Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan
mampu untuk lebih memahami tentang pemberdayaan suku sasak yang kami
sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
1. Bapak Bimo Rahardjo, S.Pd yang bersedia menjadi guru pembimbing kami
di pelajaran Sosiologi.
2. Orang Tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan
dorongan serta bantuan, baik secara materi, maupun moral.
3. Serta teman-teman kami yang telah memberi saran dan semangat yang
positif kepada kami.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.
Akhir kata, semoga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Tim Penulis
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Suku Sasak.........................................................................................6
B. Bahasa Orang Sasak.......................................................................................7
C. Struktur dan Sistem Masyarakat Sasak........................................................8
D. Kepercayaan Masyarakat Sasak.....................................................................9
E. Tata Ruang dan Arsitektur Suku Sasak. ......................................................12
F. Tradisi dan Seni Suku Sasak..........................................................................15
G. Pemberdayaan Suku Sasak...........................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Suku Sasak dapat terbentuk?
2. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sasak?
3. Seperti apa sistem dan struktur masyarakat Sasak?
4. Apa kepercayaan masyarakat Sasak?
5. Bagaimana tata ruang dan arsitektur Suku Sasak?
6. Seperti apa tradisi dan seni yang dianut masyarakat Sasak?
7. Bagaimana upaya pemberdayaan Suku Sasak?
C. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan tentang salah satu suku di Indonesia
2. Untuk mengenal lebih jauh tentang Suku Sasak
3. Untuk mengetahui sejarah terdahulu dari Suku Sasak
4. Untuk mengetahui upaya pemberdayaan Suku Sasak di era modern ini
PEMBAHASAN
Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, Mereka telah
menghuni wilayahnya sejak 4.000 Sebelum Masehi. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan
para pendatang dari Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah
orang Jawa.
Pulau Lombok secara administratif terdiri dari lima Kabupaten dan Kota
yakni Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Mataram. Kurang lebih ada sekitar 3
juta jiwa yang mendiami pulau lombok, 80% di antaranya adalah Suku Sasak.
Menurut Goris S., Sasak secara etimologi, berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Dengan begitu Goris
menyimpulkan bahwa sasak memiliki arti pergi ke tanah leluhur. Dari pengertian
inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa.
Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak
disebut sebagai Jejawan, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa, pada
perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah
melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.
Pendapat lain menyoal etimologi Sasak beranggapan bahwa kata itu berasal
dari kata sak-sak yang dalam bahasa sasak berarti sampan. Pengertian ini
dihubungkan dengan kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan
Selanjutnya, dalam catatan sejarah abad ke-14-15 Masehi, Pulau Lombok ini
kemudian berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit. Bahkan
kabarnya Maha Patih Gajah Mada sendiri yang waktu itu datang ke Pulau Lombok
untuk menundukan beberapa kerajaan yang ada di Pulau itu.
Selama kurun waktu abad ke-16-17 Islam bahkan telah berhasil menguasai
Kerajaan Selaparang, salah satu kerajaan yang cukup kuat di Pulau Lombok. Islam
Belanda yang saat itu telah menguasai Sumbawa dibukakan jalan oleh
bangsawan Sasak untuk berkuasa di Lombok. Konon Kabarnya para bangsawan
sasak meminta campur tangan dari militer Belanda agar memerangi dinasti Bali di
Lombok.
Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan
tingi (perwangsa) sebagai penguasa dan bangsawan rendahan (triwangsa).
Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu
mereka juga disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan.
Seorang Raden jika menjadi penguasa maka berhak memakai gelar datu.
Perubahan gelar dan pengangkatan seorang bangsawan penguasa itu umumnya
dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan.
Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini
mengatur hak dan kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini
meliputi Kakek, Ayah, Paman (saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki saudara
lelaki ayah), dan anak-anak mereka.
Sedangkan Agama Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali
dan Kejawen. Di antara unsur-unsur umum, peran leluhur begitu menonjol. Hal itu
didasarkan pada pandangan yang berakar pada kepercayaan tentang kehidupan
senantiasa mengalir.
10 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Masjid Suku Sasak
Pada perkembangannya Wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Konon,
sekarang hampir semua desa suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu
dan meninggalkan Wetu telu sepenuhnya. Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu
kini berkembang terbatas di beberapa bagian utara dan selatan Pulau Lombok.
Meliputi Bayan, dataran tinggi Sembalun, Suranadi di Lombok Timur, Pujut di
Lombok Tengah, dan Tanjung di Lombok Barat.
Dengan denah berbentuk persegi empat dan bagian atap seperti piramid
bertumpang yang disangga dengan tiang-tiang, beberapa ahli menilai arsitektur
masjid ini mirip dengan Arsitektur masjid lama di Ternate dan Tidore.
11 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
E. Tata Ruang dan Arsitektur Suku Sasak
Rumah-rumah suku Sasak berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya. Di
dataran, perkampungan suku Sasak cenderung luas dan melintang. Desa-desa Suku
Sasak di wilayah pegunungan tertata rapi mengikuti perencanaan yang pasti.
12 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Sedikitnya ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-
beda. Semua lumbung, kecuali jenis lumbung padi yang berukuran kecil, memiliki
panggung di bawah.
Lumbung padi menjadi ciri khas yang sangat menarik dalam arsitektur suku
Sasak. Bangunan Lumbung itu didirikan pada tiang-tiang dengan cara dan ciri khas
yang mirip bangunan-bangunan Austronesia.
Bangunan ini memiliki atap berbentuk topi yang ditutup ilalang. Empat
tiang besar menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka
utama dibangun. Bagian atas penopang kayu kemudian menguatkan rangka-
rangka bambunya yang semua bagiannya ditutupi ilalang.
Rumah tradisional Suku Sasak berdenah persegi, tidak berjendela dan hanya
memiliki satu pintu dengan pintu ganda yang telah diukir halus. Di bagian dalam,
tidak terdapat tiang-tiang penyangga atap.
Dinding terdiri dari dua bagian, bagian tengah yang menyatu dengan atap
dibuat dari bambu, bagian bawah dibuat dari campuran lumpur, dan jerami yang
permukaannya telah dipelitur halus.
13 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Rumah Adat Suku Sasak
Untuk kegiatan memasak, bagian dalam rumah berisi tungku yang berada di
sisi sebelah kanan yang dilengkapi rak-rak untuk menyimpan dan mengeringkan
jagung. Kayu bakar disimpan di belakang rumah, kadang juga disimpan di bawah
panggung.
14 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
F. Tradisi dan Seni
Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai
budaya yang banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Pun sejarah
mencatatnya demikian, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak memiliki corak dan
ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya suku-
suku lainnya di Nusantara.
Kini, Sasak bahkan dikenal bukan hanya sebagai kelompok masyarakat tapi
juga merupakan entitas budaya yang melambangkan kekayaan tradisi Bangsa
Indonesia di mata dunia.
Berikut beberapa seni dan tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak:
1. Bau Nyale. Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing
(anelida) yang berkembang biak dengan bertelur. Dalam alam kepercaan
Suku Sasak, Nyale bukan sekedar binatang, beberapa legenda dari Suku ini
yang menceritakan tentang putri yang menjelma menjadi Nyale.
Lainnya menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan
keberadaannya dihubungkan dengan kesuburan dan keselamatan.
Ritual Bau Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya
pada tanggal 19 atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan
tahun suku Sasak, kurang lebih berkisar antara bulan Februari atau Maret.
2. Rebo Bontong. Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan
hari puncak terjadi bencana dan atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka
sesuatu yang tabu jika memulai pekerjaan tepat pada hari Rebo Bontong.
Kata Rebo dan juga Bontong kurang lebih artinya putus atau pemutus.
Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau
penyakit. Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu
terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah.
3. Bebubus Batu. Dari kata bubus, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar
beras yang dicampur berbagai jenis tanaman, dan dari kata batu yang
merujuk kepada batu tempat melaksanakan upacara.
15 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada
sang Kuasa. Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu
(pemangku adat) dan Kiai (ahli agama). Masyarakat ramai-ramai
mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari hasil bumi.
4. Sabuk Beleq Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq)
bahkan panjangnya mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya
mereka yang berada di wilayah Lenek Daya akan menggelar upacara pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah.
Tradisi pengeluaran Sabuk Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk
Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan tetabuhan gendang beleq. Ritual
upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud hingga
diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk.
Upacara ini dilakukan untuk mempererat ikatan persaudaraan, persatuan
dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta kasih di antara makhluk
Tuhan.
5. Lomba Memaos. Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang
membaca di sebut pepaos. Lomba memaos adalah lomba untuk membaca
lontar yang menceritakan hikayat dari leluhur mereka.
Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi selanjutnya dapat
mengetahui kebudayaan dan sejarah masa lalu. Selain itu, Lomba ini juga
dapat berfungsi sebagai regenerasi nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada
generasi penerus. Satu kelompok pepaos biasanya terdiri dari 3-4 orang;
pembaca, pejangga, dan pendukung vokal.
6. Tandang Mendet. Tandang Mendet adalah tarian perang Suku Sasak. Konon
Tarian ini telah ada sejak zaman Kerajaan Selaparang. Tarian yang
menggambarkan keperkasaan dan perjuangan ini dimainkan oleh belasan
orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lenggap;
kelewang (pedang), tameng, tombak. Tarian diiringi dengan hentakan
gendang beleq serta pembacaan syair-syair perjuangan.
7. Peresean. Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah
seni bela diri yang dulu digunakan oleh lingkungan kerajaan. Peresean
awalnya adalah latihan pedang dan perisai bagi seorang prajurit. Pada
16 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan rakyat untuk menguji
ketangkasan dan keberanian.
Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan
untuk menangkis serangan, pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah
perisai (ende) yan terbuat dari kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap
pepadu memakai ikat kepala dan mengenakan kain panjang.
Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok
Timur yang akan diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.
8. Begasingan. Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga,
bahkan termasuk permainan tradisional yang tergolong tua di masyarakat
Sasak. Permainan tradisional ini juga dikenal di beberapa wilayah lain di
Indonesia.
Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk maupun aturan
permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk
menghantam gasing pengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.
Begasingan berasal dari kata gang yang artinya lokasi, dan dari kata sing
artinya suara. Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat,
bisa siapa saja, bisa di mana saja.
9. Slober. Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja.
Slober dibuat dari pelepah enau dan ketika dimainkan alat musik ini biasanya
17 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
didukung dengan alat musik lainnya seperti gendang, gambus, seruling, dll.
Kesenian yang masih dapat anda saksikan hingga saat ini, sangat asyik jika
dimainkan ketika malam bulan purnama.
10. Gendang Beleq. Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleq
merupakan pertunjukan dengan alat perkusi gendang berukuran besar
(Beleq) sebagai ensembel utamanya. Komposisi musiknya dapat dimainkan
dengan posisi duduk, berdiri, dan berjalan untuk mengarak iring-iringan.
Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika
yaitu gendang laki-laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang
perempuan).
Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil.
Sedangkan sebagai alat ritmis adalah dua buah reog, 6-8 buah perembak
kodeq, sebuah petuk, sebuah gong besar, sebuah gong penyentak , sebuah
gong oncer, dan dua buah lelontek.
Menurut cerita, gendang beleq dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang
diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Bila terjadi perang gendang ini
berfungsi sebagai penyemangat prajurit yang ikut berperang.
18 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Desa ini ada delapan jenis rumah bale yaitu Bale Tani, Jajar, Sekenam,
Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan
fungsinya. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya
tiga kali sholat dalam sehari). Tapi sekarang sudah di jalankan secara 5 waktu.
Uniknya desa ini, mereka punya kebiasaan khas yaitu mengepel lantai
menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen,
orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah. Sekarang sebagian
dari masyarakat di sana sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian diolesi
kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat
dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali
sedikit air.
19 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Hanya Desa Sade yang masih bertahan dan tetap dipertahankan keasliannya.
Upaya mempertahankan keaslian desa Sasak Sade tersebut didukung pula
sepenuhnya oleh masyarakat setempat. Ini terlihat dari pola dan gaya hidup
mereka yang masih bersahaja dan tradisional, tanpa adanya pengaruh unsur-unsur
modernisasi yang berarti. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari pun masih
bahasa Sasak asli.
Demikian pula dengan rumah mereka yang masih asli khas Sasak, selain
beratap alang-alang, lantai dasar rumah mereka juga terbuat dari tanah liat yang
sudah mengeras seperti batu. Pintu masuk rumah pun tak melebihi tinggi orang
dewasa. Hal ini dimaksudkan agar setiap tamu yang datang ke rumah mereka akan
segera menunduk ketika melewati pintu masuk tersebut. Ini merupakan simbol
untuk menghormati si tuan rumah atau pemilik rumah.
20 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari yang telah dipaparkan di atas, kita ketahui bahwa di Indonesia memiliki
banyak sekali suku. Salah satunya adalah Suku Sasak di Lombok. Dari sejarah yang
kita ketahui bahwa Suku Sasak itu berasal dari campuran penduduk asli Lombok
dengan para pendatang dari Jawa Tengah. Bahasa Sasak, terutama yang
berkenaan dengan sistem aksaranya, memiliki kedekatan dengan sistem aksara
Jawa-Bali. Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa
menyebutnya Sasak Boda. Walapun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, Boda
tidak memiliki kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme. Tapi, sekarang ini
masyarakat Suku Sasak kebanyakan menganut agama islam.
Banyak tradisi dan seni yang unik yang dapat dijumpai di Suku Sasak ini.
Populernya kain tenun di sini membuktikan bahwa Suku Sasak juga adalah
pengrajin kain yang sudah dikenal masyarakat luas.
B. Saran
21 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k
DAFTAR PUSTAKA
http://sosiologifoxcit.blogspot.co.id/2015_11_01_archive.html
http://unj-pariwisata.blogspot.co.id/2012/05/hytygtr.html
http://www.wacana.co/2010/07/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sasak
http://wisatalombokaja.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-asal-usul-nama-pulau-
lombok-dan.html
http://wisataloe.blogspot.co.id/2014/06/desa-sade-asli-suku-sasak.html
https://alanmn.wordpress.com/2013/06/10/sade-desa-asli-suku-sasak/
22 | P e m b e r d a y a a n S u k u S a s a k