Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

TENTANG
MASA PEMERINTAHAN AL KHULAFA AL RASYIDIN

DI SUSUN OLEH :
ABDUS SALIM : 2130103001
AYU FITRI WULANDARI : 2130103015
FERRY NALDO : 2130103029

DOSEN PENGAMPU:
PISDONI MARDIANTO,M. HUM

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
BATUSANGKAR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas
nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, shabat dan sekaqlian umatnya yang
bertaqwa.
Atas berkat dan rahmat dan hidayah allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ PERADABAN ISLAM MASA
KHULAFAURRASYIDIN “ ini dengan lancar tanpa halangan satu apapun.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
dosen pengampu pada mata kuluiah “ sejarah peradaban islam” yang telah
memberikan tugas ini,sehingga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang pemaklah tekuni. Apabila masih
terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini, semoga di maafkan dan di
perlukan juga kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, guna
memperbaiki untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Batusangkar, 16 Maret 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar balakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................3
A. Al-Khulafa Ar;-Rasyidin .........................................................................3
B. Khalifah Abu Bakar .................................................................................10
C. Khalifah Umar Bin Khatab ......................................................................13
BAB II PENUTUP ..............................................................................................19
A. Penutup ....................................................................................................19
B. Saran ........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan
tidak bisa kita abaikan begitu saja, begitu banyak ibrah dan hikmah
yang dapat kita pelajari dari sejarah tersebut. Dengan adanya sejarah
maka kita bisa mengetahui peristiwa dan apa yang terjadi pada masa
sebelumnya serta mengerti bagaimana pemerintahan setelah wafatnya
nabi Muhammad SAW. Yang digantikan oleh khulafaur rasyidin
sebagai pemimpin Negara.
Khulafaurrasyidin ialah para sahabat-sahabat terdekat nabi
Muhammad SAW. Mereka ialah terdiri dari Abu Bakar (632-634M),
Umar Bin Khattab(634-644M), Ustman Bin Affan(644-656M), dan
Ali Ibnu Abi Thalib(656-661M)
Namun di makalah ini pemakalah hanya menguraikan tentang dua
khalifah saja yakni Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang akan
dibahas secara lebih lanjut.

B. Rumusan masalah
1. Sistem politik pemerintahan pada masa awal khulafa ar rasyidin.
2. Sistem pergantian kepala negara al khulafa ar rasyidin.
3. Tentangkhalifah amir al mukmianain dan imam al khulafa ar
rasyidin.
4. Memukakan biografi khalifah abu bakr.
5. Masalah yang muncul pada masa abu bakar.
6. Usaha usaha abu bakr dalam hal pemeliharaan sumber ajaran.
agama, dalam politik, sosial kemasyarakatan dan pemerintahan.
7. Biografi khalifah uar ibn al khattab.
8. Proses pengangkatan umar menjadi khalifah.
9. Kebijaksanaan khalifah uar dalam pemeliharaan sumber ajaran
agama, politik, masalah administrasi pemerintahan seperti
pelimpahan wewenang kepada hakim daerah
10. Kebijaksanaan khalifah umar dalam dalm hal perluasan wilayah
(ekspanasi) islam kedaerah romawi dan persia
11. Meneladani keberanian dan kebijaksanaan umar dalam
memberantas kebatilan
12. Meneladani sifat santun dan kesosialan khalifah uar ibn al khatab

1
C. Tujuan
1. Untuk Sistem politik pemerintahan pada masa awal khulafa ar rasyidin.
2. Untuk Sistem pergantian kepala negara al khulafa ar rasyidin.
3. Untuk Tentangkhalifah amir al mukmianain dan imam al khulafa ar
rasyidin.
4. Untuk Memukakan biografi khalifah abu bakr.
5. Untuk Masalah yang muncul pada masa abu bakar.
6. Untuk Usaha usaha abu bakr dalam hal pemeliharaan sumber ajaran.
agama, dalam politik, sosial kemasyarakatan dan pemerintahan.
7. Untuk Biografi khalifah uar ibn al khattab.
8. Untuk Proses pengangkatan umar menjadi khalifah.
9. Untuk Kebijaksanaan khalifah uar dalam pemeliharaan sumber ajaran
agama, politik, masalah administrasi pemerintahan seperti pelimpahan
wewenang kepada hakim daerah
10. Untuk Kebijaksanaan khalifah umar dalam dalm hal perluasan wilayah
(ekspanasi) islam kedaerah romawi dan persia
11. Untuk Meneladani keberanian dan kebijaksanaan umar dalam
memberantas kebatilan
12. Untuk Meneladani sifat santun dan kesosialan khalifah uar ibn al
khatab

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al khulafa al rasyidin
A. Sistem politik pada masa awal al khulafa al asyidin
1. Abu bakar al shidiq (politik konsolidasi)
Nama lengkapnya Abdullah ibn abi quhafaty at tamimi. Pada
zaman sebelum islam, ia bernama Abdullah ka’bah, kemudian oleh nabi
di ganti dengan Abdullah. Ia di juluki pula dengan abu bakar ( pelopor
pagi hari ) sehingga nama ini yang banyak yang di gunakan, karena ia
menjadi pelopor masuk islam saat masyarakat makkah masih dalam
kegelapan jahiliyah. Gelar al shidiq di perolehnya karena ia segera
membenarkan nabi dalam berbagai peristiwa, terutama tentang peristiwa
isra’ mi’raj ]Abu Bakar adalah pilihan yang paling ideal,dialah yang
semenjak awal telah mendampingi nabi dan paling paham tentang
risalah Nabi Muhammad SAW.
Masa kekhalifahan Abu Bakar yang berlangsung selama 2
tahun,11-13 H (632-634 M0,diawali dengan pidato yang memberi
komitmen bahwa dirinya diangkat menjadi pemimpin umat Islam
sebagai khalifah rasulillah,yaitu menggantikan Rasul melanjutkan tugas-
tugas kepemimpinan agama dan kepemimpinan
pemerintahan.Penegasan ini membawa implikasi bahwa Abu Bakar akan
selalu menjadikan nilai dasar Islam yang dibawa rasul sebagai dasar dari
kepemimpinannya.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah,pada satu sisi
memberikan keuntungan tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan
negara Madinah,namun pada sisi lain munculnya penolakan orang-orang
Arab,terutama orang-orang yang baru masuk Islam.
Penentangan terhadap negara Madinah yang dilakukan oleh suku-
suklu Arab merupakan sebuah realitas bangsa Arab yang sangat sulit
menerima kebenaran,sangat sulit untuk tunduk pada ajaran yang
baru,yang tidak umum berkembang pada lingkungan mereka.
Gerakan oposisi dan penetangan mereka yang disebut Riddah dibagi
menjadi :
(1). Gerakan melepas kesetiaan kepada ajaran Islam,kembali kepada
kepercayaan semula. Gerakan Riddah ini secara politik merupakan
pembangkangan terhadap lembaga kekhalifahan.
(2). Gerakan menolak membayar zakat. Penolakan mereka membayar
zakat disebabkan pandangan salah mereka tentang zakat yang dikira
pajak.

3
(3). Gerakkan yang mengangkat diri mereka menjadi nabi: seperti yang
dilakukan Musailamah al Khazzab (pendusta) yang menyatakan bahwa
nabi telah mengangkat dirinya sebagai mitra di dalam kenabian. Di1
Yaman muncul orang-orang yang mengaku nabi,yaitu Aswad Ansi dan
Sajjah ibn Haris.
(4). Gerakan dari nsuku-suku pembangkang yang mengklaim bahwa
Islam adalah agama bangsa Arab semata. Mereka berusaha meraih
kembali kemerdekaan.
Melihat kondisi bangsa Arab dalam wilayah kekuasaan Islam yang
menolak terhadap kekhalifahan Abu Bakar,bahkan penolakan terhadap
Islam,maka orientasi politik yang dijalankannya pertama kali adalah
melakukan konsolidasi, mempersatukan masyarakat Arab dalam
kekuasaannya dan dalam keagamaan Islam serta tetap dalam
menjalankan ajaran agama.
Terhadap gerakan Riddah,kembali ke ajaran nenek moyang
mereka, Abu Bakar melancarkan operasi pembersihan terhadap mereka
dengan melakukan tekanan dan ajakan kembali ke jalan Islam,namun
ketika mereka menolak baru dilakukan peperangan. Begitu juga ketika
menghadapi orang yang tidak mau membayar zakat dan nabi-nabi
palsu,tindakan Abu Bakar adalah melakukan pembersihan,menumpas
serta memerangi mereka.
Perang riddah melawan kemurtadan yang berjalan alot berhasil
dimenangkan oleh pemerintah Abu Bakar di bawah pimpinan Khalid ibn
Walid. Namun,di samping itu semua ,banyak dari penghafal Al Qur’an
yang tewas dalam perang tersebut. Melihat suasana ini Umar merasa
cemas,dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan Al
Qur’an.Abu Bakar pada awalnya tidak menyetujui usulan ini karena
tidak ada otoritas dari Nabi untuk membukukan Al Qur’an,namun
kemudian ia setuju dan memberikan tugas tersebut kepada Zaid bin
Tsabit untuk menuliskannya.
Perilaku politik lain yang dijalankan Abu Bakar adalah melakukan
ekspansi. Ada dua ekspansi yang dilakukan pemerintahan Abu
Bakar,yaitu :
(1). Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid ibn Walid.
Dalam ekspansi ini (thn 634 M),pasukan Islam dapat menguasai dan
menaklukkan Hirah,sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di
Persia.
(2). Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang,yaitu
Ubaidah,Amr ibn Ash,Yazid ibn Sofyan,dan Syurahbil. Ekspansi yang
dilakukan oleh keempat panglima perangnya ini dikuatkan lagi dengan
kehadiran Khalid ibn Walid untuk menguasai wilayah tersebut,karena
1
Yatim Badri, Dr. (1997). Sejarah Peradaban islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja
GrafindoPersada.h. 35

4
kemenangan atasnya akan sangat besar artinya bagi penguasaan daerah-
daerah lain di barat dan utara.Akhirnya pasukan Islam di bawah
panglima Khalid dapat mengalahkan pasukan Romawi dalam
peperangan Ajnadain pada tahun 634 M.
Ketika pasukan Islam sedang menghadapi peperangan di Front
Sirian Damascus,Baalbek,Homs,Hama,Yerussalem,Mesir dan
Mesopotamia, Abu Bakar meninggal dunia,Senin 23 Agustus 634
M,setelah menderita sakit selama beberapa hari. Dalam menjalankan
politik pemerintahannya selama 2 tahun 3 bulan dan 11 hari,Abu Bakar
mengedepankan aspek musyawarah untuk menyelesaikan berbagai
persoalan,sehingga secara internal kondisi pemerintahnnya stabil.
2. Umar ibn khattab (politik ekspansi)
Umar ibn Khattab ibn Nufail ibn Abd.Al Uzza merupakan
keturunan dari ‘Adi,salah satu suku bangsa Quraisy yang terpandang
mulia. Ia lahir lebih muda 4 tahun dari Rasulullah di Makkah. Umar
dibesarkan dalam lingkungan yang meskipun kecil dan tidak kaya,tapi
menonjol di bidang ilmu,karena itu kabilah ini sering dipercaya untuk
menyelesaikan berbagai perselisihan dalam suku Quraisy,seperti pernah
dilakukan oleh kakenya Nufail ibn al uzza yang sukses menyelesaikan
persengketaan antara Abd al Muttahlib dengan Hazid ibn Umayyah.[13]
Umar menjabat sebagai khalifah selama 10 tahun,dari tahun 13-23
H (634-644 M). Dalam masa pemerintahannya Umar melakukan
beberapa langkan politik. Langkah politik ekspansi merupakan langkah
yang paling populer selama pemerintahan Umar. Langkah ini harus
dilakukan karena pasukan Islam sudah menyebar ke beberapa wilayah
yang dikirim oleh pemerintahan Abu Bakar,mau tidak mau dia harus
meneruskan langkah tersebut. Umar sangat tahu sekali kondisi psikologi
pasukan Islam yang punya semangat dakwah yang sangat tinggi untuk
menyerukan ajaran-ajaran agama ke seluruh penjuru dunia,selain karena
bangsa Arab (kaum Badui) terbiasa dengan kehidupan berpindah-pindah
(nomad) dan suka berperang. Penyatuan antara kedua aspek
dakwah,nomad dan suka berperang dari pasukan Islam,akhirnya
digunakan untuk melakukan ekspansi dan dengan cepat dapat
menundukkan wilayah kekuasaan Romawi dan Persia satu peratu.
Kemenangan besar yang didapat pasukan Islam dalam peperangan
dengan pasukan Romawi di Suriah dan Mesir serta pasukan Sasania di
Persia disebabkan pula oleh ; (1). Kondisi internal kedua kerajaan
tersebut yang secara militer telah lemah akibat peperangan di antara
mereka,atau perang melawan pasukan Islam sebelumnya. (2). Perilaku
kedua kerajaan ini terhadap rakyatnya. Kondisi ini mengakibatkan
mereka bergabung dengan pasukan Islam bahkan mereka lebih memilih

5
untuk menerima penguasa baru dalam kekuasaan pemerintahan Umar
ibn Khattab.2
Langkah politik kedua sebagai akibat dari penyerbuan pasukan
Islam ke daerah bekas kekuasaan Romawi dan Sasania adalah 3
mengkonsentrasikan pasukan Islam hanya digunakan untuk menjalankan
penaklukan dan untuk membentengi wilayah yang telah ditundukkan.
Langkah politik ketiga yang dilakukan Umar ibn Khattab adalah
pasukan islam tidak diperbolehkan memaksakan warga taklukan untuk
memeluk agama Islam. Prinsip ini sudah pernah dijalankan pada masa
Rasulullah yang memberi izin kepada pemeluk Yahudi dan Kristen tetap
berpegang pada agamanya,dengan catatan mereka haruus membayar
upeti. Gubernur yang dikirim hanya ditugasi untuk menangani
pengumpulan pajak dan upeti,mengawasi distribusi pajak sebagai gaji
tentara dan memimpin peperangan serta pelaksanaan shalat jama’ah.
Namun dalam perkembangannya ada perubahan dalam pengaturan
terkait dengan urusan sosial dan administrasi kenegaraan,meskipun
dalam penerapan antara satu propinsi dan lainnya berbeda. Di Iraq
seluruh wilayah dikuasai dan diurusi negara Khurasan, dikuasai oleh
penguasa lokal,di Mesir menghapus otonomi kekeyaan fiskal,dan kota
mengatur afministrasi yang mandiri.
Langkah politik keempat adalah didasari oleh keberhasilan
meluaskan jajahan yang membawa implikasi pada membanjirnya harta-
harta,baik rampasan,upeti,pajak dan lainnya. Untuk memudahkan urusan
administrasi dan keuangan,maka dalam pemerintahannya dibentuk
lembaga-lembaga dan dewan-dewan, seperti Bait al Maal
(perbendaharaan negara), pengadilan dan pengangkatan hakim,jawatan
pajak,penjara,jawatan kepolisian juga membuat aturan pembagian gaji
kepada tentara dan tentara cadangan,pemberian gaji kepada guru-
guru,muadzin dan imam,pembebanan bea cukai,pemungutan pajak atas
kuda yang diperdagangkan,pungutan pajak atas orang-orang kristenbani
Tighlab sebagai ganti jizyah. Umar juga menempa mata uang dan tahun
hijrah yang dimulai dari hijrah Rasul.
Dalam keagamaan tokoh cerdas ini merupakan mujtahid yang
handal pada zamannya. Dia menghasilkan ijtihad dimana pandangan-
pandangannya berbeda dengan Nabi dalam beberapa hal,namun tidak
keluar dari komitmennya yang kuat terhadap Al Qur’an dan Sunnah
Rasulullah. Seperti peniadaan hukum potong tangan pada tindak pidana
pencurian,jatuhnya talak tiga sekaligus memasukkan lafal asshalatu
khairun min al naum dalam shalat shubuh,shalat tarawih dengan jumlah
rakaat sebanyak 20 dan lain-lain.

2
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:Pustaka Setia.
3
Arif, Muhammad. 2011. Pengantar Kajian Sejarah.Bandung : Yrama Widya

6
Pemerintahan khalifah Umar yang berlangsung selama 10 tahun,6
bulan dan 40 hari,dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang
demokratis,selain karena dia meletakkan prinsip-prinsip demokrasi
dalam pemerintahannya dengan jalan membangun jaringan
pemerintahan sipil[18] juga bersifat egaliter dengan menjamin
persamaan hak dalam bernegara,tidak membedakan antara atasan dan
bawahan, penguasa dan rakyat. Ketika akan menjalankan shalat shubuh,
seorang budak berkebangsaan Persia bernama Feros atau Abu Lu’lu’ah
secara tiba-tiba menyerang Umar dan menikam dengan pisau. Khalifah
terluka yang sangat parah,dan setelah 3 hari dari peristiwa penikaman
tersebut,Umar wafat pada tanggal 1 Muharram 23 H.

B. Sistem pergantian kepala negara


Pertemuan para sahabat pada hari saqifah merupakan pertemuan
bersejarah yang paling besar pengaruhnya terhadap perjalanan umat
Islam. Dalam pertemuan itu diputuskan adanya keharusan untuk
mendirikan kekhalifahan. Pada pertemuan itu telah diputuskan juga
sebuah prinsip yang sangat urgen bahwa pemilihan seorang khalifah
hanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat, aspirasi umat
atau wakil umat yang aspiratif dan merepresentasikan kedaulatan umat:
seperti para sahabat yang berkumpul pada hari Saqifah.
Sejarah tidak pernah menyebutkan adanya seseorang yang
mengklaim adanya teks dari Nabi yang menunjuk seseorang atau sebuah
kelompok keluarga tertentu untuk mengemban jabatan kekhalifahan.
Klaim-klaim seperti ini muncul setelah pertemuan hari Saqifah dari
golongan Syi’ah yang secara fanatik loyal (tasyayyu) kepada Ali r.a.,
serta keturunannya. Oleh karena itu, merupakan kesepakatan final bagi
kelompok Ahlus Sunnah—dan mereka merupakan kelompok mayoritas
umat Islam—dan disepakati juga pendapat mereka dalam hal ini oleh
kelompok muktazilah, murjiah, dan khawarij bahwa jalan menuju
keimamahan atau kekhalifahan yang konstitusional atau bahwa sumber
kekuasaan khalifah hanya dapat dicapai melalui prosedur pemilihan
umum oleh umat, yang dicerminkan dengan prosedur pembaiatan.
Dengan demikian, umat merupakan dasar legitimasi
kekuasaan/pemerintahan Salah satu kelompok kaum muslimin, kelompok
minoritas, berkeyakinan bahwa sebenarnya Rasulullah telah menunjuk
pengganti beliau, dan calon tersebut adalah keponakannya,’Ali[8].
Menurut mereka, penunjukan tersebut dilakukan Nabi dalam perjalanan
beliau kembali dari Haji Wada’, pada tanggal delapan belas Dzulhijjah,
tahun kesebelas hijriah (632) di suatu tempat yang bernama Ghadir
Khumm (kolam Khumn), dimana beliau membuat pernyataan bersejarah
yang telah diriwayatkan dalam berbagai versi, yang paling terkenal
diantaranya menyatakan bahwa Nabi mengatakan :”barangsiapa yang

7
menganggapku sebagai pemimpin (mawla), mulai saat sekarang
hendaklah menganggap ’Ali sebagai pemimpinnya”. Kelompok ini
terkenal dengan nama Syi’ah.4
Kelompok lain yang dekat dengan mereka berpendapat warisan
kepemimpinan haruslah diserahkan kepada ’Abbas, paman Nabi, dengan
alasan bahwa jika persyaratan mutlak bagi pengganti Nabi tersebut
adalah bahwa ia harus termasuk famili beliau, maka ’Abbas, yang lebih
tua daripada ’Ali, memiliki hak yang lebih besar untuk menjadi
pengganti Nabi, berdasarkan ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan
bahwa diantara ”mereka yang termasuk sanak kerabat,” sebagain lebih
utama dari yang lain (QS, al-Anfal, 8:75)
Tetapi, pandangan Syi’ah tidaklah semata-mata mempertimbangkan
kualitas-kualitas pribadi ’Ali. Mereka menyatakan bahwa tidaklah masuk
akal ditinjau dari sifat keadilan dan kasih sayang (luthf) Tuhan terhadap
ummat manusia jika dia membiarkan masalah kepemimpinan (imamah)
ini tanpa keputusan. Pertimbangan rasional yang membuat perlunya
Tuhan mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi juga menuntut bahwa dalam
ketidakhadiran rasul-rasul tersebut, haruslah ditunjuk pemimpin-
pemimpin yang tak bercacat untuk membimbing pengikut mereka.
Kaum Syi’ah juga berargumentasi, terutama dalam menanggapi
kritik-kritik dari pihak-pihak yang mempertahankan prinsip pemilihan
bagi penganti-pengganti Nabi—bahwa masalah kepemimpinan ummat
adalah masalah yang terlalu vital untuk diserahkan begitu saja pada
musyawarah manusia-manusia biasa yang bisa memilih orang yang salah
untuk kedudukan tersebut, dan karenanya bertentangan dengan tujuan
wahyu ilahi. Hanya Allah-lah yang bisa mengenali individu-individu
yang memiliki sifat-sifat berilmu, tak bercacat dan tak mungkin keliru
(ishmah) dan dengan demikian dapat menjamin kejayaan wahyu-wahyu-
Nya dengan menjadikan individu-individu tersebut dikenal melalui
utusan-utusannya. Disinilah masalah-masalah mengenai pribadi-pribadi
memasuki perdebatan, karena kaum Syi’ah berpendapat bahwa hanya
orang-orang yang berhubungan dekat, atau mempunyai tali kekeluargaan
dengan Nabi saja yang memiliki kualitas-kualitas seperti itu, dan orang
ini tak lain adalah ’Ali dan keturunannya
Kelompok Ahlu sunnah secara keseluruhan—yang nota bene adalah
kelompok mayoritas umat Islam—berpendapat bahwa kekhalifahan
Khulafaur Rasyidin sah dan legitamate[10] menurut prinsip-prinsip
syariat. Berangkat dari premis ini, mereka berpandangan bahwa
kekhalifahan Khulafaur Rasyidin dapat dijadikan contoh atau prototipe
yang menjadi sumber kaidah fundamental, teladan inspiratif, dan
landasan-landasan pemerintahan Islami. Tidak mengherankan, karena
fase ini merupakan periode para sahabat, yang nota bene adalah orang-
4
Ath-Thahyhawi, Ahamad Abdul’Aal. 2009. The Great Leaders Depok: Gema Insani

8
orang yang hidup semasa dengan Rasullulah saw., yang menemani beliau
dan turut serta didalam membangun negara bersama Rasullulah beserta
kaum mukmin.
Sahabat-sahabat Rasullulah adalah orang-orang yang memahami
hakikat inti ajaran Islam dan mereka adalah panutan utama dalam agama
setelah Rasullulah. Kesepakatan yang mereka lakukan adalah
kesepakatan peringkat pertama dari hukum ijma ulama, karena mereka
tentunya bersandar dalam berijma kepada apa yang mereka dengar dari
sabda-sabda Rasullulah dan yang mereka saksikan dari tingkah laku
Rasullulah, atau dari hasil ijtihad mereka didalam menginterpretasikan
Al-Qur’an dan dapat juga dari pemahaman mereka terhadap jiwa dan inti
ajaran umat Islam.
Konsep ijma merupakan salah satu sumber hukum yang disepakati
dari berbagai sumber hukum Islam berdasarkan teks Al-Qur’an dan al-
hadist. Ijma yang paling solid dan paling benar adalah ijma para sahabat
yang selalu menyertai Rasullulah. Demikian juga ketika mayoritas
sahabat bersepakat dalam satu hal, kesepakatan tersebut juga memiliki
kapasitas sebagai sumber hukum yang layak diikuti dan dijadikan bahan
pertimbangan.
C. Tentang khalifah, amir al mukminin dan imam
Dalam khazanah keilmuan islam telah dikenal istilah “khalifah”,
“amirul mukminin” dan “imam”. Ketiga ini adalah istilah syar’I dan
sebutan bagi seseorang penguasa. Dalam sejarah islam, istilah-istilah
tersebut dipakai untuk menggelari seseorang penguasa yang mengurusi
urusan kaum muslimin. Karena ketiga istilah ini memiliki sandaran dalil,
ia menjadi sebaik-baik gelar bagi seorang penguasa.

Oleh:
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muhammad ‘Abdul Hayyi al-Kattani (w. 1382
H)

‫ ﻭاﻟﻘﺎﺋﻢ ﺑﻬﺎ‬،‫ اﻟﻘﺎﺋﻤﺔ ﺑﺤﺮاﺳﺔ اﻟﺪﻳﻦ ﻭاﻟﺪﻧﻴﺎ‬،‫ ﻭاﻟﻮﻻﻳﺔ اﻟﻌﺎﻣﺔ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ‬،‫اﻟﺨﻼﻓﺔ ﻫﻲ اﻟﺮﻳﺎﺳﺔ اﻟﻌﻈﻤﻰ‬
‫ ﻓﻲ‬k‫ ﻭاﻟﺨﻄﺒﺔ‬k‫ اﻹﻣﺎﻣﺔ‬k‫ ﻷﻥ‬k‫ ﻭاﻹﻣﺎﻡ‬k،‫ ﻭﺳﻠﻢ‬k‫ ﻪﻠﻟا ﻋﻠﻴﻪ‬k‫ ﻪﻠﻟا ﺻﻠﻰ‬k‫ ﺭﺳﻮﻝ‬k‫ ﻋﻦ‬k‫ ﺧﻠﻴﻔﺔ‬k‫ ﻷﻧﻪ‬k،‫ اﻟﺨﻠﻴﻔﺔ‬k‫ﻳﺴﻤﻰ‬
‫ ﺑﻄﺮﻳﻖ‬k‫ ﺇﻻ‬k‫ ﻏﻴﺮﻩ‬k‫ ﺑﻬﺎ‬k‫ ﻳﻘﻮﻡ‬k‫ ﻻ‬k،‫ ﻟﻪ‬k‫ ﻻﺯﻣﺔ‬k‫ اﻟﺮاﺷﺪﻳﻦ‬k‫ ﻭاﻟﺨﻠﻔﺎء‬k‫ ﻭﺳﻠﻢ‬k‫ ﻋﻠﻴﻪ‬k‫ ﻪﻠﻟا‬k‫ ﺻﻠﻰ‬k‫ اﻟﺮﺳﻮﻝ‬k‫ﻋﻬﺪ‬
‫ ﻭﻫﻮ اﻟﻮاﻟﻲ اﻷﻋﻈﻢ ﻻ ﻭاﻟﻲ ﻓﻮﻗﻪ‬.‫ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﺃﻳﻀﺎ ﺃﻣﻴﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ‬،‫اﻟﻨﻴﺎﺑﺔ ﻋﻨﻪ؛ ﻛﺎﻟﻘﻀﺎء ﻭاﻟﺤﻜﻮﻣﺔ‬
‫ﻭﻻ ﻳﺸﺎﺭﻛﻪ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﻣﻪ ﻏﻴﺮﻩ‬.

“Khilafah adalah kepemimpinan tertinggi, kekuasaan umum yang


menyeluruh (atas umat Islam, -penj.), yang berperan menjaga agama
(Islam) dan urusan dunia sekaligus. Pelaksananya disebut Khalifah,
karena dia merupakan pengganti daripada Rasulullah; disebut juga Imam
karena menjadi Imam dan Khathib di masa Rasulullah dan Khulafa`
Rasyidin adalah kelaziman baginya. Tidak ada yang boleh
menggantikannya kecuali ditunjuk untuk mewakilinya, begitu juga dalam

9
peradilan dan pemerintahan; dan juga disebut Amirul Mukminin. Dialah
pimpinan tertinggi (al-waliy al-a’zham), yang tidak ada pemimpin lagi di
atasnya dan tidak pula ada yang setingkat dengan kedudukannya.”

Al-Kattani, Muhammad ‘Abdul Hayyi. t.t. Nizhâm al-Hukûmah an-


Nabawiyyah al-Musammâ at-Tarâtîb al-Idâriyyah. (Beirut: Dar al-
Arqam) Cet. II, juz 1 hlm 79

B. khalifah Abu Bakar


1. Biografi khalifah Abu Bakar
Abu Bakar Ash-shiddiq dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan
di lingkungan sukuyang sangat berpengaruh dan suku yang banyak
melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama utsman (abu kuhafah)
bin amir bin ka’ab bin saad bin laym bin mun’ah bin ka’ab bin lu’ay,
berasal dari suku quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-khair
Salma binti sahr bin ka’ab bin sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis
keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu ka’ab bin sa’ad.
Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk islam ketika islam
mulai didahwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang
dibawakan oleh nabi Muhammad SAW. Setelah masuk islam ia tidak
segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk islam.
Pengorbanan abu bakar terhadap islam tidak dapat diragukan. Ia juga
pernah ditunjuk rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat
ketika nabi sakit. Nabi Muhammad SAW. Pun wafat tak lama setelah
kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya
dikemudian hari, pada saat jenazah nabi belum dimakamkan diantara
umat islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat mengganti nabi
Muhammad SAW.
Abu Bakar dipilih berdasarkan aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain
tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin abi Thalib. Kelompok lain yang
menyetujuinya ialah Anshar Saad bin Ubadah meskipun pada akhirnya
tenggelam dalam sejarah. Dengan pembai’atan Abu bakar resmi menjadi
khalifah pertama di dunia islam.

2. Masalah yang muncul pada masa Abu bakar


1. Menumpas Nabi palsu
2. Memberantas kaum murtad
3. Menghadapi kaum yang ingkar zakat
4. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qura’an

10
5

3. Usaha-usaha Abu bakar dalam pemeliharaan sumber ajaran agama islam,


politik, administrasi pemerintahan seperti pelimpahan wewenang pada
hakim
1. Prestasi Abu Bakar Memerangi Kelompok Pembangkang Abu
Bakar terpilih menjadi Khalifah secara demokratis, hal ini tidak menjamin
situasi
umat Islam akan stabil. Setelah nabi Muhammad Saw wafat, krisis
kepemimpinan menimbulkan gejolak perpecahan umat. Sebagian umat
Islam mulai menentang kebijakan Nabi Muhammad Saw. Mereka
menciptakan ketidakstabilan umat Islam. Khalifah Abu Bakar
menetapkan6 kebijakan yang tegas terhadap para pembangkan. Ada
sekelompok orang di Madinah menyatakan keluar dari Islam mereka
kembali
memeluk agama dan tradisi lama, yakni menyembah berhala. Suku-suku
tersebut menyatakan bahwa hanya memiliki perjanjian dengan Nabi
Muhammad Saw. Beberapa pemberontakan antara yang terjadi lain:

a. Pemberontakan Al -Aswad al-Ansi Al-Anwad al Ansi memimpin


pasukan suku Badui di Yaman. Mereka berhasil merebut
Najran dan San’a. Akan tetapi Al-Aswad al-Ansi terbunuh oleh saudara
gubernur Yaman. Ketika Zubair bin Awwam datang di Yaman Al Ansi
telah terbunuh. Pasukan Islam berhasil menguasi Yaman.

b. Musailamah al-Kazab Mengaku sebagai Nabi Musailamah al-Kazab


mengaku dirinya sebagai nabi. Ia didukung oleh Bani Hanifah di
Yamamah. Ia mengawini Sajah yang mengaku sebagai Nabi di kalangan
Kristen. Mereka berhasil menyusun Pasukan dengan kekuatan 40.000
orang. Khalifah Abu Bakar as Siddiq mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal
dan Syurahbil bin Hasanah. Pada mulanya pasukan Islam terdesak. Akan
tetapi, pasukan bantuan mereka datang dipimpin Khalid bin Walid.
Pasukan Musailamah berhasil dikalahkan 10.000 orang kaum murtad mati
terbunuh, ribuan kaum muslimin gugur dalam perang ini, termasuk
penghafal Al-Qur’an. Perang ini dinamakan Perang Yamamah dan
merupakan yang paling besar diantara perang melawan kaum murtad
lainya.

c. Thulaihah bin Khuwalid al-Asadi Mengaku sebagai Nabi Thulaihah bin


Thuwailid al-Asadi mengangap dirinya sebagai Nabi. Pengikutnya berasal
dari Bani Asad, Gatafan dan Bani Amir. Abu Bakar ash-Shiddiq
mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.
5
Muhammad Ali, Ash-shalabi. 2016. Biografi Abu Bakar. Jakarta: Beirut Publishing
6

11
Pemberontakan terjadi di dekat sumur Buzakhah. Pasukan muslim berhasil
mengalahkakn mereka.
Ada beberapa penyebab mereka murtad atau melakukan pembangkangan.
Sebab mereka murtad atau pembangkangan antara lain:
a. kepada pemimpinnya. Iri dan dengki terhadap perkembangan kota
Madinah. b. Fanatisme rasa kesukuan dan sifat patenalistik, yaitu
tunduk secara membabi butac. Takut kedudukan hilang karena Islam
membawa perubahan di bidang politik, sosial, budaya, dan agama. d.
Banyak suku arab masuk Islam karena pertimbangan politik. e. Mereka
baru memeluk Islam dan belum menghayati ajaran Islam.
3. Prestasi Abu Bakar dalam Kodifikasi Al-Quran
Ketika umat Islam kehilangan lebih dari 70 orang yang gugur di perang
melawan para pembangkang. Umar bin Khattab merasa khawatis
kehilangan alQur’an. Beliau mengusulkan kepada Abu Bakar untuk
membukukan al-Qur’an. Pada awalnya Khalifah Abu Bakar menolaknya
karena Nabi Muhammad tidak pernah menyuruhnya. Tapi setelah
mendapat penjelasan dari Umar. Abu Bakar menerimnya. Abu Bakar as
Siddiq dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin
pengumpulan.
Setelah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai, mushaf disimpan
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar ash-Shiddiq
meninggal dunia, mushaf tersebut disimpan oleh Hafsah binti Umar, putri
Umar bin Khattab dan salah seorang istri Rasulullah
3. Prestasi Abu Bakar dalam Perluasan Wilayah Islam Khalifah
Abu Bakar melanjutkan penyebaran Islam ke Syiria yang dipimpin oleh
Usamah bin Zaid bin Haritsah. Panglima ini telah dipersiapkan
sebelumnya pada masa Nabi Muhammad Saw sempat tertunda karena
Nabi wafat. Pada masa Abu Bakar, pasukan ini bergerak dari negeri
Qudha’ah, lalu memasuki kota Abil.
Khalifah Abu Bakar merencakan penyebarannya ke wilayah yang
dikuasai kekaisaran Persia dan Byzantium. Beliau mengirimkan dua
panglima yaitu Khalid bin Walid dan Musana bin Harits. Mereka mampu
menguasai Hirah dan beberapa kota lainya yaitu Anbar, Daumatul Jandal
dan Fars.
Peperangan dihentikan setelah Abu Bakar ash-Shiddiq
memeerintahkan Khalid bin Walid berangkat menuju Suriah. Ia
diperintahkan untuk membantu pasukan muslim yang mengalami kesulitan
menghadapi pasukan Byzantium yang sangat besar. Komando pasukan
dikemudian dipegang oleh Musanna bin Haritsah.

12
Kekaisaran Byzantium dijadikan kota Damaskus, Syiria sebagai pusat
pemerintahan di wilayah Arab dan sekitarnya untuk menghadapi mereka.
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengirimkan beberapa pasukan yaitu:
a. Pasukan Yazid bin Abu Sufyan ke Damaskus
b. Pasukan Amru bin As ke Palestina
c. Pasukan Syurahbil bin Hasanah ke Yordania d. Pasukan Abu
Ubaidah bin Jarrah ke Hims.
Ketika itu pasukan Islam berjumlah 18.000. Pasukan Romawi
berjumlah 240.000 orang. Pasukan Islam mengalami kesulitan. Khalifah
Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid berangkat menuju
Syam. Perjalanan mereka selama 18 hari melewati 2 lembah padang pasir
yang belum pernah dilewatinya.
Pertempuran akhirnya pecah di pingggir sungai Yarmuk, sehingga
dinamakan perang Yarmuk. Ketika perang sedang terjadi ada kabar bahwa
Abu Bakar meninggal . Beliau digantikan Umar bin Khattab. Khalid bin
Walid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Peperangan ini
dimenangkan oleh Pasukan Islam dan menjadi kunci utama runtuhnya
kekuasaan Byzantium di Tanah Arab.

C. Khalifah Umar bin Khattab


Umar Bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Naufal bin Abdi ‘Uzza bin Riba’ah bin Abdullah bin Qhar bin Razaah bin
‘Aidy bin Ka’ba. Ayah nya bernama Khattab bin Nufail Al-shimh Al-
Quraisyi dan ibunya Hatamah binti Hasyim. Beliau lahir pada tahun 581
M di kotta mekkah dar suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu.
Sebelum masuk islam, umar melakukan adat istiadat jahiliah, antar
lain pernah mengubur putrinya hidup-hidupdan seorang peminum berat.
Beliau sangat membenci dan memusuhi islam.Perisriwa Islamnya Umar
Bin Khattab sangat istimewa. Suatu hari Umar mencari Nabi Muhammad
Saw untuk membunuhnya. Tengah perjalanan beliau mendapat kabar
bahwa adiknya yang bernama Fatimah telah masuk Islam, Umar marah
dan kemudian pergi kerumah adiknyauntuk membuktikan kabar tersebut.
Ketika dia tiba dirumah adiknya, ia mendengar adiknya tengah
melantunkan beberapa ayat suci Alquran. Mendengar bacaan tersebut,imar
minta adiknya untuk memberikan lembaran tersebut namun adiknya tidak
memberikan bacaan tersebut sebelum Umar mandi. Selesai mandi Umar

13
menerima lembaran yang dibaca oleh adiknya, maka bergetarlah hatinya
ketika membaca ayat-ayat awal pada surat Thaha.17
Kemudian Umar bin Khattab pergi kerumah Nabi Muhammad Saw
dan menyatakan keIslamannya, maka bergemalah takbir keluar dari mulut
para sahabat yang hadir pada saat itu. Menurut riwayat Umar masuk Islam
setelah masuk islamnya 40 laki-laki dan 11 perempuan atau orang ke 52
yang masuk islam, namun ada juga yang berpendapat Umar adalah orang
yang ke 40 masuk Islam.
Setelah masuk Islam, sikap keras dan kebencian terhadap Nabi
Muhammad Saw dan umat Islam mulai berubah menjadi lemah lembut
dan tumbuh kecintaan kepada Nabi Saw. Sebaliknya, sikap tegas dan keras
tetap ditunjukkan jika berhadapan dengan kafir Quraisy. Dengan watak
yang tegas yang keras, Umar bin Khattab menjadi pembela utama Nabi
Muhammad Saw dan umat islam dari ganguan kafir Quraisy. Hal ini
menjadikan umat islam semakin kuat dan disegani.
Nabi Muhammad memberi gelar dengan sebutan al-Faqur yang berarti Sang
Pembeda.
A. . Proses Pengangkatan Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
Ketika Abu Bakar sakit, beliau bermusyawarah dengan beberapa tokoh
kaum mulim tentang kepemimpinan umat Islam setelahnya. Tidak ada satu
orang pun di antara para tokoh waktu itu yang sanggup menerima amanah
kepemimpinan setekah Abu Bakar As-siddiq. Mereka mengemballikan
permasalahan ittu kepada beliau. Akkhirnya Abu Bakar mengusul Umar bin
Khattab untuk menggantikanya. Abu Bakar memandang bahwa tidak ada
orang lain yang lebih layak menggantikannya kecuali Umar bin Khattab.
Setelah Abu Bakar wafat pada jumdil akhir tahun 13H. Kaum muslimin
membaiat Umar bin Khattab menjadi khalifah.
Sebagai seorang khalifah, Umar dikenal tegas dan pemberani. Selama
dibawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh dengan
sangat pesat. walaupun begitu beliau dikenal memiliki kehidupan yang
sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana.
Prestasi-prestasi Khalifah Umar bin Khattab
1) Membentuk pemerintahan yang adil, berwibawa, dan disegani Umar
bin Khattab dkenal sebagai pemimpin yang tegas. Karena ketegasan
sikapnya dalam membedakan yang hak dan yang batil, Umar di beri gelar
“Al-Faruq”. Pemerintahan Islam di zamannya semakin kuat, berjaya, adil,
dan berwibawa. Tempattempat peribatan dan berhala-berhala kaum kafir di
7
Muhammad Amin Thohari, Sejarah Kebudayaan Islam. (2004 PT.Tiga Serangkai)

14
Persia, Syam, Transoksiana, dan Irak dianjurkan. Semua penguasa yang
zalim dan sewenang-wenang menjadi gentar.
5Dengan keluhuran akhlak, siasat politik, dan militer yang cerdas
membuat
musuh menjadi luluh. Mereka ingin segera menggantikan pemerintahan
yang zalim, diktator, penyembahan terhadap raja-raja, dan berhala, dengan
pemerintahan islam yang adil dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan
oleh khalifah Umar bin Khattab.
2) Memperluas Kekuasaan Islam Ke Afrika serta runtuhnya Kerajaan
Persia dan Romawi Dalam rangka ingin menuntaskan sisa kekuatan Persai
yang telah dikalahkan
pada masa Abu Bakar, Umar meneruskan perjuangannya Dallam
pertempuran Al-Jisr (13 H/634 M) dan pertempuran Al-Buwayb (13 H/634
M). Setelah memperoleh kemenangan, Abu Ubaidah Al-Jarrah, penggati
Khalid bin Walid, dengan bala tentaranya mengepung kota Damaskus.
Damaskus dapat di kuasai tanpa perlawan tahun 14H, demikian juga pada
tahun yang sama tentara Islam menguasai Qadisiyah dan Mada’in yang
menjadi ibu kota Persia. Dengan jatuhnya Mada’in ketangan kaum
musilimin, sejarah menutup lembaran hitam umat manusia dibawah
penguasa yang dzalim.
Setelah menguasi Persia, pasukan Islam beralih ke Byzantium.
Penguasaan
pasukan Islam terhadap romawi (Byzantium) ditandai dengan kekalahan
mereka di pertempuran ‘Ayn Asy-Syams’ pasukan romawi berlindung di
benteng Babilonia Mesir yang kemudian dikepung oleh pasukan Islam yang
dipimpin oleh Amr bin Ash. Pasukan Romawi yang berlidung di dalam
benteng tersebut akhirnya menyerah dan meminta berdamai. Namun romawi
masih punya kota Iskandariyah ( Alexandria) yang merupakan ibu kota
mereka di Mesir. Amr bin Ash berpikir bahwa Mesir tidak akan aman dari
Romawi selama merekan masih menguasai Iskandariyah. Oleh sebab itu,
pasukan Islam melanjutkan pengepungan ke Iskandariyah. Heraclius, kaisar
Romawi meninggal, pengepugan Iskaandariyah pun tidak berlangsung lama.
Romawi meminta berdamai dan bersedia meninggalkan sebagian besar
wilayah Mesir secara permanen. Setelah berhasil membebaskan Mesir dari
kekuasaan Romawi
(Byzantium), Amr bin Ash dan tentaranya melanjutkan perjalanan ke
barat. Mereka menguasai Barqah di Libya tahun 21H/ 643 M. Kemudia
Tripolli (ibu kota Libya sekarang) pada tahun 22 H/ 634 M. Perluasan ini
menjadi perluasan terakhir di masa Khalifah Umar bin Khattab.

15
3) Membangun Kota Basrah (16 H/ 636 M )
Pada tahun 16 H/636 M kota Basrah dibangun setelah tentara Islam
pimpinan
Sa’ad bin Abi Waqash menguasai Irak. Pemilihan tempat tersebut
dilakukan sendiri oleh khalifah Umar, yaitu sebuah tempat dekat dengan
kota pelabuhan Ubullah di teluk Persia.
Selama pemerintahan khalifah Umar, kota Basrah dijadikan markas
tentara
Islam. Untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Basrah, khalifah
Umar mengirim ulama-ulama dari Madinah ke kota itu, diantaranya Hasan
al-Basri. Sejak itu Basrah menjadi salah satu pusat pendidikan di dunia
Islam. Untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat Basrah, khalifah
Umar memerintahkan untuk membuat saluran dari sungai Tigris ke kota itu.
4) Membangun kota Fusthath sebagai Ibu Kota Mesir ( 21 H/642 M )
Setelah menguasi Mesir, Amr bin Ash merasa penting untuk membangun
ibu
kota Islam di Mesir. Dengan persetujuan khalifah, maka dipilih lah
sebuah tempat yang strategis di sebelah timur sungan Nil yang bernama
Fusthath. Kota Fusthath , sekarang berlokasi di Mesir kuno dekat Majra Al-
Uyun. Kota ini terus menerus di kembangkan selama kekuasaan Islam
sampai akhirnya di bakar oleh tentara salib ketika mereka menghancurkan
Mesir.
5) Membangun Masjid Amr bin Ash Masjid Amr bin Ash adalah masjid
yang pertamadibangun di Mesir dan Afrika
tahun 21 H/642 M. Letaknya, di tengah-tengah perumahan kaum
muslimin. Masjid ini digunakan oleh khalifah Umar bin Khattab untuk
beribadah dan berkumpul membahas agama dan kepentingan umum.
6) Menetapkan Kalender Islam Hijrah Nabi Muhammad SAW. telah
membawa dampak besar terhadap
perkembangan Islam. Ali bin Abi Thalib mengusulkan kepada khalifah
Umar bin Khattab untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke
Madinnah di jadikan titik awal kalender Islam yang telah disepakati dalam
musyawarah para tokoh. Pada bulan Rabiul Awal 16 H, akhirnya khalifah
Umar bin Khattab menyetujui usulah Ali bin Abi Thalib dan menetapkan 8

8
Sugeng Sugiharto. Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam, (2013. PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.(solo).

16
penanggalan hijriah/kalender Islam. Dan ini adalah salah satu prestasi besar
yang diraih oleh khalifah Umar bin Khattab.

B. Keteladanan Umar Bin Khattab


Kepemimpinan yang diwariskan Rasulullah SAW pada umat serta
pengikutnya membuktikan jika Islam adalah pondasi yang tangguh.
1. Selain harus kuat iman serta takwanya, kepemimpinan dalam Islam
membutuhkan leadership dan juga teladan nyata. Para khalifah pewaris
Rasulullah telah membuktikan hal ini.
2. Tidak jarang mereka turun sendiri untuk bekerja dan melihat keadaan
rakyatnya kala itu. Dengan cara seperti ini, pemimpin akan semakin
dicintai oleh rakyatnya.
3. Dalam buku Khulafaur Rasul Shallallahu Alayhi Wasallam, Syeikh
Khalid Muhammad Khalid menjelaskan gaya kepemimpinan Umar bin
Khattab dengan gamblang. Umar adalah sosok pemimpin yang sama sekali
tidak merekayasa pencitraan dirinya.
4. Umar muncul sebagai pemimpin yang secara nyata memberikan solusi
pada setiap permasalahan yang menimpa rakyaktnya.
5. Berikut ini lima gaya kepemimpinan Umar bin Khattab yang masih
relevan hingga masa kini. Selalu mengutamakan musyawarah
6. Mengikuti jejak Rasulullah, Umar juga selalumengutamakan musyawarah
dalam
pengambilan keputusan.
7. Beliau tidak pernah memposisikan dirinya sebagai penguasa.
8. Umar selalu menempatkan dirinya sebagai manusia yang memiliki
kedudukan yang sama dengan yang lain. Beliau bahkan selalu
menanamkan pesan bahwa meraka adalah guru yang membawanya pada
jalan kebaikan. Selain itu, sebagai penyelamat dari kesengsaraan hisab di
akhirat, karena merekamembantunya dengan pendapat-pendapat mereka
untuk memperjelas kebenaran. Kekayaan negara untuk melayani rakyat
9. Kekayaan negara atau saat masa kini dikenal sebagai APBN,
dimanfaatnya sepenuhnya untuk memenuhi rakyat.
10. Saat itu, Umar mendirikan sejumlah tembok dan benteng untuk
melindungi kaum Muslimin. Selain itu, Umar juga membangun tata kota
yang bertujuan mensejahterakan seluruh rakyatnya.
11. Tidak terpikirkan oleh Umar untuk mengambil keuntungan dari kekayaan
negara itu untuk dirinya atau keluarganya. Sebaliknya, Umar sang khalifah
justru memilih hidup sangat sederhana.

17
12. Kehidupannya jauh dari kata mewah dan nikmat serta penuh dengan
pujian dan harta benda. Menjunjung tinggi kebebasan
13. Menurut Umar, setiap orang dilahirkan dari rahim ibunya dalam keadaan
merdeka. Karenanya, Umar pernah berkata pada dirinya sendiri, “Sejak
kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan
ibunya dalam keadaan merdeka?”
14. Umar tidak memandang rakyatnya berdasarkan asal usul mereka. Beliau
memandang kebebasan secara universal, kebebasan yang didasarkan pada
kebenaran menurut Islam.
15. Umar sama sekali tidak takut akan kebebasan bangsanya, tidak pula
khawatir akan mengancamnya, bahkan ia mencintai kebebasan manusia itu
sendiri, seperti cinta seorang yang mabuk kepayang serta menyanjungnya
dengan penuh ketulusan. selalu menerima kritikan
16. Meski posisinya adalah pemimpin tertinggi, Umar adalah sosok yang tidak
pernah merasa marah jika mendapat kritikan.
17. Pernah pada suatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang
rakyatnya. Orang tersebut bersikeras dengan pendapatnya dan berkata
kepada Umar, “Takutlah engkau kepada Allah. ”dan orang itu mengatakan
hal itu berulang kali.
18. Saat itu, salah seorang sahabat Umarmembentak si laki-laki dan
mengatakan, “Celakalah engkau, engkau terlalu banyak bicara dengan
Amirul Mukminin!” Apa yang selanjutnya dilakukan Umar? Beliau justru
minta agar orang tersebut dibiarkan saja. Menawarkan solusi langsung
untuk rakyatnya
19. Bagi muslim saat itu, Umar terkenal sebagai pemimpin yang sangat
merakyat. Ada kalanya Umar turun sendiri berpatroli melihat keadaan
rakyatnya, mengecek kondisi mereka,“Jangan-jangan ada yang tidak bisa
tidur karena lapar,” begitu mungkin pikirnya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

18
Perlu dijelaskan bahwa khilafah yang timbul setelahwafatnya
rasulullah tidak berbentuk kerajaan,dalam arti kepala negara dipilih dan
tidak didasarkan turun-temurun.
Tampilnya Abu Bakar al-Shidiq sebagai khalifah (11 H/632 vM-13
H/634 M) merupakan awal terbentuknya pemerintahan model khilafah
dalam sejarah Islam yang berpusat di Madinah.
Sepeninggal Abu Bakar al-Shidiq,Umar bin al-Khattab mendapat
kepercayaan sebagai khalifah kedua. Tampilnya Umar sebagai khalifah
kedua (13 H/634 M-23 H/644 M) tidak melalui pemilihan dalam satu
forum musyawarah terbuka,tetapi melalui penunjukkan atau wasiat oleh
pendahulunya.
Sementara itu,Usman bin Affan menjadi khalifah ketiga (23 H/644M-
35H/656M) dipilih oleh sekelompok orang yang terdiri dari 6 orang yang
ditentukan Umar sebelum wafat. Pasca wafatnya Umar,keenam orang
tersebut berkumpul untuk bermusyawarah. Atas inisiatif Abdurrahman ibn
Auf,terjadilah permusyawarahan yang akhirnya sepakat memilih Usman
bin Affan senagai pengganti Umar bin Khattab dengan pertimbangan lebih
tua dan lebih lunak sifatnya. Pasca pembunuhan Usman oleh para
pemberontak,Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah melalui
pemilihan. Tetapi proses pemilihan itu menurut Munawir Syadzali jauh
dari sempurna. Semasa kepemimpinannya Ali memerintah selama 5 tahun
(35 H/656 M-40 H/660 M) dan di akhir kepemimpinannya ia pun terbunuh
oleh para pemberontak.
Ciri yang menonjol dari sisitem pemerintahan yang mereka jalankan
terletak pada mekanisme musyawarah bukan dari turun temurun. Tidak
ada satupun dari 4 khalifah tersebut yang menurunkan kekuasannya pada
sanak kerabatnya. Musyawarah menjadi cara yang ditempuh dalam
menjalankan kekuasaan sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah
SAW.

B. SARAN
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang
menjadi bahasan dalam makalah ini, jika ada kekhilafan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang penulis peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak
berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maghlouth. 2012. Abu Bakar Ash-shidiq. Jakarta: almahira publishing

19
As-Shalabi, Ali Muhammad. 2016. Biografi Abu Bakar. Jakarta: beirut
Publishing.
Ath-Thayhyawi, Ahmad Abdul’Aal. 2009. The Great Leaders. Depok: Gema
Insani
As’ad Mahrus. 2013. Ayo Memahami Sejarah Islam untuk MTs Kelas VII.
Bandung: Erlangga.
Sugiharto, Sugeng. 2013. Bingkai Sejarah kebudayaan islam. Solo: Pt. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Enayat, Hamid. Reaksi Politik Sunni dan Syi’ah (terjemahan) Pemikiran Politik
Islam Modern menghadapi Abad ke-20, Penerbit Pustaka, Bandung 1408
H –1988 M
Engineer, Asghar Ali. Asal-Usul dan Perkembangan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.1999.
Engineer, Asghar Ali. Devolusi Negara Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2003.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Al Husna.1992.
Thohari, Muhammad Amin,dkk. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Taufiqurrahman. Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. Surabaya : Pustaka
Islamika.2003.
Watt, William montgemory. Butir-butir Hikmah Sejarah Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.2002.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.2003.
Zada, Mujar ibnu Syarif Khamami. Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran politik
Islam. Jakarta : Erlangga. 2008.

20

Anda mungkin juga menyukai