Anda di halaman 1dari 20

DOSEN

Husnul Hatimah, M. Pd.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI DASAR


MEWUJUDKAN INTEGRASI NASIONAL DAN HARMONIS SOSIAL

Oleh Kelompok 2

Jihan Anjani : 23125965 Muhammad Amri Ridhoni : 23126115


Laila Fitriyani : 23125958 Muhammad Arifin Ilham : 23126109
Lulu Fitriani : 23126065 Muhammad Fadilah Usman : 23125902
Lisa : 23126116 Muhammad Fahmi Oktaviannur : 23126062
Mariatul Kiptiah : 23126078 Muhammad Najib Ridwan : 23126012
Mirna : 23126053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai
Dasar Mewujudkan Integrasi Nasional Dan Harmonis Sosial” dengan tepat waktu.
Makalah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai dasar mewujudkan integrasi
nasional dan harmonis sosial ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca
tentang bagaimana Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Dasar Mewujudkan
Integrasi Nasional Dan Harmonis Sosial.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Husnul Hatimah, M. Pd.
yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang mata kuliah Bahasa Indonesia ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
memerlukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Martapura, 28 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. iii
A. Latar Belakang......................................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... iv
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 1
A. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional............................................................ 1
B. Bahasa Indonesia Debagai Bahasa Negara.............................................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 14
A. Ringkasan ............................................................................................................... 14
B. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai
budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dikaitkan dengan bahasa yang
bersangkutan, sedangkan fungsi bahasa adalah nilai pemakaian atau peranan bahasa yang
bersangkutan dalam masyarakat pemakainya.
Status dan nilai selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan, status dan nilai pun selalu melekat padanya. Dengan
demikian, pemakai bahasa akan memperlakukan bahasa sesuai dengan “label” (status dan
nilai) yang disandangnya. Kejelasan “label” yang diberikan akan memengaruhi masa
depannya dan masyarakat dwibahasawan akan memilah-milah sikap dan pemakaian
bahasa-bahasa yang digunakannya, tidak memakai sembarangan, tergantung pada situasi
yang dihadapi. Dengan begitu, perkembangan bahasa itu akan terarah. Demikian juga
halnya dengan bahasa Indonesia.
Mengapa kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia perlu dirumuskan? Rumusan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia diperlukan karena perumusan itu memungkinkan
penutur bahasa Indonesia mengadakan pembedaan antara kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain (bahasa daerah
dan bahasa asing yang digunakan di Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan
pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan kedudukan dan fungsi
bahasa-bahasa lain itu tidak saja akan merugikan bagi pengembangan dan pembakuan
bahasa Indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan dalam cara
berpikir para penutur (terutama penutur pemula) yang dwibahasawan.

Salah satu akibat yang mungkin ditimbulkan oleh kekaburan pembedaan


kedudukan dan fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur bahasa, yang pada dasarnya
tidak diperlukan, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Demikianlah, terjadinya
pembanjiran bahasa Indonesia oleh unsur-unsur yang tidak diperlukan oleh bahasa-

iii
bahasa lain, terutama bahasa Inggris. Dengan mengalirnya unsur-unsur bahasa dari
bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, pembakuan bahasa Indonesia menjadi
jauh lebih sulit daripada yang semestinya. Pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa
memungkinkan mengatur masuknya unsur-unsur baru dari bahasa-bahasa lain itu
sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang benar-benar dibutuhkan bagi
pemerkayaan bahasa Indonesia sajalah yang diterima. Meniadakan sama sekali masuknya
unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia tentu tidak mungkin dilakukan,
karena adalah suatu kenyataan bahwa apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan dalam
masyarakat yang sama, terjadilah kontak bahasa, yang mau tidak mau, mengakibatkan
terjadinya hubungan timbal-balik yang saling memengaruhi.

Dengan demikian, yang perlu dilakukan adalah pengaturan hubungan timbal-balik


itu sedemikian rupa sehingga tidak perlu terjadi kepincangan dalam pengembangan
bahasa-bahasa yang bersangkutan, dan setiap bahasa tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing. Selain itu, masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
tidak perlu dihindarkan sama sekali, asalkan saja pemasukannya sesuai dengan keperluan
dalam upaya mengembangkan dan membakukan bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
bahasa Indonesia sebagai bahasa modern hendaklah bersifat terbuka, dengan pengertian
memberikan tempat bagi unsur-unsur bahasa lain yang diperlukannya, yang apabila perlu
dipungut dari bahasa-bahasa lain melalui penyerasian dengan sistem bahasa Indonesia itu
sendiri, dan pada saat yang sama, tetap mempertahankan 25 identitasnya. Untuk hal
itulah, perlu dirumuskan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia itu dengan secermat-
cermatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskanlah fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional !
2. Jelaskanlah fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara !

C. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mengetahui tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai
sadar mewujudkan integrasi nasional

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan sebagai bahasa nasional ini disandang oleh bahasa Indonesia sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sebagaimana diketahui, isi bagian ketiga
sumpah itu berkenaan dengan “ menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Istilah
“Indonesia” yang dicantumkan di belakang kata “bahasa” pada sumpah itu jelas-jelas berkonotasi
politik, sejalan dengan cita-cita kaum pergerakan bangsa Indonesia pada masa itu.
Sesungguhnyalah, yang dimaksudkan sebagai “bahasa Indonesia” pada saat itu tidak lain daripada
bahasa Melayu. Muncul pertanyaan, “Mengapa bahasa Melayu yang “diangkat” menjadi bahasa
persatuan (nasional)?” mengapa bukan bahasa Jawa, misalnya yang jumlah pendukungnya meliputi
hampir separuh jumlah penduduk Indonesia? Atau, mengapa bukan bahasa Sunda dan atau yang
lainnya?

Berkaitan dengan pertanyaan itu, sekalipun dalam format yang berbeda-beda, Slamet
Mulyana (1965), S. Suharianto (1981), J. S. Badudu (1993), dan Anton M. Moeliono (2000)
mengemukakan adanya empat faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu faktor historis (kesejarahan,
bahasa Melayu sebagai lingua franca), faktor psikologis (semangat mengutamakan kepentingan
bersama), faktor demokratisasi (kesederhanaan) bahasa, dan faktor reseptif (kemudahan bahasa
menerima pengaruh untuk pengembangannya).

Apakah ada perbedaan antara bahasa Melayu pada 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia
pada 28 Oktober 1928? Dari segi wujud, baik struktur, sistem maupun kosakatanya, jelas tidak
berbeda. Kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah
Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau kemelayuan. Akan
tetapi, pada saat (dan setelah) Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa yang tadinya kedaerahan itu
sudah menjadi bersifat nasional atau berjiwa keindonesiaan. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang
berjiwa dan bersemangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.

5
Hasil perumusan Seminar Bahasa Nasional (Jakarta, 25-28 Februari 1975), yang
kemudian dikukuhkan dalam Seminar Politik Bahasa (Cisarua, Bogor, 8-12 November 1999),
antara lain, menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya,
dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan sekaligus


memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai sosial
budaya yang dicerminkan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia harus bangga terhadapnya, bangsa
Indonesia harus menjunjungnya, memelihara, mengembangkan, dan mempertahankannya.
Kebanggaan memakainya senantiasa harus ditumbuhkembangkan dalam diri setiap insan
Indonesia. Sebagai realisasi kebanggaan itu, bangsa Indonesia harus menggunakannya tanpa rasa
rendah diri, tanpa rasa malu, dan tanpa rasa acuh tak acuh.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan “lambang” bangsa


Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dapat dikatakan memiliki kedudukan yang setara dan
serasi dengan lambang kebangsaan yang lain, seperti bendera merah putih, garuda Pancasila, dan
lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ini berarti, dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia
menyatakan jati dirinya, menyatakan sifat, perangai, dan wataknya sebagai bangsa Indonesia.
“Bahasa menunjukkan bangsa”, kata pepatah. Melalui bahasa Indonesia, bangsa Indonesia
menyatakan kepribadian dan harga dirinya. Karena fungsinya yang demikian itu, bangsa Indonesia
harus menjaganya, jangan sampai ciri kepribadian bangsa Indonesia tidak tercermin di dalamnya,
jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Implikasinya adalah bahwa bahasa Indonesia harus memiliki identitasnya sendiri. Identitas itu baru
bisa dimiliki hanya jika masyarakat pemilik dan pemakainya membina dan mengembangkannya
sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing (seperti
bahasa Inggris) yang tidak benar-benar dibutuhkan.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional berkaitan
erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, dan bahasa daerah
yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat, bersatu dalam cita-cita dan rasa
nasib yang sama. Dalam hubungan dengan hal ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku
6
bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial, budaya, dan latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Malahan lebih daripada itu, dengan bahasa nasional
itu, bangsa Indonesia dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah dan
golongan.

Latar belakang sosial budaya dan latar belakang bahasa daerah yang berbeda-beda itu
tidak pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Berkat adanya bahasa
nasional, mereka (masyarakat yang berbeda-beda latar belakang etnis, budaya, dan bahasa daerah)
dapat berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang itu tidak perlu dikhawatirkan. Setiap orang dapat bepergian dari pelosok
yang satu ke pelosok yang lain di tanah air ini dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya alat komunikasi. Kenyataan ini dan meningkatnya penyebarluasan pemakaian
bahasa Indonesia dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya telah
dimungkinkan pula oleh peningkatan sarana perhubungan darat, laut, dan udara, oleh bertambah
luasnya penggunaan sarana komunikasi massa seperti radio, televisi, internet, surat kabar, dan
majalah, oleh peningkatan arus perpindahan penduduk, baik dalam bentuk perantauan
perseorangan maupun dalam bentuk transmigrasi yang berencana oleh peningkatan jumlah
perkawinan antarsuku, serta oleh pemindahan pejabat-pejabat negara, baik sipil maupun militer,
dari satu daerah ke daerah lain.

Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Jika
pada awalnya, ada yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa
perasaan yang halus-halus, kini tersaji kenyataan bahwa seni sastra dan drama – baik yang
dituliskan maupun yang dilisankan – serta dunia perfilman dan sinematografi elektronik (sinetron)
telah pula berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang betapa pun halusnya dapat
diungkapkan dengan memakai bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah menambah tebalnya rasa
bangga insan Indonesia akan kemampuan bahasa nasionalnya.

7
B. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

Sejalan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan


berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditetapkan pulalah bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, bab XV, pasal 36. Pemilihan sebuah
bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Salah timbang akan berakibat bagi tidak stabilnya negara.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa menjadi bahasa
negara antara lain (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk
negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh persebarannya, dan (3)
bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Faktor-faktor tersebut, terutama
butir ketiga, tidak ada di negara Malaysia, Singapura, Pilipina, dan India. Masyarakat
multilingual di negara-negara itu saling ingin mencalonkan bahasa kelompoknya sendiri
sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa kelompok lain sebagai
bahasa resmi negaranya. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketiga faktor
penentu itu sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928; bahkan sebelumnya, bahasa
Indonesia sudah menjalankan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa
Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara lain, bagi Indonesia
bukanlah persoalan. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia patut bersyukur kepada Tuhan atas
anugrah yang besar ini.

Hasil Seminar Politik Bahasa Nasional (Jakarta, 2-28 Februari 1975) yang disempurnakan
dengan hasil Seminar Politik Bahasa (Cisarua, Bogor, 8-12 November 1999) merumuskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3)
bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional, (4) bahasa resmi untuk
pengembangan kebudayaan nasional, (5) sarana dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern, (6) bahasa media massa, (7)
pendukung sastra Indonesia, dan (8) pemerkaya bahasa dan sastra daerah. Kedelapan fungsi itu
harus dilaksanakan, sebab, minimal, delapan fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa
suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.

8
Dalam hubungan dengan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia
dipergunakan dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan
maupun tertulis. Dokumen-dokumen, keputusan-keputusan, dan surat-menyurat yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya seperti DPR, MPR, DPD,
MA, BPK, dan Setneg ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato
kenegaraan, ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu,
demi keperluan komunikasi antarbangsa, kadang-kadang pidato resmi kenegaraan ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Begitu pula halnya dengan pemakaian
bahasa Indonesia oleh warga negara Indonesia dalam hubungan dengan upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan. Dengan perkataan lain, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat berlangsung dengan mempergunakan bahasa Indonesia.

Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya,


pemakaian bahasa Indonesia dalam pelaksanaan administrtasi pemerintahan perlu senantiasa
dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang
menentukan dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan
pangkat (baik sipil maupun militer), dan pemberian tugas-tugas khusus, baik di dalam maupun
di luar negeri. Di samping itu, mutu kebahasaan siaran radio dan televisi perlu pula senantiasa
dibina dan ditingkatkan.

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Hanya saja, untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah, yang anak didiknya
hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah), mempergunakan bahasa pengantar bahasa
daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan sampai dengan kelas tiga di
sekolah dasar.

Sebagai konskuensi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga


pendidikan tersebut, materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menerjemahkannya dari buku-buku yang
berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Jika hal itu dilakukan, tentulah akan sangat
membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu.

9
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan berhubungan
erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan
pemerintahan. Dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai
alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, bukan saja sebagai alat
perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan intradaerah
dan intrasuku, dengan perkataan lain, sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama
latar sosial budaya dan bahasanya. Dari sudut sosiolinguistik, dapat diketahui bahwa salah satu
faktor dalam pemilihan suatu bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang mengenal
pemakaian dua bahasa atau lebih adalah pokok persoalan yang diperkatakan. Jadi, apabila
pokok persoalan yang diperkatakan itu adalah masalah yang menyangkut masalah tingkat
nasional, bukan tingkat daerah, ada kecenderungan untuk digunakan bahasa nasional, bukan
bahasa daerah, apalagi di antara orang-orang yang bersangkutan terdapat jarak sosial yang
cukup besar.

Dalam hubungan dengan fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional,


ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan
nasional yang beragam karena berasal dari masyarakat yang beragam pula, tidaklah mungkin
dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain
selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali mengajarkan menari Bali kepada
orang Sunda, Aceh, dan Bugis dengan bahasa Bali? Tentulah tidak mungkin. Hal demikian
berlaku juga dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern. Agar jangkauan pemakaiannya
lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi itu, baik yang melalui buku-buku pelajaran, buku-
buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat bangsa Indonesia tidak perlu bergantung
sepenuhnya pada bahasa-bahasa asing dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangannya.
Pelaksanaan ini memiliki hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang
dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya melalui perguruan tinggi.

Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat yang memungkinkan masyarakat


Indonesia membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga
kebudayaan itu memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
10
Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai
sosial budaya nasional Indonesia.

Media massa memiliki peranan yang penting, bahkan sekaligus berkewajiban untuk turut
serta membina bahasa Indonesia. Tidak bisa dimungkiri bahwa persebaran bahasa Indonesia
dewasa ini sudah sampai ke pelosok-pelosok desa karena bantuan perkembangan teknologi
informasi, khususnya di bidang komunikasi, seperti radio, televisi, koran, dan majalah.
Sebagaimana diketahui, misi media massa adalah memberikan pendidikan, penerangan
(informasi), dan hiburan. Dalam hal inilah, peranan media massa sangat berarti bagi pembinaan
(dan pengembangan) bahasa Indonesia. Media massa memperkenalkan bahasa Indonesia
kepada masyarakat luas. Implikasinya adalah bahwa media massa dituntut memiliki sikap
positif dalam menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam media massa
diharapkan dapat dijadikan anutan (contoh, model) oleh penutur dalam hal penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Pemakaian bahasa di media massa (radio dan televisi) di
negara-negara maju memiliki standar. Sekalipun yang digunakan berupa bahasa tutur, ia masih
dalam standar kaidah bahasa yang benar. Pelaksanaan fungsinya sebagai bahasa media massa
senantiasa berkaitan erat dengan pelaksanaan fungsi-fungsi yang lain, baik dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara, sebab segala sesuatu
yang merupakan pelaksanaan fungsi bahasa Indonesia tersebut dapat diimplementasikan
melalui media massa. Dalam hal ini, bahasa Indonesia harus mampu menunjukkan kestabilan
dan kedinamisannya serta mampu menjaga identitasnya.

Dalam hubungan dengan fungsinya sebagai pendukung sastra Indonesia, bahasa Indonesia
tidak dapat diragukan lagi. Bahasa merupakan media sosial primer sastra. Tidak ada sastra
tanpa bahasa. Karena menggunakan bahasa, sastra menjadi lebih komunikatif daripada karya-
karya seni yang lain. Demikian halnya dukungan bahasa Indonesia terhadap sastra Indonesia.
Dengan bahasa Indonesia, sastra Indonesia diciptakan dengan bahasa Indonesia, sastra
Indonesia disebarluaskan dengan bahasa Indonesia pula, sastra Indonesia mengejawantahkan
fungsi dan peranannya sebagai sarana pendidikan humaniora bagi masyarakat bangsanya. Pada
saat yang lain, dalam perjalanannya yang panjang, sastra, akhirnya, tidak selalu menerima
khasanah kata dan nilai dari bahasa pada jenjang tertentu, sastra juga bisa memberikan jasa
terhadap ibu yang melahirkannya.

11
Terhadap bahasa daerah dan sastra daerah, bahasa Indonesia juga memberikan
dukungannya. Dengan bahasa daerah, bahasa Indonesia dapat saling memberi dan menerima.
Pengembangan bahasa Indonesia banyak didukung oleh bahasa-bahasa daerah, sebaliknya,
bahasa Indonesia pun dapat memperkaya khasanah bahasa daerah sebagai alat komunikasi
antarkeluarga dan antaranggota masyarakat daerah yang bersangkutan. Oleh karena sastra
daerah didukung oleh bahasa daerah, termasuk bahasa daerah yang telah diperkaya bahasa
Indonesia, bahasa Indonesia pun dapat dikatakan memberikan dukungannya kepada sastra
daerah. Di samping itu, dengan bahasa Indonesia, sastra daerah dapat diperkenalkan kepada
masyarakat yang memiliki latar belakang bahasa daerah yang berbeda-beda.

Berbedakah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan bahasa Indonesia yang
sebagai bahasa negara? Jika dicermati, di samping perbedaan fungsi sebagaimana telah
dipaparkan di atas, ada juga perbedaan dari segi wujud dan proses terbentuknya.

Dari segi wujudnya, dapat dibedakan antara bahasa Indonesia yang digunakan dalam
pidato-pidato kampanye (pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan oleh pejabat
negara ataupun oleh pemimpin organisasi sosial politik) dan bahasa Indonesia dalam dokumen-
dokumen resmi, surat-surat dinas atau resmi, peraturan-peraturan pemerintah, dan surat-surat
keputusan. Setidak-tidaknya, perbedaan itu tampak pada penggunaan istilah dan
perbendaharaan katanya. Hal itu disebabkan oleh bidang lapangan pembicaraan yang berbeda-
beda. Dalam lapangan politik, dibutuhkan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata
yang digunakan dalam bidang lapangan administrasi. Begitu pula dalam lapangan ekonomi,
sosial, dan budaya. Walaupun demikian, secara umum terdapat kesamaan, yaitu digunakannya
bahasa Indonesia yang berciri baku.

Dari segi proses terbentuknya, secara implisit, perbedaan itu terlihat dari terbentuknya
kedua kedudukan bahasa Indonesia, yakni sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Dari paparan terdahulu, kiranya dapat dipahami bahwa latar belakang timbulnya kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara jelas-jelas berbeda. Adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh
rasa persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Bangsa Indonesia sadar bahwa persatuan
merupakan sesuatu yang mutlak guna mewujudkan suatu kekuatan. Untuk itu, diperlukan
sarana penunjang, salah satunya berupa sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan

12
berbagai pertimbangan seperti telah dipaparkan di depan, ditetapkanlah bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.

Berbeda halnya dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.


Terbentuknya dilatari oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri, yang secara geografis
pemakaiannya menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian
besar penduduknya. Di samping itu, pada saat itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh
pemakainya sebagai bahasa pemersatu bangsa, sehingga ketika ditetapkannya sebagai bahasa
negara, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus sebagai penduduk Indonesia tersebut
menerimanya dengan suara bulat.

Dengan memahami, menghayati, dan melaksanakan fungsi-fungsi bahasa Indonesia


dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara, diharapkan bisa
diwujudkan adanya integrasi nasional dan harmoni sosial di kalangan penutur bahasa Indonesia
yang sifatnya heterogen dari segi etnis, agama, bahasa daerah, dan latar belakang budaya
daerah.

13
BAB III

PENUTUP

A. Rangkuman
(1) Bahasa-bahasa yang digunakan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa
Indonesia, bahasa-bahasa daerah, dan bahasa-bahasa asing. Penggunaan ketiga jenis bahasa itu
dapat menimbulkan masalah jika kedudukan dan fungsinya masing-masing tidak dirumuskan
secara jelas. Rumusan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia diperlukan karena perumusan itu
memungkinkan penutur bahasa Indonesia mengadakan pembedaan antara kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain (bahasa daerah
dan bahasa asing yang digunakan di Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan pembedaan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain itu tidak
saja akan merugikan pengembangan dan pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat
menyebabkan terjadinya kekacauan dalam cara berpikir para penutur (terutama penutur pemula)
yang dwibahasawan.

(2) Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara.

(3) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut :

 Lambang kebanggaan nasional.


 Lambang identitas nasional.
 Sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasanya.
 Sebagai alat penghubung antarbudaya dan antardaerah.

(4) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut :

 Bahasa resmi kenegaraan.


 Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
 Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional.
 Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional.
14
 Sarana dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.
 Bahasa media massa.
 Pedukung sastra Indonesia.
 Pemerkaya bahasa dan sastra daerah.

(5) Perbedaan antara bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara, di samping dapat disikapi lewat fungsinya masing-masing, juga dapat disikapi dari
proses terbentuknya dan dari segi wujudnya.

B. Kesimpulan

Dari materi diatas kami dapat pemahaman atau kesimpulan sebagai berikut :
 Gambaran keadaan masalah kebahasaan di Indonesia semakin hari semakin sarat dengan
tuntutan dan tantangan globalisasi. Kondisi seperti ini telah menempatkan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris ataupun bahasa lainnya masuk ke kehidupan bangsa dan
mempengaruhi perkembangan Bahasa Indonesia. Selain itu, tidak hanya penggunaan
bahasa asing tetapi bahasa daerah pun ikutserta dalam terjadinya perubahan masalah
kebahasaan di Indonesia.
 Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia perlu dirumuskan karena perumusan itu
memungkinkan penutur bahasa Indonesia mengadakan pembedaan antara kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain
(bahasa daerah dan bahasa asing yang digunakan di Indonesia) pada pihak yang lain.
 Fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sebagai berikut :
a) Lambang kebanggaan nasional.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan sekaligus


memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai sosial
budaya yang dicerminkan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia harus bangga terhadapnya,
bangsa Indonesia harus menjunjungnya, memelihara, mengembangkan, dan
mempertahankannya.

15
b) Lambang identitas nasional.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan “lambang” bangsa


Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dapat dikatakan memiliki kedudukan yang setara
dan serasi dengan lambang kebangsaan yang lain, seperti bendera merah putih, garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

c) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan
bahasanya.

Berhubungan dengan hal ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa
mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial, budaya, dan latar belakang bahasa
daerah yang bersangkutan.

d) Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

Latar belakang sosial budaya dan latar belakang bahasa daerah yang berbeda-beda itu tidak
pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Berkat adanya bahasa
nasional, mereka (masyarakat yang berbeda-beda latar belakang etnis, budaya, dan bahasa
daerah) dapat berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai
akibat perbedaan latar belakang itu tidak perlu dikhawatirkan.

 Fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara sebagai berikut :
a) Bahasa resmi kenegaraan.
b) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
c) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional.
d) Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional.
e) Sarana dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.
f) Bahasa media massa.
g) Pendukung sastra Indonesia.
h) Pemerkaya bahasa dan sastra daerah.

Kedelapan fungsi itu harus dilaksanakan, sebab, minimal, delapan fungsi itulah memang
sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.
16
Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya,
pemakaian bahasa Indonesia dalam pelaksanaan administrtasi pemerintahan perlu senantiasa
dibina dan dikembangkan.

 Adapun dari materi diatas kita dapat menemukan perbedaan antara kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Berikut perebedaannya :

 Dari segi kedudukannya sebagai bahasa nasional :


o Kedudukan pertama dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam bulir-bilir Sumpah
Pemuda.
o Kedudukan kedua dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dibuktikan dengan masih digunakannya bahasa Indonesia sampai sekarang
ini.
o Kedudukan ketiga dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam berbagai macam media
komunikasi. Misalnya saja buku, koran, acara pertelevisian, siaran radio, website,
dan lain-lainnya.
o Karena Indonesia adalah negara yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka
harus ada bahasa pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan
kedudukan keempat dari Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
sebagai alat pemersatu bangsa yang berbeda suku, agama, ras, adat istiadat dan
budaya.

 Dari segi kedudukannya sebagai bahasa nasional :


o Kedudukan pertama dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi
kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
17
o Kedudukan kedua dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang
berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya
sendiri.
o Kedudukan ketiga dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam hubungan antar
badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.

o Kedudukan keempat dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara


dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui
buku-buku pelajaran, buku- buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media
cetak lainnya.

 Dari segi fungsinya :

Adapun fungsinya sebagai bahasa nasional sebagai lambang kebanggaan nasional,


lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial, budaya, dan bahasanya, dan sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

Sedangkan, fungsinya sebagai bahasa negara sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat
nasional, bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional, sarana dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern, bahasa media massa,
pendukung sastra Indonesia, dan pemerkaya bahasa dan sastra daerah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Keterampilan Berbahasa Indonesia Berorientasi Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial, Prof. Dr.
I Nengah Suandi, M.Hum. Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. Drs. I Nyoman Seloka
Sudiara, M.Pd. Drs. I Gede Nurjaya M.Pd. Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sebagai Dasar Mewujudkan Integrasi Nasional Dan Harmoni Sosial. Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha, 2013
(https://www.academia.edu/17456892/Ket_berbahasa)
https://siddiqleksono.wordpress.com/2010/09/29/kedudukan-bahasa-indonesia-sebagai-
bahasa-nasional-bahasa-negara/

19

Anda mungkin juga menyukai