Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida  Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa pada akhirnya makalah ini tersusun dalam bentuk yang sederhana
setelah banyak rintangan baik teknis maupun non tekhnis. Adapun judul makalah
yang kami ambil adalah “Globalisasi”.
Kami menyadari bahwa komposisi, struktur maupun materi yang terdapat
dalam makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu
kamimenyadari beberapa kekurangan-kekurangan dan keterbatasan yang kami
miliki. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun sangat diharapkan dalam perbaikan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini penyusun ingin menyampaikan terima
kasih kepada guru kami yang telah banyak memberi petunjuk dalam pembuatan
makalah ini, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada teman-teman kami yang telah banyak memberikan  motivasi dan
dorongannya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Om Santi Santi Santi Om.

Tabog, 18 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 1
1.2 Batasan Masalah …………………………………………... 2
1.3 Rumusan Masalah ………………………………...……. 2
… 2
1.4 Tujuan ………………………………………....................... 3
1.5 Manfaat ……………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………... 4
2.1 Pengertian Globalisasi ……………………………………. 7
2.2 Dampak Negatife dan Positif dari Globalisasi ……………. 8
2.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Nasional …... 9
2.4 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia …..
2.5 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di 12

Kalangan Generasi Muda ………………………………….


2.6 Strategi Atau Cara Untuk Mengantisipasi Pengaruh 13

Buruk Dari Globalisasi …………………………………… 21

BAB III PENUTUP …………………………………………………... 21

3.1 Simpulan ………………………………………………….. 22

3.2 Saram ……………………………………………………... 23

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa
(elektronik, cetak) serta media dunia maya (internet) sangat mempengaruhi
perkembangan budaya Indonesia. Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang
wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai
masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang
mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses
dipengaruhi dan mempengaruhi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-
bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa
dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses
globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga
terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang
terlekat di dalamnya masih tetap berarti.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam
berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi
suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi
kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan
karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri.
Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup
masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan
baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasam sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara
sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa.
Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga
budaya lokal mulai dilupakan. Faktor lain yang menjadi masalah adalah

1
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya
lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus
dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan
sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-
input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di
negaranya.

1.2 Batasan Masalah


            Karena luasnya cangkupan masalah tentang globalisasi maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut :
1. Pengertian globalisasi atau hakikat globalisasi
2. Dampak positif dan negatif dari Globalisasi
3. Pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan Nasional.
4. Cara atau strategi untuk menghadapi pengaruh buruk dari Globalisasi.

1.3 Rumusan masalah


Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat di rumuskan pemasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi globalisasi ?
2. Apa dampak positif dan negatif dari globalisasi ?
3. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan nasional ?
4. Bagaimana cara atau strategi yang digunakan untuk menghadapi pengaruh
buruk dari Globalisasi ?

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah untuk
mengetahui, memahami, serta membahas tentang:
1. Pengertian globalisasi atau hakikat globalisasi
2. Dampak positif da negatif dari Globalisasi
3. Pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan Nasional.
4. Cara atau strategi untuk menghadapi pengaruh buruk dari Globalisasi.

2
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara lain
adalah:
1. Untuk penulis sendiri makalah ini bermanfaat untuk menyelesaikan mata
kuliah Ilmu sosial dan budaya dasar serta dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang sudah di dapat dari pembelajaran mata kuliah Ilmu
sosial dan budaya dasar.
2. Untuk orang lain makalah ini dapat menjadi sumber referensi untuk
menjadi bahan penulisan lebih lanjut.
3. Untuk ilmu pengetahuan makalah ini dapat memperkaya literature terkait
dengan globalisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN 

2.1 Pengertian Globalisasi


Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global,
yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi
kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-
batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang
ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang
pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
orang dengan globalisasi:
1. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya
hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.

4
2. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin
diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor
impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin
tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh
dunia.
4. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari
universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya
dari barat sehingga mengglobal.
5. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini
berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status
ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki
status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara

Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia
1) Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-
barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet
menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2) Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi

5
beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4) Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah
membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru
bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari
kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah
dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan
rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker
menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Globalisasi budaya antara nya sub-kebudayaan Punk, adalah
contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global.Globalisasi
mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk
diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-
aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah
laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau
world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran
budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W. Pye, 1966).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.

6
Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

2.2 Dampak Negatife dan Positif dari Globalisasi


Seperti yang kita tahu bahwa globalisasi adalah proses komplek
yang digerakan oleh berbagai pengaruh sehingga mengubah kehidupan
sehari-hari terutama dinegara berkembang, dan pada saat yang sama ia
menciptakan system- system dan kekuatan trans nasional baru.
Globalisasi juga menimbulkan berbagai dampak yang merupakan
permasalahan global. Dampak dari globalisasi tersebut itu adalah:
a) Dampak jangka pendek, yaitu;
1. Dampak negatif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak buruk
yang dapat dihindari sebelum itu terjadi.
2. Dampak positif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak
positif/baik yang dapat diperkirakan sebelum itu terjadi.
b) Dampak jangka panjang, yaitu;
1. Dampak negatif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak
buruk yang tidak diperkirakan dan tidak dapat dihindari sebelumnya.
Dampak tersebut baru disadari setelah efek buruknya terjadi.
2. Dampak positif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak
positif/baik yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dampak
tersebut baru disadari setelah menguntungkan peradaban.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya penjelasan mengenai masalah
globalisasi harus ditekankan, karena perbedaan pendapat mengenai
dampak globalisasi sudah sering terjadi di masyarakat kita dewasa ini.
Dampak positif globalisasi antara lain:
1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
4. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran

7
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif globalisasi antara lain:
1. Informasi yang tidak tersaring
2. Perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan
atau kebudayaan suatu Negara.

2.3 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Nasional


Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada
di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat
diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-
aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah
laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem
dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-
nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia
atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para
penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye,
1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.
Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi

8
antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan


1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan
akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain
lain.
6. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia
FIFA.
7. Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
8. Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media
massa.

2.4 Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia


Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap
Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public
jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui
dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu.
Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi
dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi

9
adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,
perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu
pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai
bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial
budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme
terhadap bangsa.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1.   Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara
terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari
suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat.
Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap
negara menjadi meningkat
2.   Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional,
meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan
ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.   Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang
baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari
bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa
yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


1.   Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila

10
ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang
2.   Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti
Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia.
Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat
kita terhadap bangsa Indonesia.
3.   Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
4.   Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang
kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi
ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional
bangsa.
5.   Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat
menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau
hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara
global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan
menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia.
Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

11
12
2.5 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di
Kalangan
Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat
terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga
begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak
muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan
seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan
pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang
seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka
dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang
lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan
informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak
muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan
secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi
jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar
dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk
membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan
wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi
tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak
kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap
lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya

13
geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis
antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan
berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan
rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus
masa depan bangsa.

2.6 Strategi atau cara untuk mengantisipasi pengaruh buruk dari


Globalisasi
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi
lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan
langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai
nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif
globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1.   Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri.
2.   Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan
sebaik- baiknya.
3.   Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-
baiknya.
4.  Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan
hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5.   Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya bangsa.
Kemajuan peradaban dan derap langkah pembangunan merupakan
dua hal yang umumnya berjalan secara beriringan. Melalui berbagai
aktifitas pembangunan itu manusia meningkatkan kualitas kehidupan,
mengkonstruksi tata-nilai kehidupan dan akhirnya membentuk sebuah
peradaban. Di era abad 21 sekarang ini, perkembangan derap peradaban
manusia itu telah mencapai suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya

14
interaksi yang semakin intensif antar umat manusia, yang secara umum era
seperti ini sering kita sebut sebagai “era globalisasi”.
Kondisi keterhubungan (interconnectedness) antarmanusia itu
memberikan berbagai pengaruh dalam pembangunan peradaban era global.
Harus diakui bahwa dibalik berbagai pengaruh itu terdapat kemajuan-
kemajuan yang telah diperoleh, namun di sisi lain era globalisasi ini
menghadirkan berbagai tantangan/ permasalahan, yang hampir seluruh
permasalahan itu adalah hasil dari intensitas interaksi antarmanusia di
berbagai belahan bumi yang terus meningkat.
Pada era Globalisasi sekarang ini terjadi banyak peningkatan kualitas di
segala bidang, menurut data dari WHO (World Health Organization), usia
harapan hidup rata-rata umat manusia di dunia, yang di tahun 1955 adalah
48 tahun telah meningkat menjadi 62 tahun di tahun 2000. Selain itu, umat
manusia pada era Globalisasi ini juga semakin terdidik yang ditunjukkan
oleh data dari UNESCO yaitu jika di tahun 1970 masih ada 37% dari
penduduk dunia yang buta huruf, jumlah itu sudah menurun menjadi hanya
sekitar 18% penduduk dunia yang buta huruf di tahun 2004. Umat manusia
saat ini juga dapat menikmati tatanan dunia yang relatif lebih damai dan
secara geopolitis juga lebih stabil dibandingkan dengan beberapa era
sebelumnya.
Dari perspektif kesejahteraan, juga dapat dikatakan bahwa
kesejahteraan manusia sekarang relatif lebih baik. Data dari UNDP
(United Nation Development Program) menyatakan bahwa di tahun 2006
lalu pertumbuhan perekonomian dunia mencapai 5,4% dan pendapatan
bruto dunia mencapai US$ 66 Trilyun jika dihitung berdasarkan skala PPP
(Purchasing Power Parity). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar
1,1% di tahun itu, maka UNDP menyatakan bahwa pendapatan per kapita
dunia naik rata-rata sebesar 4,3%. Dengan capaian seperti itu, maka umat
manusia boleh optimis bahwa di tahun 2015, jumlah orang miskin di
seluruh dunia dapat dikurangi sampai separuhnya, atau dengan kata lain
agenda pembangunan milenium atau Millenium Development Goals
(MDG) dapat diharapkan untuk tercapai sasarannya tepat waktu. Oleh

15
karena itu, tampaknya peradaban dunia pada era globalisasi ini sudah
berjalan sesuai dengan track atau jalur yang diharapkan untuk mencapai
tujuan-tujuan luhur yang diinginkan secara kolektif oleh seluruh umat
manusia.
Meskipun demikian umat manusia di era globalisasi sekarang ini
juga menghadapi berbagai tantangan permasalahan peradaban yang tidak
sedikit dan bahkan berpotensi untuk mengancam jalannya pembangunan
berskala global untuk tercapainya kemaslahatan umat manusia. Meskipun
pendapatan dunia itu meningkat, namun harus diakui bahwa kesenjangan
antara kelompok manusia dengan kesejahteraan yang tinggi dengan
kelompok manusia dengan kesejahteraan rendah semakin lebar. Data dari
UNDP memaparkan bahwa di tahun 2006, sebanyak 2% dari orang-orang
terkaya di dunia menguasai 50% sumber daya di seluruh dunia dan analisa
dari majalah Fortune 500 edisi akhir tahun 2006 pernah menyatakan
bahwa penghasilan bersih dari 225 orang terkaya di dunia hampir sama
dengan pendapatan nasional dari 40% negara miskin dan negara
berkembang yang ada di seluruh dunia.
Pada intinya secara umum permasalahan globalisasi memiliki dua
sifat yaitu:
Unsur interrelasi yang sangat kuat, artinya permasalahan
globalisasi itu, sangat berpautan erat antara satu negara dengan beberapa
negara lain. Meskipun masalah- masalah itu pada mulanya dijumpai hanya
di satu atau beberapa negara akan tetapi lambat laun akan terjadi di seluruh
negara di berbagai belahan bumi. Apalagi dengan kemajuan teknologi
transportasi dan teknologi telekomunikasi dan informasi yang telah
menyebabkan interaksi antar manusia baik secara nyata maupun maya
semakin meningkat, maka penyebaran dari permasalahan globalisasi itu
diperkirakan akan semakin cepat.
Keterjangkauan berskala global (global coverage), artinya
permasalahan globalisasi itu, dapat menyebar ke seluruh dunia, dan
memberikan dampak yang juga berskala dunia/global. Harus diakui bahwa
kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi berperan

16
besar untuk mendiseminasikan permasalahan globalisasi itu ke berbagai
belahan bumi.
Dengan adanya dua sifat itu, maka dapat dikatakan bahwa gejala
keterhubungan (interconnectedness) antara berbagai masalah globalisasi
dengan hubungan antar bangsa telah semakin meningkat, dan hal itu
sebenarnya adalah sebuah konsekuensi logis dari globalisasi yang memang
pada akhirnya akan membawa manusia untuk menjadi semakin mudah dan
semakin sering berinteraksi. Namun di pihak lain, sifat jangkauan global
dan dampak masalah globalnya juga harus diwaspadai.
Dalam dunia yang semakin mengglobal dan diperkirakan akan
terus mengglobal di abad-abad berikutnya, maka berbagai masalah yang
diawali pada suatu lokasi di belahan bumi tertentu dapat memberikan
dampaknya ke seluruh planet bumi dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
Oleh karena itu, maka budaya peradaban di era globalisasi sekarang ini
harus diarahkan pada suatu asas komplementasi (complementary thinking)
atau pola pikir untuk saling melengkapi.
Asas komplementasi itu pada hakekatnya sejalan dengan
kompleksitas permasalahan di era global, yang menunjukkan semakin
meningkatnya pertautan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain
yang, mau tidak mau, telah mendorong umat manusia untuk semakin
saling bergantung atau interdependen satu sama lain.

Pada dasarnya ada tiga prinsip penting yang harus dijadikan acuan
dalam pengembangan asas komplementer, yaitu:
1.    Prinsip Keseimbangan (Equality)
 Yang dimaksud dengan prinsip keseimbangan adalah
bahwa masing-masing pihak yang terlibat dalam asas
komplementer harus bersedia untuk berbagi kepentingan (interest)
yang dimilikinya dengan kepentingan pihak lain. Berbagi
kepentingan di sini didasari oleh pemahaman bahwa tantangan di
era globalisasi bersifat sangat kompleks, saling berpautan dan
masing-masing bangsa di belahan bumi ini memiliki kapasitasnya

17
masing-masing yang khas, yang unik dan memiliki kontribusi yang
setara dalam porsinya masing-masing, untuk memberikan solusi
yang bersifat komprehensif dan berskala global.
2.    Prinsip jangka panjang (eternity)
Yang dimaksud dengan prinsip jangka panjang adalah
bahwa asas komplementer untuk menghadapi tantangan peradaban
yang berskala global itu, harus dilaksanakan dengan komitmen
untuk terus menindaklanjutinya dalam skala jangka panjang. Hal
itu karena kondisi keterpautan dan kondisi saling bergantung antar
umat manusia justru akan semakin meningkat di masa datang.
Masalah globalisasi adalah masalah yang penyelesaiannya
membutuhkan komitmen jangka panjang dari seluruh bangsa di
dunia. Tanpa adanya komitmen jangka panjang, maka bentuk solusi
apapun yang diberikan tidak akan efektif.
3.    Prinsip pembelajaran-kolektif (collective learning)
Yang dimaksud dengan pembelajaran kolektif bukanlah
memisahkan diri/ menghindari dari pengaruh asing (barat). Akan
tetapi Prinsip pembelajaran-kolektif adalah adanya semangat dan
mentalitas dari segenap bangsa untuk menjadikan kondisi saling
melengkapi itu sebagai sebuah forum pembelajaran. Hal ini
didasari oleh prinsip, bahwasanya negara atau bangsa mana pun di
dunia memiliki fiturnya masing-masing yang semuanya diperlukan
untuk memberikan solusi yang tepat dari berbagai tantangan masa
depan. Tentu saja pembelajaran kolektif ini hanya dimungkinkan
jika masing-masing negara/bangsa mau berbagi kepentingan antara
satu dengan lainnya. Dengan adanya pembelajaran kolektif ini,
maka kondisi saling ketergantungan itu justru akan menjadi insentif
bagi masing-masing negara/bangsa di dunia untuk mengembangkan
kapasitasnya masing-masing khususnya dalam mengatasi tantangan
di era globalisasi. Jadi seperti yang dipaparkan pada pembahasan
“Masalah globalisasi” diatas, yaitu tidak perlu bersolusi pada
patokan “cara mengatasi masalah globalisasi” karena itu hanya

18
menimbulkan keterbatasan pembelajaran. Jika pembelajaran
terbatas maka mana mungkin kita dapat kolektif terhadap
Globalitas yang terjadi.
Ketiga prinsip tersebut harus ada pada asas komplementasi.
Karena tanpa adanya ketiga prinsip itu, maka asas komplementasi
tidak akan memberikan banyak manfaat, justru yang terjadi adalah,
asas itu hanya akan dimanfaatkan oleh negara/bangsa tertentu
untuk mengatur dan mengendalikan bangsa/negara lain. Sehingga
bukan solusi yang akan dihasilkan, namun justru berpotensi
menghadirkan masalah baru yaitu neo-kolonialisme. Ada pun
bentuk perwujudan dari asas komplementasi adalah sebuah
rangkaian pola tindak yang mendorong adanya berbagai aktifitas
kerjasama, kemitraan (partnerships) dan hal-hal sejenis, yang
sangat diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
yang akan terjadi di era globalisasi itu seiring dengan semangat
bahwa tantangan global harus diatasi dengan aktifitas global. Oleh
karena itu jangan takut menghadapi globalisasi(dampak negatif
yang terlihat),sebab rasa takut dan was-was akan secara otomatis
membuat kita menghindar dari salah satu efek global(mungkin
yang menurut kita negatif), maka yang terjadi adalah
keterbelakangan kita di dalam era global yang sudah maju sehingga
menyebabkan masalah yang lebih berat lagi.
Peranan Asas Komplementasi
Peran asas komplementasi dalam pengembangan peradaban era
globalisasi itu nantinya adalah untuk memfasilitasi terlaksananya proses
inovasi terbuka (open innovation), yaitu sebuah proses inovasi yang hanya
dimungkinkan melalui suatu kerjasama yang intensif antara berbagai pihak
yang berbeda. Melalui inovasi terbuka itu diharapkan dapat diperoleh
berbagai alternatif solusi yang terbaik untuk mengantisipasi sejumlah
tantangan di era ini.
Ada tiga fitur penting dari inovasi terbuka, yaitu:
a.   Transparansi (transparency)

19
 Inovasi terbuka dihasilkan melalui kerjasama yang intensif
antara beberapa pihak (termasuk juga beberapa negara, dalam
menghadapi isu global). Dengan demikian, maka proses dari
inovasi itu menjadi lebih transparan karena masing-masing pihak
yang terlibat didalamnya memiliki akses yang setara dalam setiap
langkah dalam proses inovasi itu. Sebagai misal, sebuah proses
inovasi terbuka untuk memproduksi vaksin anti virus H5N1 yang
menyebabkan penyakit flu burung akan menjadikan adanya
kesetaraan antara negara-negara yang telah maju dalam bidang
teknologinya dengan negara-negara lain yang belum maju, akan
tetapi sanggup menyediakan bahan baku berupa sampel virus
tersebut. Sehingga produk vaksin yang dihasilkan akan
memberikan manfaat yang lebih setara sesuai dengan agenda yang
disepakati bersama.
b.   Menyeluruh (comprehensiveness)
Proses inovasi terbuka menuntut adanya peninjauan dari
berbagai aspek dalam setiap langkah untuk memproduksi inovasi.
Atau kata lain, dalam proses inovasi terbuka, tidak saja aspek
ekonomi dan finansial yang diperhitungkan, akan tetapi juga aspek
sosial dan lingkungan hidup. Hal itu karena inovasi terbuka
merupakan aktifitas yang dilakukan secara kolektif, dengan para
peserta yang umumnya memiliki kondisi yang beragam. Sebagai
misal untuk merancang sebuah inovasi terbuka guna mengatasi
efek gas rumah kaca yang menghasilkan pemanasan global maka
ketika negara-negara maju dengan teknologinya yang lebih ramah
lingkungan bekerjasama dengan negara-negara berkembang dengan
teknologi yang lebih terbelakang, namun memiliki potensi
perlindungan lingkungan yang lebih baik, misalnya areal hutan
yang luas dan cadangan air bersih yang lebih banyak, maka kedua
belah pihak, baik negara maju maupun negara berkembang, mau
tidak mau, harus mengedepankan berbagai aspek dan tidak

20
mungkin kalau hanya mengedepankan aspek keuntungan ekonomi
semata.
c.   Kesesuaian (adaptability)
Karena inovasi terbuka itu prosesnya dilakukan secara
bersama-sama dengan mengikutsertakan kepentingan berbagai
pihak, maka tentunya hasil dari proses inovasi itu akan lebih cocok
dan lebih sesuai untuk diterapkan oleh para pesertanya. Terkadang
terjadi kasus, dimana inovasi yang dihasilkan hanya cocok untuk
peserta tertentu akan tetapi kurang tepat untuk diterapkan bagi
peserta lainnya. Sebagai misal, untuk masalah ketersediaan energi,
solusi dengan menawarkan alternatif sumber energi terbarukan,
misalnya, sumber energi angin, gelombang laut atau sinar matahari
tentunya sangat bergantung pada kondisi fisis dari negara-negara
tertentu saja.
Dalam tatanan dunia global sekarang ini hal yang paling
perlu untuk diperhitungkan adalah menjadikan proses inovasi
terbuka itu sebagai arena pembelajaran, sehingga dapat diperoleh
manfaat sebanyak mungkin. Tanpa adanya pembelajaran maka
suatu bangsa hanya akan memperoleh manfaat yang terbatas dari
proses inovasi terbuka atau bahkan globalisasi itu sendiri.
Termasuk juga dalam kawasan globalisasi kebudayaan, globalisasi
kebudayaan memang merupakan universalisme kebudayaan,
namun universalisme yang tertuang dalam globalisasi tetap
mempunyai sebuah system yang mengatur dan mengarahkannya,
sehingga globalitas kebudayaan tersebut tidak menimbulkan
pertentangan dari teory relativisme dari kaum radikal yang
menganggap sesuatu yang baru muncul pada era globalisasi akan
benar-benar mengubah dunia secara radikal dan menghancurkan
kebudayaan-kebudayaan lokal.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut
diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat

21
mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak
akan kehilangan kepribadian bangsa.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh
yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang
terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai
pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang
diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi
dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though
(1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia,
kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau
tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.
Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan.
Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita?
Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan
sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek
sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan
penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya
bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional
menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya
memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk
dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena
sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa
Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa
asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris

22
budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan
anak cucu.
1.   Globalisasi merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan
dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya
batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring
atau di kontrol.
2.   Bahwa proses terjadinya globalisasi dalam aspek sosial terjadi dengan
cara melalui media televise baik secara langsung maupun tidak
langsung, serta melalui interaksi yang terjadi dimasyarakat
3.   Bahwa dampak yang ditimbulkan era globalisasi pada aspek sosial
yaitu terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya
syarat dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual, serta sifat
ingin selalu instant pada diri seseorang.
4.   Bahwa penanggulangan pada dampak era globalisasi pada aspek
sosial diantaranya diadakannya pembangunan kualitas manusia,
pemberian lifeskill, memberikan sikap hidup yang global dan
menumbuhkan wawasan, identitas rasional serta menciptakan
pemerintahan yang transparan dan demokratis.

3.2 Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan
untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah
perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan
pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam
pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa
pada umumnya 3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan
seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan
agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu
menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya
yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat
harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga

23
pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada
kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.

24
DAFTAR PUSTAKA

Darmodjo, Hendro dan Yeni K. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Universitas


terbuka.

Elfatsani. Masalah globalisasi.


http://elfatsani.blogspot.com/2008/12/masalah-globalisasi.htmlyang merasa ter-
eksploitasi kebudayaan timurnya. (diakses pada tanggal: 27 November
2011)

Kadri. Globalisasi Budaya.
http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/globalisasi-budaya.html. (diakses pada
tanggal: 27 November 2011)

Sulis, Fajar. Pengaruh Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan


Indonesia. http://fajarsulis.wordpress.com/2010/04/21/pengaruh-dampak-
globalisasi-terhadap-kebudayaan-indonesia/. (diakses pada tanggal: 27
November 2011)

25

Anda mungkin juga menyukai