Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah: Cirebon studies/cirebonologi
Disusun oleh:
Kelompok 3
Inriyani [2381010153]
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmaanirohiim
Alhamdulillah segala puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
karena atas berkat Rahmat, hidayah, serta inayah-Nya yang telah diberikan, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
kami panjatkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Dan semoga kita semua
mendapat syafa’atnya, aamiin yaa rabbal’alamin.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamin yaa
rabbal’alamin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I…………………………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN………………………………………………………...……………..1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….………1
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………….……..2
BAB II…………………………………………………………………………………...3
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3
PENUTUP………………………………...……………………………………………..7
A. Kesimpulan……………………………...……………………………………………….7
B. Saran……………………………………...……………………………………...………8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cirebon merupakan pusat dakwah islam dijawa barat yang menyimpan segala
bukti sejarah. Bukti-bukti tersebut tidak hanya berupa peninggalan fisik seperti masjid,
keraton, makam, dan pesantren tua, namun juga non fisik seperti perpaduan tradisi khas
Jawa dan Islam yang masih dipertahankan masyarakat hingga saat ini.
Sejarah bukti-bukti tersebut tidak hanya berupa peninggalan fisik seperti masjid,
keraton,makam, dan pesantren tua, namun juga non fisik seperti perpaduan tradisi khas
Jawa dan Islam yang masih dipertahankan masyarakat hingga saat ini.
Sumber penting lainnya mengenai sejarah Islam Cirebon adalah sumber tertulis
yang terdiri dari sejumlah besar teks atau manuskrip klasik. Berdasarkan naskah-naskah
tersebut akan dapat dipahami bagaimana perkembangan Islam pada masa pangeran
cakrabuana dan sunan gunung jati, serta diangkatnya sunan gunung djati menjadi
Panatagama ing tanah Pasundan dan pusat peradaban dan penyebaran Islam ke seluruh
tanah Pasundan.
Untuk itu, penting dilakukan penelitian terhadap sejarah perkembangan Islam
pada masa pangeran cakrabuana dan sunan gunung Djati, serta diangkatnya sunan gunung
Djati menjadi Panatagama ing tanah Pasundan dan pusat peradaban dan penyebaran Islam
ke seluruh tanah Pasundan dengan menggunakan naskah-naskah sebagai sumber
utamanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Islam di cirebon pada masa pangeran cakrabuana ?
3. Bagaimana diangkatnya sunan gunung jati menjadi Panatagama ing tanah Pasundan ?
4. Bagaimana Pusat peradaban dan penyebaran Islam ke seluruh tanah Pasundan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui islamisasi di masa pangeran cakrabuana
PEMBAHASAN
Cirebon pada awalnya adalah sebuah daerah yang bernama Tegal Alang-Alang
yang kemudian disebut Lemah Wungkuk dan setelah dibangun oleh Raden
Walangsungsang diubah namanya menjadi Caruban. Nama Caruban sendiri terbentuk
karena di wilayah Cirebon dihuni oleh beragam masyarakat dan sebutan lain Cirebon
adalah Caruban Larang. Pada perkembangannya Caruban berubah menjadi Cirebon
karena kebiasaan masyarakatnya sebagai nelayan yang membuat terasi udang dan petis,
masakan berbahan dasar air rebusan udang/cai-rebon
Pada tahun 1479 M, beberapa misionaris Islam dari Baghdad, Mekah, Mesir, dan
Siria berkumpul dipulau Jawa dalam rangka ekspansi agama Islam, membentuk sebuah
Dewan Walisongo yang semula diketuai Sunan Ampel (setelah wafat) digantikan diketuai
Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah. Para penyebar Islam di Jawa, dikenal dengan
istilah Walisongo telah lama melihat perkembangan Cirebon sebagai basis dari
penyebaran Islam, karenanya Sunan Gunung Jati sebagai orang yang dianggap memiliki
riwayat mumpuni sebagai orang yang ilmu agama Islamnya tinggi dianggap bisa
mewujudkan misi pengembangan Islam di Jawa.
Dakwah Sunan Gunung Jati tidak dilakukan dengan cara yang revolusioner, tetapi
dengan cara yang mudah diterima yakni dengan memperbaiki yang sudah ada. Kegiatan-
kegiatan keagamaan contohnya, dalam perayaan Panjang Jimat dan Sekatenadalah
percampuran budaya yang hingga sekarang masih bisa kita lihat. Selain itu, contoh
percampuran budaya juga terlihat sangat unik dalam ornamen keagamaan seperti di
Masjid Agung Sang Ciptarasa yang menggunakan bentuk bengunan limasan khas budaya
Hindu.
Pada tahun 1479 M, beberapa misionaris Islam dari Baghdad, Mekah, Mesir, dan
Siria berkumpul dipulau Jawa dalam rangka ekspansi agama Islam, membentuk sebuah
Dewan Walisongo yang semula diketuai Sunan Ampel (setelah wafat) digantikan diketuai
Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah. Para penyebar Islam di Jawa, dikenal dengan
istilah Walisongo telah lama melihat perkembangan Cirebon sebagai basis dari
penyebaran Islam, karenanya Sunan Gunung Jati sebagai orang yang dianggap memiliki
riwayat mumpuni sebagai orang yang ilmu agama Islamnya tinggi dianggap bisa
mewujudkan misi pengembangan Islam di Jawa.
Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah yang pada tahun 1479 M mendapat restu
Pangeran Cakrabuana dan dewan Walisongo yang diketuai Sunan Ampel telah
menghentikan upeti kepada Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon.11 Saat
itulah Kesultanan Cirebon berdiri terlepas dari Pajajaran dan menjadi Kerajaan yang
berdaulat. Setelah Sunan Gunung Jati mendirikan dan memimpin Kesultanan Cirebon,
proses Islamisasi menjadi lebih nyata terjadi. Hal itu terlihat dari wilayah kekuasaan
Kesultanan Cirebon, antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh,
Sumedang, Japura Talaga, Losari dan Pasir Luhur.
Penyebaran Islam di Jawa Barat, tidak dapat dilepaskan dari tiga tempat, yaitu
Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa karena daerah-daerah ini menjadi sentral setting
spasial masuk dan berkembangnya Islam di Jawa Barat pada masa-masa awal.
Dengan demikian, pada paruh pertama abad ke-14 di Tatar Sunda sudah ada
pemukiman orang Islam, terutama di Cirebon. Pada tahun 1513, sebagaimana ditututrkan
oleh Tome Pires, sebagian masyarakat Jawa Barat, yaitu penduduk kota pelabuhan
Cirebon dan kota pelabuhan Cimanuk (Indramayu) sudah beragama Islam. Tome Pires
tidak menyebutkan bahwa di kota-kota pelabuhan lainnya di Tatar Sunda (Banten,
Pontang, Cikande, Tangerang, dan Kalapa) sudah ada yang memeluk Islam. Namun
demikian, patut diduga bahwa pada periode sebelum itu pun selain di kedua kota
pelabuhan itu sudah ada orang Islam dari daerah lain, khususnya para pedagang. Hal ini
didasarkan pada adanya perintah dari Raja Sunda agar dilakukan pembatasan terhadap
jumlah saudagar-saudagar muslim yang mengunjungi pelabuhan-pelabuhan itu. Para
pedagang muslim yang sudah biasa mendatangi kota-kota pelabuhan itu adalah berasal
dari Malaka, Palembang, Fansur (Barus Hilir), Tanjungpura, Lawe, Jawa. Larangan itu
kemungkinan terjadi atas permintaan Portugis yang sudah menduduki Malaka pada tahun
1511 dan bermaksud menjalin kerja sama dengan Kerajaan Sunda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ferry Syarifudin dan ali saksi dalam buku berjudul praktik ekonomi dan keuangan
syariah olah Kerajaan islam di Indonesia menjelaskan bahwa Kerajaan Cirebon didirikan
oleh Raden Walasungsang atau Paneran Cakrabuana, yaitu putra dari prabu siliwangi,
Raja Kerajaan Pajajaran pada tahun 1430.
Selanjutnya, dibawah kepemimpinan dari Pangeran Cakrabuana, Cirebon akhirnya
berkembang sangat pesat dan menjadi lokasi persinggahan para pedagang. Sebab,
lokasinya sangat strategis, yakni berada di perbatasan jawa timur dan jawa barat.
Pangeran Cakrabuana dan adiknya yang Bernama Lara Santang kemudian
menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan, Lara Santang menikah dengan Sultan Mesir,
yaitu Syarif Abdillah bin Nurul Alim. Dari pernikahan ini, lahirlah Syarif Hidayatulloh di
tahun 1448.
Pada tahun 1479, Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati memperoleh izin dari
Pangeran Cakrabuana untuk menghentikan upeti terhadap Kerajaan Pajajaran.
Penghentian upeti inilah yang sekaligus menandai Cirebon telah lepas dari Kerajaan
Pajajaran.
Maka sejak saat itu, Kesultanan Cirebon atau Kerajaan Cirebon secara resmi
berdiri sebagai Kerajaan maupun wilayah yang Merdeka. Sunan Gunung Jati diangkat
sebagai raja pertama di Kerajaan Cirebon. Masa kejayaan Kerajaan Cirebon berada
dibawah kekuasaan Sunan Gunung Jati di tahun 1479-1586. Pada masa itu, Cirebon
sangat maju dalam segi perdagangan, agama, serta politik.
B. Saran
Sebelum mengakhiri penulisan ini, penulis bermohon agar rahmat Allah selalu menyertai
penulis dan pembaca, dan kiranya Allah mengampuni segala kesalahan, baik tindakan,
ucapan maupun tulisan. Kita juga bermohon kiranya Allah mengampuni ucapan yang
tidak sesuai dengan pengamalan, atau tulisan yang tidak sesuai dengan kebenaran,
demikian juga niat yang tidak dipenuhi dengan keikhlasan.
Selain itu penulis berharap juga kepada pembaca agar dapat memberikan sumbangsihnya
dalam penulisan ini, berupa kritikan dan saran yang konstruktif sehingga penulisan ini
dapat menjadi pengetahuan yang dapat dinikmati dan memberikan manfaat baik bagi
penulis maupun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
“Cai” berasal dari Bahasa sunda yang berarti air, dan “rebon” berarti udang kecil. Dalam
penggunaannya, kata “cai” sehingga menjadi ci-rebon.
P. S. Sulendraningrat, op. cit.,hlm. 15.
M. Sanggupri Bochari dan Wiwi kuswiah, loc.cit.,
P. S. Sulendraningrat, op.cit.,hlm 33. 9Misi ekspansi agama islam ke Indonesia
merupakan pengenbangan islam di pulau jawa yang dilakukan dengan jalan damai, bukan
jalan kekerasan. Pengenbangan islam di daerah Malaya dan Indonesia tidak
menghapuskan pengaruh india tapi merupakan konversi antara budaya hindu dengan
islam. (Toynbee, 2006:620)
OP. S. Sulendranigrat, op.cit.,hlm. 20. Ibid., hlm. 15.