Anda di halaman 1dari 15

Makalah

“Kerajaan Mataram Islam”

Oleh

1. KADEK RISMA DWIYANTI ( 19 )


2. KADEK VIRNA HERLIANA PUTRI ( 20 )
3. KADEK YUDI BIMANTARA ( 21 )
4. KOMANG ERIN ERIKA ( 23 )
5. PUTU DANDA ARTAYOGA ( 31 )
6. PUTU DEA ANISA PUTRI ( 32 )

SMA NEGERI 1 BANJAR


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Mataram Islam”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi siswa-siswi pada khususnya dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Banyuatis, Maret 2020

Penyusun

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman ii


DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………........…. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1


1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3. Tujuan …………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………........ 2


2.1. Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam …………………..…... 2
2.2. Letak Kerajaan Mataram Islam ………………………………….. 3
2.3. Sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam ………………...... 3
2.4. Kehidupan Kerajaan Mataram Islam …………………………..... 4
2.5. Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam ………………………….... 6
2.6. Peninggalan Kerajaam Mataram Islam ………………………….. 8

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………. 11


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 11
3.2. Saran ………………………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 12

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada
ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di
Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya
kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda dengan
terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu Kasunanan
Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran dan Puro Pakualaman.
Sebelumnya memang ada kerajaan-kerajaan Islam di Jawa (Tengah) yang lain yang
mendahului, seperti Demak dan Pajang. Namun sejak runtuhnya dua kerajaan itu,
Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan mitos
yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan
diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi tentang
kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena himgga saat ini kerajaan
tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Mataram Islam ?
2. Dimana letak kerajaan Mataram Islam ?
3. Bagaimana sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam ?
4. Bagaimana kehidupan Kerajaan Mataram Islam?
5. Bagaimana keruntuhan Kerajaan Mataram Islam?
6. Apa saja peninggalan Kerajaan Mataram Islam ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam
2. Mengetahui letak Kerajaan Mataram Islam
3. Mengetahui sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam
4. Mengetahui kehidupan Kerajaan Mataram Islam
7. Mengetahui keruntuhan Kerajaan Mataram Islam
8. Mengetahui peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal berdirinya yaitu setelah kerajaan
Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah.
Namun demikian raja Pajang masih mempunyai musuh yang kuat yang berusaha
menghancurkan kerajaannya, ialah seorang yang masih keturunan keluarga kerajaan
Demak yang bernama Arya Penangsang. Raja kemudian membuat sebuah sayembara
bahwa barang siapa mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan
diberi hadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi yang merupakan
abdi prajurit Pajang berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan
akhirnya Danang Sutwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang.
Sutawijaya adalah anak dari Ki Pemanahan, dan anak angkat dari raja Pajang sendiri.
Namun karena Sutawijaya adalah anak angkat Sultan sendiri maka tidak mungkin
apabila Ki Pemanahan memberitahukannya kepada Sultan Adiwijaya. Sehingga Kyai
Juru Martani mengusulkan agar Ki Pemanahan dan Ki Penjawi memberitahukan kepada
Sultan bahwa merekalah yang membunuh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan
memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur,
bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya,
Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya
wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari
Mataram yang beribukota di Kotagede. Senopati bertahta sampai wafatnya pada tahun
1601. Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan
bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri,
Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
Panembahan Senopati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 2


2.2. Letak Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kerajaan Mataram
Islam memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah
kekuasaan dan mengIslamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para
pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak Islam di jawa.
Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang
tertulis pada Babad Tanah Jawi.
Kisahnya Ki Gede Pamanahan mendirikan desa kecil di Alas Mentaok (alas=
hutan) yang kemudian menjadi sebuah kota yang semakin ramai dan makmur hingga
disebut Kota Gede (kota besar). Disana lalu di bangun benteng dalam (cepuri)
yangmengelilingi kraton dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota
seluas ± 200 ha. Sisi luar kedua benteng ini juga di lengkapi dengan parit pertahanan
yang lebar seperti sungai.
Wilayah kekuasaan Mataram mencapai Jawa Barat (kecuali Banten), Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sukadana (Kalimantan Selatan), Nusa Tenggara. Palembang dan
Jambi pun menyatakan vasal kepada Mataram.

2.3. Sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam


Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-
Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang
sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya
terpacar dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja
menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana. Selain sultan,
pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara raja
dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta
perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat
administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus
memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun
1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak
(1601 – 1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 3


jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa
pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah
kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Raja-Raja Mataram Islam :
1 Panembahan Senopati (1584-1601 M)
2 Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3 Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)
4 Amangkurat I (1646- 1676 M)
5 Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6 Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M)
7 Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)
8 Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9 Paku Buwana II (1727-1749 M)
10 Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
11 Sultan Agung.

2.4. Kehidupan Kerajaan Mataram Islam


a. Bidang Ekonomi
Letak kerajaan Mataram di pedalaman, maka Mataram berkembang sebagai
kerajaan agraris yang menekankan dan mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun
demikian kegiatan perdagangan tetap diusahakan dan dipertahankan, karena
Mataram juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah persawahan. Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang
daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula,
kapas, kelapa dan palawija. Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras
merupakan komoditi utama, bahkan menjadi barang ekspor karena pada abad ke-17
Mataram menjadi pengekspor beras paling besar pada saat itu. Dengan demikian
kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi
Mataram yang besar.
b. Bidang Politik
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan
Senopati, memerintah tahun (1586 – 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 4


menundukkan daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon
serta Galuh. Sebelum usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan
Mataram terwujud, Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang
bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 – 1613.
Sebagai raja Mataram ia juga berusaha meneruskan apa yang telah dilakukan
oleh Panembahan Senopati untuk memperoleh kekuasaan Mataram dengan
menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri dari Mataram. Akan tetapi
sebelum usahanya selesai, Mas Jolang meninggal tahun 1613 dan dikenal dengan
sebutan Panembahan Sedo Krapyak. Untuk selanjutnya yang menjadi raja Mataram
adalah Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senopati ing alogo
Ngabdurrahman, yang memerintah tahun 1613 – 1645. Sultan Agung merupakan
raja terbesar dari kerajaan ini. Pada masa pemerintahannya Mataram mencapai
puncaknya, karena ia seorang raja yang gagah berani, cakap dan bijaksana.
Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan
Banten. daerah-daerah tersebut dipersatukan oleh Mataram antara lain melalui
ikatan perkawinan antara adipati-adipati dengan putri-putri Mataram, bahkan Sultan
Agung sendiri menikah dengan putri Cirebon sehingga daerah Cirebon juga
mengakui kekuasaan Mataram.
Di samping mempersatukan berbagai daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga
berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan
penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 akan tetapi
serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan serangan terhadap
VOC antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh
kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan tentara
sulit diharapkan dalam waktu singkat. Dan daerah-daerah yang dipersiapkan untuk
mendukung pasukan sebagai lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar
oleh VOC, sebagai akibatnya pasukan Mataram kekurangan bahan makanan.
Dampak pembakaran lumbung padi maka tersebar wabah penyakit yang
menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan pengobatan belum sempurna. Hal inilah
yang banyak menimbulkan korban dari pasukan Mataram. Di samping itu juga
sistem persenjataan Belanda lebih unggul dibanding pasukan Mataram.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 5


c. Bidang Sosial Budaya
Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun
berdasarkan sistem feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah pemilik tanah
kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh
seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa
tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa
(bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani
penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem feodalisme
tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa
terhadap tanah-tanah yang dikuasainya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi
juga dikenal sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Sedangkan
dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra
berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan
gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi
Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada masa Sultan
Agung.Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan
kalender Jawa, adanya kitab filsafat sastra gending dan kitab undang-undang yang
disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil karya dari Sultan
Agung sendiri. Di samping itu juga adanya upacara Grebeg pada hari-hari besar
Islam yang ditandai berupa kenduri Gunungan yang dibuat dari berbagai makanan
maupun hasil bumi. Upacara Grebeg tersebut merupakan tradisi sejak zaman
Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek moyang.

2.5. Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram Islam runtuh akibat adanya campur tangan VOC sejak
zaman pemerintahan Sunan Amangkurat 1 (Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga
Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama) yang meliputi hal politik untuk melawan
Trunajaya.
Akibatnya muncul pemberontakan Trunajaya (Madura) yang dibantu oleh
Pangeran Kajoran dan para pejabat dan masyarakat yang sudah sangat tertekan.
Tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan Mas
Rahmat melarikan diri ke barat. Istana Plered berhasil direbut kembali oleh Pangeran
Puger (Kanjeng Susuhunan ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panata Gama) yang

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 6


menyerang dari Jenar. Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered
menandai berakhirnya Kesultanan Mataram.Sepeninggal Amangkurat I dia digantikan
oleh Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan
istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton
dipindahkan lagi ke Kartasura (1680)
Setelah Amangkurat II meninggal diganti Amangkurat III, tetapi VOC tidak
senang dengan Amangkurat III karena dia menentang VOC sehingga VOC mengangkat
Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya Mataram memiliki dua raja dan inilah yang
menjadikan perpecahan Internal, Amangkurat III akhirnya memberontak tapi akhirnya
kalah dan ditangkap di Batavia lalu diasingkan di Ceylon, Srilanka dan meninggal
tahun 1734.
Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat terselesaikan pada masa
Pakubuana III setelah wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Suarakarta tanggal 13 Februari 1755, pembagian
wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan
yang dibuat oleh pihak VOC, pihak Mataram( diwakili oleh Pakubuwana III) dan
kelompok pangeran Mangkubumi. Nama Giyanti diambil dari lokasi penjanjian
tersebut ( ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi didukuh Kerten , Desa
Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini menandai
berakhirnya kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen.
Berdasarkan perjanjian ini wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah
disebelah timur kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan
Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah disebelah
barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan
Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta
Perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara ( R.M Said) yang
terlepas dari kesunanan Surakarta dan Pakualaman ( P. Nata Kusuma) , dan keempat
pecahan Mataram Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing –
masing , bahkan pecahan Mataram tersebut terutama kesultanan Yogyakarta masih
cukup besar dan diakui masyarakat hingga sekarang.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 7


2.6. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
a. Masjid Agung Gedhe Kauman
Peninggalan yang pertama dari kerajaan
Mataram Islam adalah Masjid Agung Gedhe
Kauman. Terletak di kampung Kauman,
Yogyakarta, masjid ini dibangun pada tahun
1773 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Lokasi tepatnya masjid ini berada di kawasan
Alun-alun Utara Yogyakarta, sebelah Barat. Masjid Kauman ini hanya memiliki
satu ruang utama dan satu gedung induk untuk tempat shalat.

b. Pasar Legi Kotagede


Masih di daerah Kotagede, peninggalan yang
satu ini masih eksis dan ramai dikunjungi.
Pasar memang tidak akan pernah sepi dari
pengunjung, apalagi Pasar Legi juga termasuk
dari peninggalan sejarah salah satu kerajaan
Islam di Indonesia yang besar. Pasar Legi ini sudah ada mulai dari masa
kepemimpinan Panembahan Senopati. Hal itu membuat pasar ini menjadi pasar
tertua yang masih ada di Yogyakarta hingga hari ini. Walaupun sudah berulang kali
dipugar, bangunan asli masih tetap dipertahankan untuk menjaga sejarahnya.

c. Masjid Agung Surakarta


Beralih dari Yogyakarta, sekarang kita menuju
Surakarta yang menjadi lanjutan kesultanan
Mataram untuk mengetahui peninggalan
kerajaan Mataram Islam yang lainnya. Letak
dari Masjid Agung Surakarta sama dengan Masjid Agung Kauman, yaitu ada di
sebelah barat kawasan Alun-alun Utara. Bedanya, masjid ini di sebelah utara dari
Keraton Surakarta. Masjid ini dibagun pada masa kepemimpinan Paku Buwono III
pada tahun 1763. Arsitekturnya campuran antara Jawa Kuno dan Belanda. Bahan
bangunan masjid ini dominannya terbuat dari kayu dan ada berbagai ornamen Jawa
Kuno di dinding utamanya.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 8


d. Masjid Pathok Negara Sulthoni
Plosokuning
Beralih sedikit dari pusat Yogyakarta, masjid
ini berada di Desa Minomartani, Kecamatan
Ngaglik, Kabupaten Sleman. Masjid ini
dibangun sekitar tahun 1720-an oleh Kiai
Mursodo yang merupakan keponakan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Diberi nama
Plosokuning dikarenakan adanya pohon Ploso di sekitar masjid ini. Dan daun dari
pohon Ploso ini biasanya berwarna kuning, dari sanalah namanya berasal. Masjid
Pathok Negara Plosokuning ini memiliki luas bangunan sekitar 228 meter persegi.
Dan juga masjid ini masih berdiri kokoh.

e. Reruntuhan Benteng Baluwerti Peninggalan


Kerajaan Mataram Islam
Mungkin peninggalan ini sudah tidak lagi
berbentuk bangunan. Namun, masih tetap
menjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram
Islam. Letak benteng Baluwerti ini ada di Kotagede.Benteng Baluwerti merupakan
salah satu pertahanan dari kerajaan ini. Dan juga benteng ini mengelilingi kota dari
pusat kerajaan Mataram. Pada zaman dahulu kala ada parit di sekitar benteng
tersebut yang berfungsi sebagai saluran air dan sistem pertahanan.

f. Masjid Kotagede, Masjid Tertua di


Yogyakarta
Kenapa masjid ini menjadi masjid tertua di
Yogyakarta? Itu karena masjid Kotagede ini
dibagun sekitar tahun 1640 oleh Sultan
Agung. Masjid ini dibangun secara dua
tahap, hal itu diketahui dari prasasti yang menyebutkannya. Tahap pertama
pengerjaannya dilakukan pada masa kepemimpinan Sultan Agung. Sedangkan tahap
kedua pembangunan masjid ini ada pada masa kepemimpinan Pakubuwono.
Awalnya masjid ini dibangun menggunakan tiang kayu, namun pada saat renovasi
tiang kayu itu digantinkan oleh tiang besi.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 9


g. Masjid Al Fatih
Di daerah Kepatihan, Jebres, Solo ada masjid
yang bernama Masjid Al Fatih. Sama seperti
masjid-masjid di atas, masjid Al Fatih ini juga
termasuk peninggalan kerajaan Mataram Islam.
Walaupun pembangunannya ada pada masa
Kasunanan Surakarta. Ada berbagai ornamen pada masjid ini. Seperti lafal Khulafur
Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib) yang terdapat pada sisi utara dan juga selatan pintu masuk. Lalu ada lafal
Allah SWT dan Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam di bagian tengah di atas
pintunya.

h. Pasarean Imogiri
Beralih ke daerah Bantul, ada salah satu tempat
wisata yang merupakan peninggalan
kesultanan Mataram. Pasarean Imogiri atau
Pajimatan Girirejo Imogiri atau yang lebih
dikenal dengan pemakaman Imogiri, yang
merupakan pemakaman khusus untuk keluarga
kesultanan Mataram. Di pasarean Imogiri ini, pemakaman raja-raja dibagi menurut
kerajaannya. Mulai dari Kesultanan Mataram disebut dengan Astana Kasultan
Agung, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam
Astana Kasultan Agung terdapat tiga gerbang atau gapura yang memiliki filosofi
tentang tiga tahapan hidup manusia, mulai dari alam rahim, alam duniawi dan alam
kubur. Sultan Agung juga meninggalkan beberapa peninggalannya yang kata
banyak orang bertuah. Hal itu juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang
datang berkunjung ke Pasarean Imogiri. Beberapa peninggalan tersebut adalah
1. Daun Tujuh Macam
2. Air Suci dari Empat Tempayan
3. Cincin Kayu yang terbuat dari Tongkat Sultan Agung

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 10


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mataram merupakan sebuah kerajaan Islam yang letaknya berada di pedalaman.
Mataram pada mulanya merupakan sebuah hutan di wilayah kerajaan Pajang. Mataram
diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya dalam pembunuhan Sunan
Prawoto. Oleh Ki Ageng Pemanahan, mataram dibangun menjadi sebuah Kadipaten.
Oleh Sutawijaya, Mataram dibangun menjadi sebuah kerajaan yang besar.
Menggantikan kerajaan Pajang yang berhasil dikalahkan. Sutawijaya
bergelar penembahan Senopati ing Alaga. Senopati berhasil meluaskan wilayah
Mataram hingga hampir seluruh Jawa. Sultan Agung mempersiapkan pasukan,
persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan
Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai
seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai
seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda.
Mataram runtuh akibat adanya pengaruh VOC sejak zaman pemerintahan
Amangkurat I. Serta adanya dualisme kepemimpinan dalam Mataram sejak
diangkatnya Pakubuana I. Sehingga Mataram memiliki dua raja.
Oleh karena itu, pada perjanjian Giyanti, Mataram dibagi menjadi dua wilayah
yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunan Surakarta. Berdasarkan
perjanjian Giyanti wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali
Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap
berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada
Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang
berkedudukan di Yogyakarta

3.2. Saran
Demikianlah keterangan tentang Kerajaan Mataram Islam yang dapat kami buat.
Semoga dengan selesainya karya ini dapat membantu berlangsungya proses belajar
mengajar di sekolah khususnya pembelajaran di kelas XI materi Kerajaan Islam
Indonesia. Karya ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan krityik
sangatlah kami butuhkan demi kesempurnaan untuk tugas yang aka datang.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 11


DAFTAR PUSTAKA

Marwati.Nugroho.1993. Sejarah Nasional Indonesia IV.Jakarta:Balai Pustaka.


(http://kumpulantugassejarah.blogspot.com/2011/07/sistem-pemerintahan-mataram-
islam.html).
Sejarahkabupatenmadiun,1980,http:/satriotomogombal.blogspot.com/2011/11/madiun-dalam-
palihan-nagari-mataram.html.

Makalah Kerajaan Mataram Islam Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai