Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur penyusun ucapkan


kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda
agung Rasulullah Muhammad SAW karena beliau telah mengantarkan kita dari zaman
jahiliyah ke zaman modern saat ini.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami politik
di Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang menyusunan Makalah SKI (Sejarah
Kebudayaan Islam ) yang berjudul“Khulafaur Rasyidin”.Dan saya juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih (Nur
Fadilah S.Ag) sebagai pembingbing mapel Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah
Khulafaur Rasyidin ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia.
Semoga Makalah Khulafaur Rasyidin ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya Barakallahu
fiikum.

Probolinggo, 15 April 2023

Penyusun Makalah

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................…….. i


Daftar isi ....................................................................................................................…….. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.....................................................................................................…….. 1
B.     Rumusan Masalah...............................................................................................…….. 1
C.     Tujuan Masalah..................................................................................................…….. 1

BAB II PEMBAHASAN
A.  Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Kelahiran Abu Bakar Ash Shiddiq ...................................................................................2
Abu Bakar Ash Shiddiq: Peran dan fungsi........................................................................2
Penyebaran Islam pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq…………………………………. 2
Peradaban pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq…………………………………………. 3
Faktor keberhasilan khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq………………………………….. 4
B.  Khalifah Umar Bin Khattab
Kelahiran Umar Bin Khattab............................................................................................. 5
Latar belakang kehidupan Umar Bin Khattab................................................................... 5
Umar Bin Khattab:Madinah sebagai negara adikuasa ………………………………….. 6
Peradaban pada masa Khalifah Umar Bin Khattab .......................................................... 6
Pengangkatan Umar sebagai khalifah…………………………………………………… 6
C. Khalifah Utsman Bin Affan
Kelahiran Utsman Bin Affan............................................................................................. 7
Peradaban pada masa Utsman Bin Affan.......................................................................... 7
Proses pengangkatan khalifah Utsman Bin Affan……………………………… ……….9
D. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Kelahiran Ali bin Abi Thalib............................................................................................ 9
Proses pengangkatan khalifah Ali Bin Abi Thalib………………………………...…..... 9
Peristiwa tahkim pada masa Ali Bin Abi Thalib……………………………………... .. 9
Memanajemen pemerintah Ali Bin Abi Thalib................................................................. 11
Wafatnya Ali Bin Abi Thalib ........................................................................................... 11

E. Kemajuan peradaban pada masa Khulafaur Rasyidin....................................................... 11

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan............................................................................................................................ 13
Saran………………………………………………………………………………………….13
Manfaat……………………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita abaikan
begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah terjadi pada zaman
sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana pemerintahan pada zaman nabi
sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim mulai dipimpin oleh seorang khalifah
semenjak wafatnya nabi untuk menggantikan kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan
pemimpin negara. Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama
agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat
paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa
kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh
Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun
penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi
Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan
meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu hadits
Ghadir Khum.
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama
Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat
mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan
petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat
diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.

B.  Rumusan Masalah


a.  Apa pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali ?
c. Bagaimana perkembangan peradaban islam ?

C.  Tujuan
a.    Kita bisa mengetahui pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin.
b.    Kita bisa mengetahui kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin.
c.    Kita bisa mengetahui perkembangan peradaban islam.
d.    Kita bisa mempelajari sejarah lebih dalam lagi.

i
BAB II
PEMBAHASAN

A.      KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

1.         Kelahiran Abu Bakar Ash-Siddiq.

Abu bakar ash-shiddiq dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan dilingkungan suku
yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya
bernama utsman (abu kuhafah) bin amir bin amr bin ka’ab bin saad bin laym bin mun’ah bin
ka’ab bin lu’ay, bersal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-khair Salmah
binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada
neneknya, yaitu ka’ab bin sa’ad.1[1]
Abu bakar adalah orang yang pertama kali masuk islam ketika islam mulai didakwahkan.
Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawakan oleh Muhammad SAW.
Dikarenakan sejak kecl ia telah mengenal keagungan Muhammad SAW.setelah masuk islam,
ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk islam.2[2]
Pengorbanan Abu Bakar terhadap islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul
sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Nabi muhammad SAW pun
wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa
penggantinya dikemudian hari, pada saat jenazah nabi belum dimakamkan di antara uat
islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti nabi.
Abu bakar dipilih berdasarkan aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut
membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Yhalhah dan Zubair yang menolak dengan
hormat. Mereka masih mempermasalhkan diangkatnya Abu Bakar tersebut. Keadaan
penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Kelompok lain yang menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah meskipun pada akhirnya
tenggelam dalam sejarah. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai’atnya, resmilah
berdirinya kekhalifahan pertama di dunia islam.

2.    Abu Bakar: Peran dan Fungsinya.

a.       Kebijakan pengurusan terhadap agama.

Pada awal pemerintahannya, diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat islam
sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara perbuatan makar tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat,
orang-orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.3[3]

b.      Kebijakan kenegaraan

Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan sebagai pulungan,
diuraikan sebagai berikut.

1.      Bidang eksekutif

i
2.      Pertahanan dan keamanan

3.      Yudikatif

4.      Sosial ekonomi

3.    Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar.

Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi orang-orang


murtad), khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan persia dan romawi yang setiap saat
berkeinginan menghancurkan ekstensi islam. Untuk menghadapi persia, Abu bakar mengirim
tentara islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid danmutsanna bin Haritsah dan berhasil
merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan persia. Adapun untuk menghadapi
romawi, Abu Bakar memilih empat panglima ialam terbaik untuk memimpin beribu-ribu
pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di
front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil bin hasanah di front yordania. 4
[4]

Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial di
bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasialan tersebut tidak lepas dari sikap
keterbukaannya, yaitu memberikan ahk dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh
sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui
forum musyawarah sebagai lembaga legislatif.

Adapun urusan pemerintah di luar kota madinah, Khalifah Abu Bakar membagi wilayah
kekuasaan hukum negara madinah menjadi beberapa provinsi, dan setiap provinsi ia
menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur). Para amir tersebut juga
bertugas sebagai pemimpin agama, juga (seperti imam dalam shalat), menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai pemimpin agama,
juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian.

4.    Peradaban pada Masa Abu Bakar Ash-shiddiq.

Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dam merupakan satu kerja yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah perhimpunan Al-Quran. Abu Bakar
Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari
pelepah kurma, kulit bintang, dan dari hapalan kaum muslimin. Umarlah yang mengusulkan
pertama kali penghimpunan Al-Quran ini. Sejak itulah Al-Quran dikumpulkan dalam satu
mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-quran dihimpun.5[5]

Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar
terbagi beberapa tahapan, yaitu sebagi berikut.

i
a. Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosila rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola
zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta
rampasan perang dan jizyah dari warga negara non muslim, sebagai sumber
pendapatan Baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber
pendapat negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para
pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan Al-Quran. Diriwayatkan bahwa Abu Bakar sebagai khalifah tidak
pernah mengambil atau menggunakan uang dari Baitul Mal. Karena
menurutnya, ia tidak berhak mengambil sesuatu dari Baitul malumat Islam.
Oleh karena itu, selama ia menjadi khalifah, ia tetap bergadang untuk
memenuhi kebutuhan hdup keluarganya sehari-hari.
b. Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai
suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin
Khaththab untuk menggantikannya. Ada beberapa faktor yang medorong Abu
Bakar untuk menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor
utama adalah kekhawatirannya akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqifah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam ke
jurang perpecahan, bila tidak menunjuk seseorang yang akan
menggantikannya. Pada saat itu, antara kaum Anshar dan Muhajirin saling
mengklaim sebagai golongan yang berhak untuk menjadi khalifah. Lagi pula,
pada saat itu umat Islam di bawah pimpinannya baru saja selesai menumpas
kaum murtad dan sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur diluar kota
madinah. Jika umat Islam terpecah dalam situasi demikian dalam
memperebutkan jabatan khalifah, tentu akibatnya lebih fatal dari pada
menghadapi soal pemberontakan orang-orang murtad. Jadi, dengan jalan
penunjukan itu., ia ingin ada kepastian yang akan menggantikannya sehingga
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi menimpa umat Islam. Artinya, dari
segi politik dan pertahanan keamanan bila pergantian pimpinan tiba saatnya.
Mengapa pilihan jatuh kepada Umar? Karena menurut pendapatnya, umar
adalah sahabat senior yang mampu dan bijaksana memimpin negara. Lagi
pula, Umar disegani oleh rakyat dan mempunyai sifat-sifat terpuji. Penunjukan
itu terjadi ketika Abu Bakar mendadak jatuh sakit pada tahun ketiga masa
jabatnnya. Dalam penunjukannya itu ia tetap mengadakan musyawarah atau
konsultasi terbatas dengan beberapa orang sahabat senior, antara lain
Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Asid bin Hadhir, tokoh Anshar.
Konsultasi ini mengahasilkan persetujuan atas pilihannya pada Umar secara
objektif. Kemudian, dengan terpaksa, karena sakit yang diderita, ia menemui
kaum muslimin yang berkumpul di masjid untuk memberitahukan
keputusannya. Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas
pilihannya, ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan pengangkatan
Umar. Kemudian, ia memanggil Umar dan membekalinya nasihat-nasihat, lalu
mengangkat kedua tangan Umar seraya berdoa untuk keselamatannya dan
kejayaan Islam serta pemeluknya. Sesuai dengan isi perjanjian tertulis
tersebut, dan telah mendapat persetujuan dari sebagian kaum muslimin,
setelah ia meninggal, Umar bin khaththab dikukuhkan oleh kaum muslimin
menjadi khalifah kedua dalam satu bai’at umum yang berlangsung di Masjid
Nabawi.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :

i
 Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asas
musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui
aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
 Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya,
melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat
tempat dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat
terpuji yang dimilikinya.
 Pengukuhan Umar menjadi khalifah sepeninggal Abu Bakar berjalan
dengan baik dalam satu bai’at umum dan terbuka tanpa ada
pertentangan dikalangan kaum muslimin, sehingga obsesi Abu Bakar
untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara penunjukan
itu terjamin.
Akhirnya, tatkala Abu Bakar nerasa kematiannya telah dekat dan sakitnya
semakin parah, dia ingin untuk memberikan kekhalifahannya kepada
seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah
pilihannya kepada Umar bin Khaththab. Dia meminta pertimbangan sahabat-
sahabat senior. Mereka semua mendukungan pilihan Abu Bakar, dia pun
menulis wasiat untuk itu, lalu dia membai’at Umar. Beberapa hari setelah itu,
Abu Bakar Meninggal. Beliau meninggal dunia pada hari senin tanggal 23
Agustus 624 M. Shalat jenazah dipimpin oleh Umar, dan berliau dimakamkan
dirumah Aisyah, disamping makam Nabi. Beliau berusaia 63 tahun ketika
meninggal dunia, dan kekhalifahan-nya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan
11 hari.6

5. Faktor Keberhasilan Khalifah Abu Bakar.

Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata
sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas
dari sikap keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada
tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia
mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini
mendorong para tokoh sahabat, khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi
aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Adapun tugas-tugas eksekutif ia didelegasikan kepada para sahabat, baik
untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun pemerintahan
didaerah.7

B.     KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB

1.      Kelahiran Umar Bin Khattab.

i
Umar Bin khattab, (583-644) yang memiliki nama lengkap Umar bin khattab bin Nufail
bin abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay
adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang
sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW. Kebesarannya terletak
pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid
yang ahli dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan,
persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.8[6] Dalam banyak
hal, Umar ibn Al-khaththab dikenal sebagai tokoh yag sangat bijaksana dan kreatif, bahkan
genius.
Peranan Umar dalam sejarah masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena
perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya
penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pda masa Umar, islam akan tersebar seperti
sekarang.

2.      Latar Belakang Kehidupan Umar Bin Khattab.

Umar Bin Khattab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan
terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang fijar atau sebagaimana yang ditulis
oleh Muhammad Al-Khudari , tiga belas tahun muda dari Muhammad SAW.
Sebelum masuk islam Umar termasuk diantara kaum Quraisy yang paling ditakuti oleh
orang-orang yang sudah masuk islam. Dia adalh musuh dan penentang Nabi Muhammad
SAW. Yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginanya untuk membunuh
Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Dia menyebar fitnah dan menuduh Nabi
Muhammad SAW sebagai penyair tukang tenung.
Setelah Umar masuk agama islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan
Nabi Muhammad SAW.kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia
berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama islam. Bahkan,dia
termasuk sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.9[7]
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H. Menunjuk Umar ibn Al-
Khaththab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum
pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang
wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk
Umarmenjadi khalifah. Pertama, kekhawatiranperistiwa yang sangat menegangkan di
Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat islam ke jurang perpecahan akan terulang
kembali, bila ia tidak menunjuk seorang untuk menjadi penggantinya. Kedua, kaum Anshar
dan Muhajirin saling mengkalim sebagai golongan ya ng berhak menjadi khalifah. Ketiga,
umat islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang.
Sementara itu di luar kota madinah melawan tentara persia di satu pihak dan tentara romawi
di pihak lain.10[8]
Berangkat dari kondisi politik yang demikian,tampaknya tidak menguntungkan apabila
pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika alternatif ini
dipilih,besar kemungkinan akan timbul kontroveksi berkepanjangan di kalangan umat islam
tentang siapa yang lebih proporsional menggantikan Abu Bakar.
8

10

i
Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil
Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan Uma(bai’at Umar). Sebagaimana
Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu dibai’at atau dilantik menjadi khalifah
menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Majid Nabidi hadapan kaum muslimin.

3.    Umar Bin Khattab: Madinah sebagai Negara Adikuasa.

Semenjak penaklukan persia dan romawi, pemerintah islam menjadi adikuasa dunia yang
memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi semenanjung Arabia, Palestina,Siria,Irak, Persia
dan Mesir. Umar Bin Al-khattab yang dikenal sebagai negarawan, administrator terampil dan
pandai, dan seorang pembaharu membuatbberbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah
kekuasaanyang luas, ia menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintah negara
Madinah berdasarkan semangat demokrasi.11[9]
Untuk menunjang kelancaran administrasi dan opersional tugas-tugas jeksekutif, Umar
melengkapinya dengan beberapa jawatan, antara lain: Umar melengkapinya dengan beberapa
jawatan, antara lain:
a.    Dewan Al-kharraj (jawatan pajak ).
b.    Dewan Al-addats (jawatan kepolisian).
c.    Nazar Al-nafiat (jawatan pekerjaan umum).
d.   Dewan Al-jund (jawatan militer).
e.    Bai’at Al-mal (lembaga pembendaharaan negara).

4.    Peradaban pada Masa Khalifah Umar.

Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrasi pemerintah,
peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran khalifah Umar bin
khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang dikutip
M.Fauzan.
Dalam mempertimbangkan perkara ini, Khalifah Umar selaku hakim yang bijaksana
melakukan dua hal penting yang patut mendapatkan perhatian dan menjadi pelajaran
berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan
meminta bantuan dari Ali r.a adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jarimah
(menganalisis unsur kejahatannaya sendiri), seperti pemeriksaan darah, sidik jari, dan
sebagainya dalam peristiwa pembunuhan. Misalnya, langkah selanjutnya Umar
menitikberatkan pada bahan bukti yang diahurkan oleh pendakwah (wanita yang menuduh). 12
[10]

5.Pengangkatan Umar Ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah.

Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H. Menunjuk Umar Ibn Al-
Khaththab sebagai penggantinya.13 Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum
11

12

13

i
pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang
wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk
Umar menjadi Khalifah. Pertama, kekhawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di
Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeeret umat Islam kejurang perpecahan akan terulang
kembali, bila ia tidak menunjuk seorang yang kan menggantikannya. Kedua, kaum Anshar
dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah. Ketiga,
umat islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. 14
Sementara sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur diluar kota Madihan melawan
tentara Persia di satu pihak dan tentara Romawi di pihak lain.15
Berangkat dari kondisi politik yang demikian, tampaknya tidak menguntungkan
apabila pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika
alternatif ini dipilih, besar kemungkinan akan timbul kontroversi berkepanjangan dikalangan
umat Islam tentang siapa uang lebih proporsional menggantikan Abu Bakar.
Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar dalam suksesi kepemimpinan
di negara Madinah pada saat itu merupakan langkah yang tepat dan apa yang dilakukan itu
merupakan implementasi yang optimal terhadap prinsip musyawarah.

C. KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN

1. Kelahiran Utsman bin Affan.

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin
Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M., enam tahun setelah
penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah ataun enam tahun sebelum kelahiran Rasulullah
SAW. Ibu nya bernama Urwy bin Kuraiz. Utsman bin Affan masuk islam pada usia 30 tahun.
Sesaat setelah masuk islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil
Ash. Ia memeluk islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat
Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian besar kekayaannya
digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya memiliki dua
cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal,
yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih
150 hadis. Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi Khalifah melalui proses
pemilihan.
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan termasuk
muhajirin pertama ke Yatsirb. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan sosial. Siang harinya ia
gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat gemar membaca Al-Quran,
sehingga Khalid Muh Khalid menulis bahwa untuk shalat dua rakaat saja, Utsman
menghabiskan waktu semalam karena banyaknya ayat Al-Quran yang dibaca, dan pada saat
Khalifah Utsman bin Affan wafat, Al-Quran berada di pangkuanya. Kesalehan sosialnya
terbukti dan membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirham dan menghibahkannya
kepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar
untuk peluasan Masjid Nabawi. Menyerahkan 940 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan
Jaisyul Usrah pada Perang Tabuk. Setiap hari Jumat, Utsman bin Affan membebaskan
seorang budak laki-laki dan seorang budak perempuan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman bin Affan mengikuti beberapa peperangan,
di antara Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan

14

15

i
Tabuk. Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah SAW. Menunggu istrinya
yang sedang sakit sampai meninggal.

2. Peradaban Pada Masa Utsman bin Affan.

Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,


terutama dalam perluasan wilayah kekusaan Islam. Karya monumental Utsman yang
dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an. Pembukuan ini
didadasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan dikalangan
umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Amenia dan Azerbaijian.
Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-
tulisan Al-Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian
dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke berbagai
wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya. Adapun
kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luar itu, meliputi pembangunan daerah,-daerah
pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tanu, pembangunan kota-kota baru yang
kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi dengan Khalifah
dan fasilitas bagi para pendatang. Masjid Nabi di Mdianh diperluas. Tempat persediaan air
dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan ladang-ladang perternakan untadan
kuda. Pembangunan beberapa sarana umum ini menunjukan bahwa Utsman sebagai Khalifah
sangat memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan
sebuah masyarakat.16[11]
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam
pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa
kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat
sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga
kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.17[12] Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul
perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman
memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang kecewa itu. Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang
menimpah umatnya.

3.Proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan.

Sebelum meninggal, Umar telah memanggil tigacalon penggantinya yaitu Utsman,


Ali dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar
berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat. Disamping itu, Umar
telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih penggantinya kelak. Dewan
formatur dibentuk Umar berjumlah 6 orang. Mereka adalah Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Di
samping itu, Abdullah bin Umar dijadikan anggota, tetapi ia tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan khalifah ditentukan sebagai berikut : pertama yang berhak
menjadi khalifah adalah yang dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua,
apabila suara terbai secara berimbang (3:3), Abdullah bin Umar berhak menentukannya.
Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak di terima, calon yang dipilih oleh

16

17

i
Abd Ar-Rahman bin Auf harus diangkat menjadi khalifah. Kalau masih ada yang
menentangnya,penentang tersebut hendaklah dibunuh.
Langkah yang ditempuh oleh Abd Ar-Rahman setelah Umar wafat adalah meminta
pendapat kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang tepat
untuk diangkat menjadi khalifah. Hasilnya adalah munculnya kedua kandidat khalifah, yaitu
Utsman dan Ali. Ketika diadakan pejajagan suara diluar sidang formatur yang dilakukan oleh
Abd Ar-Rahman, terjadi silang pemilihan. Lalu, Abd Ar-Rahman bermusyawarah dengan
masyarakat dan sejumlah pembesar diluar anggota formatur ternyata, suara di masyarakat
telah terpecah menjadi dua, yakni kubu Bani Hasyim yang mendukung Ali dan kubu Bani
Umayyah yang medukung Utsman.
Kemudian, Abd Ar-Rahman memanggil Ali dan Utsman secara berurutan lalu ia
menanyakan kepada mereka sanggupkah mereka melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-
Quran, sunah Rasul, dan kebijaksanaan dua khalifah sebelum mereka? Mereka berdua pun
menjawab pertanyaan yg diajukan Abd Ar-Rahman, dan akhirnya ia mengangkat Utsman
sebagai Khalifah ketiga dan menyuruh untuk pembai’atan.
Masa pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama apabila
dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun. Awal pemerintahan Utsman,
atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh dengan berbagai prestasi.18

D. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

1. Kelahiran Ali bin Abi Thalib.

Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi.
Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki
kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik,
perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah
berani, penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi,
seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir
hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.19[13]

Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthallib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad
SAW., yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi Muhammad SAW,
yaitu Fatimah. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan termasuk orang yang pertama
masuk islam dari golongan pria. Pada saat nabi menerima wahyu pertama, Ali berumur 13
tahun, menurut A.M. Saban, sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun.
Mahmudunnasir selanjutnya menulis bahwa Ali termasuk salah seorang yang baik dalam
memainkan pedang dan pena, bahkan ia di kenal sebagai orator. Setelah Usman wafat,
masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah
hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi
pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

2. Proses pengangkatan Ali bin Abi Thalib.


18

19

i
Dalam pemilihan   Khalifah   terdapat perbedaan pendapat   antara   pemilihan  
Abu bakar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Ketika kedua pemilihan  Khalifah terdahulu
(Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Ustman ibn Affan), meskipun mula-mula  terdapat
sejumlah orang yang menentang, tetapi setelah  calon terpilih dan diputuskan  menjadi
Khalifah, semua orang menerimanya   dan   ikut berbaiat serta menyatakan  kesetiaannya.
Namun lain halnya  ketika pemilihannya Ali bin Abi Thalib, justru sebaliknya.

Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat beramai-ramai   datang dan


membaiat Ali bin Abi Thalib   sebagai Khalifah. Beliau diangkat  melalui  pemilihan dan
pertemuan terbuka. Akan tetapi suasana pada saat itu sedang kacau, karena hanya ada
beberapa tokoh senior masyarakat Islam yang tinggal di Madinah. Sehingga keabsahan
pengangkatan Ali bin Abi Thalib ditolak oleh sebagian masyarakat termasuk Mu’awiyah bin
Abi Sufyan. Meskipun hal itu terjadi, Ali  masih  menjadi  Khalifah  dalam pemerintahan
Islam.

Pro dan kontra terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah di
karenakan beberapa hal yaitu bahwa orang yang tidak menyukai Ali diangkat menjadi
Khalifah, bukanlah rakyat umum yang terbanyak. Akan tetapi golongan kecil (keluarga
Umaiyyah) yaitu keluarga yang selama ini telah hidup bergelimang harta selama
pemerintahan Khalifah Ustman. Mereka menentang Ali karena khawatir kekayaan  dan
kesenangan mereka akan hilang lenyap karena keadilan yang akan dijalankan oleh Ali.
Adapun rakyat terbanyak, mereka menantikan kepemimpinan Ali dan menyambutnya dengan
tangan terbuka. Beliau akan dijadikan tempat berlindung melepaskan diri dari penderitaan
yang mereka alami.

3.Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib.

Konflik politik antara Ali ibn Abi thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan diakhiri
dengan tahkim. Dari pihak ali Ibn Abi Thalib diutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur
dan tidak “cerdik” dalam politik, yaitu Abu Musa Al-Asy’ari. Sebaiknya dari pihak
Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik,
yaitu Amr Ibn Ash.20
Dalam Tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugiakan oleh pihak Muawiyah
Ibn Abu Sufyan karena kecerdikan Amr bin Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al-
Asy’ari. Pendukung Ali kemudian terpecah menjadi dua, yakni kelompok pertama adalah
mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka teap setia kepada Ali,
sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa
terhadap kepemimpinan Ali. Mereka melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak
yang terlibat dalam tahkim, termasuk Ali.21
Sebagai oposisi terhadap kekuasaan yang ada, khawarij mengeluarkan beberapa
statemen yang menuduh orang-orang yang terlibat tahkim sebagai orang-orang kafir.
Khawarij berpendapat bahwa Utsman Ibn Affan telah menyeleweng dari ajaran Islam.
Demikian pula, Ali juga telah menyeleweng dari ajaran Islam karena melakukan tahkim.
Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib dalam pandangan Khwarij, yakni murtad dan telah
kafir. Disamping dua khalifah umat iIslam diatas, politisi lain dipandang kafir oleh Khawarij
adalah Muawiyah, Amr bin Ah, Abu Musa Al-Asy’ari, dan semua orang yang menerima
tahkim.

20

21

i
Dalam mengeluarkan statemen politiknya, khawarij tampaknya tidak lagi berada
dalam jalur politik, tetapi berada dalam wilayah atau jalur teologi atau kalam yang
merupakan fondasi bagi keberagaan umat Islam. Khawarij dinilai keluar dari wilayah politik
karena menilai kafir terhadap orang-orang yang telah terlibat dan menerima tahkim. Kafir dan
mukminnya seseorang, paling tidak menurut Harun Nasution, bukan wilayah politik, tetapi
wilayah kalam dan teologi. Karena menilai kafir terhadap Utsman Ibn Affan ,Ali Ibn Abi
Thalib, Muawiyah, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr Ibn Ash, Khawarij tidak lagi dinilai sebagai
aliran politik, tetapi dianggap sebagai aliran kalam.22
Disamping penentang, Ali Ibn Abi Thalib memiliki pendukung yang sangat fanatik
dan setia kepadanya. Dengan adanya oposisi terhadap pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib,
kesetiaan mereka terhadap Ali Ibn Abi Thalib semakin bertambah, apalagi setelah Ali wafat
dibunuh oleh kalangan Khawarij. Mereka yang fanatik terhadap Ali dikenal dalam sejarah
sebagi kelompok syi’ah.
Peristiwa tahkim tersebut menyebabkan sebagian pengikut Ali tidak setuju dan
mereka keluar dari barisan Ali, kemudian mereka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya
serta terus-menerus merongrong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari barisan Ali
tersebut biasa disebut sebagai Khawarij. Kerepotan khalifah dalam menyelesaikan kaum
Khawarij ini digunakan Muawiyah untuk merebut Mesir. Padahal, Mesir dapat dikatakan
sebagi sumber kemakmuran dan ekonomi dari pihak Ali.
Dengan terjadinya berbagi pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali,
banyak pengikut Ali gugur dan juga berkurang serta hilangnya sumber ekonomi dari mesir
karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kharisma khalifah menurun, sementara
Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut memaksa khalifah Ali
menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.
penyelesaian melalui kopromi dengan Muawiyah itu sebenarnya merupakan
kegagalan bagi Ali. Berbagai kerusuhan yang harus dihadapi Ali sejak penobatannya menjadi
khalifah, terutama disebabkan oleh kegagalannya menindas pemberontakan Muawiyah.
Pemberontakan yang hebat dari Thalhah dan Zubair memperlemah kedudukan Ali dan
memeprkuat kekuasaan Muawiyah. Pemberontakan-pemberontakan terjadi pula di Bashrah,
Mesir, dan Persia untuk mendapat kemerdekaan. Khalifah Ali harus menangani
pemberontakn-pemberentokan ini dan memulihkan ketertiban di dalam imperium, terutama
kaum Khawarij sangat memperlemah kekuatannya dan terus-menerus menyibukkannya.23
Jumlah manusia, keuangan, dan sumber-sumber kekayaan Muawiyah jauh lebih kuat
dibandingkan dengan khalifah Ali. Ali tidak memiliki sumber-sumber kekayaan yang
memadai dan memimpin suatu kaum yang kesetiannya kepadanya berubah-ubah dan
meragukan. Sebaliknya, Muawiyah memiliki sumber-sumber yang kaya di Siria dan memiliki
dukungan yang tangguh dari keluarganya. Bani Umayah maupun orang-orang Siria dengan
kuat berada dibelakangnya dan memasoknya dengan sumber-sumber kekuatan yang tak
habis-habisnya. Ali hanyalah seorang jendral dan seorang prajurit yang gagah berani,
sedangkan Muawiyah adalah diplomat yang licik dan seorang politikus yang pintar,. Dia
memainkan kelicikan apabila keberanian bertarung tidak berhasil. Dengan cerdik, dia
memanfaatkan pembunuhan khalifah Ali dan membantu rencanya. Karena dia sendiri adalah
seorang yang paling licik pada waktu itu, Muawiyah menjalin persahabatan dan persekutuan
dengan Amar, yang juga orang yang paling cerdik dan banyak akal pada saat itu. Karena
gagal dalam menggunakan pedang, Muawiyah dan sekutunya menipu dan mengalahkan
khalifah Ali dengan permainan kecerdikan dan kelicikan di dalkam perang siffin.24

22

23

24

i
Penyelesaian kompromis Ali dengan Muawiyah tidak disukai oleh kaum persusuh
karena hal itu membebaskan khalifah untuk memusatkan perhatiannya pada tugas
menghukum mereka. Kaum Khawarij menrencanakan untuk membunuh Ali, Muawiyah dan
Amar memilih seorang khalifah yang sehaluan dengan mereka, yang dengan bebas dipilih
dari seluruh umat Islam. Karena itu, Abdurrahman, pengikut seta kaum Khawarij,
memberikan pukulan yang hebat kepada Ali sewaktu dia akan Adzan di Masjid. Pikulan itu
fatal dan khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. Bertepatan dengan tahun 661
M.25
Dalam kisah lain diceritakan bahwa kematian khalifah Ali diakibatkan oleh pukulan
pedang yang beracun milik Abdurrahman Ibn Muljam.

3. Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana
Khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam mengangkat
seorang pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan atas wilayah yang
dipimpinnya. Seorang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola wilayah yang
dikuasainya, namun khalifah tetap melakukan pengawasan terhadap kinerja pemimpin
tersebut. Khalifah senantiasa mengajak pegawainya untuk hidup Zuhud, berhemat dan
sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk selalu memperhatikan dan berbelas kasihan
terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau juga mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau
juga konsisten terhadap kepentingan masyarakat secara umum.26[14]

4. Wafatnya Ali bin Abi Thalib.

Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Islam, dan


mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3
orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.
Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24
Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Hanya Ibnu Muljam yang
berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu
Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi
Khalifah yang berkedudukan di Kufah.27[15]

E. KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq
hingga Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil dalam
mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan
dasar agama Islam di arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para
khulafaur rasyidin. Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam

25

26

27

i
waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa
yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.28[16]

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain
sebagai berikut :
1.  Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan
Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.   Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3.  Pertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
4.   Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran,
tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5.  Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab  lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
6.  Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu
pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa
organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin,
diantaranya sebagi berikut :
1.      Lembaga Politik.
2.      Lembaga Tata Usaha Negara.
3.      Lembaga Keuangan Negara.
4.      Lembaga Kehakiman Negara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan


musyawarah. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah melalui
pertemuan saqifah atas usulan umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah
munculnya nabi palsu dan kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum murtad
28

i
Musailimah bin kazzab beserta pengikutnya menolak. membayar zakat dan murtad dari islam
yang mengakibatkan terjadinya perang Yamamah. Perang tersebut terjadi pada tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Qur’an hingga dia
mengusulkan kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang ditulis pada
masa nabi menjadi satu mushaf Al-Qur’an. Umar membentuk panitia yang beranggotakan 6
orang sahabat dan meminta salah satu diantaranya menjadi khalifah setelah Umar wafat.
Panitia berhasil mengangkat Utsman menjadi khalifah.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat
pejabat dari kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam membaiak
Ali menjadi khalifah pengganti utsman. Setelah Ali meninggal, ia diganti oleh anaknya,
Hasan. Hasan mengadakan perundingan damai dengan Mu’awiyah dan umat islam dikuasai
oleh Mu’awiyah. Dengan begitu berakhirlah pemerintahan yang berdasarkan pemilihan
(khulafaur rasyidin berganti dengan sistem kerajaan).

B.  Saran.

Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh


Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari
Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di ambil dari kalangan keluarga Khalifah,
dan ketidak tegasan dalam memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang
menyebabkan perpecahan dan pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak
negatif di era globalisasi ini.

C. Manfaat

-menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah.


-menambah wawasan pembaca dan penulis.
-mengetahui bagaimana terbentuknya sejarah khulafaur rasyidin.
-dapat menjawab soal dengan tepat

DAFTAR PUSTAKA

Amin Samsul Munir, Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta : Amzah, 2009.


Muh. Chamdillah, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Kementerian Agama RI, 2020.
Rahman Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf. 1995.
Sinn Ahmad Ibrahim Abu, Manajemen Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Susanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur: Prenada Media
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993

i
i

Anda mungkin juga menyukai