Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan HidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca “Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanegara”.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Ciamis, Desember 2016

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha dari India ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsure-unsur
kebudayaan Hindu-Budha tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia (terjadi
proses akulturasi budaya dan proses sinkretisme kepercayaan).
Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha membawa
perubahan-perubahan diberbagai aspek kehidupan, baik social, ekonomi, budaya
termasuk pada bidang birokrasi pemerintahan dengan munculnya kerajaan-kerajaan
Hindu dan Budha di Indonesia.
Di Indonesia sendiri banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu seperti
candi, yupa, prasasti dan kerajaan. Salah satu peninggalan dari kebudayaan Hindu
adalah Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara atau
Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian
barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua
di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan
hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382-395). Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382
M. Setelah raja mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani
kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama
dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kita bisa mempelajari sejarah Kerajaan Tarumanegara melaluiserangkaian
prasasti yang berhasil ditemukan di berbagai daerah.Amati gambar di sampingItu
adalah salah satu dari prasasti yang berkaitan dengankeberadaan Kerajaan
Tarumanegara. Namanya adalah prasastiCiaruteun atau prasasti Ciampea. Bahasa
yang digunakan di dalamprasasti itu adalah bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa
terdiri atas empat baris syair. Dari beberapa prasasti yang berhasil ditemukan, kita bisa
mendeskripsikan beberapa segi dalam kehidupan Kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai
diperkirakan muncul pada abad 5 M atau kurang lebih 400 M. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong) tepatnya di hulu sungai
2
Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak
ada prasasti yang jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sedikit
informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerjaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan
yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah.
Yupa yang menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa sansererta tersebut, dapat
disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan
antara lainpolitik, social, dan budaya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai
bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Aswarman yang disebut
sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswarman digantikan
oleh Mulawarman. Penggunaan nama tersebut membuktikan bahwa telah masuknya
pengaruh ajaran hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja
raja Kutai adalah orang asli Indonesia yang telah memeluk agama Hindu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kutai & Tarumanegara?
2. Dimana lokasi dan wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai &Tarumanegara ?
3. Bagaimana kehidupan di Kerajaan Kutai &Tarumanegara ?
4. Siapa sajakah yang pernah menjadi Raja di KerajaanKutai &
Tarumanegara ?
5. Bagaimana peninggalan prasasti di Kerajaan Kutai &Tarumnegara ?
6. Darimana saja sumber sejarah Kerajaan Kutai &Tarumanegara ?
7. Bagaimana runtuhnya Kerajaan Kutai &Tarumanegara ?

C. Tujuan
1. Untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta melengkapi pematerian
2. Kita bisa mengenal dan mengetahui sejarah Kerajaan Kutai &Tarumanegara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. KERAJAAN KUTAI
A. Letak Kerajaan

Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 Mdi Lembah Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat
ditemukannya prasasti Kutai. Wujud prasastinya berupa tujuh buah tugu batu
besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini merupakan sumber sejarahKutai.
Fungsi yupa sesungguhnya adalah tugu batuuntuk menambatkan lembu
kurban. Aksara yang dipahatkan pada yupa berhuruf Pallawa dan berbahasa
Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh penguasa Kutai bernama
Mulawarman. Mulawarman adalah orang Indonesia asli. Kakeknya,
Kudungga, masih menggunakan nama asli Indonesia.

B. Sejarah Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan
dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu) yang ditulis
dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang
sudah mengenal Hindu. Yupa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai
prasasti, tiang pengikat hewan untuk upacara korban keagamaan, dan
lambang kebesaran raja.
Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan
merupakan nama asli Indonesia, namun penggantinya seperti Aswawarman,
Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara

4
yang dilakukannya menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah
dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar


kerajaan Campa (Kamboja) bernama Kudungga, yang selanjutnya menurunkan
Raja Asmawarman, Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi
Kerajaan Kutai.
1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita

5
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
Sementara itu pada abad XIII di muara Sungai Mahakam berdiri
Kerajaan bercorak Hindu Jawa yaitu Kerajaan Kutai Kertanegara yang
didirikan oleh salah seorang pembesar dari Kerajaan Singasari yang bernama
Raden Kusuma yang kemudian bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dan
beristerikan Putri Karang Melenu sehingga kemudian menurunkan putera
bernama Aji Batara Agung Paduka Nira.
Proses asimilasi (penyatuan) dua kerajaan tersebut telah dimulai pada
abad XIII dengan pelaksanaan kawin politik antara Aji Batara Agung Paduka
Nira yang mempersunting Putri Indra Perwati Dewi yaitu seorang puteri dari
Guna Perana Tungga salah satu Dinasti Raja Mulawarman (Martadipura),
tetapi tidak berhasil menyatukan kedua kerajaan tersebut. Baru pada abad XVI
melalui perang besar antara kerajaan Kutai Kertanegara pada masa
pemerintahan Aji Pangeran Sinum Panji Ing dengan Kerajaan Kutai
Mulawarman (Martadipura) pada masa pemerintahan Raja Darma Setia.
Dalam pertempuran tersebut Raja Darma Setia mengalami kekalahan
dan gugur di tangan Raja Kutai Kertanegara Aji Pangeran Sinum Panji, yang
kemudian berhasil menyatukan kedua kerajaan Kutai Tersebut sehingga
wilayahnya menjadi sangat luas dan nama kerajaannyapun berubah menjadi
Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura yang kemudian menurunkan
Dinasti Raja-raja Kutai Kertanegara sampai sekarang.
Literatur sejarah menyebutkan bahwa sejak abad XIII sampai tahun
1960 yang menjadi Raja (sultan) Daerah Swapraja (Kerajaan Kutai
Kertanegara) berdasarkan tahun pemerintahannya adalah sebagai berikut:
1. 1300 - 1325 Aji Batara Agung Dewa Sakti
2. 1350 - 1370 Aji Batara Agung Paduka Nira
3. 1370 - 1420 Aji Maharaja Sultan
4. 1420 - 1475 Aji Raja Mandarsyah
5. 1475 - 1525 Aji Pangeran Tumenggung Jaya Baya (Aji Raja Puteri)
6. 1525 - 1600 Aji Raja Mahkota
7. 1600 - 1605 Aji Dilanggar
8. 1605 - 1635 Aji Pangeran Sinum Panji Mendopo
9. 1635 - 1650 Aji Pangeran Dipati Agung
6
10. 1650 - 1685 Aji Pageran Mejo Kesumo
11. 1685 - 1700 Aji Begi gelar Aji Ratu Agung
12. 1700 - 1730 Aji Pageran Dipati Tua
13. 1730 - 1732 Aji Pangeran Dipati Anum Panji Pendopo
14. 1732 - 1739 Sultan Aji Muhammad Idris
15. 1739 - 1782 Aji Imbut gelar Sultan Muhammad Muslihuddin
16. 1782 - 1850 Sultan Aji Muhammad Salehuddin
17. 1850 - 1899 Sultan Aji Muhammad Sulaiman
18. 1899 - 1915 Sultan Aji Alimuddin
19. 1915 - 1960 Sultan Aji Muhammad Parikesit
20. 1960 - sekarang, Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II

C. Kehidupan Politik
Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi
perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala
suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah
berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:
Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik
pada nama raja pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal
atau nama yang belum dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian
melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga,
pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada
awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia
megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya
mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman
merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah
kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan
pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di
India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan
untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai
dimana ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas kerajaan
Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.
7
Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia
membawa Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai
mengalami masa gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan
keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara
korban emas yang amat banyak.

D. Kehidupan Sosial
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada
abad ke -4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah
banyak menerima pengaruh hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan
suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India.
Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan
mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
1. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya.
2. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan
kebudayaan.
3. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan
kebudayaannya.

Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap


perubahan dankemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan
masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke
dalam kehidupan masyarakat. Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai
masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan dalam kehidupan
kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual
keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan kesimpulan itu.
Kehidupan sosial dalam Kerajaan Kutai bisa dilihat dari pelaksanaaan
upacara penyembelihan kurban. Salah satu yupa menyebutkan bahwa Raja
Mulawarman memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu kepada kaum
brahmana. Sedekah itu sendiri dilaksanakan di tanah suci yang bernama
Waprakeswara, yaitu tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa. Dari peristiwa

8
itu, kita bisa melihat bahwa hubungan yang terjadi antara Raja Mulawarman
dengan kaum brahmana terjalin secara erat dan harmonis.

E. Kehidupan Ekonomi
Ketujuh Yupa yang ditemukan di sekitar Muarakaman tidak
menyebutkan secara spesifik kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai. Hanya salah
satu Yupa menyebutkan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara
korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk
golongan brahmana. Tidak ada sumber yang pasti tentang asal usul emas dan
sapi yang biasa digunakan untuk upacara-upacara kerajaan. Tetapi dari situ
kita bisa menduga bahwa Kerajaan Kutai telah melakukan aktivitas
perdagangan.

F. Kehidupan Budaya
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu,maka
kehidupan agamanya telah lebih maju. Salah satu contohnya adalah
pelaksanaan upacara penghinduan atau pemberkatan seseorang yang memeluk
agama Hindu yang disebut Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak
pemerintahan Aswawarmandan dipimpin oleh para pendeta atau brahmana dari
India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut dipimpin
oleh kaum brahmana dari Indonesia. Dari situ kita bisa melihat bahwa kaum
brahmana dari Indonesia ternyata telah memiliki tingkat intelektual yang tinggi
karena mampu menguasai bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah
bahasa yangd ipakai sehari-hari oleh rakyat India melainkan bahasa resmi
kaum brahmana untuk masalah keagamaan.

G. Peninggalan Kerajaan Kutai


1. Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti
sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari
prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan
Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini
terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan
bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf
Pallawa.

9
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu
yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang
kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.

2. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota yang biasa
dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang
terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki
berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di
Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah
yang satu ini ditemukan di Mura Kaman,
Kutai Kartanegara pada tahun 1890.
Sedangkan yang dipajang di Museum
Mulawarman merupakan ketopong tiruan.
3. Kalung Ciwa
Peninggalan sejarah berikutnya
adalah Kalung Ciwa yang ditemukan
oleh pemerintahan Sultan Aji
Muhammad Sulaiman. Kalung ini
ditemukan oleh seorang penduduk di
sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada
tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih
digunakan sebagai perhiasan oleh sultan
dan hanya dipakai ketika ada pesta
penobatan sultan baru.
4. Kura-kura Emas
Bukti sejarah Kerajaan Kutai
yang satu ini cukup unik, karena
berwujud kura-kura emas. Benda
bersejarah ini saat ini berada di Museum
Mulawarman. Benda yang memiliki
ukuran sebesar kepalan tangan ini
ditemukan di daerah Long Lalang, daerah
yang berada di hulu Sungai Mahakam.
10
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari
seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara
Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk
mempersunting sang putri.

5. Pedang Sultan Kutai


Pedang Sultan Kutai terbuat dari
emat padat. Pada gagang pedang terdapat
ukiran gambar seekor harimau yang siap
untuk menerkam mangsanya. Sedang
pada bagian ujung pedang terdapat
hiasan seekor buaya. Untuk melihat
benda ini kamu harus berkunjung ke
Museum Nasional di Jakarta.
6. Keris Bukit Kang
Kering Bukit Kang merupakan
keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji
Putri Karang Melenu, permaisuri Raja
Kutai Kartanegara yang pertama.
Berdasarkan cerita dari masyarakat
menyebutkan bahwa putri ini merupakan
putri yang ditemukan dalam sebuah gong
yang hanyut di atas bambu. Di dalam
gong tersebut terdapat bayi perempuan,
telur ayam dan sebuah kering. Kering ini
diyakini sebagai Keris Bukit Kang.
7. Singgasana Sultan
Singgasana Sultan adalah salah
satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai
yang masih terjaga sampai saat ini.
Benda ini diletakan di Museum
Mulawarman. Pada zaman dahulu
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji
Muhammad Sulaiman serta raja-raja
Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini
dilengkapi dengan payung erta umbul-
umbul serta peraduan pengantin Kutai
Keraton.

11
H. Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berakhir pada saat Raja Kutai yang bernama Maharaja
Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-
13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai
Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu
ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra


Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan
Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya
bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad
Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

12
2. KERAJAAN TARUMA NEGARA
A. Letak Dan Wilayah Kekuasaan

Sebelum mengetahui letak kraton kerajaan Tarumanegara, dari temuan


tempat prasasti itu dapat diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara. Prasasti
Ciaruon atau prasasti Ciareteun, ditemukan di daerah Cimpea, Bogor.
Kemudian prasasti kebun kopi yang ditemukan di daerah kampong hilir
kecamatan cibung-bulang. Kemudian prasasti kebun jambu, ditemukan di
daerah bukit koleangkak 30 km sebelah barat bogor. Kemudian prasasti
tugu ditemukan di daerah Tugu, clincing, Jakarta Utara.
Dari temuan letak prasasti tersebut dapat diketahui daerah yang masuk
dalam wilayah kerajaan Tarumanegara. Wilayah kerajaan Tarumanegara
meliputi pesisir Jakarta hingga pedalaman di kaki gunung Gede. Selain itu
dari prasasti dapat diketahui fungsi dari suatu daerah. Pada prasasti Tugu
yang dikatakan bahwa pembuatan prasasti itu untuk para brahmana yang
telah membuat terusan pada kali candrabhaga yaitu kali Gomati. Sehingga
dapat dikatakan bahwa wilayah dtemukannya prasasti Tugu merupakan
daerah para Brahmana. Para Brahmana kerajaan Tarumanegara tinggal di
daerah pesisir pantai. Dapat dikatakan mereka datang ke Nusantara dengan
para pedagang India.
Dapat di duga pula pada prasasti kebun jambu yang ditemukan di
dekat sungai Cisadane, di bukit Koleangkak, Banten selatan. Dalam prasasti
itu dapat ditafsirka sebagai prasasti penaklukan suatu wilayah. Dalam
prasasti itu dikatakan bahwa raja Purnawarman merupakan raja yang
disegani oleh musuh-musuhnya. Senantiasa menggempur kota-kota
musuhnya.

13
B. Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika
memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari
musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara. Di
pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di
tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama
Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang
bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang
tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini.
Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk pengawet
kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa
pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja
mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan
kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama
dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya
tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan
Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan
usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan
cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah –
naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya
Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke
cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan
Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang
raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua
orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari
Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang
Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu
Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta
kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk
14
kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam
kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya
Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang
mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanegara:
1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman 382-395 M
3. Purnawarman 395-434 M
4. Wisnuwarman 434-455 M
5. Indrawarman 455-515 M
6. Candrawarman 515-535 M
7. Suryawarman 535-561 M
8. Kertawarman 561-628 M
9. Sudhawarman 628-639 M
10. Hariwangsawarman 639-640 M
11. Nagajayawarman 640-666 M
12. Linggawarman 666-669 MC.

C. Kehidupan Di Kerajaan Tarumanegara


1. Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui
bahwa raja yang pernah memerintah di tarumanegara hanyalah raja
purnawarman dan raja yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan raja
purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Oleh
karena itu rakyat hidup makmur dalam suasana aman dan tenteram.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini
terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman
juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang
dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa.
15
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi
masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah
banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di
kerajaan tarumanegara dengan dunia luar. Juga dengan daerah-daerah
di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat sudah
berjalan teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-
prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan
Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat
pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya,
keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
D. Prasasti-Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Inilah prasasti-prasasti peninggalan salahsatu kerajaan hindu tertua di
Indonesia. Prasasti-prasasti ini juga sebagai bukti keberadaan dan
kemahsyuran Kerajaan Tarumanegara yang berdiri dari abad ke-4 hingga
abad ke-7.
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi,
sekarang disimpan di museum di Jakarta.
Prasasti tersebut isinya menerangkan
penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh
Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir yang sering terjadi
pada masa pemerintahan Purnawarman, dan
kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
16
2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung
Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor .
Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya
lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan
dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu

3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung


lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten
Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi
2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja
Purnawarman.

4. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit


Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor,

17
prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan
raja Mulawarman.
5. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai


Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4
baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di
samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak
kaki Raja Purnawarman.
6. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (±


559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor.
Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan
dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar
sepasang telapak kaki.

18
7. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara


Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara
(Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung
Pasirmuara. Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan
alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini
disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan
gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.

E. Sumber-Sumber Sejarah
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa
tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan
satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan
dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan
beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan
Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan
sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara
lain: Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-
Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang
yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama
Hindu dan sebagian masih animisme. Berita Dinasti Sui, menceritakan
bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak
di sebelah selatan. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666
dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.

19
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo
secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka
berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat
diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-
600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah
pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman
menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang
membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

F. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7
Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita
mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam
negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya
Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya
tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu
Mahakam. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama tempat penemuan
prasasti, yaitu didaerah Kutai. kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan
yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa penemuan berupa batu
bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut Yupa.
Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan
pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.
Kehidupan social dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai
kebudayaan yang ada. Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur,
dengan bukti bahwa Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina
dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman
pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia
tewas ditangan Raja Kutai Kartanegara. Raja Dhamarmasetia adalah anak dari
Raja Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman, buyut dari Raja Kudungga.
Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir diKerajaan KutaiDari apa yang
telah kami sampikan tadi, dapat di simpulkan pengaruh kebudayaan India di
Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu – Budha,
tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain
sebaginya
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat
dari peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan
kebudayaan India Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India.
Namun dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan
kepribadian sendiri
21
B. Saran
Dari keberadaanya kerajaan Kutai dan Tarumanegara di wilayah kita
pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut
dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di
dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh
karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan
budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.4shared.com/get/EcoveM8m/Makalah_Sejarah_Kerajaan_Tarum.html

http://www.omrudi.info/2011/06/makalah-sejarah-tentang-sejarah.html

http://www.anakciremai.com/2008/06/makalah-sejarah-tentang-tarumanegara.html

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-tarumanegara.html

http://fickyfebryadi97.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-kerajaan-kutai-dan-

tarumanegara.html

23

Anda mungkin juga menyukai