Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP EKONOMI PADA MASA BANI UMAYYAH


Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Ibu Gusti Garnis Sasmita, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Indah Fajar Wati (196131053)


2. Rika Marfuah (206131090)
3. Riki Marfiah (206131077)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat hidayah
serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini yang
berjudul Konsep Ekonomi pada masa bani umayyah.

Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Gusti Garnis Sasmita, M.Pd., selaku pembimbing mata kuliah Sejarah Ekonomi
Islam
2. Teman-teman mahasiswa semua, yang telah menjadi teman diskusi sekaligus berperan
dalam proses penyelesaian makalah ini.
3. Orang tua yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
4. Semua pihak yang sudah mendukung dan membagikan sebagian pengetahuannya
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk pembaca.

Surakarta, 22 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

a. Latar belakang ................................................................................................................. 1

b. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

c. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

a. Lahirnya Daulah Umayyah................................................................................................. 3

b. Perkembangan Ekonomi Masa Bani Umayyah ................................................................. 5

c. Kebijakan Ekonomi pada Masa Bani Umayyah .............................................................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

a. Kesimpulan ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah era khulafaur rasyidin berakhir munculah beberapa kekhalifahan baru
salah satunya yaitu daulah umayyah. Daulah umayyah yang di dirikan oleh ibn abi
sufyan merupakan awal terbentuknya daulah monarchiheridetis ( kerajaan turun
temurun). Menurut sejarah daulah umayyah lahir dengan jalan kekerasan, diplomasi, dan
tipu daya bukan dengan cara bermusyawarah seperti rasulullah saw ajarkan. 1

Setelah berkuasanya Bani Umayyah saat itu sudah mulai banyak lahir para
fuqoha yang yang merumuskan teori baru mengenai kebijakan ekonomi berlandaskan
Syariah pemikiran para fuqoha muncul dan lahir dengan melihat kondisi dan keadaan
pasar pada masa itu. Khalifah sendiri amat memperhatikan dan mendukung pemikiran
yang lahir dari para cerdik cendekia sehingga setiap mereka yang berilmu cukup tinggi
penghargaannya dan kedudukannya dimata para khalifah. pengaplikasian nilai-nilai
monarki yang muawiyah ambil dari Persia dan Bizantium ia dapatkan dari cerita cerita
sejarah para cerdik cendekia yang ia panggil tiap malam untuk sekedar berdiskusi dan
bercerita.

Baitul Mal pada masa Umayyah tetap menjadi sebuah lembaga atau institusi
yang penting kehadirannya terhadap pengaturan keuangan negara. Tidak bisa dipungkiri
bahwa selama kurang lebih 91 tahun dinasti ini berkuasa. ekspansi wilayah kekuasaan
dan penyebaran Islam telah meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, jazirah
Arabia, Irak, bagian Asia kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, dan kirgis di Asia tengah.2
perkembangan ini pula menoreh fakta bahwa sejarah perekonomian dengan melahirkan
mazhab-mazhab ekonomi yang ternyata mampu terus berkembang dan aplikatif di masa
kin. Ekonomi Islam bukan hanya sebuah sistem yang dianggap lebih humanis tapi juga
keadilan sosial dan mampu diterapkan secara universal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana lahirnya daulah bani umayyah?

1
Euis amelia. Sjarah pemikiran ekonomi islam (depok: Gramata publishing, 2005). Hlm 100.
2
Euis amelia. Ibid. hlm 101

1
2. Bagaimana perkembangan ekonomi masa bani umayyah?
3. Bagaimana kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa daulah umayyah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami lahirnya daulah bani umayyah.
2. Mengetahui dan memahami perkembangan ekonomi daulah bani umayyah.
3. Mengetahui dan memahami kebijakan-kebijakan daulah bani umayyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lahirnya Daulah Umayyah


Setelah era khulafurrasyidin berakhir terbetuklah kekhalifahan pertama yaitu
kekhalifahan umayyah. Nama dinasti umayyah diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-
Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi
Muhammad, lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680 Masehi. Secara garis
besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama, yakni tahun 661-
750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode 756-1031 M di
Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.3 Berdirinya
Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. Perang ini
merupakan perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib, khalifah
ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad. Perang Shiffin terjadi usai kematian khalifah
Utsman bin Affan, pada 17 Juni 656, yang membuka peluang bagi Ali bin Abi Thalib,
menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29
Januari 661, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan, putra Ali dan cucu Nabi
Muhammad, selama beberapa bulan. Hasan kemudian melepaskan jabatannya. Usai
Hasan bin Ali mundur, Muawiyah I tampil sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan
berbagai polemik di antara umat Islam sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan
Umayyah dimulai.

Pemerintahan Dinasti Umayyah yang berlangsung selama hampir 90 tahun terbagi


dalam dua periode, yakni masa Kekhalifahan yang berpusat di Damaskus (Suriah) dan
era kejayaan di Spanyol, Andalusia, dengan pusatnya di Cordoba. Maka, wilayah
kekuasaan Kekhalifahan Umayyah sangat luas.4 wilayah tersebut meliputi sebagian besar
Timur-Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, pesisir Afrika Selatan hingga Andalusia,
yakni kawasan yang kini ditempati Portugal dan Spanyol. Luasnya wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Umayyah tidak lepas dari serangkaian penaklukan yang secara
bersambung dilakukan dan dikomandani oleh para pemimpinnya, dengan seabrek
dinamika yang terjadi di kalangan Bani Umayyah sendiri. Rangkaian penaklukan ini
merupakan embrio dari Perang Salib dalam misi melawan Eropa. Misi tersebut dilakukan
baik dari jalur timur menuju Konstantinopel maupun lewat jalur barat yang akhirnya

3
Yuda prinada.2020. https://tirto.id/f7Z7 di akses pada tanggal 25 maret 2022
4
Muhammad fathurrohman. 2017. History of Islamic Civilization

3
sampai di Spanyol. Dinasti Umayyah memiliki peran penting dalam perkembangan
Islam. Kekhalifahan ini pernah dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, di antaranya
adalah Al-Walid bin Abdul-Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Di masa pemerintahan Al
Walid bin Abdul-Malik (705-715), kekuasaan Kekhalifahan Umayyah meluas hingga ke
Spanyol. Penaklukan Andalusia terjadi pada 711 Masehi. Pembangunan diutamakan
pada masa ini. Dibangunnya rumah sakit dan Masjid Al Amawi di Damaskus, Masjid Al
Aqsa di Yerussalem, perluasan Masjid Nabawi di Madinah, merupakan sejarah penting
dari peran Dinasti Umayyah. Ketika Umar bin Abdul Aziz (717-720) menjadi khalifah,
bidang keilmuan Islam merupakan prioritas utama. Pengarsipan hadis, pengembangan
bahasa Arab, ilmu qiraah (membaca Alquran), fikih, hingga berbagai karya tulis maupun
produk ilmiah berkembang pesat pada masa ini.

Kejayaan Dinasti Umayyah mulai menurun ketika kelompok yang tidak puas
terhadap pemerintahan mulai muncul. Bani Abbasiyyah memimpin upaya perlawanan ini
dan pada akhirnya melemahkan kekuasaan Bani Umayyah. Pertengahan abad ke-6
menjadi masa-masa krusial Kekhalifahan Umayyah. Pada periode ini, Umayyah mulai
mengalami kekalahan dari pasukan Abbasiyyah. Hingga akhirnya, pada 750 M
Damaskus berhasil direbut oleh Abbasiyyah yang praktis membuat pemerintahan
Umayyah jatuh. Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus, tulis Imam Subchi
dalam Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam (2015), adalah Marwan II
bin Muhammad (744-750). Sejak itu, berakhirlah era Umayyah di Damaskus dan
dimulailah era baru di Andalusia dengan pusatnya di Cordoba, Spanyol. Pemerintahan
Kekhalifahan Umayyah di Cordoba berlangsung cukup lama. Namun, keruntuhan mulai
terlihat pada perjalanan awal abad ke-9. Mulai muncul intrik dan pergolakan di kalangan
sendiri. Wilayah kekuasaan Umayyah pun sedikit demi sedikit tercerai-berai. Pada 1031,
Hisyam III selaku Khalifah Umayyah di Cordoba saat itu, mengundurkan diri dari
jabatannya. Situasi semakin kacau lantaran mengalami krisis kepemimpinan. Tidak
adanya pemimpin yang mumpuni membuat dewan menteri terpaksa menghapus jabatan
khalifah. Pemerintahan Umayyah di Andalusia pun terpecah-belah menjadi negara-
negara kecil hingga akhirnya kekuasaan Islam di Cordoba benar-benar musnah.5

5
Yuda prinada.2020. https://tirto.id/f7Z7 di akses pada tanggal 25 maret 2022

4
B. Perkembangan Ekonomi Masa Bani Umayyah

Bani umayyah merupakan khalifah pertama setelah berakhirnya masa


pemerintahan khulafaur rasyidin. Pemerintahan bani umayyah berkuasa hampir satu abad
(91 tahun) lamanya, yaitu pada tahun 41 H- 132 H. walau tidak cukup seabad, masa bani
umayyah ini telah mengukir sejarah baru, yang dimana terdapat kemajuan dan
kesuksesan dalam perluasan wilayah pemerintah islam dan juga penduduk yang masuk
agama islam.6

Perkembangan ilmu ekonomi pada masa Bani Umayyah tidak begitu menonjol
apabila dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan yang lainnya, Namun terdapat
beberapa sumbangan pemikiran dari beberapa khalifah Bani Umayyah terhadap
kemajuan ekonomi Islam, diantaranya yaitu perbaikan terhadap konsep transaksi saham,
murabahah, muzara‟ah dan kehadiran kitab al-Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf yang
hidup pada masa kepemerintahan khalifah Hasyim yang membahas tentang kebijakan
ekonomi (Dewi indasari, 2017:56). Diantara dari 14 khalifah yang pernah menjadi
pemimpin pada masa Bani Umayyah, ada 3 khalifah yang paling menonjol dan
mempunyai kebijakan-kebjakan ekonomi yang diterapkan di masanya, yaitu:
Muawwiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marawan dan Umar bin Abdul Aziz.7
Dalam menjalankan pemerintahan bani umayyah juga mengalami kemajuan serta
kemunduran dalam perekonomian, berikut faktor yang mepengaruhi kemajuan ekonomi
dinasti umayyah yaitu :8

1. Lembaga lembaga pemerintahan yang independent.


Pada masa dinasti Umayyah terdapat lembaga-lembaga pemerintahan
yang dibentuk Amir atau khalifah seperti Hajib, wazir dan shahib. Hajib adalah
orang kepercayaan dan bertanggung jawab penuh kepada amir atau khalifah.
Hajib pada akhirnya disebut sebagai perdana menteri yang bertugas sebagai
penghubung antara amir atau khalifah dengan majelis wazir (menteri negara).
Wazir-wazir ini berfungsi sebagai tiang penyangga penyelenggaraan negara.
Wazir yang mengurusi bidang ekonomi antara lain; wazir keuangan negara dan
wazir pelabuhan dan perhubungan laut. Sedangkan shahibadalah lembaga pembantu
gubernur. Shahibyang mengurusi bidang ekonomi seperti shahib al-syurthah,yaitu
6
Amalia, E. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata.
7
ibid
8
Havis aravik, ahmad tohir.2020 “PEREKONOMIAN PADA MASA DINASTI UMAYYAH DI ANDALUSIA; SEJARAH DAN
PEMIKIRAN” Palembang, adl Islamic economic, vol 1.no 1.

5
mengurusi keamanan dan ketertiban social (polisi), shahib al-muzhalim,yaitu
menampung berbagai pengaduan dari tindak kezaliman, dan shahib al-
muhtasib,yaitu mengawasi kesusilaan dan perdagangan di pasar.Kedudukan
mereka independen dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun, sehingga
bekerja secara professional, tidak korupsi, kolusi dan nepotisme serta keuangan
negara terkelola dengan baik.9

2. Cordoba sebagai pusat bisnis dan ilmu pengetahuan.


Ketika Abdurrahmann I tampil sebagai pemimpin dinasti Umayyah di
Andalusia, langkah penting dibuatnya adalah memindahkan pusat ibukota negara
dari Toledo ke Cordova. Abdurrrahman I mempercantik Cordova dengan istana,
taman-taman hiburan dan masjid-masjid megah, permukiman, pemandian umum,
dan pasardan dilanjutkan pembangunannya oleh khalifah-khalifah sepeninggalnya.
Selain itu, Cordova disulap sebagai pusat bisnis yang memancing para pedagang
dari India dan China berbondong-bondong kesana. Orang Arab tampak merupakan
agen-agen yang aktif mempromosikan perdagangan mereka. 10

3. Reformasi agraria dan pembukaan pasar khusus


Kebijakan reformasi agraria diberlakukan Dinasti Umayyah dengan
menerapkan pola pertanian irigasi yang menekankan pada pembudidayaan
sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjualbelikan seperti buah ceri, apel,
delima, pohon aren, kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. 11
Memperkenalkan model irigasi baru kepada masyarakat Spanyol yang tidak
mereka kenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran-saluran air dan bahkan
jembatan air didirikan untuk mempermudah petani mengairi lahan-lahan pertanian,
termasuk tempat-tempat yang tinggi mendapatkan jatah air. Berbagai istilah-
istilah irigasi yang berbau Arab yang digunakan seperti alberca(dari al-
birkah,kolam buatan), almatriche(kanal, terusan), aljibe (waduk), acequia(selokan
irigasi), noria (roda irigasi atau sumur timba), arcaduz(salran air), azuda(roda

9
Pulungan, 2018: 174
10
Havis aravik, ahmad tohir.2020 “PEREKONOMIAN PADA MASA DINASTI UMAYYAH DI ANDALUSIA; SEJARAH DAN
PEMIKIRAN” Palembang, adl Islamic economic, vol 1.no 1
11
auziah,Nur Dina, Muhammad Mujtaba Mitra Zuana, “Peradaban Islam di Andalusia (Spanyol)”, Al-„Adalah;
Jurnal Syariah dan Hukum Islam,Vol. 1, No. 1, Maret 2016.

6
Persia), alcatarilla(jembatan, selokan), atarjea(sekolan kecil), antanor(pipa air), dan
alcorque(bulatan lubang yang menjadi basis pohon-pohon yang mengandung air).12
Jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun untuk mempertemukan dengan mudah para
petani dan pedagang sehingga terjadi transaksi hasil-hasil pertanian dengan
lancar. Bahkan dinasti Umayyah menciptakan pasar khusus untuk permintaan
dan penawaran barang hasil produksi dari industri-industri yang ada seperti
pasar tukang besi, pasar daging, pasar segala macam bunga, dan lain sebagainnya.
Berkat kebijakan itu Cordova dan Seville surpus pertanian karena melimpahnya
produksi, sehingga banyak hasil-hasil pertanian di eksport keluar negeri dalam
bentuk perdagangan internasional untuk memenuhi permintaan pasar.
Pendapatan Negara meningkat tajam. Penghasilan kerajaan mencapai 6.245.000
dinar, di mana sepertiga dialokasika untuk angkatan bersenjata.13

4. Hubugan harmonis, penguasa, pengusaha dan ulama.


Hubungan penguasa, pengusaha dan ulama terjalin mesra dan harmonis,
terutama paru kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, lewat berbagai
kebijakan-kebijakan penting seperti al-Hakam II mengeluarkan kebijakan
mengimpor karya-karya ilmiah dari Timur dalam jumlah besar sehingga
memunculkan banyak filsuf terkenal, seperti Abu Bakar Muhammad bin al-
Sha‟igh (Ibn Barjah), dan Abu Bakar bin Thufail (Ibn Thufail) Para penuasa
memberikan pendanaan dan ulama konsentrasi melahirkan karya karya terbaik karena
segala kebutuhan ditanggung penguasa. Kolaborasi ketiganya berhasil meningkatkan
perekonomian dan para gilirannya menciptakan kemajuan bagi dinasti umayyah.

5. Perindustrian dan kelautan


Bidang perindustrian berkembang pesat, dengan unculna sentra sentra industri seperti
cordobra, malaga, almeira. Sebagai pusat menenun dan sutra. Almeria sebagai pusat
produksi barang pecah belah dan kuningan. Cordova dengan pertambangan besi
dan timah serta industri farmasi (obat-obatan). Malaga dengan batu merah
delimanya. Toledo, seperti Damaskus, terkenal di seluruh dunia karena pedang
yang diproduksinya. Seni menyepuh baja dan dengan motif bunga-bunga –

12
Buchori, 2009: sejarah politik islam 137.
13
Ibid

7
diperkenalkan dari Damaskus –berkembang pesat dibeberapa pusat kerajinan di
Andalusia dan Eropa. Cordova juga sebagai pusat industri wol, katun, sutra, kulit, dan
logamdan sekitar 13.000 tukang tenun dan industri kulit tumbuh pesat dan di ekspor
ke Maroko, Prancis, dan Inggris. Istilah-istilah dalam bidang tenun yang masih
dikenal hingga hari ini seperti cordovan, cordwainer dan morocco. Berbagai macam
pakaian dari bulu binatang ada di Spanyol, dimana digunakan untuk menghiasi
pakaian atau sebagai pakaian tersendiri Industri keramik berkembang dengan
pesat. Teknik pengecatan ubin dikembangkan. Rahasia pembuatan barang-barang
hiasan ditemukan di Cordova pada paru kedua abad ke-9 M. Di sana, banyak
pengrajin yang terampil dalam pembuatan logl, relief binatang dengan kuningan dan
perunggu, mengikir dengan emas, perak, dan permata. Ukiran kayu yang dihiasi
gading dan induk mutiara, serta kerajian hiasan dari kuit yang juga terdapat
dalam penjilidan buku.
Bidang kelautan dibentuk wazir yang mengurusi pelabuhandan perhubungan laut
dengan angkatan perang terkuat. Menjelang tahun 800 H, sebagia besar Laut
Tengah telah dikuasai angkatan perang mereka, kendati imprerium
Byzantium berhasil mempertahankan diri dari Adriatik dan Aegean.
Diperkenalkan teknik pelayaran orang Arab yang dikemudian hari diambil alih
para pelaut Eropa. Pembanguan bidang kelautan juga diperuntuhkan untuk
memudahkan eksport-impor masuk ke wilayah Andalusia. Seville, salah
14
sebuah pelabuhan sungai terbesar.

Perekonomian masa dinasti umayyah juga mengalami kemunduran, adapun beberapa


faktor yang mepengaruhinya yaitu :
1. Kepemimpinan yang tidak berintegritas
Abd. Rahman III,Hakam II dan Hajib al-Mansur tidak meninggalkan
pengganti sepadan. Sepeninggal mereka, hanya muncul pemimpin-pemimpin
yang tidak berintegrias dan bermoralitas rendah.Misalnya, Abdul Malik atau
al-Muzaffar memerintah dengan tangan besi, Abdurrahman pengganti Al-
Muzaffar, yang nama panggilannya Sanchol Hajibareadalah penguasa yang tidak
memiliki intelegensi, kecakapan, dan gemar berfoya-foya. Perekonomian kerajaan
terkuras untuk menutupi berbagai keperluan yang tidak penting.Muhammad bin

14
Ibid

8
Hasyim bin Abdul Jabbar bin Abdurrahman III atau al-Mahdi menjarah
istana al-Zahra dan menghancurkanya menjadi abu, moralitasnya buruk, suka
berberpesta dan mabuk-mabukan serta mengolok-olok ritual keagamaan.

2. Kehadiran kelas sosial


Kehadiran kelas sosial baru bernama mozarabmenciptakan kecemburan sosial dan
ekonomi, khususnya di kalangan penduduk Andalusia yang fanatik pada
Kekristenan. Mozarab disalahfahamisebagai sebuah upaya islamisasi oleh
penguasa Umayyah. Sehingga muncul aksi protes yang menimbulkan kekacauan
didalam wilayah Umayyah Andalusia yang mengganggu aktivitas perekonomian
masyarakat dan stabilitas politik dan keagammaann Spanyol pada umumnya.
3. Sikap deskriminatif terhadap golongan tertentu.
Andalusia sangat di pengarhi oleh keberagaman golongan masyarakat, setidaknya
ada enam golongan, antara lain yaitu : golongan pertama, golongan orang orang
barbar tinggal di pedesaan sebagi buruh dan petani, selebihnya ada yang menjadi
ulama, tetapi jumlahnya sedikit. Orang-orang Barbar sangat sering tidak
mendapatkan hak mereka karena tidak ada komunikasi yang baik antara
penguasa dengan rakyat. Orang-orang Barbar banyak disingkirkan dan
ditempatkan di daerah-daerah perbukitan yang kering dan tandus serta berhadapan
langsung dengan basis-basis kekuatan Kristen, padahal pada saat yaag sama orang-
orang Arab menempati lembah-lembah subur yang jauh dari ancaman kelompok-
kelompok gerilya orang-orang Salib itu. Akibatya, muncul ketidakpuasan
dan kekecewaan terhadap peguasa Arab yang diskriminatif. Ketidakpuasan orang
Barbar ini mereda, ketika al-Nashir berkuasa, dan muncul kembali sepeninggal
Hajib al-Mansur ibn Abi Amir. Golongan kedua, orang arab yang menjadi elit
pemerintahan serta berpengaruh di segala bidang intelektual dan kebudayaan. Ketiga,
golongan muwaladun, yaitu kaum muslimin keturunan spanyol, tetapi mereka lebih
sennag memangku sebagai orang arab karena bangga dengan agama islam. Sedangkan
orang arab sendiir meberi mereka gelar „ibaddan muwalladunkepada mereka yang
dinilai sebagai merendahkan dan diskriminatif. Akibatnya golongan non-Arab ini
sering merusak kestabilan politik sehingga berdampak terhadap sosial dan
ekonomi. Keempat, golongan Kristen, terutama kalangan terpelajar banyak
menggunakan bahasa Arab dengan baik, tidak sedikit dari merek yang menjadi
mejabat sipil maupun militer dan adapula yang bertugas sebagai pemungut

9
pajak. Sikap demikian menjadikan islamisasi di Spanyol tidak sempurna, para
khalifah sudah merasa puas dengan menagih upeti dari mereka.
Mereka dibiarkan mempertahankan hukum dan adat istiadat mereka, asalkan tidak
memberontak. Namun orang-orang Kristen dan para pengusa Kristen khususnya
selalu menentang bahkan sampai pada tahap sentimen agama sebagai legitimasi
permusuhan. Kelima, golongan Yahudi banyak menyumbangkan pemikiran
mereka di bidang intelektual dan sama dengan Kristen menikmati kebebasan
beragama yang cukup luas di bawah kekuasaan Bani Umayyah ini. Bahkan
Abdurrahman III mengangkat Hasdai ben Shaprut, seorang negarawan al-Andalus
yang mahir berbahasa arab dan pandai berdiplomasi dalam jajaran
pemerintahannya. Perlakukan yang juga di Granada. Di kota itu, seorang Yahudi
terkemuka juga diangkat sebagai menteri agung, yaitu Samuel Ben Naghrillah, yang
dijuluki Nagid (pangeran). Di samping seorang filsuf, ahli gramatikal, patron seni,
penyair Yahudi berpengaruh, Samuel juga seorang politikus dan pemimpin
pasukan.Hal tersebut nampaknya lambat laun menjadi bom waktu. Umat muslim
tertentu merasa tidak puas dan tidak akrab dengan budaya pengangkatan Yahudi
sebagai orang yangmenjabat posisi menteri agung. Keenam, golongan hamba sahaya
atau golongan Slavia. Ketika al-Nashir menyadari bahwa semangat kesukuan Arab
yang berlebihan merupakan sumber perpecahan daan persengketaan, ia
melimpahkan kepercayaan kepada golongan Slavia ntuk mengawal istananya.
Mereka dididik dalam bidang kemiliteran dan diangkat menjadi tentara
pemerintah. Ketika al-Mansur, memberikan kepercayaan berlebih kepada orang
Barbar, orang-orang Slavia tersingkir dari istana. Oleh karena itu, kelompok ini
segera terlibat dalam pemberotakan tidak lama setelah al-Mansur wafat, dan kelak
mereka mendirikan sebuah dinasti sendiri di Mesir yang bernama dinasti Mamluk.

C. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Bani Umayyah

a. Masa Muawwiyah bin Abi Sufyan

Kebijakan Moneter Muawiyah bin Abi Sufyan

Pada masa pemerintahan Mu‟awiyah, beliau mendirikan kantor catatan negara


dan merancang pola pengiriman surat melalui pos (al-barid) serta seluruh pasilitas
pendukungnya. Mencetak mata uang, mengembangakan jabaran qadi (hakim) sebagai
10
penjabat profesional. Para qadi di masa itu dalam memutuskan suatu perkara tidak
terpengaruh oleh kebijakan politik atau kekuasaan pemimpin negara sehingga mereka
bebas memutuskan sesuatu termasuk dalam urusan yang berkaitan dengan para pejabat
15
tinggi Negara.

Kebijakan Moneter memiliki peranan paling penting untuk mengendalian


jalannya pemerintahan. Bahkan moneter merupakan unsur utama dalam kehidupan suatu
bangsa, banyak sekali permasalahan karena disebabkan menejeman moneter yang buruk.
Awal pemerintahan bani umayyah kebijan moneter yang dilakukan olehnya mempunyai
dua tujuan dasar yaitu :

o Mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya pada waktu seorang gubernur


membanggakan banyak pajak yang mereka kumpulkan.
o Untuk memuaskan para pejabat negara dan memberi harta mereka sebanyak-
banyaknya. 16

Dan dua tujuan inilah yang menjadi acuan usaha para khalifah, sehingga
menyababkan kekacauan di masyarakat, guna mendapat harta yang banyak meyababkan
banyak sekali orang yang tidak mau masuk Islam kerena masih sama membayar pajak.
Karena sebenarnya orang kafir yang sudah masuk Islam tidak lagi membayar jizyah.
17
Sehingga pemasukan baitul mal semakin berkurang. Pada masa kepemimpinan Dinasti
Umayyah, baitul mal sepenuhkan di bawah kekuasaan khalifah tanpa dapat
dipertanyakan dan dikritik oleh masyarakat. Keadaan itu berlangsung sempai datang
khlifah kedelapan Dinasti Umayyah yakni Umar bin Abdul Aziz yang memerintah pada
tahun 717-702.18

b. Masa Abdul Malik bin Marwan

Kebijakan Moneter Abdul Malik bin Marwan

Pencampaian yang dilakukan pada masa Abdul Malik yakni berupa pemikiran
yang serius untuk menerbitkan mata uang sendiri sebagai salah satu alat pertukaran.
Kebijakan tersebut dicapai setelah adanya perintah dari pihak romawi saat itu mata uang

15
Aizid, Rizem (2015) sejarah Peradaban Islam Terapan, Yogyakarta: DIVA Press.
16
AI‟Isy, Yusuf (2007). Dinasti Umawiyah, Jakarta; Pustaka Kautsar.
17
AI‟Isy, Yusuf (2007). Dinasti Umawiyah, Jakarta; Pustaka Kautsar.
18
Zoulkem(2010, Januari 14). Ekonomi Syariah: Kebijakan Moneter dan Fiskal pada Masa Sahabat dan
pertengahan Islam. Retrieved November 11, 2018, from Zoulkem‟s Blog: https://zoulkem. Wordpress.com/

11
yang berlaku adalah mata uang Binzantium dan Persia yang nilinya sama dengan logam
emas dan perak pada Dinar dan Dirham.

Kebijakan Fiksal pada Masa Abdul Malik bin Marwan

Kebijakan Fiksal pada Masa Abdul Malik bin Marwan yang mendirikan pabrik
percetaan uang di Damaskus, mengembangkan sistem pos yang telah dibangun pada
masa Muawiyyah bin Abu Sufyan sedangakan dalam hal pajak dan zakat, khalifah
memberikan kebijakan kepada rakyata yang muslim untuk membayar zakat saja
sedangakan beban pajak dibebaskan seluruhnya. Karena kebijaan inilah kebanyaka orang
non muslim yang berbondong-bondong masuk Islam dengan tujuan utama agar terhindar
dari beban membayar pajak. Akibat kebijan yang dilakukan ini, sumber kedapatan
negara dalam sektor pajak justru mengalami defisit. 19

Adapun kebijakan lain yang dihasilkan oleh khalifah Abdul Malik adalah
mebenahkan administrasi pemerintah disertai peberlakuan penggunaan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi pemerintah Islam. 20

c. Masa Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai khalafur rasidin yang ke-5. Penobatan
tersebut berdasarkan pemerintahannya memiliki ciri-ciri yang sama dengan empat
khalifah. Ia menerapkan sistem keadilan dimulai dari dirinya sendiri dan keluarganya
dengan menyerahkan harta kekayaan pribadi dan keluarganya ke baitul mal. Beliau
melakukan pembenahan disegala bidang dan diseluruh wilayah kekuasaannya
berdasarkan syarita Islam. Pembangunan bukan saja pada bidang infrastruktur tetapi juga
pembangnan sumber daya manusianya. Dalam kurun waktu tiga tahun, masyarakat
Islam beradalam surga dunia, kemakmuran dan kesejahteraan merata di seluruh wilayah,
terbukti tidak ada lagi yang mau menerima zakat. 21

Kebijakan Fiksal pada Masa Umar bin Abdul Aziz

Adapun kebijakan Fiksal pada Masa Umar bin Abdul Aziz adalah merenofasi
sumber pendapatan negara melalui pajak tanah (kharaj), pajak non muslim (jizyah) pada
tiga profesi yaitu; petani, tuan tanah dan pedagang. Petani muslim dikenakan pajak 10%

19
Chamid, Nur. (2010). Jenjak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
20
Hitti, Philip K (2006) History of The Arabs, Jakarta:PT Serabi Ilmu Semesta.
21
Imaduddin , (1992). Umar bin Abdul Aziz: Perombak Wajah Pemerintahan Islam, Solo: CV. Pustaka Mantiq.

12
dari hasil pertanian sumber pendapatan lainnya adalah zakat yang diwajibkan bagi semua
umat Islam yang mempu di mana setiap wilayah otonomi daerah dalam mengelolanya.
Pengeluaran negara meliputi belanja pegawai, belaja peralatan administrasi negara,
pendidikan dan distribusi zakat serta memberi jaminan sosial pada seluruh masyarakat.
Penghematan agaran dalam pemberian fasilitas penjabat negara dan juga penghematan
dalam perayaan peringatan hari besar keagamaan dan kenegaraan. 22

Sedangkan keseimbangan fiskal dan moneter pada masa Umar inilah yang
berpengaruh pada stabilitas nilai mata uang yang mempunyai dampak terhadap harga-
harga komoditas yang ikut stabil. Telah diakui secara umum bahwa stabilitas harga
membantu merealisasikan tujuan pemenuhan kebutuhan pokok, disribusi pendapatan
dan kekayaan yang adil, laju pertumbuhan ekonomi yang optimum, kesempatan keraja
penuh, dan stabilitas ekonomi. 23

Masalah-masalah dan penyelesaian Kebijakan Fiskal Umar bin Abdul Aziz

Masalah Tanah-tanah Berpajak

Umar bin Abdul Aziz telah memberikan hak milik tanah yang dibuka sebagai
milik kaum musliam semuanya. Sebagain hasilnya, maka para penglolah tanah harus
membayar pajak dan diserahkan ke baitul mal, kemudian dibagikan badan urusan
subsidi. Hal ini menimbulkan masalah, karena banyak masyarakat yang pindah ke kota
dan tidak mau mengurusi tanah mereka lagi sehingga produksi semakin berkurang.

Hal diatas menjadi permasalahan yang harus di carikan solusi oleh khalifah
Umar bin Abdul Aziz. Pada saat itu permasalahan yang timbul adalah para petani yang
sudah beriman dan masih memiliki tanah tetapi harus membayar pajak tanah atau kharaj,
karena kharaj pada masa Umar bin Abdul Aziz hanya pada orang kafir yang membayar
yang menggarap tanah. 24

Kebijana pada Baitul Mal

Pada masa diangkatnya Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah, tindakan
pertama yang beliau lakukan adalah mengumpulkan seluruh rakyat lalu mengumumkan
serta menyerahkan seluruh harta kekayaan pribadi dan keluarganya Bani Umayyah yang

22
Imaduddin , (1992). Umar bin Abdul Aziz: Perombak Wajah Pemerintahan Islam, Solo: CV. Pustaka Mantiq.
23
Chapra Umar.( 2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam, Jakarta: Gema Insani Press.
24
AI‟Isy, Yusuf (2007). Dinasti Umawiyah, Jakarta; Pustaka Kautsar.

13
diperoleh secara tidak wajar (madzalim) kepada Baitul Mal. Dia memberikan semua
pemberian yang dulu diberikan kepada Bani Umayyah dari Baitul Mal dan memberikan
hak yang sama dengan orang-orang lain 25

Selain itu khalifah Umar juga menyuruh istrinya mengembalikan semua


perihasan dan hadiah-hadiah berharga yang diperoleh dari Ayah dan saudara-saudaranya
kepada baitul mal, dan istrinya menuruti perintahnya tanpa marah sedikitpun.26

Kebijakan Sektor Riil

Adapun dibidang pertanian, Khalifah Umar bin Abdul Aziz melarang menjuak
tanah garapan agar tidak ada penguasaan lahan. Ia memerintah amirnya untuk
memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang ada. Bila ada sewa menyewa maka yang
ditetapkan adalah prinsip keadilan dan kemurahan hati. 27

Kebijakan Otonomi Daerah

Selanjutnya adalah kebijakan otonomi daerah. Kebijakan yang diberikan yaitu


setiap wilayah islam miliki kewenangan untuk mengelola zakat dan pajak sendiri-sendiri
serta tidak diharuskan menyerahkan upeti kepeda pemerintah pusat. Untuk mewujudkan
negara yang adil dan makmur maka Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadikan landasan
sosial sebagai landasan pokok. Beliau menjamin hak waris seseorang dan menjamin hak
kebebasan tidak memperduliakan rakyat itu muslim atau non muslim. 28

Beberapa nilai yang dapat di ambil dari sisi positif untuk di aplikasikan di zaman
sekrang antara lain:

a) Dari sisi ketatanegaraan. Fakta sejarah menyebutkan bahwa adopsi nilai yang diambil
Mu‟awiyah dari kerajaan Persia dan Byzantium dalam hal ketatanegaraan dan sistem
modern dalam kelembagaan telah membawa kemajuan dan membuka cakrawala
pengetahuan di zaman itu, misalnya pembentukan lembaga khusus yang mengatur
tentara, polisi, bahkan administrasi yang berkaitan dengan surat-menyurat atau pos (al

25
AI‟Isy, Yusuf (2007). Dinasti Umawiyah, Jakarta; Pustaka Kautsar.

26
Mahmudunnasir, Syed (2005). Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
27
Amalia, Euis. (2005). Sejarah pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
28
Amalia, Euis. (2005). Sejarah pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

14
barid). Sebelumnya pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidun belum pernah ada
dan Mu‟awiyah mampu mengadopsi sistem ini untuk diterapkan di negara yang ia
dirikan. Hingga sekarang perkembangan kelembagaan dan surat menyurat tidak
terlepas dari keberhasilan peletakan pertama sistem itu khususnya di dunia Islam.
b) Dari sisi pemikiran ekonomi. Pemikiran-pemikiran ekonomi yang lahir dari para
Fuqaha dan cerdik cendekia sangat didukung oleh khalifah walaupun Daulah
Umayyah sendiri memang memisahkan kehidupan agama dengan politik, akan tetapi
pemikiran yang berbasis keilmuan sangat didukung bahkan diberikan penghargaan
setinggi-tingginya. Para Fuqaha yang menjadi peletak dasar pemikiran ekonomi Islam
pada masa Daulah Umayyah selanjutnya menjadi pencetus teori-teori dan
mempengaruhi keilmuan khususnya ekonomi Islam hingga masa sekarang.
c) Dari sisi lembaga keuangan dan pemberdayaan ekonomi. Baitul Maal pada masa
Daulah Umayyah berhasil dimaksimalkan potensinya sebagai lembaga keuangan
negara yang menampung seluruh harta kekayaan dari peroleh pajak, zakat, jizyah atau
kharaj baik dari sentral dan seluruh wilayah jajahan. Pemberdayaan harta kekayaan
Baitul Maal selanjutnya menjadi peletak dasar lembaga keuangan modern di masa
sekarang, antara lain BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), BPRS, bank syariah, dan
lembaga keuangan syariah lainnya.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bani Umayyah merupakan khalifah pertama setelah berakhirnya masa
pemerintahan khulafaur rasyidin. Pemerintahan bani umayyah berkuasa hampir satu abad
(91 tahun) lamanya, yaitu pada tahun 41 H- 132 H. walau tidak cukup seabad, masa bani
umayyah ini telah mengukir sejarah baru, yang dimana terdapat kemajuan dan kesuksesan
dalam perluasan wilayah pemerintah islam dan juga penduduk yang masuk agama islam.
Perkembangan ilmu ekonomi pada masa Bani Umayyah tidak begitu menonjol apabila
dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan yang lainnya, Namun terdapat beberapa
sumbangan pemikiran dari beberapa khalifah Bani Umayyah terhadap kemajuan ekonomi
Islam, diantaranya yaitu perbaikan terhadap konsep transaksi saham, murabahah,
muzara‟ah dan kehadiran kitab al-Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf yang hidup pada
masa kepemerintahan khalifah Hasyim yang membahas tentang kebijakan ekonomi.
Dalam menjalani masa pemerintahan bani umayyah juga mengalami kemajuan dan
kemunduran dalam menjalankan perkonomian negaranya. Dalam pemerintahan masa bani
umayyah ini juga mepunyai beberapa kebijakan kebijakan yang mampu mendorong
kemajuan ekonomi di masa tersebut, yaitu seperti pada masa pemerintahan muawiyah bin
abu sofyan yang menjalankan kebijakan moneter dimana Kebijakan Moneter memiliki
peranan paling penting untuk mengendalian jalannya pemerintahan. Bahkan moneter
merupakan unsur utama dalam kehidupan suatu bangsa, banyak sekali permasalahan
karena disebabkan menejeman moneter yang buruk. Selanjutnya yaitu kebijakan fiskal
yang di jalan oleh Masa Abdul Malik bin Marwan dan Masa Umar bin Abdul Aziz
dimana Kebijakan Fiksal pada Masa Abdul Malik bin Marwan yang mendirikan pabrik
percetaan uang di Damaskus, mengembangkan sistem pos yang telah dibangun pada masa
Muawiyyah bin Abu Sufyan sedangakan dalam hal pajak dan zakat, khalifah memberikan
kebijakan kepada rakyata yang muslim untuk membayar zakat saja sedangakan beban
pajak dibebaskan seluruhnya. Sedangkan kebijakan Fiksal pada Masa Umar bin Abdul
Aziz adalah merenofasi sumber pendapatan negara melalui pajak tanah (kharaj), pajak non
muslim (jizyah) pada tiga profesi yaitu; petani, tuan tanah dan pedagang. Petani muslim
dikenakan pajak 10% dari hasil pertanian sumber pendapatan lainnya adalah zakat yang
diwajibkan bagi semua umat Islam yang mempu di mana setiap wilayah otonomi daerah
dalam mengelolanya. Pengeluaran negara meliputi belanja pegawai, belaja peralatan

16
administrasi negara, pendidikan dan distribusi zakat serta memberi jaminan sosial pada
seluruh masyarakat. Penghematan agaran dalam pemberian fasilitas penjabat negara dan
juga penghematan dalam perayaan peringatan hari besar keagamaan dan kenegaraan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al‟Isy, Yusuf. (2007). Dinasti Umawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Chamid nur, “Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” Yogyakarta Pustaka
pelajar, 2010

Chapra, Umar. (2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.

Karim, Adiwarman Azwar. (2012). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai