Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
Kerajaan Sriwijaya ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka,
pada tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang kemungkinan adanya sebuah
pusat kekuasaan di daerah itu sejak masa sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya.
sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan arca-
arca batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca-arca Wisnu
Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 Masehi. Sebelumnya di
situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan
Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan
berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat
dari timbunan tanah, masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter
dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini
tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 M tersebut agaknya
1
menjelang akhir abad ke-7 M. Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai
Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya
Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai
pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu.
Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang
pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M. Sampai saat ini belum ada yang
bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang
Menggala.
nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah
mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh
penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang
Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum
diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan
ini.
3
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di
Nusantara. Tidak banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan
kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan Tiongkok kuno,
sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan peziarah bernama
Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang
dari China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar
Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya,
pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat
Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan
mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-7, nama Tola
4
P‘ohwang diberi nama lain, yaituSelampung, yang kemudian dikenal dengan nama
Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana
pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding
memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara
Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota
Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak di Kabupaten
Sekitar abad ke-15, Kota Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal
pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat
Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan
zaman, Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya
kemajuan komoditi yang satu ini hanya tinggal rekaman sejarah saja.
yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama
5
2.2 Periode Pemerintahan
Oleh karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mengungkap fakta lebih
dalam lagi seputar Kerajaan Tulang Bawang, maka data tentang periode
Berikut ini akan dibahas tentang bagaimana sistem pemerintahan daerah Tulang
Bawang pada masa pra-kemerdekaan, yaitu ketika daerah ini menjadi bagian dari
pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam. Hal ini berakibat pada
penataan ulang pemerintahan adat yang kemudian dijadikan alat untuk menarik
oleh Kepala Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga
kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada tahun 1914,
Namun, sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864 mulai dibentuk
tanggal 31 Mei 1864. Sejak saat itu, pembangunan berbagai fasilitas yang
6
menguntungkan kepentingan Hindia Belanda mulai dibangun, termasuk di Tulang
Bawang. Ketika Kesiden Lampung dijajah oleh Jepang, tidak banyak hal yang
provinsi marak terjadi di era otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah
provinsi yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu, status
Lampung Utara.
melalui proses pertemuan penting antara sesepuh dan tokoh masyarakat bersama
Lembaga Pembantu Bupati, yang salah satunya adalah Bupati Lampung Utara
tanggal 8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan,
Bawang diputuskan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret
7
2.5 Aspek Kehidupan Kerajaan Tulang Bawang
Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang
kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan
kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang
dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi
lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang
a. Kehidupan Politik
pertama yang bernama Mulonou. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari
daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou=
Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh
masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.
lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu,
nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang sempat berjaya akhirnya
mego/megou dan mego-lo bermakna marga yang utama. Di mana pada waktu
8
pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta.
b. Kehidupan Sosial
peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai
Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah Buai
Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan merupakan
keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah Tulang
Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.
dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang berasimilasi dengan
tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali telah ada di masa
c. Kehidupan Ekonomi
Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang
kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan
kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang
dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi
9
d. Kehidupan Agama
Ketika syiar ajaran agama Hindu sudah masuk ke daerah Selapon, maka
mereka yang berdiam di Selapon ini mendapat gelaran Cela Indra atau dengan
istilah yang lebih populer lagi di kenal sebutan Syailendra atau Syailendro yang
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mengikuti Risalah kecil ini tentang Riwayat Sejarah Kerajaan
Tulang Bawang, maka kita dapat mengambil suatu Kesimpulan sebagai berikut :
Pendukuhan.
3. Raja Tulang Bawang yang terakhir adalah MINAK PATI PEJURIT gelar
Tulang Bawang.
2.2 Saran
baik dari isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf
apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik
beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk
11
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tulang_Bawang
http://melayuonline.com/ind/history/dig/408/kerajaan-tulang-bawang
http://buihkata.blogspot.com/2014/08/sejarah-singkat-kerajaan-kota-kapur.html
http://www.ubb.ac.id/featurelengkap.php?
12