Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALIRAN MU’TAZILAH

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pembimbing : Bapa Suhar, S.Ag.

Kelompok 8

Diva Riesthanty :23125971

Muhammad Amri Ridhoni :23126115

Nazwatunisa :23126127

Ria Susanty Prayitno :23126112

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala karena berkat Inayah dan Rahmat-Nya jualah sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah dengan judul “ALIRAN MU'TAZILAH”.

Sholawat dan salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada junjungan kita


nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah menunjukkan kepada
kita jalan kebenaran nan terang benderang.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing


mata kuliah metode pembelajaran ini dosen Bapa SUHAR, S.Ag. karena telah
memberikan waktu kepada kami dan teman-teman dalam proses pembuatan makalah
ini. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM kami selaku
pemakalah memohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam menyusun makalah
ini, kami menyadari bahwasanya tulisan kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik dan sempurna.

Kesalahan dan kekhilafan hanya berasal dari kita sebagai makhluk, dan
kesempurnaan serta kebenaran hanya berasal dari Allah SWT. Setidaknya semoga isi
dari makalah ini dapat diambil beberapa pelajarannya dan bermanfaat untuk masa
sekarang maupun mendatang. Akhir kata kami ucapkan Wallahul Muwaffiq ila
Aqwamit Tharieq Wassalamualaikum Wr. Wb.

Martapura, 21 Oktober 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................…….i

DAFTAR ISI........................................................................................................……ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................……1

A. Latar Belakang........................................................................................……1
B. Rumusan Masalah...................................................................................……2
C. Tujuan.......................................................................................................……2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................……3

A. Menelusuri Makna Sekaligus Sejarah Munculnya Aliran


Mu’tazilah................................................................................................……3
B. Tokoh-Tokoh Aliran Mu’tazilah............................................................……6
C. Ajaran-Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah..................................................…9

BAB III PENUTUP.............................................................................................…..13

A. Kesimpulan..............................................................................................…..13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................…..14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Membaca perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya, karena terus


menerus terjadi perpecahan mulai dari munculnya khawarij dan syiah kemudian
munculah aliran Jabariyah Qodariyah. Satu syiar yang menipu dan mengelabui orang-
orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi yang
benar, sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk
pemikiran kelompok ini. Akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari
agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya.

Akibat dari hal itu munculah bid’ah-bid’ah yang semakin banyak dikalangan
kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta
memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam
kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih
mendahulukan akal.

Oleh karena itu kami akan sedikit membahas tentang Pemikiran Teologi
Mu’tazilah. Dalam sejarah pemikiran Islam awal, faktor politik begitu dominan,
terutama setelah wafatnya Rasulullah. Kemunculan dan perjalanan aliran Khawarij,
Murjiah, dan Syi’ah, adalah berawal dari pertikaian masalah imamah. Ketiga aliran
pemikiran ini, secara metodologis maupun subtantif masih mewarnai pemikiran
muslim sekarang. Dikatakan bahwasanya Aliran Mu'tazilah merupakan salah satu
aliran teologi Islam yang mengagungkan akal di atas segala hal.

1
B. Rumusan masalah

a) Apa yang dimaksud dengan Aliran Mu'tazilah di dalam sejarah?


b) Bagaimana latar belakang munculnya Aliran Mu'tazilah?
c) Siapa saja tokoh tokoh yang mempelopori munculnya Aliran Mu'tazilah
beserta pemikirannya?

C. Tujuan

a) Mengetahui sumber historis dari berbagai pandangan baik itu pro dan kontra
dari para pemikir atau doktrin Aliran Mu'tazilah.
b) Mengenali tokoh-tokoh pelopor munculnya Aliran Mu’tazilah.
c) Agar kita dapat memahami tentang Aliran Mu'tazilah dan memberikan asumsi
mengenai manfaat dan perubahannya di zaman sekarang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Makna Sekaligus Sejarah Munculnya Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu'tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang banyak
terpengaruh dengan filsafat barat. Mu'tazilah berasal dari kata "i'tizal" yang artinya
"memisahkan diri". Aliran ini muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah,
tahun 105-110 H, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin
Marwan dan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.

Aliran Mu'tazilah dipelopori oleh tokoh intelektual muslim bernama Washil


bin Atha' Al-Makhzumi pada tahun 700-an masehi di Irak. Washil bin Atha' adalah
orang pertama yang meletakkan kerangka dasar ajaran Mu'tazilah. Ada tiga ajaran
pokok yang dicetuskannya, yaitu paham al-manzilah bain al-manzilatain, paham
Kadariyah, dan paham peniadaan sifat-sifat Tuhan.

Dalam aliran ini, untuk memecahkan masalah dalam bidang keagamaan


menggunakan analisis dan argumen-argumen yang rasionalis, jadi harus berasal dari
fakta dan pengalaman. Mu'tazilah adalah salah satu aliran teologi dalam Islam yang
dapat dikelompokkan sebagai kaum rasionalis Islam. Mereka meyakini bahwa akal
bisa mengantarkan pada keimanan dan ketaatan pada Allah SWT.

Dalam mempertahankan paham keesaan Allah Swt., mereka meniadakan


segala sifat Allah, yaitu bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat yang berdiri di luar
Dzat-Nya. Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-khamsah,
yakni tauhid, keadilan-Nya, janji dan ancaman, posisi di antara 2 posisi, amar ma’ruf
dan nahi munkar.

Seiring perkembangan waktu, Mu'tazilah menjadi mazhab resmi pemerintahan


beberapa khalifah Dinasti Abbasiyah. Namun, saat aliran Mu'tazilah menjadi mazhab
resmi pemerintahan, penerapan prinsip menjadi sangat ekstrem. Akibatnya, sejumlah

3
ulama yang pendapatnya berseberangan dengan ajaran Mu'tazilah dipenjara dan
disiksa agar menyetujui paham aliran Mu'tazilah.

Kaum Mu'tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah


menggemparkan dunia islam selama lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa mereka
yang menghebohkan, selama itu pula kelompok ini telah menumpahkan ribuan darah
kaum muslimin terutama para ulama Ahlus Sunnah yang bersikukuh dengan pedoman
mereka.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sejarah munculnya aliran


Mu'tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105-110 H,
tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah
Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan
murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha' Al-Makhzumi Al-Ghozzal
yang lahir di Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha'
berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang
berarti ia fasik. Imam Hasan al- Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih
berstatus mukmin.

Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut antar


murid dan Guru, dan akhirnya golongan mu'tazilah pun dinisbahkan kepadanya.
Sehingga kelompok Mu'tazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya,
kemudian para petinggi mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak
disebarkan di masa khalifah Al-Makmun. Maka sejak itulah manhaj mereka benar-
benar dilukis oleh manhaj ahli kalam yang berorientasi pada akal dan mencampakkan
dalil-dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah.

Sebutan "Mu'tazilah" ini mempunyai suatu kronologi yang tidak bisa


dipisahkan dengan sosok Al-Hasan Al-Bashri, salah seorang imam di kalangan tabi'in.
Asy-Syihristani berkata: Suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Al-Hasan Al-
Bashri seraya berkata: "Wahai imam dalam. agama, telah muncul di zaman kita, ini

4
kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar. Dan dosa tersebut diyakini sebagai
suatu kekafiran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama, mereka adalah kaum
Khawarij. Sedangkan kelompok yang lainnya sangat toleran terhadap pelaku dosa
besar, dan dosa tersebut tidak berpengaruh terhadap keimanan. Karena dalam
madzhab mereka, suatu amalan bukanlah rukun dari keimanan dan kemaksiatan tidak
berpengaruh terhadap keimanan sebagaimana ketaatan tidak berpengaruh terhadap
kekafiran, mereka adalah Murji'ah umat ini. Bagaimanakah pendapatmu dalam
permasalahan ini agar kami bisa menjadikannya sebagai prinsip dalam beragama.

Al-Hasan Al-Bashri pun berpikir sejenak dalam permasalahan tersebut.


Sebelum beliau menjawab, tiba-tiba dengan lancangnya Washil bin Atha' berseloroh:
"Menurutku pelaku dosa besar bukan seorang mukmin, namun ia juga tidak kafir,
bahkan ia berada pada suatu keadaan di antara dua keadaan, tidak mukmin dan juga
tidak kafir." Lalu ia berdiri dan duduk menyendiri di salah satu tiang masjid sambil
tetap menyatakan pendapatnya tersebut kepada murid- murid Hasan Al-Bashri
lainnya. Maka Al- Hasan Al-Bashri berkata: " ‫يَل‬AA‫" "ِاْعَت َز َل َع َّن ا َو ا ص‬Washil telah
memisahkan diri dari kita", maka disebutlah dia dan para pengikutnya dengan sebutan
Mu'tazilah. Pertanyaan itu pun akhirnya dijawab oleh Al-Hasan Al-Bashri dengan
jawaban Ahlussunnah Wal Jamaah: "Sesungguhnya pelaku dosa besar adalah seorang
mukmin yang tidak sempurna imannya. Karena keimanannya, ia masih disebut
mukmin dan karena dosa besarnya ia disebut fasiq yakni keimanannya menjadi tidak
sempurna.

Versi lain dikemukakan Tasy Kubra Zadah yang menyatakan bahwa Qatadah
bin Da'mah pada suatu hari masuk mesjid Basrah dan bergabung dengan majelis Amr
bin Ubaid yang disangkanya adalah majlis Hasan Al Basri. Setelah mengetahui
bahwa majelis tersebut bukan majelis Hasan Al Basri, ia berdiri dan meninggalkan
tempat sambil berkata, “ini kaum Mu’tazilah.” Sejak itulah kaum tersebut disebut
Mu'tazilah. Al-Mas'udi memberikan keterangan tentang asal-usul kemunculan
Mu'tazilah tanpa berkaitan-pautkan dengan peristiwa antara Washil dan Hasan Al

5
Basri. Mereka diberi nama Mu'tazilah, katanya, karena berpendapat bahwa orang
yang berdosa bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi menduduki tempat di
antara kafir dan mukmin (al-manzilah bain al-manzilatain).

B. Tokoh-Tokoh Aliran Mu’tazilah

1) Wasil bin Atha’


Adalah teolog dan filsafat muslim terkemuka pada zaman dinasti Bani
Umayyah. Pada mulanya ia belajar pada Abu Hasyim Abdullah bin
Muhammad al-Hanafiyah. Selanjutnya, ia banyak menimba ilmu pengetahuan
di Mekkah dan mengenal ajaran Syi'ah di Madinah. Ia kemudian melanjutkan
perjalanan ke Bashrah dan berguru pada Hasan al-Bashri. Pengikut madzhab
ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang paling utama adalah akal.
Sedangkan wahyu berfungsi mendukung kebenaran akal. Menurut mereka
apabila terjadi pertentangan antara ketetapan akal dan ketentuan wahyu maka
yang diutamakan adalah ketetapan akal. Adapaun ketentuan wahyu kemudian
dita'wilkan sedemikian rupa supaya sesuai dengan ketetapan akal, atas dasar
inilah orang berpendapat bahwa timbulnya aliran Mu'tazilah merupakan
lahirnya aliran rasionalisme di dalam Islam. Dialah orang pertama yang
meletakkan kerangka dasar ajaran Muktazilah yang saat ini dikenal dengan 5
ajaran pokok tersebut.
2) Abu Huzail al-Allaf
Al-Allaf (135-235) H). Nama lengkapnya adalah Abdul Huzail Muhammad
Abu Al-Huzail Al-Allaf. Disebut Al-Allaf karena ia tinggal di kampung
penjual makanan binatang (allaf makanan binatang). Ia sebagai pemimpin
Mu'tazilah yang kedua di Basrah. Ia banyak mempelajari filsafat Yunani.
Pengetahuannya tentang filosofinya memudahkan untuk menyusun dasar-
dasar ajaran Mu'tazilah secara teratur. Pengetahuannya tentang logika,
membuat ia menjadi ahli perdebatan. Lawan-lawannya dari golongan zindiq
(orang yang pura-pura masuk Islam), dari kalangan Majusi, zoroaster, dan

6
ateis tak mampu membantah argumentasinya. Menurut riwayat, 3000 orang
masuk Islam di tangan. Puncak kebesarannya dicapai pada masa khalifah Al-
Ma'mun, karena khalifah ini pernah menjadi muridnya.
3) Ishaq Ibrahim Sayyar al-Nazhzham
Nama sebenarnya adalah Ibrahim bin Sayyar bin Hani An-Nazzham. Ia adalah
murid Abul Huzail Al-Allaf. Ia juga bergaul dengan para filosof. Pendapatnya
banyak berbeda dengan aliran Mu'tazilah lainnya. An-Nazzham memiliki
ketajaman berfikir yang luar biasa. antara lain tentang metode keraguan
(method of doubt) dan metode empirika yang merupakan cikal bakal
renaissance (pembaharuan) Eropa.
4) Abu Ali al-Jubba'i
Nama lengkapnya Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Jubba'i.
Sebutan al-Jubba'i diambil dari mana tempat kelahirannya, yaitu satu tempat
bernama Jubba, di propinsi Chuzestan-Iran. Al-Jubbai adalah guru imam Al-
Asyari, tokoh utama dalam aliran Asy'ariyah. Ketika al-Asy'ari keluar dari
barisan Mu'tazilah dan menyerang pendapatnya, ia membalas serangan Al-
Asy'ari tersebut. Pikiran-pikirannya tentang tafsiran Al-Qur'an banyak diambil
oleh Az-Zamakhsyari. Al-Jubba'i dan anaknya yaitu Abu Hasyim Al-jubbai
yang mencerminkan kejayaan akhir aliran mu'tazilah.
5) Al-Jahiz
Al-Jahiz, dalam tulisan-tulisannya dijumpai paham naturalisme atau
kepercayaan akan hukum alam yang oleh kaum muktazilah disebut Sunnah
Allah. Ia antara lain menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan manusia tidak
sepenuhnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri, malainkan ada pengaruh
hukum alam.
6) Mu'ammar bin Abbad
Mu'ammar bin Abbad adalah pendiri muktazilah aliran Bagdad. Pendapatnya
tentang kepercayaan pada hukum alam sama dengan pendapat al-Jahiz. la
mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi. Adapun

7
al-arad atau kecelakaan (sesuatu yang datang pada benda-benda) itu adalah
hasil dari hukum alam. Misalnya, jika sebuah batu dilemparkan ke dalam
udara, maka gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu itu adalah hasil
atau kreasi dari batu itu, bukan hasil ciptaan Tuhan.
7) Bisyr al-Mu'tamir
Ajarannya yang penting menyangkut pertanggung jawaban perbuatan
manusia. Anak kecil baginya tidak dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatannya di akhirat kelak karena ia belum mukalaf. Seorang yang berdosa
besar kemudian bertobat, lalu mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan
mendapat siksa ganda, meskipun ia telah bertobat atas dosa besarnya yang
terdahulu.
8) Abu Musa al-Mudrar
Abu Musa al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin muktazilah yang sangat
ekstrim, karena pendapatnya yang mudah mengafirkan orang lain. Menurut
Syahristani, ia menuduh kafir semua orang yang mempercayai kekadiman Al-
Quran. Ia juga menolak pendapat bahwa di akhirat Allah SWT dapat dilihat
dengan mata kepala.
9) Hisyam bin Amr al-Fuwati
Hisyam bin Amr al-Fuwati berpendapat bahwa apa yang dinamakan surga dan
neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya sekarang. Alasan yang
dikemukakan adalah tidak ada gunanya menciptakan surga dan neraka
sekarang karena belum waktunya orang memasuki surga dan neraka.

C. Ajaran-Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah

8
Ada lima pokok ajaran (Al-Ushul Al-Khomsah) yang menjadi prinsip utama
aliran Mu'tazilah. Kelima ajaran pokok tersebut adalah:

1) At-Tauhid (ke-Esaan)
At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari
ajaranmu'tazilah. Sebenamya, setiap mazhab teologis dalam islam memegang
doktrin ini. Namun bagi mu'tazilah tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan
harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti Untuk
memurnikan Mu'tazilah kemahaesaannya. keesaan Tuhan, menolak konsep
Tuhan memiliki sifat-sifat Konsep ini bermula dari founding father aliran ini,
yakni Washil bin 'Atho. la mengingkari bahwa mengetahui, berkuasa,
berkehendak, dan hidup adalah termasuk esensi Allah. Menurutnya, jika sifat-
sifat ini diakui sebagai kekal-azali, itu berarti terdapat "pluralitas yang kekal
dan berarti bahwa kepercayaan kepada Allah adalah dusta belaka. Namun
gagasan Washil ini tidak mudah diterima. Pada umumnya Mu'tazilah
mereduksi sifat-sifat Allah menjadi dua, yakni ilmu dan kuasa, dan
menamakan keduanya sebagai sifat-sifat esensial. Selanjutnya mereka
mereduksi lagi kedua sifat dasar ini menjadi satu saja, yakni keesaan. Doktrin
tauhid Mu'tazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa Tuhan dapat dilihat dengan
mata kepala. Juga, keyakinan tidak ada satupun yang dapat menyamai Tuhan,
begitupula sebaliknya, Tuhan tidak serupa dengan makhluk-Nya. Tegasnya
Mu'tazilah antropomorfisme. menolak Penolakan terhadap paham
antropomorfistik bukan semat-mata atas pertimbanagan akal, melainkan
memiliki rujukan yang yang sangat kuat di dalam Al qur'an yang berbunyi
(artinya): tidak ada satupun yang menyamainya. ( QS Assyura:9)¹⁰.
2) Al-'Adl (keadilan Tuhan)
Ajaran dasar Mu'tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha
Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan
kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil. Faham ini

9
bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang
manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik.
Begitupula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya.
Dengan demikian Tuhan terikat dengan janjinya. Merekalah golongan yang
mensucikan Allah daripada pendapat lawannya yang mengatakan: "bahwa
Allah telah mentaqdirkan seseorang itu berbuat maksiat, lalu mereka di azab
Allah, sedang Mu'tazialah berpendapat, bahwa manusia telah merdeka dalam
segala perbuatan dan bebas bertindak, sebab itu mereka di azab atas perbuatan
dan tindakannya. Inilah yang mereka maksudkan keadilan itu."
3) Al-Wa'ad wa al-Wa'id (Janji dan ancaman)
Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha Adil tidak akan
melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di batasi oleh janjinya
sendiri. Ini sesuai dengan prinsip keadilan. Ajaran ketiga ini tidak memberi
peluang bagi Tuhan selain menunaikan janjinya yaitu memberi pahala orang
yang ta'at dan menyiksa orang yang berbuat maksiat, ajaran ini tampaknya
bertujuan mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan
dosa.
4) Al- Manzilah bainal Manzilatain (posisi di antara dua posisi)
Prinsip keempat ini juga erat kaitannya dengan prinsip keadilan Tuhan.
Pembuat dosa bukanlah kafir, karena mereka masih percaya kepada Allah dan
Rasul-Nya, tetapi mereka bukan pula mukmin, karena iman mereka tidak lagi
sempurna. Karena bukan mukmin, para pembuat dosa besar tidak dapat masuk
surga dan tidak masuk neraka. karena mereka bukan kafir. Yang adil mereka
ditempatkan di antara surga dan neraka. Akan tetapi, karena di akhirat tidak
ada tempat selain surga dan neraka, maka mereka harus dimasukkan ke dalam
salah satu tempat ini. Penempatan ini bagi kaum Mu'tazilah berkaitan dengan
paham Mu'tazilah tentang iman. Iman bagi mereka bukan hanya pengakuan
dan ucapan, tetapi juga perbuatan. Dengan demikian pembuat dosa besar tidak
beriman, tidak pula kafir seperti disebut terdahulu. Berawal dari jalan tengah

10
yang diambil untuk menentukan posisi orang yang melakukan dosa besar,
kemudian berlaku juga dalam bidang lain. Berdasarkan sumber-sumber
keislaman dan filsafat Yunani. kaum Mu'tazilah lebih memperdalam
pemikirannya mengenai jalan tengah tersebut. sehingga menjadi prinsip dalam
lapangan berfikir (ratio). Prinsip jalan tengah ini nampak jelas dalam usaha
mereka untuk mempertemukan agama dengan filsafat.
5) Amar Ma'ruf Nahi Munkar (menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat
buruk)
Mengenai hal ini kaum Mu'tazilah berpendapat sama dengan pendapat
golongan- golongan umat Islam lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya pada
segi pelaksanaannya. apakah seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat
buruk itu dilakukan dengan lunak atau dengan kekerasan. Kaum Mu'tazilah
berpendapat bahwa seruan berbuat baik dan larangan berbuat buruk sebaiknya
dilakukan dengan lemah lembut. Akan tetapi sewaktu-waktu, jika perlu
dengan kekerasan. Dalam sejarah, mereka menggunakan kekerasan dalam
menyiarkan ajaran-ajaran mereka. Bagi kaum Mu'tazilah, orang-orang yang
menyalahi pendirian mereka dianggap sesat dan harus diluruskan.

D. Perkembangan Aliran Mu’tazilah Sebagai Aliran Teologi

Disisi lain secara umum, aliran Mu'tazilah melewati dua fase yang berbeda.
Fase Abbasiyah (100 11-237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 10), Generasi pertama
mereka hidup di bawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu
lama. Kemudian memenuhi zaman awal Daulah Abbasiyah dengan aktivitas, gerak,
teori, diskusi dan pembelaan terhadap agama, dalam suasana yang dipenuhi oleh
pemikiran baru. Dimulai di Basrah. Kemudian di sini berdiri cabang sampai ke
Baghdad. Orang-orang Mu'tazilah Basrah bersikap hati-hati dalam menghadapi
masalah politik, tetapi kelompok Mu'tazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam
politik Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengabarkan api inquisisi bahwa
"Al-Qur'an adalah makhluk".

11
Memang pada awalnya Mu'tazilah menghabiskan waktu sekitar dua ahad
untuk tidak mendukung sikap bermazhab mengutamakan sikap netral dalam pendapat
dan tindakan Konon ini merupakan salah satu sebab mengapa mereka disebut
Mu'tazilah Mu'tazilah tidak mengisolir diri dalam mengeluarkan problematika
imamah sebagai sumber perpecahan pertama- tetapi mengambil sikap tengah dengan
mengajukan teori “al manzilah bainal manzilatain". Akan tetapi di bawah tekanan
Asyariah nampaknya mereka berlindung kepada Bani Buwaihi.

Golongan pertama, (disebut Mu'tazilah 1) muncul sebagai respon politik


murni. Golongan ini tumbuh sebahai kaum netral politik, khususnya dalam arti
bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-
lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair golongan inilah
yang mula-mula disebut kaum Mu'tazilah karena mereka menjauhkan diri dari
pertikaian masalah. khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma
teologis seperti yang ada pada kaum Mu'tazilah yang tumbuh dikemudian hari.

Golongan kedua, (disebut Mu'tazilah II) muncul sebagai respon permasalahan


teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur'jiah akibat adanya peristiwa
tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan
Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar.
Mu'tazilah II inilah yang dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki
banyak versi. Kaum Mu'tazilah sudah tidak ada lagi. Mereka mendapat tantangan
keras dari umat Islam lain setelah mereka berusaha diabad ke Sembilan untuk 9 dari
memaksa faham-faham mereka dengan kekerasan pada umat Islam yang ada pada
waktu itu. Pemikiran rasionil Mu'tazilah dan sikap kekerasan mereka, membawa
lahirnya aliran-aliran teologi lain dalam Islam. Aliran-aliran itu timbul. Untuk
menjadi tantangan bagi aliran yang bercorak rasionil dan liberal tersebut''.

BAB III

PENUTUP

12
A. Kesimpulan

Aliran Mu,tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang banyak
terpengaruh dengan filsafat barat. Golongan Mu’tazilah merupakan aliran teologi
yang mengedepankan akal sehingga mereka mendapatkan nama “Kaum Rasionalis
Islam”. Mu'tazilah menganggap al-Quran adalah makhluk, meski mereka
membacanya dengan cara yang sama dengan umat Muslim lainnya. Cara berpikir
yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti itulah, yang membuat Mu'tazilah
dianggap sesat dan pelaku bid'ah oleh para ulama. Mu'tazilah memiliki lima ajaran
utama yang disebut ushul al-khamsah, yakni tauhid, keadilan-Nya, janji dan ancaman,
posisi di antara 2 posisi, amar maruf dan nahi munkar.

Adapun tokoh-tokoh yang mempengaruhi dalam perkembangan aliran


Mu‟tazilah yaitu, Washil bin Atha’ al-Ghazzal, Abul al-Huzail al-Allaf, Ibrahim bin
Syyar an-Nazzam, Abu Ali Muhammad ibn Ali al-Jubba‟i, Al-Jahiz, Muammar bin
Abbad, Bisyr Al-Mu’tamir, Abu Musa Al-Mudrar, dan Hisyam bin Amr al-Fuwati.

DAFTAR PUSTAKA

13
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir: dari klasik hingga modern, (Yogyakarta, eLSAQ
Press, 2010) h, 129

Madkour, Ibrahim..Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2009)
hlm. 46-47 14Harun Nasution, Op Cit. hlm 40

https://an-nur.ac.id/aliran-mutazilah-pengertian-dan-doktrin-ajaran/

https://kalam.sindonews.com/read/1033953/70/sejarah-lahirnya-aliran-muktazilah-
tokoh-dan-ajarannya-1677510168

14

Anda mungkin juga menyukai