Di susun oleh:
Usis azizah
KRAKSAAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
a. riwayat Al-Asy’ari dan Al-Maturidi...........................................................................4
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
Kesimpulan:.......................................................................................................................9
Saran..................................................................................................................................9
Daftar Pustaka..................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Asy’ari berubah pendirian dari kedudukannya sebagai pembela Mut’tazilah
menjadi pembela faham salaf di kalangan para ulama terjadi perselisihan dan
merupakan perdebatan yang terus berkembang. Abū al-Ḥasan al-Asyʿarī (;األشعري
nama lengkap: Abū al-Ḥasan ʿAlī ibn Ismāʿīl ibn Isḥāq al-Ashʿarī; c. 874–
936 M/260–324 H) sering disebut sebagai Imam al-Asyʿari atau Imam
Asy'ari oleh Muslim Sunni, adalah seorang sarjana Muslim
Arab dari yurisprudensi Syafi'i, penafsir kitab suci, pembaharu (mujaddid),
dan teolog skolastik (mutakallim), yang terkenal sebagai pendiri dari teologi
Islam Sunni Asy'ariyah. Al-Asyʿari terkenal karena mengambil posisi di antara
dua madzhab teologi yang sudah ada, yakni Atsariyah dan Mu'tazilah. Dia
membangun jalan tengah di antara paham tradisionalis Atsariyah yang menolak
rasionalitas dan paham progresif Mu'tazilah yang mengedepankan rasionalitas.[6]
Pada satu sisi paham tradisionalis menekankan arti literal dari naskh al-Qur'an dan
Hadis serta menolak ilmu kalam (teologi dialektis), di sisi lain paham progresif
yang melulu mengandalkan rasionalitas dalam perkara teologis dan menganggap
al-Quran sebagai makhluk.
1
2
serta karya tulisnya telah menunjukkan kepada kita betapa hebatnya tokoh kita
satu ini. Tak ayal, para pengikutnya menjuluki tokoh kita ini dengan julukan Rais
Ahlussunnah (pemimpin golongan Ahlussunnah), al-Imam al-Zahid (pemimpin
yang zuhud), dan beberapa julukan lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapaun masalah yang di bahas dalam Makalah ini Adalah :
C. Tujuan
Tujuan makalah yang paling utama ialah menginformasikan, menganalisis,
dan membujuk dengan cara lugas dan memungkinkan pembaca untuk terlibat
secara kritis dalam suatu topik ilmiah:
1. Ingin mengetahui beografi imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi
2. Ingin menganalisis tentang fungsi dan manfaat syafaat bagi manusia
menurut imam Al maturidi
3. Ingin mengetahui riwayat Al-Asy’ari dan Al-Maturidi
BAB II
PEMBAHASAN
Abu al-Hasan al-Asy arī (a; nama lengkap: Abu al-Hasan 'Ali ibn Ismail
ibn Ishaq al-Ash'arī; c. 874-936 M/260-324 H)[1][2] sering disebut sebagai Imam
al-Asy'ari atau Imam Asy'ari oleh Muslim Sunni, adalah seorang sarjana Muslim
Arab dari yurisprudensi Syafi'i, penafsir kitab suci, pembaharu (mujaddid), dan
teolog skolastik (mutakallim), yang terkenal sebagai pendiri dari teologi Islam
Sunni Asy'ariyah. Al-Asy'ari terkenal karena mengambil posisi di antara dua
madzhab teologi yang sudah ada, yakni Atsariyah dan Mu'tazilah. Dia
membangun jalan tengah di antara paham tradisionalis Atsariyah yang menolak
rasionalitas dan paham progresif Mu'tazilah yang mengedepankan rasionalitas.
Pada satu sisi paham tradisionalis menekankan arti literal dari naskh al- Qur'an
dan Hadis serta menolak ilmu kalam (teologi dialektis), di sisi lain paham
progresif yang melulu mengandalkan rasionalitas dalam perkara teologis dan
menganggap al-Quran sebagai makhluk.
3
4
Tokoh kita ini berguru kepada Abu Bakar Ahmad al-Juzjani, Abu Nashr Ahmad
al-‘Iyadh, dan Nushair bin Yahya al-Balkhi (w. 268 H), dan Muhammad bin
Muqatil ar-Razi (w. 248 H). Seluruh guru Abu Manshur al-Maturidi tersebut
mengambil sanad keilmuan kepada Abu Sulaiman bin Musa al-Juzjani.
Sedangkan, Abu Sulaiman bin Musa al-Juzjani mengambil sanad keilmuan
7
kepada al-Qadhi Abu Yunus (w. 182 H) dan Muhammad bin al-Hasan (w. 189 H)
yang merupakan dua murid terbaik imam Abu Hanifah. Murid-murid Abu
Manshur al-Maturidi yang paling masyhur adalah Abu Qasim as-Samarkandi (w.
342 H), Ali ar-Rustaghni (w. 350 H), dan Abu Muhammad Abdul Karim bin
Musa al-Bazdawi (w. 390 H). (Dr. Ahmad Hamdi Ahmad Ali, Juhud al-Madrasah
al-Maturidiyyah [Kairo: Maktabah al-Azhariyyah li at-Turats], 2017, hal. 35).
Para ulama ahli sejarah sepakat menyatakan bahwa Abu Manshur al-Maturidi
wafat pada tahun 333 H. Abu Manshur al-Maturidi wafat pada usia sekitar 100
tahun dan dimakamkan di daerah Samarkand.
mereka lakukan. Hakikat ini akan menjadi jelas manakalah kita pikirkan secara
mendalam persoalan tobat yang telah disepakati para ulama dan dinyatakan oleh
Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi. Sebab seandainya pintu taubat itu tertutup
dihadapan para pelaku maksiat dan pelaku dosa meyakini bahwa perbuatan
maksiatnya yang hanya sekali ia lakukan akan menyebabkan dirinya selamanya
berada dalam neraka dan dia tidak akan pernah bisa terbebas darinya, maka tidak
diragukan lagi bahwa keyakinan seperti ini akan menyebabkan berlarut-larutnya
kejahatan dan perbuatan dosa. Sebab mereka meyakini bahwa kalaupun mereka
mengubah kelakuan atau perilaku mereka untuk masa-masa mendatang, toh
semuanya itu tidak bakal mengubah nasib mereka, sehingga mereka akan
meyakini bahwa tidak ada gunanya lagi meninggalkan kemaksiatan dan
menikmati kelezatannya, untuk kemudian diganti dengan beribadah dan ketaatan
hingga akhir hayat mereka. Ini tentu saja berbeda dengan seandainya orang
tersebut menemukan harapan dan adanya pintu terbuka, dan yakin bahwa Allah
SWT akan menerima tobatnya mana kala ilakukan dengan semurni-murninya, dan
bahwa ia kembali kejalan yang benar, niscayahal itu bisa mengubah nasibnya
diakhirat kelak, bisa menyelamatkan dirinya dari akibat perbuatan jahatnya dan
dari siksa pedih yang akan dihadapinya. Pada kondisi seperti itu,kemungkinan dia
akan meninggalkan kemaksiatannya, kembali kepada ketaatan, memohon ampun
atas dosa-dosanya, dan meminta dijauhkan dari kejahatan- kejahatannya.
Keyakinan ini mempunyai dampak yang konstruktif dalam mendidik manusia
khususnya kaum muda. Betapa banyaknya kaum muda yang terjerumus dalam
kejahatan, menghabiskan malam-malamnya dalam kenikmatan yang diharamkan ,
kemudian berbalik seratus delapan puluh derajat karena naungan taubat dan
keyakinan bahwa tobat itu bisa memperbaiki orang-orang yang berdosa dan
bahwa pintu rahmat selamanya terbuka, kemudian mereka menghabiskan malam-
malamnya dengan ibadah dan siangnya dengan ketaatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan:
Beliau patut di contoh dengan ahlak dan kajian ilmu kaidah nya dan
Syafaat secara umum adalah memohon dihapuskan dosa dan kesalahan
seseorang.selanjutnya menurut Al-Maturidi syafaat Rasul itu diperuntukkan bagi
orang mukmin yang berdosa bukan bagi orang mukmin yang telah dijanjikan
masuk surga, dan syafaatRasul ini bertalian erat dengan adanya hak pengampunan
dosa si mukmin dari tuhan.Dengan demikian, syafaat Rasul itu datang karena
adanya kesalahan seorang mukmin yang mengharuskan adanya hukuman Tuhan.
Tetapi karena dia telah memiliki kebaikan yang paling Agung (A'zamul Khair)
berupaa iman dan sudah barang tentu memiliki pula amal-amal kebaikan yang
bernilai taat terhadap ajaran agama, maka seharusnyalah ia telah memiliki hak
pengampunan dari Tuhan atas kesalahannya yang menyebabkan adanya hukuman
(dosa) sekalipun itu berupa dosa besar, sehingga dengan datangnya syafaat Rasul,
si mukmin tersebut tidak kekal berada dineraka.
B. Saran
melangkah maju dengan kalam yang rasional tetapi tetap menjunjung
tinggi petunjuk Al-qur'an dan Al-sunnah (Kalam Ahlussunnah Waljamaah). Maka
pemikiran kalam Al-maturidi menjadi pilihan yang paling tepat. Dengan
menerapkan kalam al-maturidi yang rasional motiveren itu, niscaya setiap insan
muslim akan senantiasa terppacu sumber senerginya untuk selalu aktif dan kreatif
dalam bebuat, baik perbuatan yang bersifat ruhani-ukhrawi maupun perbuatan
yang bersifat jasmani-duniawi. Sehingga kesejahteraan duniawi akan
teroptimalisasikan secara berimbang. Kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan
ukhrawi akan sama-sama terraih secara maksimal.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
AR, Fathur Rohman. "Latar Belakang Pemikiran Abu Hasan Asy’ari Dan Abu
Mansur Al-Maturidzi Dalam Konsep Ahlussunnah Wal Jama’ah." Pena
Islam Jurnal Pendidikan Agama Islam 4.2 (2021): 30-44.
AR, Fathur Rohman. Latar Belakang Pemikiran Abu Hasan Asy’ari Dan Abu
Mansur Al-Maturidzi Dalam Konsep Ahlussunnah Wal Jama’ah. Pena
Islam Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2021, 4.2: 30-44.