Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulis.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Menjelaskan Pembentukan Kekhalifahan dan sistemnya................... 2
B. Tipe Kepemimpinan Khalifah............................................................. 9
C. Konstribusi Khalifah dalam Peradaban Islam..................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan pertama yang berdiri setelah
wafatnya Nabi Muhammad pada 632 masehi. Khulafaur Rasyidin berjumlah
empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa kepemimpinannya, Khulafaur
Rasyidin memberi kontribusi besar dalam peradaban Islam. Para khalifah
yang berkuasa selalu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kepemimpinannya dan mereka dikenal mempunyai perilaku terpuji yang patut
diteladani umatnya. Pada masa kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin
membentang dari Jazirah Arab, Levant, Kaukasus, sebagian Afrika Utara,
dataran tinggi Iran, dan Asia Tengah.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pembentukan Kekhalifahan?
2. Jelaskan tipe Kepemimpinan Khalifah?
3. Jelaskan Konstribusi Khalifah dalam Peradaban Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pembentukan Kekhalifahan
2. Untuk mengetahui tipe Kepemimpinan Khalifah
3. Untuk mengetahui Konstribusi Khalifah dalam Peradaban Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1
c.brosworth,The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh lyas hasan dengan judulDinasti-dinasti
Islam(bandung :mizan 2007), hal.23
Sejarah mencatat bahwa masalah yang paling krusial setelah nabi
wafat adalah masalah politik yaitu penentuan siapa yang berhak
menggantikan nabi sebagai kepala Negara (khalifah). Begitu penting
masalah ini sehingga penguburan Nabi tertunda,tentang penggantian Nabi
sebagai rasul sudah di atur oleh wahyu dan memang Muhammad SAW
adalah Nabi dan rasul terakhir sedangkan penggantian sebagai kepala
Negara tidak diatur oleh wahyu dan Nabi pun tidak ada berwasiat.
Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang
wafatnya rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan
adanya perselisihan paham antara kaum Muhajirin dan Anshar tentang
siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin.
Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar
menghendaki pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun dapat
diatasi oleh AbuBakar dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang
calon khalifah untuk memilihnya yaitu umar bin khattab atau Abu zbaidah
bin 'arrah. Namun keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan
mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.2
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar
sebagai khalifah yaitu:
a. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu,seorang khalifah
(pemimpin) haruslah berasal dari suku quraisy.
b. Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai
khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah
laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat
yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah
dan ketika bersembunyi di gua tsur ia yang ditunjuk oleh rasulullah
2
Syamsul rizal, al,Buku Pintar Agama Islam (bogor:lpkai" Cahaya islam " 2008) hal. 166
SAW untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang gua tsur, dan ia
keturunan bangsawan,cerdas, dan berakhlak mulia.
c. Beliau sangat dekat dengan rasulullah SAW baik dalam bidang agama
maupun kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan
hartanya untuk kepentingan Islam.
Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di
Saqifa Bani iSaidah yang dikenal dengan Baiat khassah dan kedua di
Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Baiat
A'mmah.
Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai
khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai
pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SAW dan
menyatakan ketidak berambisiannya untuk menduduki jabatan khalifah
tersebut. Abu Bakar selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilihmenjadi
pemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di
antarakalian. Karena itu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan
yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran
adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang
lemah di antara kalian menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya
menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki dan orang yang
kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya hingga
sayamerebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada allah
dan rasul nya, dan bila saya mendurhakai allah dan rasul nya, janganlah
mengikuti saya.3
Bentuk pemerintahan Abu Bakar adalah monarki yang
menggunakan tiga cabang kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan
3
ahmad, al- usry, sejarah peradaban islam sejak nabi Adam sampai XXX(jakarta, akbar media
2010) hal 10
yudikatif. Melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif Abu
Bakar memutuskan kebijakan pemerintahan.4
a. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan kebijakan dan keputusan pemerintah.
Cabang kekuasaan ini memiliki peran dalam menjalankan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh badan legislatif, yang biasanya di
iwujudkan dalam bentuk undang-undang. Tugas utama kekuasaan
eksekutif adalah menerapkan, menjalankan, dan mengawasi
implementasi kebijakan
b. Kekuasaan legislatif
Berbeda dari kekuasaan eksekutif yang melaksanakan undang-
undang, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat atau
merumuskan undang-undangyangdiperlukan negara.
c. Kekuasaan yudikatif
Kekuasaan yudikatif merujuk pada kekuasaan yang dimiliki
oleh badan-badan peradilan dalam suatu negara untuk menafsirkan
undang-undang dan memberikan keputusan hukum yang akhir dan
mengikat.
b) Kekhalifahan Umar bin Khatab
Umar bin Khattab menjadi khalifah kedua bagi umat Islam
menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq yang meninggal karena sakit. Umar
bin Khattab menjadi khalifah dari tahun 634 sampai 644 Masehi. Umar bin
Khattab di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW memiliki julukan Al
Faruq yang memiliki arti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran
4
sami aliyah , ahli bahasa asmuni solohan zaman ashari, sistem pemerintahan dan
keadilan( jakarta, 2004) , hal 302
dan kebatilan. Julukan Umar bin Khattab Al Faruq didapat langsung dari
Rasulullah.
Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin
Adi bin Ka’bah bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr al-Adawi al-Quraisy, yaitu
kakek ketujuh Rasulullah SAW.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Islam mengalami
kemajuan yang pesat dari berbagai sektor kehidupan. Salah satunya adalah
pasukan Islam berhasil mengalahkan kekuatan besar di Romawi dan
Persia. Pada tahun 634 sebanyak 46.000 tentara Islam mengalahkan
300.000 tentara Romawi di dataran Yarmuk.Pada masa kepemimpinan
Umar bin Khattab, kekuasaan Islam meliputi Jazirah Arab, Palestina,
Suriah, Sebagian Persia, dan Mesir. Selain itu Umar bin Khattab juga
sangat berjasa dalam meletakkan dasar negara, Umar mengesahkan
ketentaraan, kepolisian, pekerja umum, hingga system kehakiman.
Dalam memimpin Islam ada beberapa sifat yang dipegang oleh
Umar bin Khattab sehingga pada waktu itu Islam benar-benar berkembang
dengan pesat. Berikut adalah prinsip pemimpin yang dipegang oleh Umar
bin Khattab:
1. Mengutamakan Adil. Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin
yang adil, dia tidak akan tinggal diam jika mengetahui dan
menyaksikan kesewenang-wenangan.
2. Amanah atau dapat dipercaya merupakan sifat yang harus ditanamkan
kepada anak-anak seperti yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab
dimana Umar merupakan salah satu khalifah yang sangat Amanah.
3. Hidup Bersahaja, sebagai seorang pemimpin Umar bin Khattab selalu
hidup Dalam kesederhanaan dan jauh dari kesan kemewahaan padahal
pada waktu itu wilayah kekuasaan Islam sudah sangat luas sampai ke
luar Arab.
4. Pemberani dan Tegas Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin
yang pemberani dan tegas namun tetap memiliki hati yang lembut.
Ketika Umar menjabat sebagai khalaifah, ia menata sistem
pemerintahannya dengan memberikan keadilan dan kejujuran kepada
masyarakat serta meletakkan dasar-dasar negara yang bersifat demokratis
karena Umar beranggapan bahwa rakyat mempunyaihak atau kesempatan
untuk campur tangan di dalam pemerintahan.
c) Kekhalifahan Utsman bin Affan
Khalifah Usman memerintah selama 13 tahun yakni dari 644-655
M Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua,
diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam
orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman
bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara
masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah
ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah
ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 23 H. Utsman menjadi khalifah
di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Utsman adalah seorang saudagar kaya yang menggunakan
kekayaannya untuk mendukung Islam namun tidak pernah sebelum
kekhalifahannya menunjukkan kualitas kepemimpinan atau benar-benar
memimpin pasukan. Tetapi meskipun demikian, menurut Wilferd
Madelung , ia dipilih oleh para pemilih sebagai satu-satunya calon kontra
yang kuat untuk Ali karena ia sendiri dapat sampai batas tertentu
menyaingi hubungan kekerabatan dekat Ali dengan .
RVC Bodley percaya bahwa setelah pembunuhan Umar, Ali
menolak khalifah karena ia tidak setuju dengan mengatur sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Abu Bakar dan Umar, dan bahwa Utsman
menerima ketentuan-ketentuan dan ia gagal untuk administrasi selama
sepuluh tahun kekhalifahannya.
Pemerintahan Utsman bin Affan pada dasarnya tidak jauh berbeda
dari pendahulunya. Kekuasaan tertinggi dan pelaksana kekuasaan
eksekutif berada ditangan khalifah. Khalifah Utsman bin Affan
mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah dan
provinsi dalam melaksanakan administrasi pemerintahan.
d). Kekhalifahan ali bin Abi Thalib
Setelah Usman wafat, keadaan semakin kacau. Kaum muslimin
mendesak agar Ali dibaiat sebagai khalifah.Dalam suasana kacau, Ali pun
dibaiat. Peristiwa itu berlangsung pada 25 Zulhijah 35 H di Masjid
Madinah.
Ali diwarisi berbagai pergolakan. Masa pemerintahannya penuh
dengan cobaan.Ia berusaha mengatasinya dengan menarik para amir yang
sebelumnya diangkat oleh Usman bin Affan.Ia juga mengambil alih tanah
yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatan kepada negara.Ali mengembalikan sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang Islam yang pernah diterapkan pendahulunya Umar
bin Khattab.Pemberontakan yang dihadapi Ali bin Abi Talib di antaranya
datang dari Talhah, Zubair, dan Aisyah Ali bin abi Thalib diangkat melalui
pemilihan dan pertemuan terbuka sehingga Ali terpilih secara aklamasi.
Sistem pemerintahan menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan
kehidupan bernegara. Pemerintahan akan berjalan efektif dan normal
dimana sistem yang dipilih dan digunakan sesuai dengan karakter kondisi
sosial politik negara. Sistem pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib
dalam persfektif siyasah salah satunya tentang kebijakan penetapan
hukum, kebijakan peradilan dan politik peperangan, seperti peperangan
yang terjadi dalam perang siffin, sesungguhnya Ali tidak ingin melakukan
Tahkim atau arbitrase, karena khalifah Ali sendiri telah mengetahui
bahwasannya tahkim yang di lakukan Muawiyah hanyalah politik untuk
mengalahkan pasukan Ali, karena pasukan Muawiyah telah terpojok.
Akan tetapi Khalifah Ali di paksa pasukannya sendiri untuk
melakukan tahkim, dan mereka mengancam akan memberontak seperti
yang dilakukan terhadap Muawiyyah. Sistem pemrintahan di Indonesia
adalah sistem Presidensial, dimana sistem pemerintahan yang berpusat
pada kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai
kepala negara. Penelitian ini bermaksud menuangkan sistem pemerintahan
pada Ali bin Abi Thalib dan merelevansikan dengan sistem pemerintahan
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun Ibrah/pelajaran yang dapat kalian ambil dari sejarah
perkembangan Islam masa Khulafaur Rasyidin adalah sebagai berikut:
1. Abu Bakar adalah seorang figur pemimpin yang memiliki jiwa bersih,
jujur, dan sangat demokratis. Siap dikritik dan diberi saran, peduli
terhadap keselamatan dan kesejahteraan umat.
2. Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang pemberani terhadap
yang benar, tegas menghadapi kebatilan dan pandai berdiplomasi. Beliau
telah merubah anak-anak padang pasir yang liar menjadi bangsa pejuang
yang gagah berani, tangguh, disiplin tinggi.
3. Usman bin Affan adalah seorang pemimpin yang berjuang meneruskan
perjuangan para Khalifah pendahulunya. Beliau mampu melakukan
perluasan wilayah kekuasaan yang patut dikenang. Beliau mampu
membentuk Angkatan Laut Arab. Corak kepemimpinan beliau yang patut
dicontoh dan diterapkan yaitu sifat keterbukaan dan demokratis.
4. Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang ‘alim, gagah berani,
tangkas, dan pandai bermain pedang. Seluruh potensinya dipergunakan
untuk mengatasi perpecahan dan kekacauan dalam negeri. Beliau dilantik
menjadi khalifah dalam situasi dan kondisi yang kacau balau, akan tetapi
ia mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik.
Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis menyadari bahwa masih
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Iiyanti, Gitri, 2007&etodologi Studi Islam palembang: IAIN raden fatah press.