Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH KESULTANAN CIREBON


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Arkeologi Islam
Dosen Pengampu Sucipto, S.Hum., M.Hum

Kelompok 5
Anggota :
Naufal Irfan Pramana (206131045)
Nessa ailin sugiharto (206131051)
Dwi Nur Syaputra (206131058)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim. Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta innayah-Nya kepada kita. Sehingga kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kemudian sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada sang
Revolosioner Sejati Nabi agung, Muhammad SAW. yang dinantikan syafa’atnya di yaumul
akhir.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambahkan pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca. Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya tidak
terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dan dengan ini, kami
menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Sucipto, S.Hum., M.Hum selaku dosen pengampu dari mata kuliah Arkeologi
Islam Jawa yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam pembuatan makalah
ini.
2. Segenap Orang tua kami yang telah banyak memberikan dorongan baik moril maupun
materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu persatu yang telah berkontribusi dalam
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari adanya keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami dalam menyusun
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
kami harap dapat memotivasi, demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya untuk pembaca. Aamiin...

Surakarta, 18 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon.................................................................. 5


B. Corak Dan Ragam Peninggalan Kesultanan Cirebon ............................................. 6
C. Hasil Ajaran Agama Islam dalam perkembangan Kesultanan Cirebon .................. 9
D. Keruntuhan Kesultanan Cirebon ............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam telah masuk ke wilayah Cirebon pada awal abad ke-14, bersamaan dengan
berlangsungnya kontak pertama antara orang pribumi dengan orang Tiongkok dan Arab.
Lalu masyarakat Cirebon pun menganggap bahwa para pedaganglah yang membawa
Islam ke Cirebon. Kesultanan Cirebon merupakan kesultanan Islam pertama yang ada di
tanah Sunda. Lokasi dari kesultanan ini terletak di sebelah utara Pulau Jawa , yang
berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sehingga kesultanan ini kerap
dianggap sebagai penghubung dua kebudayaan yakni Sunda dan Jawa. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai sejarah berdirinya kesultanan Cirebon, runtuhnya hingga
peninggalannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon?
2. Apa Saja Corak dan Ragam Peninggalan Kesultanan Cirebon?
3. Bagaimana Hasil Ajaran Agama Islam dalam Perkembangan Kesultanan Cirebon?
4. Mengapa Kesultanan Cirebon Mengalami Keruntuhan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon
2. Untuk Mengetahui Corak dan Ragam Peninggalan Kesultanan Cirebon
3. Untuk Mengetahui Hasil Ajaran Agama Islam dalam Perkembangan Kesultanan
Cirebon
4. Untuk Mengetahui Sejarah Runtuhnya Kesultanan Cirebon

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kesultanan Cirebon


Kerajaan Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang
berasal dari Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16
Masehi.Kesultanan Cirebon juga merupakan pangkalan penting yang menghubungkan
jalur perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa
yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat
Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu
budaya Jawa dan Sunda.1
Secara etimologi istilah Cirebon berasal dari dua kata yaitu caruban dan
ci+rebon . Kata caruban mengalami perubahan menjadi carbon kemudian cerbon dan
akhirnya menjadi Cirebon. Cirebon sendiri mengandung makna campuran ; yaitu sebuah
tempat yang didiami oleh penduduk dari berbagai bangsa, agama, bahasa, aksara, dan
pekerjaan. Sedangkan untuk kata ci+rebon berasal dari bahasa sunda cai berarti air dan
rebon berarti udang berukuran kecil sebagai bahan dasar pembuatan terasi.
Cirebon awalnya dikenal dengan sebutan nama Tegal Alang-Alang atau Kebon
Pesisir yang kemudian berkembang menjadi sebuah pedukuhan atau desa. Lokasi ini
mulai menjadi pusatkerajaan islam dengan kepala desa (kawu) pertamanya bernama Ki
Ageng Alang-Alang . Setelah meninggal kemudian diangkatlah Samadullah sebagai
pengganti Ki Ageng Alang-Alang. Samadillah merupakan seseorang yang dikenal
dengan dengan sebutan Pangeran Cakrabuana. Di abad ke 15 Cirebon masih dibawah
kekuasaan Kerajaan Padjajaran yang dipimpin oleh prabu Siliwangi. Pangeran
walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) dijadikan Kawu Cirebon menggantikan
pangeran Pakubuana dan kemudian diberi gelar Sri Mangana.2
Pangeran Cakrabuana menjabat sebagai kawu selama 32 tahun (1447-1479 M).
Cirebon mengalami perkembangan yang sangat berkat kegigihan dari Pangeran
Cakrabuana, yang kemudian dia diangkat oleh raja Pakubuana Pajajaran menjadi
Tumenggung Jayabaya. Pada tahun 1479 Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan

1
Dedi Yusar , Sasongko S. Putro, Nanang Sutisna, “Naskah-Naskah Kuna Cirebon: Tinjauan Kodikologi”
Repositori Unpak, Desember 26, 2021, https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-
20211226175940.pdf
2
Budi Prasidi Jamil, “Perpecahan Kesultanan Cirebon”. Jurnal Kalijaga Volume 2, Juli 2013 hal. 34

5
kepada keponakanya yaitu Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Dengan berkuasanya Syarif Hidayatullah di Cirebon merupakan titik awal dari berdirinya
Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon berdiri pada tahun 1479 M dan menjadi
kekuasaan pemerintahan yang berdaulat atau berdiri sendiri dan terlepas dari Kerajaan
Sunda Padjajaran. Pada saat Cirebon berada dibawah kekuasaan Syarif Hidayatullah
tidak lagi mengirimkan upeti kepada Padjajaran sebagaimana yang dilakukan oleh
pamanya yaitu Pangeran Cakrabuana.
Upaya Sunan Gunung Jati untuk melepaskan Cirebon dari Kerajaan Sunda
Pajajaran tidak mendapat halangan yang berarti. Hal tersebut dikarenakan adanya
beberapa sebab, yaitu: Pertama, karena Kerajaan Sunda Pajajaran sedang mengalami
kemunduran dan kekuatannya makin digerogoti oleh penguasa-penguasa daerah yang
ingin melepaskan diri dari kekuasaannya, seperti Raja Galuh, Talaga, dan Banten.
Kedua, adanya pembelotan Tumenggung Jayabaya beserta pasukannya yang tergolong
kuat yang kemudia mengakibatkan terpukulnya hati Raja Pajajaran, sehingga konsentrasi
kepada kerajaan terganggu. Ketiga, Sunan Gunung Jatimmasih keturunan Prabu
Siliwangi, dan keempat, Raja Pajajaran, Sribaduga Maharaja (Prabu Siliwangi) keburu
meninggal dunia (1521). 3
Dalam pendirian Kesultanan Cirebon , Wali Songo memiliki pengaruh dan andil
yang besar atas daerah Cirebon. Syarif Hidayatullah diberikan amanah untuk memegang
kendali pemerintahan Cirebon dan kemudian mendapat gelar Ingkang Sinuhun Sunan
Jati Purba Wisesa Panetep Panataagama Awliyah Khalifatur Rasullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasalam. Sunan Gunung Jati juga dilantik oleh Raden Ali Rokhmatullah sebagai Ketua
Dewan Wali Songo.4

B. Corak Dan Ragam Peninggalan Kesultanan Cirebon


1. Seni Bangun dan Ragam Hias
Menurut pendapat teori akulturasi, yang telah terjadi di Cirebon semenjak
berkembangnya kesultanan, tidak dapat dipungkiri lagi dengan adanya unsur budaya
terdahulu yakni budaya Hindu-Budha yang berkembang dengan unsur budaya
kontemplasi dari keagamaan Islam. Contohnya ialah bangunan keraton, seni ukir,
hingga manuskrip atau naskah-naskah kuno.

3
Heru Erwantoro, “Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon”. Jurnal Patanjala Volume 4, No. 1, Mei 2012 hal. 172-173
4
Mokhoyyaroh, Disertasi : “Akulturasi Budaya Tionghoa dan Cirebon di Kesultanan Cirebon” ( Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah, 2021), hal. 69-70

6
Cirebon mulai terkenal sejak dipimpin oleh Sunan Gunung jati pada tahun
1479. Karena itulah Cirebon pernah disinggahi oleh Tome Pires, seorang Musafir
yang mengatakan jika secara segi komposisi baik dari kanoman maupun kesultanan
Kasepuhan, mempunyai susunan letak yaitu : Keraton Pangkuwati terletak di bagian
selatan, menghadap ke arah utara dengan 3 pelataran sampai ke alun-alun di sebelah
utara. Di sebelah timur laut terletak pasar, dan di sebelah barat alun-alun terdapat
Masjid Agung. Menurut Uka Tjandrasasmita, dari segi morfologi kesultanan Cirebon
tak jauh berbeda dengan Demak, Banten, dan daerah lain.
Di tempat Sultan Sepuh yakni keraton Kesultanan Kasepuhan, masih
terdapat pelataran pertama, kedua, yang paling belakang, pelataran ketiga, dengan
bangunan keraton. Keraton Kasepuhan terdiri dari tiga bagian, yaitu Pancaniti,
Prabayaksa-Paseban sampai Dalem, ruangan untuk Sultan. Sitinggil di sebelah kanan
pelataran depan terdapat bangunan gerbang berupa Candi Bentar. Candi tersebut
diakulturasikan dengan Islam dengan bangunan nya yang dibangun dengan simbol
keislaman sampai tiang kecil yang di beri ucapan kalimat Syahadat.
Bangunan Masjid Agung di Kasepuhan yang dinamai oleh para Walisongo
dengan nama Sang Cipta Rasa juga memiliki gaya arsitektur Indonesia tradisional
yang hampir sama dengan pura di Bali dan Candi di Jawa Timur. Sedangkan Mihrab
masjid dihiasi unsur hiasan pola teratai. Jadi dalam bangunan masjid ragam hiasnya
cenderung kepada gaya arsitektur Pra-Islam.
Kemudian ragam hiasan yang ada pada keraton memiliki bentuk wadasan. Di
tiangnya terdapat hiasan Pattra , tetapi pada dinding keraton Kasepuhan telah banyak
didandani dengan piring porselen dan juga tegel delf . pada bagian tembok bata diisi
dengan ukiran pada keraton dan Sitinggil, yang menunjukkan bahwa adanya
pengaruh ragam hiasan Islam.
Bangunan yang lain yaitu Guha Sunia Ragi yang dibangun untuk tempat
dimakamkannya para Sultan dengan gaya arsitektur Tionghoa. Selain itu tata letak
kompleks makan Sunan GunungJati ialah bukit dengan 9 tingkatan. Tingkat yang
paling atas dinamakan Jinem yang dipergunakan untuk Sunan Gunung Jati beserta
keluarganya. Kompleks yang dibuat 9 tingkatan tersebut mungkin dibuat untuk
menyimbolkan walisongo yang berjumlah 9.
Dan yang terakhir adalah kereta kuno, di keraton Kasepuhan ada kereta yang
bernama Singa Naga Liman atau Kereta Singa Barong. Sesuai namanya, rodanya
didesain untuk ditarik oleh sapi, namun bentuknyalah yang mirip dengan naga,
7
burung, dan gajah dengan sayapnya yang penuh ukiran. Di keraton Kanoman juga
terdapat kereta Paksi Naga Liman.
2. Wayang dan Topeng
Cirebon juga memiliki wayang cepak dan juga wayang kulit. Wayang cepak
menceritakan tentang menak dan panji yang mengambil kisah kepahlawanan dari
Amir Hamzah yang berhubungan dengan penyebaran Islam. Sedangkan wayang kulit
mengambil kisah dari Ramayana dan Mahabarata.
Selain wayang, ada pula kekhasan seni yang disebut tarling ( permainan gitar
dan suling) , kuda lumping, lais, lukisan kaca, angklung bungko, barongan, sintren,
dan gamelan Cirebon, dan yang paling utama ialah upacara Panjang Jimat dalam
Maulid Nabi Muhammad SAW.
Topeng tak hanya ada di Cirebon saja, melainkan ada di banyak tempat.
Tetapi setiap topeng memiliki ciri khasnya tersendiri termasuk topeng Cirebon.
Pertunjukan Tari topeng seperti tari Panji, patih, jingganamon, tumenggung, Pamindo
dan klana hanya diselenggarakan pada acara khitanan, perkawinan dan perayaan
penting saja.
3. Seni Sastra
Sebagai Kesultanan Islam pertama di tanah Sunda, tentunya Cirebon
memiliki bidang seni sastra yang bersifat keislaman. Pada perkembangan kesultanan
Cirebon, menurut penelitian Pudjiastuti terdapat kurang lebih 200 naskah yang ditulis
dengan penyajian pupuh dan prosa.
Untuk tulisannya menggunakan tulisan jawi ( tulisan arab bahasa melayu )
dan tulisan arab bahasa Jawa yang dinamakan pegon. Naskah-naskah ini
dikategorikan menjadi 13 macam sastra yang diantaranya berisi tentang sejarah, adat
istiadat hingga pelajaran asmara.
Dari jumlah yang cukup banyak ini, terdapat 31 naskah tentang sejarah,
contohnya adalah babad Cirebon, catur kanda, carang sewu, carang satus, dan carub
kanda.
Cirebon juga memiliki sejumlah naskah kuno yang berisi tentang tasawuf
atau suluk yang ditulis oleh kalangan keraton atau ulama. Selain itu juga banyak
ditemukan mushaf Al-Quran di pesantren, antara lain pesantren Buntet.5

5
Uka Tjandrasasmita, ‘’Arkeologi Islam Nusantara’’, ( Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia , 2009 ) , hlm.
159

8
C. Hasil Ajaran Agama Islam dalam perkembangan Kesultanan Cirebon
Kerajaan cirebon memang adalah salah satu kerajaan dengan kesultanan Islam
yang cukup lama pula , yakni awal mula islamisasi terjadi kira kira pada tahun 1470-
1475 M yang dalam perkembanganya , banyak menyebarkan agama islam ditunjang oleh
adanya tokoh Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai dengan Sunan Gunungjati yang
merupakan salah satu dari walisongo yang menyebarkan ajaran agama islam dipulau
jawa pada periode tahun antara 1479-1568
Syarif Hidayatullah yang sebagai kepala pemerintahan , tentu mendapat
kedudukan lainya selain itu juga , Syarif Hidayatullah pula adalah menjadi salah seorang
wali dari Walisongo yang diberikan tugas dalam islamisasi ditataran sunda . berdasarkan
dengan Babad Cirebon sunan Gunungjati merupakan penganut Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah dari madzhab Imam Syafi’i . inilah yang kian menjadikan cirebon menjadi salah
satu pusat keagamaan ditanah jawa , serta didukung pula dengan penyebaran yang
keberbagai daerah . beberapa dari ajaran yang begitu terkenal adalah tasawuf , yakni
ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa , menjernihkan akhlak dan
membangun dhahir serta batin untuk memperoleh kebahagiaan
Tarekat kubrawiyah ialah tarekat yang dihubungkan dengan nama Najamuddin
al kubra yang dalam babad cirebon dan hikayat Hasanuddin disebut , Ia juga belajar
tarekat Syattariyah , Qadariyah dan Naqsyabandiyah , Tarekat Syattariyah berkembang
di cirebon mungkin diajarkan oleh Syekh Abdul Muhyi yang pernah berguru di aceh ,
karena tarekat dianggap mempunyai spiritual sekaligus melegtimasi dan mengkukuhkan
posisi raja

D. Keruntuhan Kesultanan Cirebon


Dalam proses persengketaan di kerajaan cirebon yang berakhir dengan adanya
perpecahan , terjadi dalam dua proses yaitu perpecahan I dan perpecahan II perpecahan
kian dapat dilihat yakni setelah Ratu II meninggal pada tahun 1650 , sehingga
kekuasaanya di wilayah cirebon setelah itu digantikan oleh anaknya dengan gelar
Panembahan Girilaya . lalu kesultanan cirebon terpecah setelah sepeninggalan
Panembahan Girilaya dengan kekuasaan sekitar tahun 1650 hingga 1652 , karena setelah
itu Kesultanan Cirebon dibagi dan terpecah sesuai dengan keinginanya sendiri .

9
Ini merupakan babak baru bagi Kraton Kasultanan Cirebon , dimana kesultanan
terpecah menjadi tiga dan masing masing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya.
6
Dengan demikian , para penguasa Kesultanan Cirebon berikutnya ialah :
1. Sultan Kraton Kasepuhan , pangeran Martawijaya , dengan gelar Sultan Sepuh Abil
Makarimi Muhammad Syamsyudin (1677 – 1703)
2. Pangeran Wangsakerta , sebagai Panembah Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil
Muhammad Nasrudin (1677 – 1713)
3. Sultan Kanoman , Pangeran Kartawijaya dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi
Muhammad Bahrudin (1677 – 1723)

Perubahan gelar dari panembahan menjadi Sultan Bagi dua Putra tertua Pangeran
Girilaya ini dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa , karena keduanya dilantik menjadi Sultan
cirebon di ibukota Banten . sebagai sultan , mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh ,
rakyat dan kraton masing- masing , Pangeran Wangsakerta tidak di angkat menjadi Sultan
melainkan hanya panembahan , Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau kraton sendiri akan
tetapi hanya berdiri sebagai Kaprabonan paguron yaitu tempat belajar para intelektual kraton.

Awal dari perpecahan Kesultanan cirebon ini seperti ada sebuah kekosongan
kekuasaan , setelah meninggalnya Panembah Girilaya , Pangeran Wangsakerta yang
bertanggung jawab atas kekuasaan kerajaan selanjutnya

Panembahan Girilaya dan sultan ageng merupakan keturunan yang sama yaitu dari
pajajaran sedangkan panembahan girilaya sendiri pula adalah menantu dari mataram , inilah
yang kian menghempit keadaan cirebon diantara kedua kerajaan tersebut . Tidak hanya
kondisi tersebut melainkan dua kerajaan tersebut begitu kuat , namun kedua kerajaan itu pula
7
mulai mencurigai dan berfikir buruk kepada cirebon. Lalu Kasultanan Banten mencurigai
kepada Panembahan Girilaya yang lebih mendekatkan diri kepada pihak mataram ,
sedangkan dari pihak Mataram sendiri mencurigai kepada kerajaan cirebon karena tidak
sungguh sungguh untuk mendekatkan diri , karena dilain pihak pula panembahan girilaya
dengan Raja kerajaan Banten merupakan sama sama yang dari keturunan kerajaan pajajaran .

Menanggapi hal tersebut dari kekosongan kekuasaan , pangeran wangsakerta


meminta bantuan dan pertolongan ke Kesultanan Banten , yakni Sultan Ageng Tirtayasa yang
mana beliau melihat adanya peluang untuk memperbaiki hubungan diplomatik cirebon

10
dengan Banten . Tujuan akhir dari taktik Sultan Ageng Tirtayasa ini adalah agar cirebon tidak
berhubungan dengan Mataram lagi

Antara cirebon dan Banten sendiri pada awalnya memiliki hgubungan yang begitu
baik , Banten begitu memuliakan raja raja cirebon dan bahkan menganggap cirebon sebagai
orang suci . Ini karena Cirebon lebih dahulu menerima ajaran islam , Cirebon pulalah sebagai
awal dari menyebar agama islam di pajajaran .

Perpecahan yang telah terjadi diawal tersebut lantas berlanjut hingga perpecahan
berikutnya terjadinya perpecahan ini yaitu karena adanya gejolak diantara kedua panembahan
yakni Panembahan Sepuh dan Panembahan kanoman .

Perpecahan yang telah terjadi lantas disebabkan oleh adanya perbuatan kekuasaan
diantara kedua anaknya sepeninggal panembahan kasepuhan pada tahun 1679 . Terjadi
sangketa perebutan kekuasaan inilah yang menjadi hal pertama kedudukan VOC semakin
kokoh dan dimanfaatkan , karena VOC selalu memanfaatkan dengan baik dengan segala
macam keadaan pada kesulitan tersebut . setelah itulah cirebon telah terikat perjanjian dengan
VOC yang didalamnya disebutkan bahwa cirebon telah ada dalam pengawasan langsung oleh
VOC .

Selanjutnya perpecahan yang terjadi yaitu pada panembahan kanoman . pada


awalnya siasat para sultan dalam menangani perpecahan I dalam Kesultanan Kanoman
berjalan lancar , samapai pada masa pemerintah Sultan Anom IV (1798 -1803) , dimana
terjadi perpecahan karena salah seorang putranya , yaitu pangeran Raja Kanoman , ingin
memisahkan diri dan membangun Kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan kacirebonan .
sebelum adanya perpecahan yang ada pada kekuasaan Sultan Anom IV , Sultan Anom sendiri
meminta bantuan dan dukungan kepada VOC supaya mendapatkan dukungan dari bidang
politik atau sebagainya . VOC lantas menyetujui untuk memberi bantuan dan dukungan
kepada Sultan Anom yang menginginkan pemisahan diri dari Kesultanan Kanoman di
Cirebon .

Kehendak pangeran Raja Anom lalu didukung oleh Pemerintah Kolonial Belanda
dengan keluarnya surat keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda yang mengangkat
Pangeran Raja Anom menjadi Sultan Kacirebonan tahun 1807 dengan pembatasan bahwa
putra dan para penggantinya tidak berhak atas gelar sultan , cukup dengan gelar pangeran .

11
Kedatangan Belanda di Nusantara memang telah lama , namun kedatangan VOC
inilah yang juga sebagai faktor lain runtuhnya kerajaan cirebon . sesudah perpecahan I dan
perpecahan II didalam pemerintahan kerajaan tersebut , belanda semakin ikut campur dalam
mengatur cirebon , sehingga semakin hancurnya peranan dari kraton kraton Kesultanan
Cirebon di wilayah kekuasaanya

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesultanan cirebon adalah sebuah Kesultanan yang ternama di Jawa Barat pada
abad yang ke 15 dan 16 Masehi dan merupakan pangkalan penting salam jalur
perdagangan dan pelayaran antar pulau . kebudayaan jawa dan sunda sehingga tercipta
suatu kebudayaan yang khas yaitu kebudayaan cirebon yang tidak didominasi
kebudayaan jawa maupun kebudayaan sunda . kesultanan cirebon didirikan di dalem
agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara islam kesultanan cirebon
.Kesultanan cirebon erat kaitanya dengan sosok Gunungjati yang dikenal sebagai salah
satu walisongo yang menyebarkan agama islam pada saat itu
Terjadinya keruntuhan pada masa Kesultanan cirebon salah satu faktornya
penyebabnya ialah dengan adanya perpecahan kekuasaan , yaitu dari ketiga sultan yang
memerintah . Ini karena adanya campur tangan juga oleh kesultanan Banten yang ingin
mengambil keuntungan sehingga melakukan taktik yang tujuanya untuk memperbaiki
hubungan diplomatik anatara kesultanan Banten dengan Kesultanan Cirebon .
Kerajaan cirebon yang terbagi atas dua itu pula masih terbagi lagi yakni menjadi
Kesultanan Kacirebonan , yang pada perpecahan ini pula mulai adanya campur tangan
oleh pihak belanda meski pada awalnya Cirebon dan VOC melakukan kerja sama dan
beberapa perjanjian dalam urusan dagang , namun ternyata VOC justru lebih menguasai
perdagangan , ekonomi dan memonopoli Kerajaan Cirebon
B. Saran
Dari keseluruhan Penulisan makalah yang dibuat dari kelompok kami , tentunya
memiliki banyak kekurangan maupun kesalahan yang dibuat oleh penulis sendiri baik
secara langsung maupun tidak langsung , itulah mengapa penulis mengharapkan kepada
semua pembaca untuk memberi kritik maupun saran yang membangunnya agar nantinya
lebih baik untuk makalah berikutnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Budi Prasidi Jamil. 2013. Perpecahan Kesultanan Cirebon. Jurnal Kalijaga. 2, hal. 34

Heru Erwantoro. 2012. Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon. Jurnal Patanjala 4 (1), hal. 172-
173

Mokhoyyaroh. 2021. Akulturasi Budaya Tionghoa dan Cirebon di Kesultanan Cirebon.


Disertasi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah,hal. 69-70

Dedi Yusar , Sasongko S. Putro, Nanang Sutisna. 2021. Naskah-Naskah Kuna Cirebon:
Tinjauan Kodikologi. Diakses pada 20 Maret 2022, dari
https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20211226175940.pdf

Uka Tjandrasasmita. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta : Kepustakaan Populer


Gramedia , ham. 159

14

Anda mungkin juga menyukai