Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Sejarah Islam Periode Bani Umayyah


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
“History of Islamic Civilization”
Dosen Pengampu:
Lutfiana Dwi Mayasari, M.H., M.SI.

Disusun Oleh:

Afidah Nur Aini (204200055)


Nurhana Putri Dewi (204200041)
Radinsa Yola Candadila (204200042)
Risa Fairus Zumar (204200043)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
IAIN PONOROGO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Islam Periode Bani Umayyah” tanpa ada suatu halangan
apapun. Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.,
yang telah menyampaikan dan mengajarkan Al-Qur’an serta As-Sunnah sebagai
pedoman hidup manusia di dunia dan keselamatan di akhirat kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah History of Islamic
Civilization. Kemudian, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Lutfiana Dwi Mayasari, M.H., M.SI. selaku dosen pengampu mata kuliah
History of Islamic Civilization serta kepada segenap pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun dengan sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Madiun, 19 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
A. Latar Belakang Berdirinya Daulah Umayyah.............................................................................6
B. Sistem Penggantian Kepala Negara.............................................................................................8
C. Khalifah-Khalifah Daulah Umayyah.........................................................................................15
D. Perluasan Daerah........................................................................................................................18
E. Kemajuan & Faktor-Faktor Kelemahan Daulah Umayyah.....................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................23
A. Kesimpulan..................................................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban Islam mencatat, dinasti pertama selepas masa Kekhalifahan
Rasyidin (632-661 Masehi) adalah Dinasti Umayyah yang dipelopori oleh Mu'awiyah bin
Abu Sufyan. Kendati sistem politiknya bertolak jauh dari sistem Kekhalifahan Rasyidin,
namun di masa Kekhalifahan Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan terbilang
pesat.Berbeda dari masa Kekhalifahan Rasyidin yang menggunakan musyawarah untuk
mengangkat khalifah, dinasti-dinasti Islam setelahnya, termasuk Kekhalifahan Umayyah,
mewariskan kekuasaan melalui jalur keturunan. Dengan kata lain, khalifah dipilih dari
anak khalifah sebelumnya. Dilansir dari artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Tarbiya,
Dinasti Umayyah berdiri sejak tahun 661 dan berakhir pada 750 Masehi. Selama 89 tahun
berdiri, terdapat 14 khalifah berkuasa di Kekhalifahan Umayyah. Ada 5 khalifah yang
paling terkenal, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid
bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul Malik.
Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur
Rasyidin dalam sejarah Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-
Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi
Muhammad, lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680 Masehi. Secara garis
besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama, yakni tahun 661-
750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode 756-1031 M di
Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia. Berdirinya Dinasti
Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. Dipaparkan oleh
Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani
Umayyah (2016), ini adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi
Thalib, khalifah ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Dalam makalah ini, penulis akan menjabarkan mengenai latar belakan, sistem
penggantian, khalifah-khalifah, perluasan daerah, & kemajuan serta faktor-faktor
kelemahan daulah umayyah. Dengan harapan, pembaca dapat memahami dengan jelas

4
pengetahuan seputar Ilmu Hadits sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman dalam
penafsiran dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang menjadi inti permasalahan dan ingin ditemukan jawabannya melalui penulisan
makalah ini adalah pemahaman mengenai latar belakan, sistem penggantian, khalifah-
khalifah, perluasan daerah, & kemajuan serta faktor-faktor kelemahan daulah umayyah.
dengan baik dan benar agar terhindar dari kesalahpahaman dalam penafsiran dan
pengaplikasiannya. Untuk mendapatkan jawaban tersebut, maka setidaknya pertanyaan-
pertanyaan berikut diharapkan dapat memberikan titik terang terhadap masalah pokok
yang akan dibahas, yaitu:
1. Apa latar belakang dari berdirinya khalifah dinasti umayyah?
2. Bagaimana sistem penggantian kepala Negara dinasti umayyah?
3. Siapa saja khalifah yang memimpin selama masa dinasti umayyah?
4. Bagaimana perluasan daerah yang dilakukan oleh dinasti umayyah?
5. Kemajuan & faktor kelemahan apa saja sehinga dinasti umayyah dapat runtuh?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengenalkan
lebih dalam dan memahami dengan jelas mengenai sejarah Dinasti Umayyah dengan
benar agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran serta pengaplikasiannya.
Adapun tujuan khusus yaitu sebagai berikut
1. Latar belakang.
2. Sistem penggantian kepala Negara.
3. Khalifah-khalifah.
4. Perluasan daerah.
5. Kemajuan serta faktor-faktor kelemahan daulah umayyah.

5
D. Manfaat Penulisan
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai betapa pentingnya
mempelajari sebuah sejarah utamanya sejarah islam. Dan salah satu dari sekian sejarah yaitu
sejarah dinasti Selain itu, pembaca dapat mengetahui dengan jelas mengenai latar belakang,
khalifah-khalifah, sistem penggantian kepala Negara dalam mempelajari sejarah ini agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Daulah Umayyah


Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir yang ditutup oleh kepemimpinan
Khalifah Ali Bin Abi Thalib dilanjutkan dengan pemerintahan Islam yaitu Dinasti
Umayyah. Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah dilatar belakangi oleh peristiwa
perdamaian Islam dikota Maskin dekat Madam Kuffuah yang dikenal dengan sebutan
Ammul Jamaah. Perdamaian tersebut tarjadi pada tahun 41 Hijriyah/661 Masehi pada
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kemudian dari perdamaian Islam tersebut dipegang
oleh Hasan bin Ali. Sistem demokrasi yang telah dibangun oleh Khulafaur Rasyidin
diganti menjadi sistem pemerintahan monarki (keturunan). Hal ini menjadi perpolitikan
yang panjang bagi umat Islam. Mengingat pada saat Khalifah Usman bin Affan wafat
digantikan dengan Ali Bin Abi Thalib.

Sejarah Berdirinya Dinasti UmayyahKepemimpinan Ali bin Abi Thalib pun memicu
perdebatan antara kaum muslimin itu sendiri. Penolakan beruntut menjadi konflik yang
tiada henti sehingga terjadi peperangan antara pendukung Ali bin Abu Thalib dengan
Muawiyah bin Abu Sofyan yang merupakan pendukung Khalifah Usman bin Affan.
Mengingat Khalifah Ali bin Abu Thalib akan mengusut pembunuhan Usman bin Affan,
beliau sangat berhati-hati manangani masalah ini. Karena beliau tidak ingin ada dampak
yang buruk terjadi dalam penanganan masalah tersebut. Keluarga Bani Umayyah yang
selama ini merasa mempunyai pelindung atas berbagai kepentingan mereka menjadi
terguncang mendengar Khalifah Usman bin Affan wafat.1

Bani Umayyah berupaya mencari pembunuh Khalifah Usman bin Affan untuk
menuntut balas. Upaya yang dilakukan adalah menuntut Ali bin Abu Thalib untuk
mengusut tuntas pembunuhan itu. Tetapi tidak ada respon maka dari itu Muawiyah bin
abu Sofyan dan pendukungnya Bani Umyyah menyusut pembunuhan tersebut. Dengan
cara mencari informasi sehingga informasi yang didapat bahwa dalang dibalik
pembunuhan tersebut adalah Muhammad bin Abu Bakar. Bani Ummayah dan para
1
Nasution, M. Ag., Dr. H. Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Yayasan Pusaka Riau.
7
pendukungnya menuntut Ali bin Abu Thalib untuk melakukan proses hukum terhadap
Muhammad bin Abu Bakar. Namun, Ali bin Abu Thalib tidak mengabulkan permintaan
tersebut karena tuduhan tersebut tidak berdasarkan bukti yang kuat. Karena keberadaan
Muhammad bin abu Bakar justru untuk melindungi Khalifah Usman bin Affan. Dari hal
tersebut, Khalifah Ali bin Abu Thalib mengubah sistem pemerintahan dan merombak
pemerintahan serta mengambil langkah pergantian pejabat yang diangkat oleh Usman bin
Affan karena dianggap sumber kekacauan. Muawiyah memanfaatkan kekecewaan para
mantan pejabat pada masa Usman bin Affan. Sehingga banyak melakukan penolakan
sampai-sampai para pendukung Usman bin Affan membawa jubah Khalifah Usman bin
Affan yang penuh darah dan menuduh Ali bin Abu Tholib terlibat dalam pembunuhan ini
dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Selain Muawiyah, kelompok pendukung Ali bin abu Thalib sebagai kaum Syam dan
kelompok Zubair bin Awwan tidak menyetujui Khalifah Ali bin Abu Thalib. Mereka
menganggap beliau tidak mampu mengatasi dunia politik dalam negeri dan lambannya
pengusutan kasus pembunuhan Khalifah Usman bin Affan.

Dengan adanya kelompok tersebut akhirnya menimbulkan perselisihan antar


sesama muslim. Padahal sebenarnya Abdullah bin Saba’ orang Yahudi yang pura-pura
masuk Islam kemudian menyebarkan fitnah. Akhirnya menimbulkan perang, pasukan Ali
bin Abu Thalib menyerang kota Basrah dan bertempur di Khutaibah dekat Basrah pada
tanggal 10 Jumadil akhir 36 H. Latar Belakang Berdirinya Dinasti UmayyahSebenarnya
pemimpin menginginkan damai akan tetapi pasukan ingin menyelesaikan peperangan.
Dalam peperangan itu Zubair bin Awwan tewas dan Abdullah bin Zubair melarikan diri.
Setelah perang itu, pasukan menuju ke Kuffah untuk menyelesaikan permasalahan
dengan Muawiyah. Pasukan Khalifah Ali bin Abu Thalib mengutus Jarir bin Abdullah Al
Bajali agar Muawiyah menjauh dari kekhalifahan Ali bin Abu Thalib. Ajakan damai
tersebut masih ditolak oleh Muawiyah. Karena tidak ada titik temu pasukan Ali bin Abu
Thalib terus maju hingga kesuatu tempat bernama Siffin. Disinilah pertempuran
berlangsung selama 40 hari pada tahun 657. Perang ini disebut dengan perang Siffin.
Sehingga berakhir dengan damai dan membuahkan kesepakatan bahwa:

8
- Usman bin Affan meninggal karena teraniaya dan yang berhak menuntut balas adalah
Muawiyah.
- Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah harus turun dari jabatan masing-masing.
- Pengunduran diri mereka disaksikan oleh 100 orang utusan kedua belah pihak.

Khalifah Ali bin Abu Thalib wafat pada tanggal 15 Ramadhan 40 H karena
terbunuh oleh Abdurahman bin Ibnu Muljam ketika beliau sedang shalat subuh.
Pemerintahan khulafaur Rasyidin digantikan oleh Hasan bin Ali yang merupakan anak
dari Ali bin Abu Thalib sendiri. Tetapi kepemimpinan Hasan tidak berlangsung lama
karena selalu ditekan oleh Muawiyah. Akhirnya dengan jiwa besar Hasan bin Ali
menyerahkan tahta kepada pemerintahan Muawiyah dengan tiga syarat yaitu Muawiyah
harus menjamin keselamatan seluruh keluarganya, Muawiyah harus menjaga nama baik
Khalifah Ali bin Abu Thalib, dan setelah Muawiyah meninggalkan jabatan
kepemimpinan harus diserahkan kepada kaum muslimin secara bermusyawarah. Setelah
terjadi kesepakatan, Muawiyah datang ke Kuffah untuk bersumpah dan ditetapkan
sebagai Khalifah yaitu pada bulan Rabiul Akhir tahun 41 H. Setelah itu Ia kembali ke
Damaskus dan menetapkan kota Damskus sebagai pusat pemerintahan kerajaan Daulah
Bani Umayyah.2

B. Sistem Penggantian Kepala Negara


Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari
khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala
disebut juga dengan Muawiyah I.

Muawiyah bin Abu Sufyan


Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada
masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, Setelah khalifah Ali meninggal dunia bulan
Ramadhan 40 H, penduduk Kufah mengangkat putranya, Hasan menjadi khalifah mereka
walaupun sebenarnya dia tidak berbakat menjadi khalifah karena lebih suka hidup
bersenang-senang dan kawin dengan banyak wanita. Pernah juga dia menantang
2
Dr. H. Syamruddin Nasution, M. Ag. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Yayasan Pusaka Riau.

9
Muawiyah dengan mengirim 12.000 orang pasukan untuk menyerang Muawiyah. Akan
tetapi pasukannya kalah dan dia mengajak Muawiyah berdamai. Sementara itu, penduduk
Syam pun telah mengangkat Muawiyah menjadi khalifah mereka semenjak peristiwa
tahkim. Berbeda dengan Hasan, dia didukung oleh tentaratentara militan yang keperluan
finansial mereka ditanggung Muawiyah, apalagi tanah Syam yang kaya raya mendukung
Muawiyah untuk hal itu. 3

Nama lengkapnya Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayah bin Abd al-
Syams bin Abd Manaf bin Qushai. Ibunya Hindun binti Utbah bin Rabiah bin Abd al-
Syams. Muawiyah dilahirkan di Makkah lima tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad
s.a.w. dan masuk Islam bersama ayahnya Abu Sofyan) saudaranya (Yazid) dan ibunya
(Hindun) pada waktu penaklukan kota Makkah. Muawiyah adalah salah seorang yang
ahli dan paling menguasai dunia politik, cerdik, ahli siasat, penguasa yang kuat dan bagus
planingnya dalam urusan pemerintahan. Maka tidak mengherankan jika dia dapat
menjadi gubernur selama dua puluh dua tahun (pada masa khalifah Umar dan Usman, 13-
35 H.)dan menjadi khalifah selama dua puluh tahun (40-60 H). Sementara Hasan, nama
lengkapnya adalah Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abd al-Muththtalib. Dia dilahirkan
di Madinah tahun ketiga hijrah, cucu Nabi dari putrinya Fatimah. Namanya diberikan
oleh kakeknya Rasulullah dan Nabi sangat mencintai cucunya itu. “Hasan dan Husein
memberi rasa harum bagiku di dunia” kata Nabi Muhammad s.a.w.

Hasan ikut dalam ekspedisi penaklukan ke Afrika Utara dan Tabaristan pada masa
khalifah Utsman bin Affan. Ikut melindungi Khalifah dari serangan pemberontak dan ikut
dalam perang Jamal dan Shiffin bersama ayahnya. Hasan meninggal dunia di Madinah
pada tahun 49 H. karena diracun oleh salah seorang isterinya. Munurut orang Syi’ah,
sudah berulang kali suruhan Muawiyah hendak meracun Hasan agar Muawiyah terbebas
dari membayar kompensasi yang dipikulnya terus menerus setiap tahun. Dengan
demikian, dunia Islam sepeninggal khalifah Ali terdapat dua khalifah, yaitu di Kufah dan
Syam, suatu hal yang tidak perlu terjadi apabila dikaitkan dengan perlunya menciptakan
persatuan di kalangan umat Islam. Maka tawaran Hasan untuk berdamai merupakan suatu

3
Abu A’la Maududi. 1998. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan.

10
hal yang tepat untuk mengatasi masalah itu. Itulah sebabnya waktu Hasan mengajak
Muawiyah berdamai langsung diterima Muawiyah karena dia sangat berambisi menjadi
khalifah. Walaupun Hasan mengajukan beberapa syarat, bagi Muawiyah hal itu tidak ada
persoalan, asalkan jabatan khalifah diserahkan Hasan bin Ali kepadanya.

Pada waktu pendukung Hasan mengecam penyerahan kekuasaan kepada


Muawiyah, hal itu dijawab Hasan bahwa dia tidak rela menyaksikan umat Islam saling
membunuh untuk memperebutkan kekuasaan dan dia berkata: “inti kekuasaan bangsa
Arab saat ini ada di tanganku, jika aku ingin damai mereka siap berdamai, jika aku ingin
perang mereka siap berperang”. Selain itu, Hasan sadar bahwa ayahnya Ali dahulu pun
banyak mengalami kesulitan menghadapi Muawiyah dan tidak dapat diatasi ayahnya,
apalagi dia. Oleh sebab itu dia ingin mencari jalan selamat bagi dirinya dan keluarganya
karena kekuatan yang dimilikinya tidak mampu menghadapi tekanan-tekanan Muawiyah.
Setelah itu Hasan pindah ke Madinah dan hidup tenang di sana sampai meninggal tahun
675 M/ 49 H., lima belas tahun setelah penyerahan jabatan kekhalifahan itu. Untuk
mempertahankan jabatan khalifah tetap di tangan Bani Umaiyah, Muawiyah menciptakan
sistem Monarchi dalam pemerintahannya. Walaupun untuk itu dia telah melanggar
janjinya dengan Hasan bin Ali.4
Menjelang wafatnya dia mengangkat puteranya Yazid sebagai putera mahkota
yang mendapat dukungan dari para gubernurnya, tetapi dia mendapat tantangan dari para
tokoh sahabat di Madinah, antara lain Husein bin Ali, Abdullah bin Umar, Abdullah bin
Abbas dan Abdullah bin Zubeir, karena hal itu bertentangan dengan janjinya pada Hasan
dahulu.
Al-Mughiroh bin Syu’bah adalah orang pertama yang mengusulkan kepada Muawiyah
agar mengangkat anaknya Yazid menjadi khalifah sepeninggalnya.
Yazid menjadi putera mahkota. Missi al-Mughiroh berhasil dan dapat menggalang
penduduk Kufah untuk mendukung Yazid menjadi putera mahkota sepeninggal
Muawiyah nanti. Pemikiran al-Mughiroh itu diterima Muawiyah, dengan menunjuk
puteranya Yazid menjadi khalifah sepeninggalnya, karena dia berkeinginan agar umat

4
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982).

11
Islam tidak terlibat lagi dalam suatu pertempuran karena memperebutkan jabatan
khalifah. Sebab, belum lama lagi umat Islam berperang sesamanya dalam Perang Jamal,
Perang Shiffin dan mereka belum dapat melupakan malapetaka tersebut disebabkan
adanya keinginan orang-orang tertentu menduduki jabatan khalifah.
Oleh sebab itu Muawiyah mengirim surat kepada Gubernur Madinah Marwan bin
al-Hakam, sebagai berikut: “Aku ini telah lanjut usia, tulangku telah lemah, aku khawatir
akan terjadi perpecahan di kalangan umat Islam sepeninggalku. Dan aku berpendapat kini
sebaiknya aku memilih untuk umat seseorang yang akan menjadi khalifah mereka
sesudahku..”122 Keinginan Muawiyah itu mendapat sokongan dari para gubernurnya,
kecuali Ziyad, gubernur Basrah yang menganjurkan kepada Muawiyah agar tidak
tergesa-gesa melaksanakan cita-citanya itu. Tetapi setelah Ziyad meninggal, Muawiyah
mendapat dukungan dari anaknya Ubaidillah bin Ziyad yang menggantikan ayahnya. Hal
ini berarti keinginan Muawiyah itu mendapat sokongan penuh dari kalangan Bani
Umaiyah, tetapi ditentang oleh keturunan Bani Hasyim.
Tantangan dari Bani Hasyim dan sahabat-sahabat yang tinggal di Madinah
dihadapi Muawiyah dengan tangan besi. Dia datang ke sana dan mengumpulkan rakyat
dan sahabatsahabat tersebut di masjid. Muawiyah mngancam, siapa yang berani
memotong pembicaraannya, algojo telah siap memenggal lehernya. Dalam pidatonya
disebutkan bahwa tokoh-tokoh kalian telah setuju mengangkat Yazid sebagai khalifah
sepeninggalku, apakah kalian setuju? Disambut rakyat dengan suara bulat, setuju.
Dengan demikian Muawiyah yang sudah berkuasa selama dua puluh tahun telah
mendapat persetujuan dari seluruh wilayah untuk mengangkat putranya Yazid sebagai
khalifah sepeninggalnya. Hal itu berarti telah merubah wajah pemerintahan Islam dari
system demokrasi menjadi monarchi dengan mendudukkan Bani Umaiyah di semua
jabatanjabatan penting Negara.

Yazid ibn Muawiyah (680 – 683 M/61-63 H)


Masa pemerintahan Muawiyah digantikan oleh anaknya Yazid yang memerintah
hanya selama tiga tahun (6163 H), akan tetapi karena mendapat perlawanan dari
penduduk Kufah, Bashrah, dan penduduk serta sahabatsahabat di Madinah terutama di
Makkah Abdullah bin Zubeir memberontak, maka pemerintahannya dihadapkan kepada

12
kerusuhan-kerusuhan. Yazid menyuruh panglimanya itu (Muslim bin Uqbah) agar
melanjutkan penyerangannya ke Makkah untuk menaklukkan kota suci itu seperti yang
telah dia lakukan untuk kota Madinah. Sebab disana Abdullah bin Zubeir mengangkat
dirinya sebagai khalifah dan diakui seluruh penduduk Hijaz. Di tengah jalan dia
meninggal dan digantikan oleh Husein bin Namir. Panglima baru ini mengepung
Makkah, menembaki Masjidil Haram, merusak Ka’bah dan memecahkan Hajral Aswad.
Dalam pada itu diberitakan bahwa Yazid meninggal dunia, Husein menghentikan
serangan dan kembali Syam.5
Yazid meninggal secara mendadak tanpa diketahui yang menjadi penyebabnya
pemerintahannya digantikan oleh anaknya Muawiyah II bin Yazid, sebagai pengganti dia
hanya memerintah selama 3 bulan dan sakit-sakitan, karena tidak mampu mengendalikan
pemerintahan, dia mengundurkan diri. Tidak ada pengganti lagi dari keturunan mereka.
Dengan demikian berakhirlah masa pemerintahan Bani Umaiyah dari Abu Sofyan dan
beralih ke keturunan al-Hakam Abu Ash’ bin Umaiyah yaitu Marwan bin Hakam.

Marwan bin Hakam (684 – 685 M/64-65H)


Marwan bin Hakam menggantikan Muawiyah II sebagai Khalifah, dia bekas
sekretaris Utsman bin Affan, dan menjadi gubernur Madinah pada masa Muawiyah, kini
dia menjadi khalifah menggantikan Muawiyah II. Pada saat dia diangkat menjadi
Khalifah sudah ada tantangan dari Abdullah bin Zubeir yang pada masa itu sudah sejak
khalifah Yazid memberontak dan telah mendapat pengakuan dari penduduk Hijaz, Kufah,
Basrah dan sebagian penduduk Syam. Demikian juga dari kalangan Arab Utara di Syam
telah ikut mengakui Abdullah bin Zubeir menjadi Khalifah, dia wafat pada bulan
Ramadhan 63 H dan hanya memerintah selama satu tahun. Sebelumnya, dia telah
membujuk anaknya Abdul Malik sebagai penggantinya.

5
Dasuki Ahmad. Ikhtisar Perkembangan Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementerian dan Pelajaran Malaysia, 1980).

13
Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M)
Abdul Malik yang menggantikan ayahnya Marwan sebagai Khalifah adalah
sebagai khalifah terbesar kedua sesudah Muawiyah dalam pemerintahan daulah
Umaiyah, karena dia berhasil memadamkan banyak pemberontakan dan menata
administrasi pemerintahan, serta kemampuannya dalam mengendalikan berbagai urusan
sehingga dia berhasil membebaskan daulah Umaiyah dari carut marut yang merongrong
daulah itu dan menggantinya dengan keagungan yang mempesona. Setelah Abdul Malik
memerintah selama dua puluh tahun (685-705 M) dia mengangkat anaknya al-Walid
sebagai Khalifah penggantinya.
Walid bin Abd. Malik (705 – 715 M)
Kalifah Al-Walid mewarisi stabilitas politik yang memungkinkannya dapat
membangun negara. Oleh sebab itu, dia memperluas Masjid Makkah, membangun
Masjid Madinah. Di Syam sebagai ibu kota negara, dia membangun sejumlah sekolah
dan rumah ibadah serta membantu lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga yang
menangani penderita penyakit kusta, lumpuh dan buta.

Sulaiman Menahan Pahlawan Spanyol

Sulaiman bin Abdul Malik dilahirkan pada tahun 54 H. Dia menggantikan


saudaranya al-Walid sebagai khalifah. Hal ini berarti terjadi pengangkatan dua putera
mahkota oleh Abdul Malik. Sebelum al-Walid meninggal, dia pernah bermaksud
memecat saudaranya Sulaiman sebagai putera mahkota. Dalam hal ini al-Walid meminta
nasehat kepada para penasehat dan panglima-panglimanya. Ketiga panglimanya, al-Hajjaj
bin Yusuf, Muhamad bin Qasim, dan Quthaibah bin Muslim menyetujui maksud tersebut,
tetapi Umar bin Abdul Aziz menantangnya dan mengatakan kepada al-Walid: Bai’at dan
sumpah setia kepadamu dan saudaramu Sulaiman adalah satu, tidak dapat dibagi-bagi.
Karena mendapat tantangan yang hebat, keinginan alWalid tidak dapat terlaksana, tetapi
usaha al-Walid untuk menggeser putera mahkota dari saudaranya kepada anaknya telah
berakibat jelek pada masa pemerintahan Sulaiman, diliputi suasana kebencian dan
pembunuhan. Al-Hajjaj wafat sebelum al-Walid wafat, maka dia terbebas dari kebencian
Sulaiman, tetapi Muhammad bin Qasim dan Quthaibah bin Muslim telah dibunuh oleh
Sulaiman. Demikian juga keluarga Al-Hajjaj, keluarga Muhammad al-Qasim dan

14
keluarga Quthaibah bin Muslim mendapat siksaan dari khalifah Sulaiman. Masa
pemerintahan Sulaiman tidak lebih dari dua tahun. Dia adalah khalifah yang menyenangi
makanan dan wanita, pada masa pemerintahannya diwarnai dengan serba kemewahan
yang sangat berlebihan sehingga berbagai perbuatan rendah menyebar dari istana sampai
kepada para gubernurnya. Dia sakit selama satu minggu dan menunjuk anak pamannya
Umar bin Abd al-Aziz sebagai khalifah penggantinya dalam surat piagam yang
ditulisnnya sebelum wafatnya dan dia wafat dalam kemewahan hidup.

Umar ibn Abd Aziz Yang Adil


Umar adalah anak keturunan terkenal, ayahnya Abd al-Aziz bin Marwan,
pamannya Abdul Malik khalifah agung, istrinya Fathimah binti Abdul Malik, saudara al-
Walid. Dia dididik dan dibesarkan dalam suasana penuh kenikmatan dan kemakmuran
hidup, di kelilingi oleh kekayaan yang melimpah ruah. Tetapi setelah diangkat menjadi
Khalifah dia hidup zuhud dan sederhana. Umar bin Abd. Aziz terkenal sebagai khalifah
yang saleh, adil dan sikapnya anti kekerasan. Dia melarang caci maki kepada Ahlul Bait.
Demikian hebatnya penghormatan orang kepadanya sehingga kelak daulah Abbasiyah,
musuh daulah Umaiyah, membongkar kuburan semua khalifah daulah Umaiyah kecuali
kuburannya. Kaum Muslimin menyamakan kepemimpinannya dengan kakeknya Umar
bin Khaththab, baik dalam keadilan maupun dalam kezuhudannya.
Hal itu tidak mengherankan karena pada masa pemerintahannya keadilan
ditegakkan, peperangan dihentikan, kezaliman dimusnahkan, harta yang dirampas
dikembalikan, diskusi-diskusi dan dakwah secara lemah lembut digalakkannya sehingga
banyak negeri-negeri dengan kesadaran sendiri menyatakan diri masuk Islam.
Namun pemerintahan Umar begitu pendek hanya dua tahun lima bulan tetapi
kalangan Bani Umaiyah merasakan beratnya tekanan Khalifah Umar kepada mereka
sebab Umar telah mengambil kembali harta benda yang tidak sedikit jumlahnya yang
selama ini telah mereka kuasai. Karena beratnya tekanan tersebut diperkirakan mereka
meracun Umar kemudian sakit dan wafat pada bulan Rajab 101 H.

Yazid dan Khalifah Lainnya yang Berpoya-poya


Yazid bin Abdil Malik menggantikan khalifah Umar. Dia terkenal sebagai
khalifah yang senang berfoya-foya, berhurahura dan bersenang-senang dengan wanita. Di

15
atas semua itu diapun kini mengembalikan tanah-tanah dan hadiah-hadiah yang telah di
ambil Umar untuk Baitul Mal kepada para pemiliknya semula, sehingga harta di Baitul
Mal menjadi kosong dan rakyat kembali hidup melarat.
Yazid menunjuk saudaranya Hisyam bin Abdil Malik sebagai khalifah dan
anaknya al-Walid sesudahnya. Masa pemerintahan Hisyam cukup lama selama dua puluh
tahun sama dengan masa pemerintahan Muawiyah. Dia termasuk salah seorang khalifah
terbaik Bani Umaiyah. Terkenal sebagai seorang penyantun dan pribadi yang bersih,
cermat, hemat. Ada tiga ahli politik dari Bani Umaiyah: Muawiyah, Abdul Malik dan
Hisyam. Abu Ja’far al-Mansur telah meneladani Hisyam dalam sekian banyak langkah
yang ditempuhnya kelak pada masa Daulah Abbasiyyah.
Al-Walid bin Yazid menggantikan Hisyam sebagai Khalifah atas penunjukan
ayahnya Yazid sesudah Hisyam. Al-Walid sama dengan ayahnya Yazid mempunyai sifat
berfoya-foya, bermental bejat, dikelilingi dayang-dayang. Dia dapat menghabiskan harta
benda yang melimpah ruah yang diwariskan Hisyam. Akibat prilakunya yang buruk itu
dia dibunuh oleh Yazid bin al-Walid.
Yazid bin al-Walid menggantikan al-Walid bin Yazid hanya memerintah lima
bulan karena penduduk Hims memberontak kepadanya dan menuntut bela atas kematian
al-Walid yang membawa kepada kematiannya. Sebelum wafatnya, dia menunjuk saudara
nya Ibrahim bin al-Walid menjadi khalifah.
Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dua bulan, kedudukannya sebagai
khalifah tidak disepakati kaum Muslimin, ada yang memanggil dia “khalifah” ada pula
yang memanggilnya “amir”. Marwan bin Muhammad membawa pasukan besar ke Syam
menuntut bela atas kematian al-Walid bin Yazid, pasukan Marwan membunuh Ibrahim
dan mereka membai’at Marwan bin Muhammad sebagai khalifah.
Marwan naik tahta pada saat pakaian khalifah Umaiyah sudah sangat lusuh dan tipis,
walaupun dia ingin memperbaiki keadaan, tetapi tidak ada lagi harapan untuk
memperbaikinya, tiada tempat lagi untuk menambal kain. Karena banyak Pemberontakan
6
terus berkobar kepadanya. Golongan Khawarij, golongan Syi’ah, orang-orang Hijaz, dan

6
Muhammad Sayyid Al-Wakil, Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani Umayyah Hingga
Imperialisme Modern, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1998).

16
orang-orang Khurasan, bagaikan air bah datang ke Damaskus memberontak memaksa
Marwan melarikan diri ke Mesir dan terbunuh disana pada tahun 132 H.

C. Khalifah-Khalifah Daulah Umayyah


Pendiri dinasti ini adalah Muawiyyah bin Abu Sufyan Shakhr bin Harb bin Abdu
Syams bin Abdu Manaf bin Qushay al-Qurasy al-Umawi. Muawiyah menjabat sebagai
gubernur Dsmaskus (Syam) pada masa kekhilafahan Umar bin al-Khatab. Ia tetap
menjadi gubernur Damaskus pada masa Utsman menjadi Khalifah, kemudian ia
berselisih dengan Ali dan tidak mau membaiat Ali sebagai Khalifah karena menuntut
hukuman terhadap pembunuh Utsman karena Utsman masih termasuk kerabatnya.
Perselisihan Tersebut terus memanas hingga Hasan bin Ali menyerahkan kekhilafahan
kepadaMuawiyah pada tahun 41 H, sehingga kaum muslimin kembali bersatu dalam satu
pemerintahan.
Muawiyah kemudian memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Ia menjabat sebagai khalifah dengan segudang pengalaman yang panjang dalam
memerintah dan mengelola masyarakat. Dalam kebijakan politik dalam negri, Muawiyah
menerapkan tiga prinsip:
1. Memperlakukan dengan sebaik-baiknya semua tokoh sahabat senior beserta putra
putri mereka.
2. Muawiyah yang melandasi politik dalam negerinya adalah memperkokoh
keamanan di seantero dunia islam.
3. Mengawasi langsung segala urusan negaranya dan mengetahui semuapersoalan,
baik yang besar maupun yang kecil.

PARA KHALIFAH BANI UMAYYAH

Dinasti Umayyah berkuasa hamoir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan
14 orang khalifah. Dimulai oleh Muawiyah bi Abu Sufyan dan ditutup oleh Marwan bin
Muhammad. Adapun urut-urutan khalifah Dinasti Umayyah adalah Sebagai berikut;
1. Muawiyah I bin Abu Sufyan
2. Yazid I bin Muawiyah
3. Muawiyah II bin Yazid

17
4. Marwan I bin al-Hakam
5. Abdul Malik bin Marwan
6. Al-Walid I bin Abdul Malik
7. Sulaiman bin Abdul Malik
8. Umar bin Abdul Aziz
9. Yazid II bin Abdul Malik
10. Hisyam bin Abdul Malik
11. Al-Walid II bin Yazid
12. Yazid III bin al-Walid
13. Ibrahim bin al-Walid
14. Marwan II bin Muhammad7
Empat orang khalifah memegang kekuasaan sepanjang 70 tahun, yaitu Muawiyah,
Abdul Malik, al-Walid dan Hisyam. Sedangkan sepuluh khalifah sisanya memerintah
dalam jangka 20 tahun saja. Muawiyah berkuasa mulai tahun 41 H dan wafat tahun 60 H
di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Yazid yang telah ditetapkan
sebagai putera mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah,
banyak tantangan yang dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum
Syi’ah yang telah membaiat Husain sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang di Karbela
yang menyebabkan terbunuhnya Husen, cucu Nabi Saw. Yazid menghadapi para
pemberpntak di Mekah dan Madinah dengan keras.
Penduduk Madinah memberontak terhadap Yazid dan memecatnya untuk
kemudian mengangkat Abdullah bin Handzalah dari kaum Anshar. Mereka juga
memenjarakan kaum Umayyah di Madinah dengan mengusirnya dari kota suci kedua
bagi umat Islam itu, sehingga terjadilah bentrok fisik antara pasukan dikirim oleh Yazid
yang dimenangkan oleh pasukan Yazid, oada tahun 63. sedangkan kaum Quraisy
mengangkat Abdullah bin Muti’ sebagai pemimpin mereka tanpa pengakuan terhadap
Yazid.
Penduduk Mekah lain lagi keadaanya, sebagian dari mereka membaiat Abdullah
bin Zubair sebagai khalifah. Kota Mekah menjadi porak poranda akibat pasukan Yazid

7
Abu A’la Maududi. 1998. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan.

18
tersebut. Yazid meninggal tahun 64 H. Setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh
anknya, Muawiyah II. Muawiyah hanya memerintah kurang lebih 40 hari,dan kemudian
meletakkan jabatan khalifah sebelum wafat 3 bulan kemudia. Ia mengalami tekanan jiwa
berat karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang besar itu.
Muawiyah II diganti oleh Merwan bin Hkam, seorang yang memegang stempel khalifah
pada masa Utsman bin Affan. Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyah dan
penasehat Yazid di Damaskus di masa pemerintahan putra pendiri Daulah Umayyah itu.
Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para
khalifah Bani Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’ kedaulatan Umayyah.
Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di bidang fiqih.
Ia memerintahkan pemaikaian bahasa Arab sebagai administrasi diwilayah Umayyah. Ia
juga memerintahkan untuk mencetak uang secara teratur, membangun gedung-gedung,
masjid-masjid, dan saluran-saluran air. Khalifah Badul Malik memerintah paling lama,
yakni 21 tahun ditopang oleh para pembantunya juga yang termasuk orang kuat dan
menjadi kepercayaannya. Khalifah Abdul Malik wafat tahun 86 H dan diganti oleh
puteranya yang bernama al-Walid.
Khalifah al-Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada
masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam
melangkah ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang
oleh Gubernur Musa bin Nusair. Khalifah itu wafat tahun 96 H dan digantikan oleh
adiknya Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik tidak sebijaksana kakaknya, ia kurang
bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia mengiginkan harta
rampasan perang (ghaniyah) dari Spnyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair.
Ia dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya
terpecah belah, demikian pula musyarakatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para
pendahulunya disiksa, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin Qasim yang
menundukkan India. Ia menunjuk Umar bin Aziz sebagai penggantinya sebelum
meninggal pada tahun 99 H.
Adapun khalifah ketiga yang besar ialah Umar bi Abdul Aziz meskipun masa
pemerintahannya sangat pendek, namun umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani

19
Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak
terpengaruh oleh kebijakan-kebijakan dulah Umayyah yang banyak disesali. Khalifah
Muawiyah mulai mundur sepeinggal Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Walau tidak
secermelang tiga khalifah yang termasyhur sebagaimana yang tersebut di atas.8

D. Perluasan Daerah
Secara umum, penaklukkan pemerintahan Bani Umayah meliputi tiga wilayah.
Pertama, menentang pasukan Romawi di Asia Kecil. Penaklukan ini sampai dengan
pengepungan Konstantinopel dan sejumlah kepulauan di Laut Tengah. Kedua, wilayah
Afrika Utara. Penaklukan ini sampai ke Samudera Atlantik dan menyeberang ke Gunung
Thariq sampai ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah
timur Irak. Kemudian menyebar ke wilayah Turkistan di utara, serta ke wilayah Sindh di
bagian selatan.
Pengembangan Bani Umayah dengan tujuan memperluas wilayah kekuasaan ialah
lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin Islam sebelumnya. Muawiyah
berhasil menaklukkan Tunis, Khurasan sampai ke sungai Oxus serta Afghanistan sampai
Kabul; dan Angkatan laut Muawiyah menyerang Konstantinopel (Ibu kota Bizantium).
Ekspansi ini kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Ia sukses menaklukkan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan terlebih sampai ke India dengan
menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Lebih lanjut, al-Walid bin Abdul Malik adalah khalifah yang sukses menaklukkan
Maroko dan Aljazair. Dari kota ini, serangan kemudian dilanjutkan ke Eropa atas
kekuasaan Thariq bin Ziyad. Tentara Spanyol dapat ditundukkan oleh pasukan Thariq.
Oleh karena itu, ibukota Spanyol, Kordova, dapat dikuasai. Setelah itu, dikuasai pula
Kota Seville, Elvira, dan Toledo. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan
ke Perancis yang dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Di Perancis, umat
islam berhasil menaklukkan Bordeau dan Poitiers, kemudian serangan dilanjutkan untuk

8
Ahmad, Dasuki. Ikhtisar Perkembangan Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementerian dan Pelajaran Malaysia, 1980).

20
menundukkan Kota Tours. Namun, al-Ghafiqi mati terbunuh, akhirnya tentara Islam
menyerah dan kembali ke Spanyol.
Secara fungsional, Ahmad al-Usairy menerangkan bahwa penaklukan ke wilayah
Romawi (Turki) ketika itu didahului dengan selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi
disana dalam rangka menaklukkan Konstantinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50
H/670 M, dan tahun 53-61 H/672-680 M, namun tidak berhasil ditaklukkan. Muawiyah
membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut Tengah dengan vitalitas 1.700
kapal. Dengan kekuatan tersebut, dia berhasil mencapai berbagai kemenangan. Dia
berhasil menaklukkan Pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49 H/669 M, kepulauan
Rhodesia pada tahun 53 H/673 M, kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan
Ijih dekat Konstantinopel pada tahun 57 H/680 M.
Di Afrika, Banzarat sukses ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M, Qamuniyah
(dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45 H/665 M, susat juga ditaklukkan pada tahun
yang sama. Uqbah bin Nafi’ berhasil menundukkan Sirt dan Mogadishu, Tharablis, dan
menaklukkan Wadan kembali. Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/670 M. Kur
sebuah wilayah di Sudan berhasil pula ditaklukkan. Akhirnya, penaklukkan ini sampai ke
wilayah Maghrib Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi’ adalah komandan yang paling
ternama di kawasan ini.
Selain itu, penaklukkan melebar ke kawasan timur (negeri Asia Tengah dan
Sindh). Negeri-negeri Asia Tengah, terdiri dari kawasan yang berada di antara sungai
Sayhun dan Jahyun. Di antara kerajaan yang paling fundamental adalah Thakharistan
dengan ibukotanya Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shagdad dengan
ibukota Samarkand dan Bukhara, Farghanah dengan ibukota Jahandah. Khawarizm
dengan ibukota Jurjaniyah, Asyrusanah dengan ibukota Banjakat, Syasy dengan ibukota
Bankats. Kebanyakan penduduk di kawasan itu adalah kaum paganis. Pasukan islam
menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 H/661 M.9
Pada tahun 43 H/663 M, mereka berupaya menaklukkan Sajistan dan sebagian
wilayah Thakharistan pada tahun 44 H/665 M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan. Pada
tahun 44 H/664 M. Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhara. Pada tahun 44
H/664 M, kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan India. Penduduk di tempat ini
9
Din Muhammad Zakariya, Sejarah Peradaban Islam Perkenabian Hingga Islam di Indonesia
(Malang:Madani Media, 2018), hal. 140.
21
selalu melakukan pemberontakan sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya
konstan, kecuali pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik.

E. Kemajuan & Faktor-Faktor Kelemahan Daulah Umayyah


Masa pemerintahan dinassti Umayyah berlangsung selama 91 tahun
dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa dinasti ini
dalam bidang administrasi misalnya, telah terbentuk berbagai lembaga administrasi
pemerintahan yang mendukung tambuk pimpinan dinasti Umayyah. Banyak terjadi
kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, di antaranya;
1) Pemisahan kekuasaan.
2) Pembagian wilayah.
3) Bidang administrasi pemerintah.
4) Organisasi keuangan.
5) Organisasi keteraturan.
6) Organisasi kehakiman.
7) Sosial dan budaya.
8) Bidang seni dan sastra.
9) Bidang seni Rupa.
10) Bidang Arsitektur.
Di samping melakukan ekspansi territorial, pemerintah dinasti Umayyah juga
menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap
dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para
ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini yaitu ilmu agama, ilmu sejarah dan geografi, ilmu
pengetahuan bidang bahasa, & bidang filsafat.
Khalifah Al-Walid mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta
meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para penderita
kusta. Pada masa ini sudah ada jaminan untuk social bagi anak- anak yatim dan anak
terlantar. Dengan demikian, ilmu pengetahuan merupakan suatu keahlian yang masuk
pada bidang pemahaman an pemikiran yang memerlukan sistematika dalam

22
penyusunannya. Golongan non-Arab sudah terbiasa dengan keahlian ini. Golongan ini
disebut Mawali, yaitu golongan yangberasal dari bangsa asing atau keturunannya.
Mawali berasal dari maula, budak tawanan perang yang sudah dimerdekakan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Mawali diperuntukan bagi bangsa non-Arab.
Demikian berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada pemerintahan
dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dinasti Umayyah mengalami kehancuran pada masa
kepemimpinan khalifah Walid bin Yazid karena terjadi peperangan yang dilakukan oleh
bani Abbas yang terjadi pada tahun 132 H atau750 M.10
Setelah berkuasa selama 90 tahun, akhirnya Dinasti Bani Umayyah berakhir
dengan Berikut ini adalah beberapa faktor yang dominan dalam fase
kemunduran atau kehancuran dinasti Bani Umayyah, yaitu munculnya kelompok-
kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Bani Umayyah, seperti
kelompok Khawarij, Syiah, dan kelompok muslim non-Arab (mawali). Tidak adanya
ketentuan yang jelas dan tegas tentang sistem pergantian khalifah, ketiadaan
ketentuan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga khalifah. 11
Ketidakmampuan dari para penguasa Bani Umayyah untuk menggalang
persatuan dan kesatuan dari pertentangan yang semakin lama semakin
meruncing antara etnis suku Arabiah Utara dengan suku Arabiyah Selatan, yang sudah
ada sejak sebelum Islam. Sikap hidup yang bermewah-mewahan dalam lingkungan
keluarga khalifah, sehingga mereka yang memegang kekhalifahan berikutnya tidak
mampu memikul beban kenegaraan yang berat Terbunuhnya Khalifah Marwan bin
Muhammad oleh tentara Abbasiyah di kampung Busir daerah Bani Suweif sebagai
akhir dari Dinasti Bani Umayyah di Damaskus. Munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib sebagai saingan Bani Umayyah
dalam kekhalifahan.

10
Dr, Fuji Rahmadi P, MA. Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah & Kemajuannya). 669.
11
Rachman, Taufik. 2018. Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Bani Umayyah Dilihat dari Tiga
Fase(Fase Terbentuk, Kejayaan dan Kemunduran). 2018. 1 (2). 96.

23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah Umayyah memiliki 3 fase yang sangat fundamental yaitu sejarah
terbentuknya, kemajuan yang di capai danfase kemundurannya. Tidak bisa
dipungkiri, Dinasti Bani Umayyah telah banyak memberi warna baru dalam sejarah
peradaban Islam seperti yang paling mendasar adalah mengubah sistem
pemerintahan Islam dari sistem musyawarah mufakat kepada sistem monarki absolut.
Ada minimal 4 khalifah yang cukup menonjol selama pemerintahan bani
umayyah berlangsung yaitu pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sofyan,
Abd Malik bin Marwan, Al Walid bin Abd Malik , & Umar Bin Abd Azis.
Salah satu penyebab utama dari sekian banyak penyebab runtuhnya
kedaulatan Bani Umayyah adalah terlalu berlarut-larut dalam kemewahan pada saat
menjadi penguasa, sehingga mereka lupa untuk mempersiapkan keturunan sebagai
generasi penerus kekuasaan. Hal ini cukup terlihat dari hanya sedikit dari penerus
kerajaan yang bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah dengan maksimal, hanya
minimal 4 khalifah yang tercatat cukup berhasil dan terasa dampaknya
selama memerintah rakyatnya. Dengan meninggalnya Marwan dan munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-abbas bin abdil Muthalib, maka
berakhirlah dinasi Bani Umayyah dan digantikan Bani Abbasiyah.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan sistem perkuliahan berbasis daring dan juga masih banyak
memerlukan bimbingan dalam pembuatan makalah yang baik & benar maupun
bimbingan dalam pemberian serta pengetahuan akan materi Sejarah Daulah Umayyah .
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA
A’la Maududi, Abu. 1998. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan.
Al-Karbutali, Ali Husin. Al-Islam wa al-Khilafah, (Mesir: Dar alBairut, 1964) Badri Yatim.
Ahmad, Dasuki. Ikhtisar Perkembangan Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementerian dan Pelajaran Malaysia, 1980).
Fazlur, Rahman. Islam (Bandung: Pustaka, 1984).
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid II dan III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982).
Jamil, Ahmad. 1997. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Muhammad Sayyid Al-Wakil, Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani Umayyah Hingga
Imperialisme Modern, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1998).
M. Jamaluddin Surur, Al-Hayat al-Syakhsyiyah fi al-Daulah al‘Arabiyah, (Kairo).
Nasution, M. Ag., Dr. H. Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Yayasan Pusaka Riau.

Omar Amin Husein, Kultur Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981).


Philip K. Hitti, History of the Arab, (London: The Mahmillah Press Limitted, 1981).
Rachman, Taufik. 2018. Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Bani Umayyah Dilihat dari Tiga
Fase(Fase Terbentuk, Kejayaan dan Kemunduran). 2018. 1 (2). 96.
Rahmadi P, MA., Dr. Fuji. Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah & Kemajuannya). 669.
Sejarah Perdaban Islam. 1993. Jakarta: Raja Grafindo.
Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradaban Islam Perkenabian Hingga Islam di
Indonesia. Malang: Madani Media.

25

Anda mungkin juga menyukai