Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPEMIMPINAN ISLAM

“Teladan Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin”

DOSEN MATA KULIAH :

Wiwik Laela Mukromin, M.Si

DISUSUN OLEH :

Adeliah

(105271103718)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الحيم‬

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami  panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam juga tak lupa pula kami kirimkan kepada baginda nabiyullah Muhammad
SAW, selaku tokoh reformasi bagi kita yang membawa kita dari zaman jahiliyyah sampai cahaya islam yang terang benderang seperti
yang kita rasakan saat ini.

Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban kami selaku mahasiswa, dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh
Dosen yang bersangkutan dan merupakan syarat dalam memperoleh nilai tugas pada mata kuliah KEPEMIMPINAN ISLAM dengan
tema makalah “Teladan kepemimpinan khulafaur Rasyidin”

Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar sepenuhnya atas segala kekuranganya sehingga dibutuhkan masukan dari berbagai
pihak dari demi kesempurnaan makalah selanjutnya, dan kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih atas saran dan
masukan maupun kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT
selalu menyertai dan meridhoi kita. Amin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Makassar, 19 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................................................2

A. Terbentuknya Khilafaur Rasyidin..............................................................................................................................


B. Kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali...................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa
mengetahui apa yang telah terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana pemerintahan pada zaman nabi
sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim mulai dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi untuk menggantikan
kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.

Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 juni 632 M. Sesaat setelah beliau wafat,
situasi di kalangan umat islam sampai kacau. Hal ini disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara
pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan
Anshar.

Terdapat perbedaan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar, karena kaum Muhajirin mengusulkan Abu Bakar as-Shiddiq,
sedangkan kaum Anshar mengusulkan Sa’id bin Ubadah sebagai pengganti nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat antara dua
kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khattab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar
menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat
diterima oleh kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Terbentuknya Al-Khulafaur Rasyidin ?
2. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya Al-Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Al-Khulafa’ur Rasyidin


1. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidun adalah pecahan dari kata Khulafa’ dan Al – Rasyidun, Kata Khulafa’ mengandung pengertian : cerdik,pandai
dan pengganti. Sedangkan kata Al – Rasyidun mengandung pengertian : Lurus Benar dan Mendapat petunjuk. Artinya adalah empat
orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad
setelah ia wafat.1
Secara istilah adalah “ Pengganti yang cerdik dan benar serta para pemimpin pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum
muslimin, yang sangat adil dan bijaksana, pandai dan cerdik, dan dalam menjalankan tugasnya senantiasa pada jalur yang benar serta
senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Dengan wafatnya Nabi maka berakhirlah situasi yang sangat unik dalam sejarah Islam, yakni kehadiran seorang pemimpin tunggal
yang memiliki otoritas spritual dan temporal 2(duniawi) dan berdasarkan kenabian dan bersumberkan wahyu Ilahi. Dan situasi tersebut
tidak akan terulang kembali, karena menurut kepercayaan Islam, Nabi Muhammad adalah nabi dan utusan Tuhan yang terakhir.
Sementara itu, beliau tidak meninggalkan wasiat atau pesan tentang siapa diantara para sahabat yang harus menggantikan beliau sebagai
pemimpin umat.
Kaum muslimin segera merasakan kekosongan kepemimpinan dan melihat dihadapan mereka terbentang masalah-masalah dan
tanggung jawab yang besar akibat dari kekosongan itu. Oleh karena itu, mereka berusaha dengan segenap kemampuan untuk
menanggung beban ini. Setiap individu dipaksa untuk berpikir, mengkaji, bagaimana menentukan keberlanjutan kepemimpinan negara
pasca Nabi wafat. Maka sejak saat itulah muncul gagasan pertama kali dalam sejarah Islam yakni pertemuan Saqifah. 3 Diadakanlah
pertemuan di Saqifah. Abubakar, Umar r.a., hadir dan beberapa orang sahabat dari kalangan muhajirin, namun beberapa tokoh besar
tidak hadir dalam pertemuan itu, termasuk Ustman dan Ali, r.a., pertemuan itu mirip dengan pertemuan nasional atau muktamar luar
biasa yang membicarakan nasib umat, meletakan institusi politik yang baru yang akan menjadi landasan operasional institusi tersebut.

Hasil terbesar pertemuan itu adalah berdirinya institusi kekhalifahan, yang sejak saat itu menjadi model pemerintahan Islam, baik
dalam bentuk yang sama maupun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Materi yang dibahas dalam pertemuan Saqifah tersebut
mengundang analisis dari seorang penulis Barat4, ”pertemuan itu mengingatkan secara dekat kepada muktamar politik di era modern
yang didalamnya berlangsung perdebatan-perdebatan politik yang menggunakan metode-metode perdebatan modern, perdebatan tersebut
antara lain. Pertama, teori membela kalangan Ansor yang mengklaim diri mereka sebagai pihak yang berhak untuk memegang jabatan
kekhalifahan, dengan berbagai dalil,”merekalah yang membela Islam, menjaganya dengan jiwa dan harta, memberikan tempat dan
pertolongan dan merekalah penduduk asli madinah, klaim tersebut dinyatakan sebagai teori politik pertama yang timbul dalam sejarah
pemikiran Islam.

Kedua, adalah bantahan atas teori pertama, pembelaan atas hak kaum muhajirin atas jabatan kekhalifahan dan membuktikan
mereka lebih berhak atas jabatan kekhalifahan dibandingkan dengan yang lain—seperti diungkapkan Abu Bakar r.a., pihak yang pertama
kali menyembah Allah SWT diatas permukaan bumi—kami adalah orang-orang kepercayaan Nabi dan keluarga beliau, dan yang
bersabar bersama beliau dalam menerima penganiayaan yang keras dari kaumnya dan pendustaan mereka. Dalam retorika pembelaan
atas hak kaum muhajirin itu, lahir pula untuk pertama kali pemikiran tentang keutamaan suku Quraisy;”para imam (pemimpin) dari
kalangan Qurais”. Dan hal itu menjadi landasan teori pemilikan kaum Quraisy atas jabatan khalifah.5

Berkembang pula teori lain yang dikemukakan oleh Habbab bin Mundzir bin Jamuh, berupa kemungkinan pemecahan
kepemimpinan atau adanya beberapa kepala negara sekaligus, misalnya dengan mengangkat dua khalifah sekaligus, yaitu saat masing-
masing berkata ”dari kami ada pemimpin tersendiri dan dari kalian ada pemimpin tersendiri pula”. Akan tetapi dari sinilah lahir
kesepakatan atau konsep yang amat penting yaitu sistim pemilihan kepala negara dilakukan dengan baiat, atau dengan kata lain
pemilihan. Dan secara faktual tidak menerima pemilihan melalui metode pewarisan.6

1 http://ar.wikipedia.org/wiki/‫الخلفاء الراشدين‬

2 Istilah temporal (duniawi) Munawir Sadjali berbeda dengan Harun Nasution dengan istilah sekuler. Perbedaan dua istilah ini mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam menyikapi keduniawian. Istilah temporal (duniawi) Munawir Sadjali berbeda dengan Harun Nasution

dengan istilah sekuler. Perbedaan dua istilah ini mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam menyikapi keduniawian

3 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (terjemahan), Gema Insani Press, 2001, hal 14

4 lihat D.B. Mac Donald

5 Ibid, hal 15. lihat juga Ath-Thabari, juz 3, hal 208

6 Ibid, hal 15
Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki
Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:

a. Arif dan bijaksana

b. Berilmu yang luas dan mendalam

c. Berani bertindak

d. Berkemauan yang keras

e. Berwibawa

f. Belas kasihan dan kasih sayang

g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.

Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:

1. Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H = 632 – 634 M)

2. Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634 – 644 M)

3. Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644 – 656 M)

4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M)

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW
wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'iy untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW.
Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah. Rasulullah SAW berwasiat kepada
kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan
tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada
kematian.

2. Sistem pergantian kepala negara

Peraturan tentang pemilihan kepala negara pada masa sahabat atau khulafaur-Rasyidin tidak dibahas di dalam nash, baik Al-
Qur’an maupun al-Hadits. Oleh karena itu pemilihan kepala negara pada masa sahabat berdasarkan suara yang terbanyak, melalui
lembaga ahlu halli wa ‘aqd yang terdiri dari sahabat yang terpandang, baik ditinjau dari kesholehannya maupun dari intelektualitasnya.
Sedangkan kepala negara yang akan dipilih harus memiliki dan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan dan menjadi standar pada
masa itu. Setelah mereka sepakat siapa yang dipilih, maka selanjutnya diadakan Piagam bai’at yang harus dilaksanakan oleh kepala
negara yang terpilih. Di bawah ini secara umum dipapar bagaimana proses pemilihan Kepala Negara.

a. Ahlu al-Halli wa-al’Aqd

Sekelompok orang yang memilih imam atau kepala negara disebut ahlul halli wal-agdi atau ahlul ikhiyar. Al- Qadhi Abu Ya’la telah
menetapkan beberapa syarat kecakapan bagi ahlul halli wal ‘aqd. Pertama, syarat moral (akhlaq), yaitu keadilan, merupakan derajat
keistiqamahan (dapat dipercaya dalam hal amanah dan kejujuran). Kedua, ilmu yang dapat mengantarkannya mengetahui dengan baik
orang yang pantas menduduki jabatan imamah.

b. Mayoritas dan Minoritas

Inti dari pendapat Al-Qadhi Abu Ya’la adalah bahwa imamah, tidaklah terlaksana, kecuali bersama mayoritas ahlul halli wal’aqh.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hanibal “bahwa imam itu baru eksis kalau seluruh ahlu halli wa-al ’aqd mendukungnya” Kemudian
ia berkata: Ini pada lahirnya terlaksana dengan persetujuan mereka.” Menurut Abu Ya’la, kepala negara yang dipilih harus berdasarkan
dukungan dan persetujuan pendapat mayoritas dari anggota lembaga Ahlu al-Halli wa al-’Aqd.

c. Bai’ah Bentuk Pemilihan

Pembai’atan yang dilakukan terhadap Abu Bakar maupun Umar pada dasamya adalah pemilihan dan musyawarah. Mekanismenya
adalah memilih salah seorang diantara 6 orang anggota panitia pemilihan khalifah yang diangkat oieh Umar. Proses pengangkatan
khalifah, dapat berjalan berdasarkan bai’at yang dilakukan secara ridha dan bebas oleh umat. Dan bahwa penunjukkan oleh khalifah
sebelumnya hanyalah bersifat pencalonan seseorang yang dianggapnya patut sebagai penggantinya. Jika umat menyetujui
pencalonannya, maka mereka membai’at, tetapi jika tidak setuju, maka mereka punya hak untuk membai’at orang lain. Ketika selesai
pemilihan mayoritas ahlul halli wal’aqdi terhadap kepada negara, tibalah sekarang pada tahap pembai’atan atau piagam perjanjian. Al-
Qadhi Abu Ya’la menyebutkan bentuk piagam perjanjian ini. Orang yang membai’at mengatakan : “Kami membai’atmu dengan penuh
kesungguhan. Kami senang engkau menegakkan keadilan dan memperlakukan kami secara adil dan menunaikan kewajiban-kewajiban
keimanan” (Abu Ya’la dalam M. alMubarak, 1995 : 86-87)

B. Kepemimpinan Al-Khulafaur Rasyidin


1. Sistem pemerintahan islam pada masa kholifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634)
Permasalahan pertama yang muncul setelah Nabi Muhammad wafat adalah suksesi pengangkatan pemimpin. Sehari setelah rasul
wafat, kaum ansar memprakarsai musyawarah besar di Saqifah Bani Sa’idah. 7 Mereka membicarakan siapa yang akan diangkat menjadi
khalifah pengganti kekuasaan Nabi. Sa’ad ibn ‘Ubaidah menyatakan bahwa ini adalah awal kelemahan yang akan membawa kepada
perpecahan umat Islam.8

Political questions surrounded the selection and eletion of Abu Bakar as caliph since that office was without precedent in arabia,
and his tenure would begin to define it at a critical moment for the islamic polity, as muslims moved from god's rule under Muhammad to
the appointment of his successors by mere mortals.9

Yang artinya, pertanyaan politik dikelilingi pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah karena tanpa adanya preseden dalam negara,
dan masa jabatannya akan mulai pada saat yang kritis bagi pemerintahan Islam, sebagai muslim pindah dari kekuasaan Tuhan di bawah
Muhammad untuk penunjukan penerusnya oleh manusia belaka.

Akhirnya Abu Bakar terpilih menjadi khalifah menggantikan Rasulullah, Setelah terangkatnya menjadi kholifah, Abu Bakr
menghadapi para pembangkang terdiri dari suku Arab yang enggan membayar zakat, nabi-nabi palsu dan orang-orang murtad. Dalam
menghadapi kaum murtad dan pembangkang yang menolak membayar zakat Abu Bakr mengadakan musyawarah dengan para sahabat
lainnya. Abu Bakr sangat menekankan musyawarah dalam memerangi orang-orang murtad (Perang Riddah).10

Yang artinya, Abu Bakar mengirim pesan kepada Kholid bin Walid yang menjadi pemimpin dalam memerangi orang murtad,
yang isi pesannya dia memerintahkan kepada Kholid untuk bermusyawarah kepada sebagian sahabat sebelum memutuskan suatu perkara,
maka Allah akan memberikan keberkahan dari hasil musyawarahnya.selain itu menurut Abu Bakr Pembayaran zakat kepada pemerintah
pusat (Madinah) merupakan simbol integrasi dan pengakuan suku Arab terhadap kekuasaan politik Islam.11

Adapun unsur pemerintahan dinas kota Madinah khalifah Abu Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah
menjadi beberapa propinsi. Dan tiap propinsi menugaskan seorang Amir atau waliuntuk memegang (setingkat jabatan gubernur), para
amir di samping sebagai pemimpin agama, sebagai hakim dan pelaksanaan tugas kepolisian.12

Praktek pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri
dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.13

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara,
menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara islam. Hal ini seperti juga berliku di zaman modern ini di
mana seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai pangima tertinggi angkatan bersenjata.

Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar di bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
social rakyat.untuk kemaslahatan rakyat ini ia mengolah zakat, infak,sadaqoh yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta
rampasan perang dan jizyah dari warga Negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Penghasilan yang diperoleh dari

7 Tsaqifah Bani Saidah adalah balai pertemuan di madinah seperti Dar al nadwah di mekkah, balai pertemuan orang quraisy sudah kebiasaan kaum anshar berkumpul dib alai itu untuk mamusyawarahkan masalah-masalah umum, sebagaimana kebiasaan kaum quraiys berkumpul

diDaar Al Nadwah, Lihat Muhammad Dhiya’ al-Din al-Rayis, Op. Cit, h. 25

8 Ibn Jarir al-Thabari,Tarikh al-Thabari,Juz IV(birut:Dar al-Fikr),hal 38.

9 Gerhard Bowering, The Pinceton Encyclopedia of Islamic Political Thought, (Oxford: Princeton University press, 2013), hlm. 13

10 Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.14

11 Masudul Hasan,History of Islam,( india, Adam Publlisher,1992), hal 144.

12 Muhammad Dhiya’ al-Din al- Rayis, al-Nadzariyat as-Siyasah al-Islamiyah, (Mesir : Al-Ajlu, 1957), hal. 97-98

13 Ibid, hal. 100-103


sumber-sumber pendapatan Negara ini di bagikan untuk kesejahteraan tentara, bagi para pegawai Negara,dan kepada rakyat yang berhak
menerima sesuai ketentuan al-quran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban pada masa Abu Bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak
agama Islam dari  kehancuran  serta  perluasan  wilayah)  melalui  sistem  pemerintahan  (kekhalifahan) Islam
Jasa-jasa dan peninggalan Abu Bakar Ash-Shiddiq :
1.      Menumpas orang orang uang mengaku sebagai nabi.nabi palsu itu antara lain :
a.       Musailamah al kahzab
b.      Thulaihah
c.       Aswad al ansi
2.      Memerangi suku-suku yang tidak mau memekai zakat,karena perjanjian mereka membayar zakat hanya kepada Nabi Muhamad
SAW.,sehingga setelah wafat,mereka merasa bebas untuk tidak membayar zakat.
3.      Memberantasan pemberontakan dari orang-orang murtad dan menolak hukum islam.
4.      Menugasi zaid bin tsabit untuk menyusun mushaf al qur’an atas usul umar bin khatab.Alasan penyusunan tersebut adalah :
a. Penghafal al qur’an banyak yang meninggal dalam beberapa pertempuran.
b. Tulisan yang ada di pelepah-pelepah   kurma,batu-batu,maupun tulang-tulang,banyak yang berserakan sehingga
dikhawatirkan rusak dan hilang.
5.      Memperluas wilayah penyebaran agama islam ke :
a.       Hiroh dijadikan pusat pertahanaan dan ibu kota diluar arab.
b.      Anbar dan persia
c.       Daumatul jandal
d.      Firad,kazima (mazar)
e.       Yarmuk, syam (pernah dikuasai tentara romawi)
f.       Syiria (usman bin zaid bin haris>< raja herakhis di yarmuk).
6.      Peninggalan-peninggalan Abu Bakar :
a.       Mushaf al quran
b.      Daerah kekuasaan islam yang semakin meluas.
c.       Sikap keteladanan beliau antara lain teguh pendirian,selalu semangat,tekad,berpegang pada kebenaran dan berkorban jiwa harta
demi membela kewibawaan islam. 

2. Sistem pemerintahan islam pada masa kholifah Umar bin Khattab (634-644 M )
Pidato ‘Umar di hadapan umat Islam untuk menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakannya dalam
memimpin kaum muslimin.

“Aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahatian Abu Bakar sejalan dengan jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih
kuat terhadap kalian serta juga lebih mampu memikul urusan-urusan kamu yang penting. Aku di angkat untuk menjadi khalifah tidak
sama dengan beliau. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih kuat unuk memikul jabatan ini dari padaku, maka aku lebih suka memilih
memberikan leherku untuk dipenggali dari pada memikul jabatan ini”.

Umar bin Khattab sangat tegas didalam memutuskan sesuatu dengan kejujuran, sebagaimana dijelaskan dalam buku In the
Beginning : Hijacking of the religion of god.14

In Fact at one the "shura Council" gatherings the powerful and well revered caliph, Umar Ibn Khattab, was once told by certain members
of the "shura Council", " By God if we find any dishonesty in you, we would straighten you out with our swords." these were the early
islamic people and this was how they practiced the art of wisely exercising power and unafraid democracy through the islamic "shura"
proces.

Yang artinya, Dalam Fakta di "Dewan syura" pertemuan yang kuat dan baik yang dihadiri dandihormati khalifah, Umar bin
Khattab, pernah diberitahu oleh anggota tertentu dari "Dewan syura", "Demi Allah jika kita menemukan ketidakjujuran dalam diri Anda,
kami akan meluruskan Anda dengan pedangkami. "ini adalah orang-orang Islam awal dan ini adalah bagaimana mereka berlatih seni
bijaksanamenggunakan kekuatan dan demokrasi.

14 Sami M. El-Soudani, In the Beginning : Hijacking of the religion of god,(USA: Library of congres, 2009), hlm.1004.
Begitu pula terasa pemilihan Umar bin Khattab hampir tidak menimbulkan perbedaan, mengingat pertimbangan-pertimbangan,
yaitu bahwa untuk menghadapi sejubel persoalan umat Islam pasca Abu Bakar, maka dibutuhkan kepemimpinan seorang yang tegas dan
berwibawa. Tak lain Umar lah orangnya.15 Negara Islam Madinah mengalami masa kejayaannya pada masa khalifah kedua ini,
sebagaimana dikatakan oleh Fahdi bin Abdullah.16

Yang intinya, Catatan histories menorehkan bahwa Umar bin Khattab, panji-panji Islam kian berkibar bahkan dengan adanya
perluasan ke wilayah-wilayah seperti juga dilakukan oleh Abu Bakar kekuatan Islam kian terasa. Di samping itu dari segi pemerintahan
ada berbagai kebijakan Umar yang dinilai sangat brilian, salah satunya adalah desentralisasi administrasi Negara, untuk itu Muhammad
Thair Azhary.17 Menyatakan dalam bukunya bahwa Umar-lah khalifah Islam yang melakukan desentralisasi administrasi Negara. Sistem
otonomi yang diterapkan ini tentunya juga menuntut perubahan sistem kinerja pemerintahan di wilayah-wilayah bagian, untuk itu tak
jarang jika ditemukan terjadi semacam pengembangan struktur pemerintahan yang pada generasi sebelumnya tidak ditemukan.

 Kemajuan yang dicapai pada masa khalifah umar bin khatab Adanya pembagian daeerah kekuasaan.
1. Khalifah umar bin khatab membagi daerah-daerah islam dalam beberapa propoinsi dan masing-masing propinsi dipimpin seorang
gubernur,misalnya :
a.   Sa’ad bin abi waqos menjadi gubernur propinsi kufah
b.   Utbah bin khazwan menjadi gubernur propinsi basrah
c.   Amru bin ash menjadi gubernur propinsi fustot(mesir)
2.    Membentuk dewan-dewan dalam pemerintahan ,misalnya :
a. Baitul maal (Perbendaharaan Negara),yaitu sebuah lembaga yang mengawasi dan bertugas mengatur masuk keluarnya
keuangan Negara.
b. Dewan militer  (angkatan perang),yaitu lembaga yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanaan Negara khususnya
didaerah kekuasaan islam.
c. Dewan hakim,yaitu lembaga yang bertanggung jawab terciptanya keadilan diseluruh negri.
d. Dewan pos,yaitu sebuah lembaga yang bertanggung jawab mengatur kelancaran surat menyurat.
e. Mendirikan hisbah badan yang mengawasi pasar ,timbangan,takaran,tata tertib,kebersihan.
3.   Menetapkan kalender islam dan tahun hijriyah sebagai permulaan tahun baru islam.
4. Menjadiakan masjid-mesjid menjadi lebih indah dan megah,misalnya masjidil al-haram,masjid nabawi.

3. Sistem pemerintahan islam pada masa kholifah Utsman Bin Affan (23-35 H/ 644-656 M)
Khalifah Ustman Bin Affan18, Setelah Usman bin Affan dilantik menjadi, ia menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya
sebagai sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai dominan. Dalam pidato itu usman
mengingatkan beberapa hal yang penting:
1. Agar umat islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian;
2. Agar umat islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan
3. Agar umat islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu;
4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah al-quran dan sunnah rasul;
5. Di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya juga akan membuat hal baru yag akan membawa kepada
kebajikan
6. Umat islamboleh mengkririknya bila ia menyimpang dari ketentuan hukum

Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan didaerah, khalifah usman mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap
wilayah atau propinsi pada masanya kekuasaan wilayah madinah dibagi menjadi 10 propinsi. Sedangkan kekuasaan legislative dipegang
oleh Dewan Penasehat Syura, tempat khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka.

15 im penyusun Texbook sejarah dan kebudayaan islam, Sejarah Dan Kebudayaan Islam,Departemen agama,Jakarta,1981/1982, h. 54

16 Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.16

17 Muhammad Thair Azhary, Negara Hukum; Suatu –Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, (Bandung : Angkasa,2003), hal. 42

18 Nama lengkap khalifah ketiga ini adalah uthman bin Affan bin Abi al-‘As bin Umayyah bin Abd Shams bin Abd Manaf bin Qusay .
Prestsai tertinggi masa pemerintahan Usman sebagai hasil majlis syura adalah menyusun al-quran standar , yaitu penyeragaman
bacaan dan tulisan al-quran,s eperti yang dikenal sekarang.naskah salinan al-quran tersebut disimpan dirumah istri nabi kemudian naskah
salinannya atas persetujuan para sahabat dikirim ke beberapa daerah.

Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia,
Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Bahkan Umar mengirim utusan ke Cina di tahun 651 M. sebagaimana dikutip dalam buku
Islamic History.19

Usman may even have sent and emissary to china, by the end of the 7th century arab muslims were trading there. the fiscal strain of such
expansion and the growing independence of arabs outside the peninsula underlay the persisting discontents that surfaced toward the end
of the Utsman reign.

    Jasa-jasa khalifah Utsman bin affan


1)      Merenovasi dan mempercantik masjid nabawi di madinah yang telah di bangun oleh khalifah umar bin khatab
2)      Membuat mushaf yang standar untuk menghindari perselisihan pembelajaran al-quran, kemudian menggandakannya menjadi lima
mushaf.
3)      Salinan mushaf yang asli tersebut terkenal dengan nama mushaf Utsamni atau mushaf al imam, sedangkan empat lainnya dikirim ke
makkah, syiria, basrah, dan kuffah.
4)      Apabila ada salinan yang tidak sesuai dengan mushaf al imam maka di anggap tidak sah. Adapun panitia penggandaan diketuai oleh
caid bin tsabit sedang, para anggotanya terdiri dari:
a.       Abdullah in Zubair
b.      Said bin ash
c.       Abdurrahman bin harist bin hisyam
Alasan di adakannya penulisan dan penggandaan mushaf al quran adalah:
a.  Banyak  para penghafal quran (hufadz) yang gugur dalam berbagai pertempuran.
b. Semakin sulit memantau pembelajaran al-qur’an karena kekuasaan islam sangat luas, sehingga masing-masing daerah
memerlukan dasr hokum al-quran agar menyamakan dialek dalam membaca al-quran.
c.    Agar ada acuan yang jelas bagi para qori diseluruh kekuasaan islam.
5)   Memperluas kekuasaan islam sampai kebeberapa wilayah, misalnya Armenia, Afrika, Azerbaijan, Kepulauan Ciprus.

4. Sistem pemerintahan islam pada masa kholifah Ali Bin Abi Tholib (35-40 H/ 656-661 M)
Setelah wafatnya khalifah Utsman, umat yang tidak punya pemimpin dengan wafatnya Utsman, membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai Khalifah baru. Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah pendahulunya.ia di bai’at di
tengah-tengah kematian usman, pertentangan dan kekacauan dan kebingungan umat islam Madinah. sebab kaum pemberontak yang
membunuh Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.

Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat islam:

1. Tetap berpegang teguh kepada al-quran dan sunnah rasul


2. Taat dan bertaqwa kepada allah serta mengabdi kepada negara dan sesama manusia
3. Saling memelihara kehormatan di antara sesame muslim dan umat lain
4. Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum,dan
5. Taat dan patuh kepada pemerintah.

Ali bin Abi Tholib sangat mengistimewakan ro’yu atau pikiran untuk menyelesaikan persoalan.20

Seperti kasus pembunuhan seorang ahl al-dzimmah oleh seorang, Yang artinya, bahwa sayyidina Ali bin Abi tholib r.a, melakukan
suma tindakan pada dewan syura dengan keistimewaa tanpa menggunakan ro’yu yang berlebihan dalam menyelesaikan berbagai urusan.

19 Laura S . Islamic History, (New York : Britannica Educational Publishing, 2010), hlm.58

20 Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.18
Muslim. Setelah terbukti bahwa si muslim bersalah, maka Ali bin Abi Thalib tidak segan untuk menjatuhkan hukuman qishass kepada si
muslim. Namun sebelum pelaksanaan eksekusi qishashterlaksana, pihak korban mengampuni kesalahan Muslim itu, maka setelah
mempertimbangkan kemungkinan munculnya pemaafan itu, maka akhirnya memutuskan hukum diyat kepada si pembunuh

Tidak lama setelah dia di bai’at, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan
Aisyah. Yang dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta). Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis
karena pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Usman.namun Ameer Ali menyatakan:…ia berhasil memecat
sebagian besar gubernur yang korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang memungkinkan.ia
membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-
ushsurtah,serta mengordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu ‘anhu juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di
Damaskus, Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaan. Sehingga terjadilah pertempuran yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi
tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar
dari barisan Ali Radhiallahu ‘anhu.

  Jasa Peninggalan Khalifah Ali bin Abi Thalib


1)         Dibidang pemerintahan
a.       Menerapkan sistem pemerintahan yang efekti dan efisien dengan mengadakan perombakan para gubernur dan pejabat yang tidak
bisa bekerja dengan baik yaitu tidak menunjukan prestasi, tidak adil, dan berakhlak culas. Mereka ini kebetulan masih keluarga
Utsman bin Affan. Adapun pengganti mereka yang diangkat oleh khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
1.      Sabil bin hanif sebagai gubernur syiria
2.      Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basroh
3.      Qois bin saad sebagai gubernur Mesir
4.      Umroh bin Shihab sebagai gubernur kuffah
b.      Mengembalikan tanah milik Negara dan harta baitul maal yang diambil dengan cara yang tidak benar oleh pejabat dan keluarga
utsman bin affan.
2)         Bidang Politik Militer
         Ali adalah seorang yang ahli dalam strategi perang penasehat yang biajksana, penegak hokum yang adil, berbudi luhur baik
kepada kawan maupun lawan.
3)         Bidang ilmu bahasa
         Daerah kekuasaan islam ketika khalifah Ali bin Abi thalib memerintah sudah merambah sampai ke S. Eufrat, Tigris, dan
mencapai daratan indus atau india. Hal itu menyebabkan masyarakan yang berasal dari luar jazirah arab banyak memeluk agama
islam. Konsekuensi dari perkembangan itu adalah adanya kesalahan fatal dalam memperdalam al-quran dan hadits. Mencermati hal
itu khalifah Ali bin Abi thalib menunjuk Abu Aswad ad-duali untuk menyusun kaidah atau pokok-pokok ilm nahwi, sehingga kaum
muslimin yang berasal dari luar jazirah arab dapat memperdalam al-quran dan hadits.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidun adalah pecahan dari kata Khulafa’ dan Al – Rasyidun, Kata Khulafa’ mengandung pengertian : cerdik,
pandai dan pengganti. Sedangkan kata Al – Rasyidun mengandung pengertian : Lurus Benar dan Mendapat petunjuk. Artinya adalah
empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi
Muhammad setelah ia wafat.

Kaum muslimin segera merasakan kekosongan kepemimpinan dan melihat dihadapan mereka terbentang masalah-masalah dan
tanggung jawab yang besar akibat dari kekosongan itu. Oleh karena itu, mereka berusaha dengan segenap kemampuan untuk
menanggung beban ini. Setiap individu dipaksa untuk berpikir, mengkaji, bagaimana menentukan keberlanjutan kepemimpinan negara
pasca Nabi wafat. Maka sejak saat itulah muncul gagasan pertama kali dalam sejarah Islam yakni pertemuan Saqifah. 21 Diadakanlah
pertemuan di Saqifah. Abubakar, Umar r.a, hadir dan beberapa orang sahabat dari kalangan muhajirin.

Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat sahabat Nabi Muhammad , mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Kholifah Abi Bakar as Shidiq mempunyai karakter yang lemah lembut dan tegas. Dalam suasana yang kacau pemimpin yang berkarakter
seperti Kholifah Abu Bakar as Shidiq sangat diperlukan. Dengan kelembutannya, dapat menginsafkan orang-orang terbujuk berbuat
makar. Sementara orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh Abu Bakar as Shidiq.

Kholifah Umar bin Khattab ,mempunyai karakter : Cerdas,tegas dan mengutamakan kepentinganrakyat. Kecerdasannya Umar bin
Khattab sangat diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang islami.

Usman bin Affan . Masa Usman bin Affan situasi sudah aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat. Dalam
kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang shaleh, penyantun dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti Kholifah Usman bin
Affan kemakmuran rakyat tercapai, baik jasmani maupun rohani.

Ali bin Abi Thalib. Sebagai masa peralihan dari Kholifah Usman bin Affan ke Kholifah Ali bin Abi Thalib , kekacauan kembali terjadi.
Dalam kondisi negara seperti itu, karakter pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi
Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah Umar
bin Khattab.

B. Saran
 Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Dalam penulisan makalah ini kami  menyadari bahwa masih terdapat kesalahan
dan kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran serta masukan-masukan yang bersifat membangun dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

21 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (terjemahan), Gema Insani Press, 2001, hal 14
https://abduljabar16.blogspot.com/2018/01/makalah-tentang-masa-pemerintahan.html

https://fadhilasildano.blogspot.com/2008/09/makalah-khulafaul-rasyidin.html?m=l

[1] http://ar.wikipedia.org/wiki/‫الخلفاء الراشدين‬

[2] Istilah temporal (duniawi) Munawir Sadjali berbeda dengan Harun Nasution dengan istilah sekuler. Perbedaan dua istilah ini
mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam menyikapi keduniawian. Istilah temporal (duniawi) Munawir Sadjali berbeda dengan
Harun Nasution dengan istilah sekuler. Perbedaan dua istilah ini mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam menyikapi
keduniawian.

[3] M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (terjemahan), Gema Insani Press, 2001, hal 14

[4] lihat D.B. Mac Donald

[5] Ibid, hal 15. lihat juga Ath-Thabari, juz 3, hal 208

[6] Ibid, hal 15

[7] Tsaqifah Bani Saidah adalah balai pertemuan di madinah seperti Dar al nadwah di mekkah, balai pertemuan orang quraisy sudah
kebiasaan kaum anshar berkumpul dib alai itu untuk mamusyawarahkan masalah-masalah umum, sebagaimana kebiasaan kaum quraiys
berkumpul diDaar Al Nadwah, Lihat Muhammad Dhiya’ al-Din al-Rayis, Op. Cit, h. 25

[8] Ibn Jarir al-Thabari,Tarikh al-Thabari,Juz IV(birut:Dar al-Fikr),hal 38.

[9] Gerhard Bowering, The Pinceton Encyclopedia of Islamic Political Thought, (Oxford: Princeton University press, 2013), hlm. 13.

[10] Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.14

[11] Masudul Hasan,History of Islam,( india, Adam Publlisher,1992), hal 144.

[12] Muhammad Dhiya’ al-Din al- Rayis, al-Nadzariyat as-Siyasah al-Islamiyah, (Mesir : Al-Ajlu, 1957), hal. 97-98

[13] Ibid, hal. 100-103

[14] Sami M. El-Soudani, In the Beginning : Hijacking of the religion of god,(USA: Library of congres, 2009), hlm.1004.

[15] im penyusun Texbook sejarah dan kebudayaan islam, Sejarah Dan Kebudayaan Islam,Departemen agama,Jakarta,1981/1982, h. 54

[16] Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.16

[17] Muhammad Thair Azhary, Negara Hukum; Suatu –Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya
Pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, (Bandung : Angkasa,2003), hal. 42

[18] Nama lengkap khalifah ketiga ini adalah uthman bin Affan bin Abi al-‘As bin Umayyah bin Abd Shams bin Abd Manaf bin Qusay.

[19] Laura S . Islamic History, (New York : Britannica Educational Publishing, 2010), hlm.58

[20] Fahdi bin Abdullah, Mukhtasor Atsaqofah As Siyasah, (Yordania, Dairoh Maktabah Wathoniyah, 2013), hal.18

[21] M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (terjemahan), Gema Insani Press, 2001, hal 14

Anda mungkin juga menyukai