KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan islam di Kalimantan” sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam program studi Pendidikan
Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim M. Nur Salim Azmi, M.Ag. yang telah banyak memberikan bimbingan
dan petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang
telah memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan
literatur-literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.
Amuntai, tanggal
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Kalimantan, Islam datang melalui berbagai saluran yang melibatkan
perdagangan, perkawinan, tasawuf, birokrasi pemerintahan, dan pendidikan.
Ada sejumlah teori mengenai asal kedatangan Islam di Nusantara, termasuk di
Kalimantan, seperti Teori Arab, Teori India, Teori Persia, dan Teori China.
Meskipun ada beberapa nama pendakwah awal yang terkenal dalam kisah
rakyat Kalimantan, Proses Islamisasi di Kalimantan pada saat itu dimulai pada
abad ke-7 hingga ke-10, namun mulai berkembang pesat pada abad ke-11
hingga 15. Berbagai komunitas etnis, baik lokal maupun asing, turut serta
dalam menyebarkan Islam di wilayah ini, menciptakan keragaman budaya dan
sejarah Islam yang kaya di Kalimantan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal kedatangan islam di kalimantan?
2. Bagaimana Masa Kedatangan, Islamisasi, Pertumbuhan dan
Perkembangan Islam di Kalimantan?
3. Apa saja macam macam saluran Islamisasi di kalimantan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Asal kedatangan islam di kalimantan
2. Mengetahui Masa Kedatangan, islamisasi, pertumbuhan dan
perkembangan Islam di kalimantan
3. Mengetahui Macam macam saluran islamisasi di kalimantan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ulama yang berasal dari Arab (Yaman, Hadramawt). Hanya Syaikh Husein (Tok
Mangku) yang populer disebut berasal dari Arab (Makkah) dan Said Ahmad
Maghribi orang Arab yang berasal dari Maroko (Afrika Barat), demikian juga
dengan Habib Syarif Husein merupakan ulama yang berasal dari Arab
(Hadramaut). Tetapi beliau bukan sosok awal pelaku Islamisasi di Kalimantan
Barat. Namun kehadirannya memperkuat proses islamisasi yang sudah berjalan di
sepanjang wilayah kerajaan- kerajaan Islam terutama di Sukadana, Mempawah
dan Pontianak oleh keturunannya. Kehadiran China muslim di Kalimantan Barat
lebih awal diidentifikasi kehadirannya pada awal abad ke-15. Moh. Haitami Salim
menyebutkan bahwa telah ada muslim China yang datang di wilayah Sambas
sekitar tahun 1407, mereka disebut sebagai Muslim Hanafi (karena bermazhab
Hanafi). Selain itu, beberapa anak buah dari Laksanama Cheng Ho ketika
melakukan ekspedisi ke sejumlah negara pada tahun 1463 M memilih untuk
menetap dan membaur serta membawa ajaran Islam ke Masyarakat Kalimantan
Barat.1
Meski ada ketidakjelasan nama asli dan asal-usul pada beberapa nama ulama
pendakwah Islam, namun Islamisasi di kawasan Kalimantan dilakukan oleh
bangsa Arab sendiri tidak bisa dipungkiri. Hal ini mengingat rute perdagangan
internasional dari Timur Tengah hingga ke China sebagaimana disebutkan oleh
Uka Tjandrasasmita mengikuti rute pelayaran dan perdagangan dari Arab-Persia-
India- dunia Melayu-Tiongkok.2 Para pedagang Arab itu biasanya singgah di
beberapa sejumlah pelabuhan untuk berdagang. Salah satu rute yang mereka lalui
menuju Tiongkok adalah melewati wilayah Brunei. Dalam beberapa catatan,
disebutkan bahwa kedatangan Islam di Brunei secara arkeologis dibuktikan telah
terjadi pada abad ke-11. Bukti arkeologis itu seperti yang ditunjukkan oleh Uka
Tjandrasasmita adalah batu nisan putri Sultan Abdul Majid bin Sultan Muhammad
Shah tertanggal 440 H atau 1048 M. Menurut Uka, penyebaran Islam di wilayah
Brunei ini merupakan tanggung jawab utama para pedagang Arab dan Persia. 3
1
Moh. Haitami Salim, dkk. Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat (Jakarta: Puslitbang
Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2011), 27 dan 71.
2
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara (Jakarta: KPG [Kepustakaan Populer Gramedia],
2009), 21.
3
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, 25.
3
Dengan demikian, Islamisasi di pulau Kalimantan telah terjadi setidaknya pada
abad ke-11. Tidak mengherankan jika kemudian Kesultanan Brunei yang
terbentuk beberapa abad kemudian berupaya melakukan Islamisasi, salah satu
contohnya adalah upaya Islamisasi melalui jalur politik dan perkawinan yang
dilakukan oleh Raja Tengah dari Brunei (Raja Serawak) di wilayah Sukadana dan
Sambas Kalimantan Barat.
4
Lama Kecamatan Anggana tertulis nama beliau sebagai Habib Hasim bin
Musaiyah. Di Kalimantan Utara, di daerah Bulungan, terdapat makam ulama yang
bernama Said Ahmad Maghribi di Salim Batu. Ulama ini diklaim sebagai orang
Arab yang berasal dari Maroko, datang ke wilayah Bulungan untuk menyebarkan
Islam pada abad ke-17.
Perlu dicatat pula, bahwa peran muslim dari kalangan penduduk asli
Nusantara yang terpelajar di bidang agama juga ikut andil dalam Islamisasi
wilayah Kalimantan. Tidak kalah pentingnya juga adalah faktor regional
Kalimantan yang telah dikelilingi oleh kerajaan- kerajaan Islam. Di utara ada
Kesultanan Brunei dan Sarawak, di selatan ada Kesultanan Demak dan pengaruh
Wali Songo terutama Sunan Giri, di Barat ada sejumlah Kesultanan di Sumatera
seperti Kesultanan Malaka, Kesultanan Aceh dan Kesultanan Palembang, dan di
timur ada Kesultanan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan. Beberapa kesultanan ini
5
memiliki andil dalam islamisasi kawasan Kalimantan. Kesultanan Brunei
memiliki kontribusi dalam melakukan islamisasi di Kalimantan Barat terutama
Sambas melalui Raja Tengah (sultan Sarawak asal Brunei) dan Raden Sulaiman
(anak Raja Tengah). Kesultanan Demak memilik kontribusi dalam islamisasi di
Kalimantan Selatan melalui utusannya Khatib Dayan. Kyai Gede, ulama penyebar
Islam di Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah) disebut-sebut juga berasal dari
Demak. Kesultanan Gowa Tallo memilik kontribusi dalam islamisasi di
Kalimantan Timur melalui dua utusannya yaitu Tuan Tunggang Parangan dan
Dato ri Bandang.
Terkait dengan kapan Nusantara mengalami proses Islamisasi Ada dua teori
yang mengemuka. Ada yang berteori bahwa Islam Telah mulai masuk ke
Nusantara pada abad ke-7 dan adapula yang Berteori bahwa Islam masuk ke
Nusantara pada abad ke-13.
Ada yang berteori bahwa Islam telah mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-7
dan adapula yang berteori bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13.
Setelah memperhatikan sejumlah pendapat narasumber Praseminar Sejarah,
6
Ahmad Basuni dalam bukunya Nur Islam di Kalimantan Selatan menyimpulkan
bahwa Islam telah datang ke Kalimantan pada abad ke-7 atau pada awal abad ke-
8. Islam kemudian mulai tersebar di kalangan penduduk lokal pada abad ke-10.
Kemungkinan berikutnya, menurutnya, Islam masuk ke Kalimantan sekitar tahun
1250 M (abad ke-13) dan berkembang pesat setelah abad ke-16 6. Jika
menggunakan versi Ahmad Basuni ini, maka dapat disimpulkan bahwa
kedatangan Islam di Kalimantan berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-10, Islam
kemudian mulai diterima dan dianut oleh penduduk Kalimantan pada abad ke-11
hingga 15, kemudian Islam mulai berkembang pesat dan diterima secara masif
mulai pada abad ke-16.
6
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan (Sejarah Masuknya Islam Di Kalimantan),
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986), hal.8
7
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan, hal 10-11.
7
pembentukan masyarakat muslim terlebih dahulu. Salah satu bukti yang dijadikan
dasar adalah surat Pangeran Samudera kepada raja Demak yang ditulis dalam
format aksara Arab-Melayu. Bukti ini menunjukkan bahwa proses pembentukan
masyarakat muslim telah lama terjadi di Banjarmasin, karena untuk membentuk
masyarakat muslim yang memiliki kepandaian membaca dan menulis Arab
membutuhkan waktu yang tidak singkat8.
8
M. Suriansyah Ideham, et. All (eds), Sejarah Banjar (Banjarmasin: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2007), hal 91.
9
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan,hal 16-19
8
Perkembangan Islam semakin kuat ketika sejumlah tempat ibadah dan
lembaga pendidikan serta lembaga peradilan agama dibuka. Perkembangan itu
semakin kuat saat ditopang oleh terbentuknya kota-kota muslim dan bandar niaga
yang dikuasai oleh pedagang muslim di bawah kekuasaan kesultanan. Kombinasi
sekian faktor itu turut mendorong perkembangan Islam dengan pesat, Kondisi
inilah yang terjadi di Nusantara termasuk di kawasan Kalimantan. Faktor utama
penghambatnya adalah adanya intervensi dan penetrasi kekuatan politik dan
militer penjajah Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda) yang sangat
mengganggu stabilitas sosial-politik dan ekonomi kesultanan. Kondisi ini dialami
oleh kerajaan Islam di Kalimantan, terbukti dengan terjadinya perlawanan dan
peperangan antara pihak kerajaan dengan Belanda (baik VOC maupun Hindia
Belanda). Meski secara politik dan ekonomi, kawasan ini sempat dikuasai oleh
Belanda namun agama Islam tetap berkembang pesat di sepanjang daerah pesisir
Kalimantan dan kemudian sedikit demi sedikit memasuki wilayah pedalaman.
Sulitnya Islam menembus daerah pedalaman di antaranya karena akses ke
pedalaman yang cukup berat, masyarakat Dayak yang agak tertutup dengan
budaya luar dan ‘balapan’ dengan misi zending atau misionaris yang agresif
memasuki wilayah pedalaman.
1.Saluran Perdagangan
10
Rahmadi, S.Ag., M.Pd.I, ISLAM KAWASAN KALIMANTAN (Banjarmasin: ANTASARI PRESS, 2020),
hal 79-82
9
berperan dalam membawa pedagang Muslim dari Jawa ke wilayah ini. Kerajaan
Kutai Kartanegara memiliki pelabuhan di Tepian Batu yang ramai dikunjungi
pedagang antarpulau dan antarnegara. Samarinda menjadi pusat perdagangan
maritim internasional setelah pusat kerajaan pindah ke Tenggarong. Sukadana
juga memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh pedagang internasional sejak
era Kerajaan Tanjung Pura. Kehadiran kerajaan maritim dengan pelabuhan
internasional ini memperkenalkan penduduk lokal di Kalimantan dengan agama
Islam. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India berperan dalam
menyebarkan Islam di kalangan penduduk lokal. Pelabuhan-pelabuhan niaga
memudahkan muballigh dalam mengakses wilayah-wilayah kerajaan pesisir,
sehingga
2. Saluran Perkawinan
Salah satu saluran islamisasi yang juga banyak dipakai oleh para Raja muslim
dan para ulama adalah melalui saluran perkawinan. Di Kalimantan contoh saluran
ini dapat dilihat pada kasus perkawinan Putra Sultan Tengah (Raja Serawak dari
Brunei) yang bernama Raden Sulaiman dengan Mas Ayu Bungsu (putri dari Ratu
Sepudak, Penguasa Sambas Hindu), dari perkawinan inilah kelak terjadi Peralihan
Sambas dari Kerajaan bercorak Hindu-Budha menjadi Kerajaan bercorak Islam
dan rakyatnya kemudian banyak yang Beragama Islam. Contoh perkawinan
berikutnya yang berdampak Pada islamisasi adalah perkawinan antara Putri
Petung (penguasa Sadurangas) dengan Abu Masyur Indra Jaya yang muslim. Dari
Perkawinan ini kemudian menurunkan raja-raja dari Kerajaan Atau kesultanan
Paser sekaligus juga peralihan agama rakyat Saudarangas dari agama leluhur
(animis) ke agama Islam. Di Pedalaman Kalimantan, di daerah hulu Barito, Sultan
Muhammad Seman dalam masa perlawanannya terhadap Belanda, beberapa kali
Menikahi putri kepala Suku Dayak yang menjadi salah satu faktor Meningkatya
islamisasi di daerah pedalaman Kalimantan Tengah Yang sebelumnya sudah
berjalan.
3. Saluran Dakwah
10
Islamisasi lewat saluran dakwah dilakukan oleh para muballigh Profesional
atau ulama termasuk ulama sufi pengembara. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, bahwa di Kalimantan Tersebar sejumlah makam ulama yang
diidentifikasi sebagai ulama Penyebar Islam di kawasan Kalimantan. Di antara
mereka ada yang Datang sebagai pedagang sambil menyebarkan Islam, ada yang
Mengembara ke berbagai daerah untuk menyebarkan Islam dan ada Pula yang
menjadi ulama utusan dari kesultanan atau wilayah lain. Di antara ulama yang
melakukan dakwah di Kalimantan itu adalah Khatib Dayan, Makhdum Baginda
Raja, Said Ahmad Maghribi, Tuan Tunggang Parangan, Syekh Syamsuddin,
Syekh Husein (Tok Mangku), dan lainnya.
4. Saluran Politik
5. Saluran Pendidikan
11
Nama pesantren baru digunakan di kawasan Kalimantan pada pada dekade 50-an
meskipun praktiknya sudah dilakukan sejak lama. Lembaga-lembaga pendidikan
inilah yang kemudian melahirkan ribuan ulama dan kalangan santri. Di antara
lembaga pendidikan Islam yang banyak memproduksi ulama adalah Pondok
Pesantren Darussalam Martapura dan Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah di
Amuntai. Dengan hadirnya ulama dan santri yang diproduksi lembaga pendidikan
di kawasan Kalimantan ini maka kualitas pengetahuan keislaman umat Islam di
kawasan Kalimantan semakin meningkat, termasuk pula dalam hal praktik
pengamalannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
Islamisasi Kalimantan, yaitu perdagangan, perkawinan, dakwah,politik serta
pendidikan. Saluran-saluran ini berperan penting dalam penyebaran dan
pemahaman Islam di kawasan tersebut, yang mana sudah sedikit kami jelaskan di
pembahasan yang telah berlalu tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Haitami salim, 2011, Sejarah Kesultanan Sambas, Kalimantan Barat, STAIN
Pontianak, Kerjasama Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,
Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI dengan Pusat
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M).
Luqman Abdul Jabbar, 2013, Sejarah Kerajaan Kubu, Pontianak, STAIN Pontianak
Press.
Ahmad Basuni, 1986 Nur Islam di Kalimantan Selatan, Surabaya, PT Bina Ilmu-ilmu.
13
M. Suriansyah Ideham, 2007, Sejarah Banjar, Banjarmasin, Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
14