Disusun Oleh:
Kelompok 6
Alia Fitri : 23.1.2799
Azka Saputra :23.1.2875
M.Zainal Ardian :23.1.2814
Zidan Wahyu Pratama : 23.1.2858
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah Swt atas segala berkah dan rahmatNyayang tela
h diberikan, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah dengan judul“Sejarah Muncu
lnya Aliran Asy’ariyah Dan Maturidiyah.”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberi
kan kontribusi dalam penyusunan MAKALAH ini terutama kepada Dosen bapak Masduki A.
Sayuti ,M.Pd. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makala
h ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dansaran san
gat kami nantikan. Agar pembuatan makalah selanjutnya kami akan lebih baik lagi .Terima atas
perhatianya .
Penulis makalah
1
DAFTAR ISI
BAB 1…………………………………………………………………….…………3
PENDAHULUAN………………………………………………………….…….…3
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUS MASALAH…………………………………………………………3
C.TUJUAN………………………………………………………………………3.
BAB 2……………………………………………………………….………………4
PEMBAHASAN……………………………………………………………………4
1.SEJARAH ASYARIAH………………………………………………….…..4
1.TEOLOGI ASYARIAH………………………………………………….…...5
2.TEOLOGI MATURIDIYAH…………………………………………….…....7
IYAH………………… ……………………………………..…. 8
1.PERSAMAAN……………………………………………………….…... 8
2.PERBEDAAN……………………………………………………..……….9
BAB 3……………………………………………………………………….……..10
PENUTUP…………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSAKA …………………………………………………………………....11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya berbagai macam golongan-golongan aliran pemikiran dalam Islam telah
memberikan warna tersendiri dalam agama Islam. Pemikiran-pemikiran ini muncul setelah
wafatnya Rosulullah. Ada beberapa factor yang menyebabkan munculnya berbagai golongan
dengan segala pemikiranya. Diantaranya adalah faktor poitik sebagaimana yang telah terjadi
pertentangan antara kelompok Ali dengan pengikut Muawiyah, sehingga memunculkan
golongan yang baru yaitu golongan khawarij. Lalu muncullah golongan-golongan lain sebagai
reaksi dari golongan satu pada golingan yang lain.
Sebagai reaksi dari firqah yang sesat, maka pada akhir abad ke 3 H timbullah golongan yan
g dikenali sebagai Ahlussunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh 2 orang ulama besar dalam Us
uluddin yaitu Syeikh Abu Hassan Ali Al Asy’ari yang merupakan pendiri aliran Asy’ari dan Sy
eikh Abu Mansur Al Maturidi sebagai pendiri aliran Maturidiyah. Aliran Asy’ariah dan
Maturidiyah inilah yang dipakai dalam pembahasan ini.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
3
A.SEJARAH MUNCULNYA ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH
1. Sejarah Asy’ariyah
Pengikut Mutazilah yang tangguh. Namun, karena sebab-sebab yang tidak begitu jelas, Al-
Asy’ari, walaupun telah puluhan tahun menganut paham Mu’tazilah, ia akhirnya meninggalkan
ajaran tersebut. Menurut Ibnu Asakir, Al-Asy’ari meninggalkan mu’tazilah karena ia bermimpi
berjumpa dengan Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa mazhab Mu’tazilah itu sesat seda
ngkan mazhab Ahl Al-Hadits benar. Pendapat lain menyebutkan bahwa Al-Asy’ari berdebat
dengan gurunya, Al- Aliran Asy'ariyah adalah aliran teologi Islam yang lahir pada dasawarsa
kedua abad ke-10(awal abad ke-4). Pengikut aliran ini, bersama pengikut Maturudiyah dan
Salafiyah, mangaku termasuk golongan ahlus sunnah wal jama’ah. Aliran asy’ariyah dibangun
oleh AbuHasan Ali ibn Ismail Al-Asy’ari ( 873-935M ).
Pada mulanya, Al-Asy’ari adalah seorang tokoh Mu’tazilah. Karena itulah, menurut Al-
Askari, Al-Juba’i berani mempercayakan perdebatan dengan lawan kepada Al-Asy’ari. Ini
merupakan indikasi bahwa Al-Asy’ari sebagai salah seorang Jubba’i, seputar orang mukmin,
orang kafir, dan anak kecil. Dalam perdebatan itu, sang guru tidak menjawab pertanyaan
murid.
Terlepas dari sebab-sebab diatas, yang jelas ajaran Asy’ariyah ini muncul sebagai alternatif
yang menggantikan kedudukan ajaran Mu’tazilah yang sudah hilang pamor nya pasca penghap
usannya oleh Al-Mutawakkil sebagai mazhab negara. Ini menunjukkan bahwa aliran
Asy’ariyah muncul karena kondisi yang menuntut demikian.
Selain oleh Al-Asy’ari, aliran Asy-a’riyah ini dikembangkan pula oleh murid-muridnya seper
ti Muhammad Thayyib bin Muhammad Abu Bakr Al-Baqillani, Abd Al-Malik Al-Juwani (419-
478 H), Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (450-505 H), dan Alauddin Al-‘Ijji (w. 756 H).
Sebagai sebuah aliran teologi, Asy’ariyah mempunyai ajaran-ajaran yang banyak diikuti ma
syarakat, khususnya yang cenderung mengikutinya. Ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui dari
buku yang ditulis Al-Asy’ari sendiri dan para muridnya
2. Sejarah Maturidiyah
Aliran Maturidiah muncul sebagai reaksi keras terhadap aliran Mu 1’tazilah. Tidak heran
jika aliran ini banyak memiliki kesamaan dengan aliran Asy’ariah, walaupun tidak menutup
kemungkinan banyak perbedaan diantara keduanya. Nama aliran Maturidiah ini diambil dari pe
ndirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi, yang lahir di Maturid, Samarkand pada perten
gahan abad ke-3 H. Riwayat hidup Al-Maturidi ini tidak banyak diketahui orang seperti halnya
ajaran dan alirannya yang tidak banyak ditulis dan dibukukan orang.
Aliran Maturidiah diperkirakan muncul ketika popularitas Mu’tazilah mulai menurun. Pada
masanya, Al-Maturidi menyaksikan terjadinya perdebatan-perdebatan dalam masalah
keagamaan, seperti yang terjadi antara mazhab fiqih Hanafiah dan Syafi’iah, dan juga
perdebatan antara para ahli fiqih dan ahli hadits disatu pihak, dan aliran Mu’tazilah dipihak
1
Ahmad Amin ,zhuhr Al-Islam (Kairo :Dar Al-Nahdhah 1965),hlm 65.
4
yang lain. Menyaksikan perdebatan-perdebatan itu menjadikan Al-Maturidi sangat tertarik
untuk memperdalam masalah teologi.
Al-Maturidi dikenal sebagai pengikut Abu Hanafiah, yang banyak menggunakan rasio
dalam pandangan keagamaannya. Ia memang banyak menggunakan akal dalam sistem
teologinya. Menurut para ulama Hanfiah, dalam bidang akidah, Al-Maturidi mirip dengan
pendapat Abu Hanafiah .
Tokoh lain dari Maturidiyah antara lain Al-Bazdawi, At-Taftazani, Al-Nasafi, dan Ibn Al-Ha
mman. Diantara mereka yang terkenal yaitu Al-Bazdawi. Karena itu, dalam aliran Maturidiyah
terdapat dua golongan yaitu Maruridiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara.
Dalam masalah teologi, Maturidiyah Samarkand lebih dekat dengan pemikiran mu’tazilah. S
edangkan dalam masalah sifat-sifat Allah terdapat persamaan antara Al-Maturidi dan Al-Asy’ar
iah. Maturidiyah Samarkand sendiri kebanyakan pengikutnya adalah pendukung Al-Maturidi se
ndiri.
Maturidiyah Bukhara sendiri dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia
merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Al-
Bazdawi, dalam teologinya tidak selamanya sepaham dengan gurunya, Al-Maturidi. Antara Ma
turidiyah Samarkand dan Bukhara terdapat perbedaan yang berkisar pada persoalan kewajiban
mengetahui Allah. Matruridiyah Samarkand kewajiban mengetahui Allah dapat diketahui deng
an akal, sedangkan Maturidiyah Bukhara tidak demikian. Menurut Maturidiyah Bukhara, kewaj
iban mengetahui Allah hanya dapat diketahui dengan wahyu, begitu pula dengan kewajiban me
ngerjakan yang baik dan menjauhi perbuatan yang jahat.
1. Teologi Asy’ariah
A.Sifat Allah
Karena kontra dengan Mu’tazilah, Al-Asy’ari membawa paham Allah mempunyai sifat.
Menurutnya, mustahil Allah mengetahui dengan zat-Nya, karena ini akan membawa kepada
kesimpulan bahwa zat Allah itu pengetahuan. Padahal, Allah bukan pengetahuan ( ‘ilm ), tetapi
yang maha mengetahui ( ‘alim ). Allah mengetahui dengan pengetahuan, dan pengetahuan-Nya
itu bukan zat-Nya. Demikian halnya dengan sifat-sifat Allah yang lainnya, seperti hidup,
berkuasa, mendengar, melihat, dan sebagainya
2
Harun Nasution ,Teologi Islam (Cet ,5:Jakarta :UI pres ,1986),hlm 69
5
C.Dalil Adanya Allah
Menurut Mu’tazilah, alasan manusia harus percaya kepada Allah karena akal manusia sendiri
yang menyimpulkan bahwa Allah itu ada. Sedangkan menurut asy’ariyah, manusia wajib
meyakini Allah karena Nabi Muhammad mengajarkannya bahwa Allah itu ada sebagaimana
yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Jadi, manusia wajib percaya terhadap adanya Allah karena
diperintahkan Allah dan perintah itu ditangkap oleh akal. Di sini Al-Qur’an menjadi sumber
pengetahuan dan akal sebagai instrumennya.
Kasb yang dimaksud Asy’ari bukan berarti usaha atau perbuatan, tetapi perolehan.
Sebagaimana yang dijelaskannya, suatu perbuatan terjadi dengan perantara daya yang
diciptakan Allah dalam diri manusia, dengan demikian, menjadi perolehan( kasb ) baginya.
Perbuatan-perbuatan manusia bukan diwujudkan oleh manusia sendiri, tetapi oleh Allah,
perbuatan yang diciptakan Allah inilah yang diperoleh manusia, dan kasb, atau perolehan itu
juga diciptakan Allah.
Ada beberapa al-Qur'an yang menegaskan bahwa Allah dapat dilihat, salah satunya seperti
firman Allah dalam surat Al-Qiyaamah :
Artinya :
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
23. kepada Tuhannyalah mereka melihat
F.Kedudukan Al-Qur’an
Berbeda dengan pendapat Mu’tazilah yang mengatakan Al-Qur’an itu diciptakan, Asy’ariah
justru berpendapat bahwa Al-Qur’an, sebagai manifestasi Allah yang qadim, tidak diciptakan
(qadim). Menurut Asy’ariyah, jika Al-Qur’an diciptakan, maka diperlukan kata kun, dan untuk
6
terciptanya kun diperlukan pula kun yang lain,dan seterusnya hingga tidak ada habisnya-habisn
ya.
2. Teologi Maturidiyah3
A. Sifat Allah
Dapat ditemukan persamaan antara al-maturidi dan alasy’ari, seperti di dalam pendapat bahwa Tuhan m
empunyai sifat-sifat. Walaupun begitu pengertian al-maturidi tentang sifat berbeda dengan alas
y’ari. Menurut al-maturidi sifat tidak dikatakan sebagai esensinya dan bukan pula dari esensi-N
ya. Sifat-sifat Tuhan itu mulazamah (ada bersama) dzat tanpa pemisah. Tampaknya paham al-m
aturidi, tentang makna sifat cenderung mendekati paham Mu'tazilah. Perbedaannya almaturidi
mengaku adanya sifat-sifat sedangkan al-Mu'tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.
Dalam masalah pemakaian daya ini Al-Maturidi memakai faham Imam Abu Hanifah, yaitu
adanya Masyiah (kehendak) dan ridha (kerelaan). Kebebasan manusia dalam melakukan
perbuatan baik atau buruk tetap berada dalam kehendak Allah, tetapi ia dapat memilih yang
diridhai-Nya atau yang tidak diridhai-Nya. Manusia berbuat baik atas kehendak dan kerelaan
Allah, dan Manusia berbuat baik atas kehendak dan kerelaan Allah, dan berbuat buruk pun
dengan kehendak Allah, tetapi tidak dengan kerelaan-Nya.
7
E. Kedudukan Al-Qur’an
Al-Maturidi membedakan antara kalam (baca:sabda) yang tersusun dengan huruf dan
bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah
sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu
(hadits). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat
dengannya, kecuali dengan suatu perantara.
Maturidiyah menerima pendapat Mu’tazilah mengenai Al-qur’an sebagai makhluk Allah, tap
i Al-Maturidi lebih suka menyebutnya hadits sebagai pengganti makhluk untuk sebutan Al-Qu
r’an.4
1.Persamaan
a. Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mu’tazilah.
b Mengenai sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat-
dan Tuhan mengetahui bukan dengan dzat -Nya tetapi mengethui dengan pengetahuan-Nya
c. Keduanya menentang ajaran Mu’tazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan beranggapan
bahwa Al-qur’an adalah kalam Tuhan yang tidak di ciptakan tetapi bersifat Qadim.
d. Al-Asy’ari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat melihat Allah pada
hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah pula yang tahu bagaimana keadaan
sifatdan wujud -Nya
e. Persamaan dari kedua aliran ini adalah karena keduanya sering menggunakan istilah ahlu
sunnah waljama’ah .Dan dikalangan mereka kebanyakan mengatakan bahwa mazhab salaf
ahlu sunnah waljama’ah adalah apa yang dikatakan oleh Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ahlu sunnah wal jama’ah adalah Asy’ariyah dan
Maturidiyah dan salaf. Az-Zubaidi mengatakan :
“Jika dikatakan ahlu sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy’ariyah dan
Maturidiyah”.
Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengatakan :
“Ketahuilah bahwa pokok semua aqaid ahlu sunnah wal jama’ah atas dasar ucapan dua kutub,
yakni Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.”
2. Perbedaan
4
Drs.H.M. Yusran Asmuni ilmu tauhid .Raja Grafindo persada Jakarta :1993,hlm 154-155
8
A. Tentang perbuatan manusia. Al-Asy’ari menganut paham Jabariyah sedangkan
Maturidi menganut paham qadariyah
B.Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran Asy’ariyah tidak mampu untuk mengetahui
kewajiban-kewajiban manusia sedangkan menurut pendapat Maturidiyah akal dapat
C. Tentang Janji dan ancaman Tuhan. Al-Asy’ari berkeyakinan bahwa Allah bisa saja
menyiksa orang yang taat, memberi pahala kepada orang yang durhaka, sedangkan Al-
Maturidi beranggapan lain ,bahwa orang yang taat akan mendapatkan pahala sedangkan
Orang yang durhaka akan mendapat siksa ,karena Allah tidak akan salah karena Allah
Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah muncul karena ketidak puasan Abul Hasan Al-Asy’a
ri dan Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi terhadap argumen
dan pendapat-pendapat yang dilontarkan oleh kelompok Muktazilah. Pokok-pokok ajaran Asy’
ariah dan Maturidiyah pada dasarnya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan
Pemikiran-pemikiran al-Maturidi jika dikaji lebih dekat, maka akan didapati bahwa al-Maturi
di memberikan otoritas yang lebih besar kepada akal manusia dibandingkan dengan Asy’ari ya
ng memberikan otoritas yang seimbang antara akal dan wahyu. Namun demikian di kalangan
Maturidiah sendiri ada dua kelompok yang juga memiliki kecenderungan pemikiran yang berbe
da yaitu kelompok
9
Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri yang paham-paham teologinya lebih
dekat kepada paham Mu’tazilah dan kelompok Bukhara yaitu pengikut al-Bazdawi yang condo
ng kepada Asy’ariyah
“Hidup kesepian tanpa kasih, cukup sekian dan terima kasih
Sekian presentasi hari ini, kalau ada kesalahan mohon dimaafkan, kalau ada yang sayang
mohon diungkapkan.”
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Zhuhr Al-Islam, Kairo: Dar Al-Nahdhah, 1965
Ahmad Mahmud, Subhi, Fi Illem al-Kalam, Dar al Kutub al-Jamiah, Kairo, 1969
Harun Nasution, Teologi Islam, Cet, 5; Jakarta: UI Pres, 1986
Drs. H. M. Yusran Asmuni. Ilmu Tauhid. Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993
[1] Ahmad Amin, Zhuhr Al-Islam ( Kairo: Dar Al-Nahdhah, 1965 ), hlm. 65.
[2] Untuk jelasnya, lihat Ahmad Mahmud Subhi, Fi Illem al-Kalam, Dar al Kutub al-Jamiah,
Kairo, 1969, hlm. 187.
[3] Harun Nasution, Teologi Islam ( Cet, 5; Jakarta: UI Pres, 1986), hlm 69.
[4] Ibid., hlm. 70.
[5] Ibid., hlm. 69.
[6] Ibid.
[7] Al-Maturidi, Kitab al-Tawhid, hlm. 77.
[8] Drs. H. M. Yusran Asmuni. Ilmu Tauhid. Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993, hlm. 154-15
5.
[9] Ittihafus Sadatil Muttaqin 2 : 6.
10
[10] Ar-Raudhatul Bahiyyah oleh Abi Hudibah hlm. 3
11