Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafa Al- Rasyidin.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka, Kami membuka
dengan selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik, sehingga
Kami dapat memperbaiki makalah Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafa
Al- Rasyidin ini kedepannya agar lebih baik lagi.
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Pengertian Khulafa Al-Rasyidin...............................................................................6
B. Peran Masa Khulafa Al-Rasyidin Terhadap Peradaban Islam............................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban Islam adalah segala peristiwa yang dialami manusia
pada masa lampau sebagai manifestasi atau penjelmaan dari aktivitas umat
Islam berdasarkan ajaran Islam. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa yang
dialami umat Islam sejak lahirnya Islam hingga saat ini merupakan kajian
Sejarah Peradaban Islam.
Namun, peristiwa negatif yang dialami umat Islam di masa lalu seperti
terjadinya perang antar sesama umat Islam (perang Jamal dan perang Shiffin
pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib), pembunuhan dalam perebutan
kekuasaan (Abu Abbas as-Shaffah membunuh semua keturunan dinasti
Umayyah kecuali Abdurrahman ad-Dakhil), peristiwa Mihnah pada masa
pemerintahan Khalifah al Ma'mun dinasti Abbasiyah, dan lain-lain juga
dibahas dalam rangka menjadi ibrah (pelajaran) bagi umat Islam di kemudian
hari.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Khulafa Al-Rasyidin ?
2. Siapa saja yang menggantikan Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin
pada masa Khulafa Al-Rasyidin?
3. Apa peran masa Khulafa Al-Rasyidin terhadap peradaban Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Khulafa Al-Rasyidin.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menggantikan Nabi Muhammad Saw,
sebagai pemimpin pada masa Khulafa Al-Rasyidin.
3. Untuk mengetahui apa peran masa Khulafa Al-Rasyidin terhadap
Peradaban Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
cetakan ketiga 2011, hal. 50.
2
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, Gresik: Putra Kembar
Jaya, 2011. hal 22.
3
Jika tugas Nabi terdiri dari dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas
negara. Jadi Khulafa Al-Rasyidin bertugas menggantikan kepemimpinan Nabi
dalam urusan negara, yaitu sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan
dan pemimpin agama. Khulafa Al-Rasyidin tidak dapat menggantikan tugas
kerasulan karena Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir. Setelah dia tidak
ada lagi Nabi dan Rasul.
4
1. Abu Bakar as-Shiddiq (11-13 H/ 632-634 M)
Namanya Abdullah bin Abi Quhaifah Attamini. Pada zaman pra-
Islam bernama Abdullah bin Ka'bah, kemudian diubah oleh Nabi menjadi
Abdullah. Dia adalah salah satu teman utama. Julukannya adalah Abu
Bakar (ayah dari Pemagi) karena dia memeluk Islam di pagi hari, gelarnya
adalah ash-Siddiq karena dia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai
acara, terutama Isra 'Mi'raj. Maka Nabi Muhammad sering menunjukkan
kepadanya untuk menemaninya pada saat-saat penting atau ketika dia tidak
mampu, dan Rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas-tugas keagamaan.
Ketika Nabi Muhammad wafat, Nabi tidak meninggalkan wasiat
tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin politik umat
Islam setelah kematian Nabi Muhammad. dia meninggal. Dia tampaknya
menyerahkan masalah itu kepada umat Islam sendiri untuk memutuskan.
Karena itu, tak lama setelah wafat dan jenazahnya belum dikebumikan,
sejumlah tokoh muhajirin dan Ansar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah,
Madinah. Mereka mendiskusikan siapa yang akan dipilih menjadi
pemimpin.
Musyawarah cukup alot karena masing-masing pihak, baik
muhajirin maupun ansar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin
umat Islam. Namun dengan semangat ukhuywah Islamiah yang tinggi,
akhirnya terpilihlah Abu Bakar.
Ternyata semangat keagamaan Abu Bakar yang tinggi mendapat
apresiasi yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak
menerima dan berjanji setia kepadanya. Secara lengkap pidato beliau
adalah sebagai berikut: “Hai manusia, sesungguhnya saya telah mengambil
posisi yang Anda lakukan, meskipun saya bukan orang yang terbaik di
antara kalian.
5
Jika saya melakukan pekerjaan saya dengan baik, bantulah saya,
dan jika saya berbuat salah, luruskan. aku keluar. Kebenaran adalah
keyakinan, dan kebohongan adalah pengkhianatan. Yang lemah di antara
kalian adalah kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-hak mereka, dan yang
kuat di antara kalian lemah bagiku sampai aku mengambil hak mereka,
insya Allah, jangan biarkan siapa pun meninggalkan jihad. Sesungguhnya
orang-orang yang tidak memenuhi panggilan jihad, Allah akan
mendatangkan aib atas mereka. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan
Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, jangan sekali-kali
durhaka kepadaku. shalat, semoga Allah merahmatimu.”
6
menegakkan hukum. Namun, seperti Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu
mengajak para sahabatnya untuk bermusyawarah.
7
2. Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M)
Lahir 12 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad. Ayahnya
bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya besar dan
kokoh dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan lengannya, janggut
lebat dan wajah yang tampan, dan warna kulitnya coklat kemerahan. Ia
dibesarkan di Bani Adi, salah satu suku Quraisy. Dia adalah khalifah kedua
dalam Islam setelah Abu Bakar As Siddiq.3
Saat masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam
melakukan penelaahan pendapat tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan para
sahabat mengenai orang yang layak menggantikannya. Pilihannya jatuh
pada Umar bin al-Khattab.
Khalifah kedua bernama khalifah pertama yang juga memegang
jabatan panglima tertinggi pasukan Islam, dengan gelar khusus amir al-
mukminin (panglima orang-orang beriman). Pada masa Umar bin Khattab,
kondisi politik stabil, upaya perluasan wilayah Islam memperoleh hasil
yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Syam, Irak, Persia dan Mesir.
Pada hari Rabu di bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab
meninggal dunia, ia ditikam saat sedang melaksanakan shalat Subuh oleh
seorang Magian bernama Abu Lu'luah, budak milik al-Mughirah bin
Syu'bah yang diduga menerima perintah dari orang Majus . Umar bin
Khattab dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar as Siddiq, ia
meninggal pada usia 63 tahun. Umar dikenal sebagai orang yang pandai
membuat regulasi, karena tidak hanya memperbaiki bahkan meninjau
kebijakan yang ada. Khalifah Umar juga telah menerapkan prinsip
demokrasi dalam kekuasaan, yaitu dengan menjamin persamaan hak bagi
setiap warga negara.
3
Mufrad, Kisah hidup Umar bin khatab, Jakarta: Zaman, 2008. hlm17-18
8
Khalifah Umar dikenal sebagai orang yang sederhana dan bahkan
membiarkan tanah jajahan dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum
muslim memilikinya, sedangkan para tentara mendapat tunjangan dari
Baitul Mal yang dihasilkan dari pajak.
9
Prestasi terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis ulang Al-
Qur'an yang pernah ditulis pada masa Abu Bakar yang saat itu disimpan
oleh Khafsoh binti Umar. Manfaat pencatatan Al-Qur'an pada masa
Ustman adalah:
a. Menyatukan umat Islam dalam satu jenis mushaf dengan ejaan yang
seragam.
b. Untuk menyatukan bacaan, meskipun ada perbedaan, tidak boleh
bertentangan dengan ejaan naskah Usmani.
c. Menyatukan susunan huruf yang teratur menurut urutan
kemunculannya dalam naskah yang sekarang.
10
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya,
ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada periode sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil.
Masalah pertama yang dihadapi Ali adalah pemberontakan yang
dilakukan oleh Talhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka adalah karena
Ali tidak ingin menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut
pembelaan terhadap darah Ustman yang tertumpah secara tidak adil. Pada
saat yang sama, kebijakan Ali juga menghasilkan perlawanan dari gubernur
di Damaskus. Muawiyah didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi
yang merasa kehilangan posisi dan kejayaan.
Peristiwa yang terkenal pada masa Ali adalah perang antara kubu
Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah yang disebut
Siffin, sehingga perang ini disebut perang Siffin.
Ketika Mu'awiyah dan tentaranya terdesak, Amr bin Ash selaku
penasehat Mu'awiyah yang dikenal pandai dan pandai bernegosiasi,
meminta Mu'awiyah memerintahkan pasukannya untuk mengangkat
mushaf Al-Qur'an di atas tombak sebagai tanda perdamaian dengan cara
tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu'awiyah terhindar dari kekalahan
total.
Setelah negosiasi, Abu Musa sebagai yang tertua diundang untuk
berbicara terlebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara
keduanya, Abu Musa menyatakan pemecatan Ali dari jabatannya sebagai
khalifah dan menyerahkan urusan penggantinya kepada kaum muslimin.
Namun ketika giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas
pemberhentian Ali dan mengangkat Mu'awiyah sebagai khalifah. Ternyata
Amr bin Ash melanggar perjanjian awal yang dibuat dengan Abu Musa.
Tindakannya dalam peristiwa ini merugikan Mu'awiyah. Ali menolak
keputusan tahkim, dan terus mempertahankan posisinya sebagai khalifah.
11
Setelah kejadian tersebut, rombongan Ali terpecah menjadi dua
bagian, dan rombongan yang keluar kelompok Ali disebut sebagai
kelompok Khawarij (orang-orang yang keluar).
Pada tanggal 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan ke
masjid Kuffah, dia terkena pedang beracun di dahinya. Pedang yang
mengenai otaknya diayunkan oleh pengikut kelompok Khawarij, Abd al-
Rahman bin Muljam, yang ingin membalas kematian keluarga seorang
wanita, temannya, yang tewas di Nahrawan.
12
Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan,
dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan yang
mencengangkan bagi sebuah bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki
pengalaman politik yang memadai.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafa al-Rasyidin artinya para penerus Nabi yang berilmu.
Penggagas nama Khulafa al-Rasyidin adalah dari kaum muslimin yang paling
dekat dengan Nabi setelah wafatnya. Mengapa demikian, karena mereka
menganggap bahwa 4 tokoh setelah wafatnya Rasul adalah orang-orang yang
selalu mendampingi Rasul ketika menjadi pemimpin dan dalam menjalankan
tugasnya. Tokoh yang dimaksud adalah Abu Bakar as-Shiddiq, Khalifah Umar
bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
B. Saran
Tentunya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang membangun
dari pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Niswah, C. (2015). Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin dan Bani
Umayyah. Tadrib, 1(2), 170-185
16