Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

Kerajaan Sriwijaya ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat

dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang

telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti

sekarang ini.

Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak

pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses

pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum

sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan

maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan

kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca

sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.

Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang

berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta

memajukan ilmu pengetahuan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah.............................................................................. 2

1.3 Tujuan masalah.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kerajaan Tulang Bawang..................................................... 3

2.2 Periode Pemerintahan...................................................................... 6

2.3 Wilayah Kekuasaan........................................................................... 6

2.4 Struktur Pemerintahan..................................................................... 6

2.5 Aspek Kehidupan Kerajaan Tulang Bawang..................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 11

3.2 Saran............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka,

pada tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang kemungkinan adanya sebuah

pusat kekuasaan di daerah itu sejak masa sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya.

Pusat kekuasaan ini meninggalkan temuan-temuan arkeologi berupa sisa-sisa

sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan arca-

arca batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca-arca Wisnu

yang ditemukan di Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa

Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 Masehi. Sebelumnya di

situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan

Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula

peninggalan-peninggalan yang lain di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah

arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut

nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,

seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

  Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan

berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat

dari timbunan tanah, masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter

dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini

menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan

tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6  M tersebut agaknya

telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka

1
menjelang akhir abad ke-7 M. Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai

dengan Temuan piring di situs Kota Kapur dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di

Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya

mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau

Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai

pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu.

Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah

kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.

1.2  Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah dari kerjaan Tulang Bawang ?

2. Bagaimana Aspek Kehidupan Kerajaan Tulang Bawang ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Tulang Bawang.

2. Untuk mengetahui Aspek Kehidupan Kerajaan Tulang Bawang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan Tulang bawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri

di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang

Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan

keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang pernah

mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang

peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang P'o-

Hwang("Tulangbawang"), suatu kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera).

Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang

pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M. Sampai saat ini belum ada yang

bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W.

Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang

(antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota

Menggala.

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya),

nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah

mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh

penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang

memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka

Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum

diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan

ini.

3
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di

Nusantara. Tidak banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan

ini. Sebab, ketika Che-Li-P‘o Chie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama dan

kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan Tiongkok kuno,

sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan peziarah bernama

Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan Srilangka, terdampar

dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P‘o-Hwang (Tulang

Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).

Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-

Tsing yang pernah singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat yang

disinggahinya ternyata merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia

sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi nama daerah itu

dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang diambil dari ejaan Sela-pun.

Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi berbunyi so-la-po-un.

Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang

dari China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar

baginya adalah To. Sehingga, katasolapun atau selapon disebutkan dengan

sebutan Tola P‘ohwang. Lama kelamaan, sebutan itu menjadi Tolang Powang atau

kemudian menjadi Tulang Bawang.

Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan

Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya,

pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat

menerima ajaran tersebut, sehingga mereka kemudian menyingkir ke Skala Brak.

Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan

mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-7, nama Tola

4
P‘ohwang diberi nama lain, yaituSelampung, yang kemudian dikenal dengan nama

Lampung.

Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana

pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding

memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara

Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota

Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak di Kabupaten

Tulang Bawang, Provinsi Lampung

Sekitar abad ke-15, Kota Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal

sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat, terutama dengan komoditi

pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat

dagang kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah

dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten.

Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan

zaman, Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya

kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru Nusantara. Namun, cerita tentang

kemajuan komoditi yang satu ini hanya tinggal rekaman sejarah saja. 

Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem pemerintahan

yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama

Kabupaten Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya

disesuaikan dengan perkembangan politik modern.

5
2.2 Periode Pemerintahan

Oleh karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mengungkap fakta lebih

dalam lagi seputar Kerajaan Tulang Bawang, maka data tentang periode

pemerintahannya pun masih dalam proses pengumpulan.

2.3 Wilayah Kekuasaan

Kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang mencakup wilayah yang kini lebih

dikenal dengan Provinsi Lampung. 

2.4 Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang belum didapat datanya.

Berikut ini akan dibahas tentang bagaimana sistem pemerintahan daerah Tulang

Bawang pada masa pra-kemerdekaan, yaitu ketika daerah ini menjadi bagian dari

pemerintahan Hindia Belanda. Pada tanggal 22 November 1808, pemerintahan

Kesiden Lampung ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda berada di bawah

pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam. Hal ini berakibat pada

penataan ulang pemerintahan adat yang kemudian dijadikan alat untuk menarik

simpati masyarakat. Pemerintah Hindia Belanda di bawah kekuasaan Gubernur

Jenderal Herman Wiliam kemudian membentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin

oleh Kepala Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga

kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada tahun 1914,

dibentuk kebuayan baru, yaitu Buay Aji.

Namun, sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864 mulai dibentuk

sistem Pemerintahan Pesirah berdasarkan Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12

tanggal 31 Mei 1864. Sejak saat itu, pembangunan berbagai fasilitas yang

6
menguntungkan kepentingan Hindia Belanda mulai dibangun, termasuk di Tulang

Bawang. Ketika Kesiden Lampung dijajah oleh Jepang, tidak banyak hal yang

berubah. Setelah Indonesia merdeka, Lampung ditetapkan sebagai keresidenan

dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Setelah Indonesia merdeka, banyak

terjadi perubahan sistem pemerintahan Lampung. Bahkan, sejak pemekaran wilayah

provinsi marak terjadi di era otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah

provinsi yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu, status

Menggala ditetapkan sebagai Kecamatan Menggala di bawah naungan Provinsi

Lampung Utara.

Sejarah Kabupaten Tulang Bawang tidak berdiri begitu saja, melainkan

melalui proses pertemuan penting antara sesepuh dan tokoh masyarakat bersama

dengan pemerintah yang diadakan sejak tahun 1972. Pertemuan tersebut

merencanakan pembentukan Provinsi Lampung menjadi sepuluh kabupaten/kota.

Pada tahun 1981, Pemerintah Provinsi Lampung kemudian membentuk delapan

Lembaga Pembantu Bupati, yang salah satunya adalah Bupati Lampung Utara

Wilayah Menggala. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.821.26/502

tanggal 8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan,

Lampung Tengah, dan Lampung Utara Wilayah Provinsi Lampung.

Melalui proses yang begitu panjang, akhirnya keberadaan Kabupaten Tulang

Bawang diputuskan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret

1997. Sebagai tindak lanjutnya, keputusan tersebut dikembangkan dalam UU No. 2

Tahun 1997 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan

Kabupaten Tingkat II Tagamus.

7
2.5 Aspek Kehidupan Kerajaan Tulang Bawang

Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang

Bawang masih tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat

kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan

selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan

kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang

dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi

lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang

kehidupan sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses

a.   Kehidupan Politik

Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 masehi  dengan rajanya 

pertama yang bernama Mulonou. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari

daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou=

Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh

masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.

Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu

Kerajaan Sriwijaya telah berkuasa dan ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah

lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu,

nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang sempat berjaya akhirnya

lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan maritim tersebut.

Semasanya, daerah ini telah terbentuk suatu pemerintahan demokratis yang

di kenal dengan sebutan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut

mego/megou dan mego-lo bermakna marga yang utama. Di mana pada waktu

masuknya pengaruh Devide Et Impera, penyimbang marga yang harus ditaati

8
pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta.

Sedangkan pon/pun adalah orang yang dimulyakan.

b. Kehidupan Sosial

Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan lanjutan dari

peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai

Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah Buai

Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan merupakan

keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah Tulang

Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.

Dengan demikian, adat budaya suku Lampung Tulang Bawang dapat

dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang berasimilasi dengan

tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali telah ada di masa

sebelumnya atau sebelum mendapatkan pengaruh dari Kepaksian Skala Brak.

c.  Kehidupan Ekonomi

Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang

Bawang masih tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat

kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan

selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan

kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang

dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi

lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan.

9
d.  Kehidupan Agama

Ketika syiar ajaran agama Hindu sudah masuk ke daerah Selapon, maka

mereka yang berdiam di Selapon ini mendapat gelaran Cela Indra atau dengan

istilah yang lebih populer lagi di kenal sebutan Syailendra atau Syailendro yang

berarti bertahta raja

10
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Setelah kita mengikuti Risalah kecil ini tentang Riwayat Sejarah Kerajaan

Tulang Bawang, maka kita dapat mengambil suatu Kesimpulan sebagai berikut :

1. Tempat Keraton Kerajaan Tulang Bawang diperkirakan disekitar

Pendukuhan.

2. Raja Tulang Bawang yang pertama diperkirakan MAULANO AJI/

MAULANA HAJI Tahun 623 M.

3. Raja Tulang Bawang yang terakhir adalah MINAK PATI PEJURIT gelar

MINAK KEMALA BUMI.

4. Adat Imigrasi / Transmigrasi sudah ada sejak zamannya Kerajaan

Tulang Bawang.

2.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan

baik dari isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf

apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik

beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk

merperbaiki penulisan makalah kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tulang_Bawang

http://melayuonline.com/ind/history/dig/408/kerajaan-tulang-bawang

http://buihkata.blogspot.com/2014/08/sejarah-singkat-kerajaan-kota-kapur.html

http://www.ubb.ac.id/featurelengkap.php?

12

Anda mungkin juga menyukai