DISUSIN OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Doktrin tentang khalifah yang disebutkan diddalam Al-Quran ialah bahwa sesuatu
diatas bumi ini, berupa dan kemampuan yang diperoleh seorang manusia hanyalah karunia
dari Allah SWT. Allah telah menjadikan manusia dalam kedudukan sedemikian sehingga ia
dapat menggunakan pemberian dan karunia-karunia yang dilimpahkan kepada nya didunia ini
sesuai dengan keridhoan-nya. Namun khalifah tidak menjadi khalifah yang benar selama
tidak mengikuti hukum Allah yang sebenarnya. Berdasarkan hal ini, maka manusia bukanlah
penguasa atau pemilik dirinya sendiri, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil sang pemilik
yang sebenarnya.
Permasalahn pertama yang dihadapi umat dan peradaban islam setelah kemangkatan
Nabi Muhammad SAW adalah pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat
dan pemegang kekuasaan tertinggi. Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk pengganti dan
tidak pula menunjuk/memberikan pesan bagaimana cara penggantian kepemimpinan dan
pemegang kekuasaan tertinggi dikalangan umat islam dilaksanakan sehingga hampir terjadi
pertempuran daerah di kalangan kaum muslimin. Namun tokoh-tokoh dalam masyarakat
muslim mengetahui benar benar bahwa islam menuntut adanya kekhalifahan yang didasarkan
atas musyawarah, maka tidak satu keluarga pun memonopoli pemerintahan, tidak seorang
pun merampas kekuasaan dengan kekuatan atau paksaan,dan tidak seorang pun mencoba
untuk memuji dirinya atau memaksakan pribadinya guna mencapai kedudukan khalifah. Tapi
masyarakat pada masa itu dengan suka rela telah memilih empat dari para “sahabat nabi”
untuk diangkat sebagai khalifah-khalifah secara bergantian. Jelasnya, umat islam dengan
melalui musyawarah yang diikuti pemboikotan telah berhasil memilih dan mengangkat
seorang khalifah yaitu Abu Bakar sebagai khalifah pertama, dan kemudian disusul oleh Umar
bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keempat khalifah itulah dalam sejarah
islam terkenal dengan sebuatan Khulafaur al-rasyidin. Rasulullah wafat, khulafaur al-
Rasyidin menggantikan kedudukan beliau. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba untuk
membahas tentang kepemimpinan Khulafaur rasyidin.
Setelah ditinggal Nabi Muhammad SAW. Perjuangan untuk menyebarkan islam beralih
kepada empat sahabat terdekat beliau, yang dikenal dengan Khulafaurrasyidin. Siapakah
Khulafaur rasyidin itu?
BAB II
PEMBAHASAN
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus memangku
jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-mukmin (panglima
orang-orang beriman). pada hari rabu bulan dhzulhijah tahun 23 H Umar Bin Khattab wafat,
beliau ditikam ketika sedang melakukan sholat subuh oleh seorang majusi yang bernama Abu
Lu’luah, budak milik al-mughirah bin syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan
majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi Saw dan Abu Bakar As Siddiq,
belliau wafat dalam usia 63 tahun.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan pengadilan, untuk
memisahkan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang pada pemerintahan Abu Bakar,
khalifah dan para pejabat adminstratif merangkap jabatan sebagai qadhi atau hakim. Awalnya
konsep rangkap jabatan trersebut juga diadopsi pemerintahan Umar. Tetapi, seiring dengan
perkembangan keukasaan kaum muslimin, dibutuhkan mekanisme administraif yang
mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan yang baik.
Setidaknya ada 3 faktor penting yang ikut andil mempengaruhi kebijakankebijakan
umar dalam bidang hukum yaitu militer, ekonomi dan demografis (multi suku)
1) Faktor militer Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang
tak dapat difungkiri. Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan daerahdaerah yang
ada di bawah kekuasaan Romawi dan Persia. Untuk mewujudkan dan menyiapkan pasukan
profesional, Umar menciptakan suatu sistem militer yang tidak pernah dikenal sebelumnya
yaitu seluruh personil militer harus terdaptar dalam buku catatan negara dan mendapat
tunjangan sesuai dengan pangkatnya. Pembentukan militer secara resmi menuntut untuk
melakukan mekanimisme baru yang sesuai dengan aturan-aturan militer.
2) Faktor ekonomi Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa
dampak pada pendapatan negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas negara,
mulai dari kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak perlindungan), ghanimah (harta rampasan
perang), Fai (harta peninggalan jahiliyah), tak ketinggalan pula zakat dan harta warisan yang
tak terbagi. Penerimaan negara yang semakin bertumpuk, mendorong Umar untuk merevisi
kebijakan khalifah sebelumnya (Abu Bakar). Umar menetapkan tunjangan yang berbeda dan
bertingkat kepada para rakyat sesuai dengan kedudukan sosial dan kontribusinya terhadap
Islam. Padahal sebelumnya, tunjangan diberikan dalam porsi yang sama.
3) Faktor demografis Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh Umar. Jumlah warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi penaklukan
sehingga kelompok sosial dalam komunitas Islam semakin beragam dan kompleks sehingga
terjadi asimilasi antara kelompok. Terlebih lagi setelah kota Kufah dijadikan sebagai kota
pertemuan antarsuku baik dari utara maupun selatan. Perbauran inilah yang membawa pada
perkenalan institusi baru.
Umar dikenal seseoang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karna tidak hanya
memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada. Khalifah umar juga
telah menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang
sama bagi setiap warga negara. Khalifah umar dikenal seorang yang sederhana bahkan ia
membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk dikelolah oleh penmiliknya bahkan melarang
kaum muslimin memilikinya, sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal,
yaitu dihasilkan dari pajak
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khalifah Abu bakar diangkat menjadi khalifah atas dasar pemufakatan dan
musyawarah para pemuka-pemuka kaum muslimin dan disetujui oleh jamaah muslimin,
tanpa ada peninggalan calon dari Rasul, Umar menjadi khalifah kedua atas pencalonan abu
bakar yang segera juga mendapat persetujuan umat dilanjutkan dengan penentuan Utsman bin
Affan sebagai khalifah ketiga di rundingkan dalam rapat dan setelah Ustman terbunuh, Ali
lah yang merupakan calon terkuat untuk menjadi khalifah keempat. Perluasan wilayah
kekuasaan islam yang dibangun Umar bin Khattab mampu menstabilkan kekuatan politik.
Dikarenakan banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan wilayah,
sehingga musuh mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum muslim. Nepotisme dan
pertentangan antarkelompok pada khulafaur rasyidin terjadi pada masa Utsman bin Affan
karena dalam kepemimpinannya banyak terpengaruh oleh saudaranya dari bani Umayyah
sehingga jabatan banyak dipegang oleh keluarganya sehingga masyarakan merasa tidak suka
serta adanya pertentangan kelompok anatara bani Umayah dan bani Hasyim pada saat
terpilihnya Utsman bin Affan.
Perkembangan peradaban islam yang pesat pada masa khulafaurrasyidin, juga terdapat
banyak hanbatan yaitu:
a. Munculnya nabi-nabi palsu setelah pasca meninggalnya Rasulullah SAW.
b. Munculnya kelompok-kelompok pemberontakan baik dari luar islam terlebih dari
dalam islam iti sendiri.
c. Terjadinya perpecahan kaum muslimin yang dipicu oleh kelompok-kelompok tertentu
yang berkeinginan menduduki posisi kekhalifahan, akhirnya orang-orang islam pada
masa itu saling membunuh antara satu dengan yang lainnya, dan salah satu tokoh
yang terkenal berambisi merebut kekuasaan adalah Mu’awiyah & Zubair, dan masih
banyak lagi yang lainnya yang berambisi untuk menjadi khalifah.
Dalam mengatasi pemberontakan juga ditempuh dua cara yaitu perjanjian damai dan
perang, namun usaha yang dilakukan dalam mengatasi masalah ini tidak berhasil, hingga
akhirnya ali bin abu thalib meninggal terbunuh. Justru situasi kembali damai ketika Hasan
Ibnu Ali menyerahkan tahta kepemimpinan kepada Mu’awiyah yang sangat berambisi
menjadi pemimpin kaum muslimin. Dengan penyerahan kekuasaan itu, maka berakhirlah
pemerintahan khulafaurrasyidin.
3.2 Saran
Saya mengemukakan permasalahan yang ada diatas, penulis berharap agar para pembaca
memberikan saran dan kritikan yang membangun dan memotivasi mengenai isi dan hasil
tugas makalah yang penulis buat supaya penulis bisa terus memperbaiki kesalahan yang
masih banyak di dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Islam dari masa ke masa, Bandung: Rusyda, cetakan pertama 1986.
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, Gersik: Putra Kembar Jaya, 2011.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Cetakan keenambelas 2004.
Dedi Supriyady, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan ketiga
2011.
Hanun Asrohah, Sejarah peradaban Islam, Jakarta: Wacana Ilmu, 2001.
Machfud Syaefuddin, Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 3013.
Mufrad, Kisah Hidup Umar bin Khattab, Jakarta: Zaman, 2008.
Philip K. Hitti, Histori Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Samsul Munir Amin, Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Syalaby Ahmad. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000.
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Muchtar Yahya. Jakarta: Pustaka al-Husna. 2007
Syazali Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1991.
Sulton Adi, Umar bin Khattab, Bandung: Fitrah, 2010.