MATA PELAJARAN :
SEJARAH INDONESIA (WAJIB)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
GURU PEMBIMBING :
REVI SRINILA LEZA, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan
ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan
Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur,
kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita
Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara
singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada
pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang
siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak
memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibikin
ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).
Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim utusan
ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang raja
perempuan yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa)
menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan memegang pemerintahannya dengan
tegas dan bijaksana.
Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศ ร ี ว ิช ยั atau "Ṣ̄ rī
wichạy" adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan
banyak memberi pengaruh di Nusantara. “Sriwijaya” dalam Bahasa Sanskerta, mengandung
dua suku kata: “sri” berati cahaya; “wijaya” berarti kemenangan. Jadi, Sriwijaya berarti
‘kemenangan yang bercahaya’. Dan memang, Sriwijaya adalah satu dari kerajaan terbesar
dalam sejarah Nusantara. Kerajaan ini muncul pada abad ke-7 M dan dikenal sebagai
kerajaan maritim yang kuat dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Letak Kerajaan dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand
Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Sumber Kalimantan. Dalam
bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan"
atau "kejayaan",maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti
Kehidupan Politik awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti Keadaan Sosial Ekonomi paling tua mengenai Sriwijaya
juga berada pada abad ke-7, yang yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannyaKebudayaan mulai menyusut
dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari
Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari
Koromandel,Keruntuhan Sriwijaya selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah
kendali kerajaan Dharmasraya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan pada masa Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya?
2. Apa hikmah yang dapat kita pelajari dari belajar kehidupan pada masa Kerajaan
Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya?
C. Tujuan
1. Untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta melengkapi pematerian
2. Kita bisa mengenal dan mengetahui sejarah Kerajaan Kalingga dan Kerajaan
Sriwijaya
3. Dapat mengetahui kehidupan pada masa Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kalingga
1. Kehidupan Politik
Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama
Sima. Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia
melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang
tercecer di jalan. Bagi siapapun yang melanggar akan mendapat hukuman berat. Hukum
di Kalingga dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat
ratu mereka. Oleh karena itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana
yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak
bernama Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima,
Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.
7. Budaya
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi kebudayaan India, pertama ialah
kebudayaan agam Hindu, kemudian diikuti kebudayaan agama Buddha. berdasarkan
berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang
sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota
Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuwo
menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian
taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Menurut berita dari
Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M)
dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala.
Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Tetapi walaupun
Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak peninggalan
purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya
dalam bidang kebudayaan.
8. Agama
Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pertemuan antara para jemaah agama Budha
dari Cina ke India dan dari India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di Kerajaan Sriwijaya
berkembang ajaran Budha Mahayana. Bahkan perkembangan ajaran agama Budha di
Kerajaan Sriwijaya tidak terlepas dari pujangga yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya
diantaranya Dharmapala dan Sakyakirti. Dharmapala adalah seorang guru besar agama
Budha dari Kerajaan Sriwijaya. Ia pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi
Nalanda (Benggala).
A. Kesimpulan
Perkembangan kerajaan ho – ling selanjutnya tidak diketahui dengan jelas.
Kemungkinan dipindahkan ke Jawa Timur. Ada satu berita dari China yang mengatakan
bahwa ibukota kerajaan ho-ling dipindahkan ke Jawa Timur oleh Ki-Yen mungkin
seorang rakryan, tapi sebab-sebab kepindahan tidak diketahui. Di Malang, Jawa Timur di
desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berupa angka tahun 760 M yang isinya mengenai
pembuatan sebuah arca Agastya.
Sedangkan Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan
terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan
bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu
bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan
kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan
di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan
tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer),
PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar
harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion
Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klub sepak bola Palembang), semua
dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan
kemaharajaan Sriwijaya.
1. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan
dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India.
2. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari
sebutan negara maritimnya.
3. Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan
baik di dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing.
4. Faktor penyebab keruntuhan :
a. Berulang kali diserang kerajaan Colomandala
b. Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri
c. Terdesak perkembangan kerajaan di Thailand
d. Terdesak pengaruh kerajaan Singosari
e. Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya
f. Tidak adanya raja yang cakap dan berwibawa
g. Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi maupun cara penulisan. Untuk itu kami, mohon maaf apabila pembaca tidak
merasa puas dengan hasil yang kami sajikan. Kritik dan saran kami harapkan untuk
memperbaiki makalah ini agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay
Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet