alang atau sirap dari bambu.

Dengan denah berbentuk persegi empat dan bagian atap seperti piramid
bertumpang yang disangga dengan tiang-tiang, beberapa ahli menilai arsitektur
masjid ini mirip dengan Arsitektur masjid lama di Ternate dan Tidore.

11 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
E. Tata Ruang dan Arsitektur Suku Sasak
Rumah-rumah suku Sasak berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya. Di
dataran, perkampungan suku Sasak cenderung luas dan melintang. Desa-desa Suku
Sasak di wilayah pegunungan tertata rapi mengikuti perencanaan yang pasti.

Di Lombok bagian utara, biasanya perkampungan Suku Sasak terdapat dua


baris rumah tipe bale, dengan sederet lumbung padinya di satu sisi yang lain.
Bangunan lain yang menjadi ciri khas perkampungan orang Sasak adalah rumah
besar (bale bele).

Di antara deretan rumah-rumah itu dibangun balai yang bersisi terbuka


(beruga) sebagai tempat pertemuan. Balai terbuka menyediakan panggung untuk
kegiatan sehari-hari dalam fungsi hubungan sosial masyarakat. Balai ini juga
digunakan untuk urusan keagamaan misalnya upacara penghormatan jenazah
sebelum dikuburkan. Sementara makam leluhur yang terdiri dari rumah-rumah
kayu dan bambu kecil dibangun di wilayah bagian atas dari perkampungan.

Lumbung Padi Suku Sasak

12 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Sedikitnya ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-
beda. Semua lumbung, kecuali jenis lumbung padi yang berukuran kecil, memiliki
panggung di bawah.

Di desa-desa Lombok bagian selatan, panggung yang berada di bagian


bawah lumbung padi berperan sebagai balai. Di Lombok bagian utara, tidak semua
desa memiliki lumbung padi.

Lumbung padi menjadi ciri khas yang sangat menarik dalam arsitektur suku
Sasak. Bangunan Lumbung itu didirikan pada tiang-tiang dengan cara dan ciri khas
yang mirip bangunan-bangunan Austronesia.

Bangunan ini memiliki atap berbentuk topi yang ditutup ilalang. Empat
tiang besar menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka
utama dibangun. Bagian atas penopang kayu kemudian menguatkan rangka-
rangka bambunya yang semua bagiannya ditutupi ilalang.

Satu-satunya yang dibiarkan terbuka adalah sebuah lubang persegi kecil


yang terletak tinggi di bagian ujung berfungsi untuk menaruh padi hasil panen.
Untuk mencegah hewan pengerat masuk. Piringan kayu besar yang mereka sebut
jelepreng, disusun di bagian atas puncak tiang dasarnya.

Rumah tradisional Suku Sasak berdenah persegi, tidak berjendela dan hanya
memiliki satu pintu dengan pintu ganda yang telah diukir halus. Di bagian dalam,
tidak terdapat tiang-tiang penyangga atap.

Bubungan atapnya curam, terbuat dari jerami yang memiliki ketebalan


kurang lebih 15 centimeter. Atap itu sengaja dibiarkan menganjur ke bagian
dinding dasar yang hampir menutupi bagian dinding.

Dinding terdiri dari dua bagian, bagian tengah yang menyatu dengan atap
dibuat dari bambu, bagian bawah dibuat dari campuran lumpur, dan jerami yang
permukaannya telah dipelitur halus.

13 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Rumah Adat Suku Sasak

Rumah digunakan terutama untuk tempat tidur dan memasak. Masyarakat


Sasak jarang menghabiskan waktu di dalam rumah sepanjang hari. Di sisi sebelah
kiri dibagi untuk tempat tidur anggota keluarga, juga terdapat rak di langit-
langitnya untuk menyimpan pusaka dan benda berharga. Anak laki-laki tidur di
panggung bawah bagian luar; anak perempuan tidur di atas bagian dalam
panggung.

Untuk kegiatan memasak, bagian dalam rumah berisi tungku yang berada di
sisi sebelah kanan yang dilengkapi rak-rak untuk menyimpan dan mengeringkan
jagung. Kayu bakar disimpan di belakang rumah, kadang juga disimpan di bawah
panggung.

14 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
F. Tradisi dan Seni
Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai
budaya yang banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Pun sejarah
mencatatnya demikian, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak memiliki corak dan
ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya suku-
suku lainnya di Nusantara.

Kini, Sasak bahkan dikenal bukan hanya sebagai kelompok masyarakat tapi
juga merupakan entitas budaya yang melambangkan kekayaan tradisi Bangsa
Indonesia di mata dunia.

Berikut beberapa seni dan tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak:

1. Bau Nyale. Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing
(anelida) yang berkembang biak dengan bertelur. Dalam alam kepercaan
Suku Sasak, Nyale bukan sekedar binatang, beberapa legenda dari Suku ini
yang menceritakan tentang putri yang menjelma menjadi Nyale.
Lainnya menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan
keberadaannya dihubungkan dengan kesuburan dan keselamatan.
Ritual Bau Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya
pada tanggal 19 atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan
tahun suku Sasak, kurang lebih berkisar antara bulan Februari atau Maret.
2. Rebo Bontong. Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan
hari puncak terjadi bencana dan atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka
sesuatu yang tabu jika memulai pekerjaan tepat pada hari Rebo Bontong.
Kata Rebo dan juga Bontong kurang lebih artinya putus atau pemutus.
Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau
penyakit. Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu
terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah.
3. Bebubus Batu. Dari kata bubus, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar
beras yang dicampur berbagai jenis tanaman, dan dari kata batu yang
merujuk kepada batu tempat melaksanakan upacara.

15 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada
sang Kuasa. Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu
(pemangku adat) dan Kiai (ahli agama). Masyarakat ramai-ramai
mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari hasil bumi.
4. Sabuk Beleq Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq)
bahkan panjangnya mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya
mereka yang berada di wilayah Lenek Daya akan menggelar upacara pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah.
Tradisi pengeluaran Sabuk Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk
Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan tetabuhan gendang beleq. Ritual
upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud hingga
diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk.
Upacara ini dilakukan untuk mempererat ikatan persaudaraan, persatuan
dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta kasih di antara makhluk
Tuhan.
5. Lomba Memaos. Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang
membaca di sebut pepaos. Lomba memaos adalah lomba untuk membaca
lontar yang menceritakan hikayat dari leluhur mereka.
Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi selanjutnya dapat
mengetahui kebudayaan dan sejarah masa lalu. Selain itu, Lomba ini juga
dapat berfungsi sebagai regenerasi nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada
generasi penerus. Satu kelompok pepaos biasanya terdiri dari 3-4 orang;
pembaca, pejangga, dan pendukung vokal.
6. Tandang Mendet. Tandang Mendet adalah tarian perang Suku Sasak. Konon
Tarian ini telah ada sejak zaman Kerajaan Selaparang. Tarian yang
menggambarkan keperkasaan dan perjuangan ini dimainkan oleh belasan
orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lenggap;
kelewang (pedang), tameng, tombak. Tarian diiringi dengan hentakan
gendang beleq serta pembacaan syair-syair perjuangan.
7. Peresean. Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah
seni bela diri yang dulu digunakan oleh lingkungan kerajaan. Peresean
awalnya adalah latihan pedang dan perisai bagi seorang prajurit. Pada

16 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan rakyat untuk menguji
ketangkasan dan keberanian.

Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan
untuk menangkis serangan, pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah
perisai (ende) yan terbuat dari kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap
pepadu memakai ikat kepala dan mengenakan kain panjang.
Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok
Timur yang akan diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.
8. Begasingan. Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga,
bahkan termasuk permainan tradisional yang tergolong tua di masyarakat
Sasak. Permainan tradisional ini juga dikenal di beberapa wilayah lain di
Indonesia.
Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk maupun aturan
permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk
menghantam gasing pengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.
Begasingan berasal dari kata gang yang artinya lokasi, dan dari kata sing
artinya suara. Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat,
bisa siapa saja, bisa di mana saja.
9. Slober. Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja.
Slober dibuat dari pelepah enau dan ketika dimainkan alat musik ini biasanya

17 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
didukung dengan alat musik lainnya seperti gendang, gambus, seruling, dll.
Kesenian yang masih dapat anda saksikan hingga saat ini, sangat asyik jika
dimainkan ketika malam bulan purnama.
10. Gendang Beleq. Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleq
merupakan pertunjukan dengan alat perkusi gendang berukuran besar
(Beleq) sebagai ensembel utamanya. Komposisi musiknya dapat dimainkan
dengan posisi duduk, berdiri, dan berjalan untuk mengarak iring-iringan.
Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika
yaitu gendang laki-laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang
perempuan).
Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil.
Sedangkan sebagai alat ritmis adalah dua buah reog, 6-8 buah perembak
kodeq, sebuah petuk, sebuah gong besar, sebuah gong penyentak , sebuah
gong oncer, dan dua buah lelontek.
Menurut cerita, gendang beleq dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang
diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Bila terjadi perang gendang ini
berfungsi sebagai penyemangat prajurit yang ikut berperang.

G. Pemberdayaan Suku Sasak


Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Dari
Bandara Udara Internasional Lombok, Desa Sade tidak begitu jauh sekitar kurang
setengah jam perjalanan dengan Mobil. Di desa Sade, masih terdapat bentuk
rumah Sasak asli yang beratap rumput/alang-alang yang sudah di keringkan
dengan tradisi masyarakat setempat yang masih asli.
Walaupun desa ini persis berada di pinggir jalan raya beraspal (mulus lagi),
masyarakat masih tetap mempertahankan keaslian Desa. Bisa dibilang, Sade adalah
cerminan suku asli Sasak Lombok. Ya, walaupun listrik dan program Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah sudah masuk ke
sana, Desa Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan asli pribumi Lombok.

18 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Desa ini ada delapan jenis rumah bale yaitu Bale Tani, Jajar, Sekenam,
Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan
fungsinya. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya
tiga kali sholat dalam sehari). Tapi sekarang sudah di jalankan secara 5 waktu.
Uniknya desa ini, mereka punya kebiasaan khas yaitu mengepel lantai
menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen,
orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah. Sekarang sebagian
dari masyarakat di sana sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian diolesi
kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat
dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali
sedikit air.

Pemberdayaan Kain Tenun di Suku Sasak Lombok


Perempuan Sasak di desa ini Semuanya pandai menenun. Mereka
memproduksi kain tenun ikat Lombok yang indah dan menawan. Selain kain tenun,
orang Sasak Sade juga membuat perhiasan-perhiasan atau pernak-pernik atau
aksesoris khas Sasak seperti gelang, kalung, anting, dan cincin. Pernak-pernik
tersebut bisa dijadikan cinderamata untuk dibawa pulang. Harganya pun tak
mahal, juga masih bisa di tawar.
Memang tak dapat dipungkiri, Desa Sade tetap dipertahankan sebagai desa
asli suku Sasak ditujukan untuk kepentingan pariwisata. Oleh pemerintah
setempat, Desa Sade dijadikan sebagai objek wisata bagi para wisatawan, baik
domestik maupun internasional karena banyak desa asli suku Sasak yang sudah
punah atau berubah bentuk mengikuti perkembangan zaman.

19 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Hanya Desa Sade yang masih bertahan dan tetap dipertahankan keasliannya.
Upaya mempertahankan keaslian desa Sasak Sade tersebut didukung pula
sepenuhnya oleh masyarakat setempat. Ini terlihat dari pola dan gaya hidup
mereka yang masih bersahaja dan tradisional, tanpa adanya pengaruh unsur-unsur
modernisasi yang berarti. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari pun masih
bahasa Sasak asli.
Demikian pula dengan rumah mereka yang masih asli khas Sasak, selain
beratap alang-alang, lantai dasar rumah mereka juga terbuat dari tanah liat yang
sudah mengeras seperti batu. Pintu masuk rumah pun tak melebihi tinggi orang
dewasa. Hal ini dimaksudkan agar setiap tamu yang datang ke rumah mereka akan
segera menunduk ketika melewati pintu masuk tersebut. Ini merupakan simbol
untuk menghormati si tuan rumah atau pemilik rumah.

20 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari yang telah dipaparkan di atas, kita ketahui bahwa di Indonesia memiliki
banyak sekali suku. Salah satunya adalah Suku Sasak di Lombok. Dari sejarah yang
kita ketahui bahwa Suku Sasak itu berasal dari campuran penduduk asli Lombok
dengan para pendatang dari Jawa Tengah. Bahasa Sasak, terutama yang
berkenaan dengan sistem aksaranya, memiliki kedekatan dengan sistem aksara
Jawa-Bali. Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa
menyebutnya Sasak Boda. Walapun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, Boda
tidak memiliki kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme. Tapi, sekarang ini
masyarakat Suku Sasak kebanyakan menganut agama islam.

Banyak tradisi dan seni yang unik yang dapat dijumpai di Suku Sasak ini.
Populernya kain tenun di sini membuktikan bahwa Suku Sasak juga adalah
pengrajin kain yang sudah dikenal masyarakat luas.

B. Saran

Dengan adanya pemberdayaan yang sangat terlihat di produksi kain tenun di


Suku Sasak, Lombok ini, saran yang dapat kami tekankan adalah perhatian dari
pemerintah untuk mengembangkan potensi yang ada di Suku Sasak ini.
Pemberdayaan pariwisata juga dapat dikembangkan dengan perhatian khusus yang
dapat mengembangkan Suku Sasak, Lombok ini ke mancanegara.

Kita juga sebagai warga negara Indonesiaharus menjaga kebudayaan asli


yang kita miliki, jangan sampai negara lain merebut dan mengambil hak milik
kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia.

21 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
DAFTAR PUSTAKA

http://sosiologifoxcit.blogspot.co.id/2015_11_01_archive.html
http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/2012/05/hytygtr.html
http://www.wacana.co/2010/07/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sasak
http://wisatalombokaja.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-asal-usul-nama-pulau-
lombok-dan.html
http://wisataloe.blogspot.co.id/2014/06/desa-sade-asli-suku-sasak.html
https://alanmn.wordpress.com/2013/06/10/sade-desa-asli-suku-sasak/

22 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k

Anda mungkin juga menyukai