Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PERADABAN ISLAM DI SULAWESI”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


SPI
Dosen Pembimbing:
MUHAMMAD NURSALIM AZMI M.Pd

Oleh Kelompok 12:


1.SALAPUDIN
2.SATRIA RAMADHAN
3.SAYYID HASIM
4.SAYYID JA’FAR

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “pertumbuhan dan perkembangan peradaban islam di Sulawesi”
sebagai salah satu tugas pada mata kuliah “SPI” program studi Pendidikan bahasa
arab (PBA) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
MUHAMMAD NURSALIM AZMI yang telah banyak memberikan bimbingan
dan petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang
telah memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan
literatur-literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Sejarah masuknya islam di sulawesi ......................................... 3
B. Kerajaan Kerajaan islam di Sulawesi......................................... 4
C. Perkembangan sastra (islam) bugis makassar

BAB III PENUTUP....................................................................................... 12


A. Kesimpulan................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan, dll. Tokoh penyebar Islam adalah walisongo antara lain; Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga,
Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim)

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk


pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M,
penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki
kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa
kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak,
Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah
campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan
oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di
Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Islam datang ke Asia
Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan


terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan
ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi
semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.
Yang terbesar di antaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam
Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar
sepanjang sejarah Hadramaut. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan

1
dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah
bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai
daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan
terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena
kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang
penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum
kolonialis. Setiap kali para penjajah, terutama Belanda menundukkan kerajaan
Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya
melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali
melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan umat Islam Nusantara dengan umat Islam
dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan
kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam Nusantara dengan akarnya,
juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang
Arab dengan pribumi.

B. Rumusan Masalah
1. sejarah masuknya Islam di Sulawesi
2. Kerajaan Kerajaan islam di Sulawesi
3. Perkembangan sastra (Islam) Bugis Makassar

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan pertumbuhan islam di Sulawesi
Terutama Awal masuknya kerajaan Islam di Sulawesi dan kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di sana serta perkembangan Islam di Sulawesi yang dapat dilihat dari sastra
Islam Bugis Makassar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi

Awal Masuknya Islam Penyebaran Islam di Nusantara


pada awalnya tidak bisa dilepaskan. dari aktivitas perdagangan.
Demikian halnya dengan kedatangan Islam di Gowa.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang
dimungkinkan karena di dalam ajaran Islam tidak dibedakan
antara tugas keagamaan seorang Muslim, sebagai penyebar
nilai-nilai kebenaran, dan profesinya sebagai pedagang. Setiap
Muslim, apapun profesinya, dituntut untuk menyampaikan
ajaran Islam sekalipun satu ayat.

Sekalipun para pedagang Muslim sudah berada di


Sulawesi Selatan sejak akhir Abad XV, tidak diperoleh
keterangan secara pasti, baik dari sumber lokal maupun sumber
dari luar, tentang terjadinya konversi ke dalam Islam oleh salah
seorang raja setempat pada masa itu, sebagaimana yang terjadi
pada agama Katolik

. Agaknya inilah yang menjadi faktor pendorong para


pedagang melayu mengundang tiga orang mubalig dari Koto
Tangah (Kota Tengah 1) Minangkabau ke Makassar untuk
mengislamkan elit Kerajaan Gowa Tallo. Inisiatif untuk
mendatangkan mubalig khusus ke Makassar sudah ada sejak
Anakkodah Bonang (Nahkodah Bonang2). Ia adalah seorang
ulama dari Minangkabau sekaligus pedagang yang berada di
Gowa pada pertengahan Abad XVI (1525).

Keberhasilan penyebaran Islam terjadi setelah


memasuki awal Abad XVII dengan kehadiran tiga orang

3
mubalig yang bergelar daruk dari Minangkabau.3 Lontana Wajo
menyebutkan bahwa ketiga daruk itu datang pada permulaan
Abad XVII dari Koto Tangah, Minangkabau. Mereka dikenal
dengan nama Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua
(Makassar), yaitu: (1) Abdul Makmur, Khatib Tunggal, yang
lebih populer dengan nama Datuk ri Bandang; (2) Sulaiman,
Khatib Sulung, yang lebih populer dengan nama Datuk
Patimang: (3) Abdul Jawad, Khatib Bungsu, yang lebih dikenal
dengan nama Datuk ri Tiro.

Ketiga ulama tersebut yang berasal dari Kota Tengah


Minangkabau, diutus secara khusus oleh Sultan Aceh dan Sultan
Johor untuk mengembangkan dan menyiarkan agama Islam di
Sulawesi Selatan. Mereka terlebih dulu mempelajari
kebudayaan orang Bugis-Makassar, di Riau dan Johor, tempat
orang-orang Bugis-Makassar berdiam. Sesampainya di Gowa,
mereka memperoleh keterangan dari orang-orang Melayu yang
banyak tinggal di Gowa, bahwa raja yang paling dimuliakan dan
dihormati adalah Datuk Luwu', sedangkan yang paling kuat dan
berpengaruh ialah Raja Tallok dan Raja Gowa.1

B. Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi

Pertumbuhan Islam di Indonesia tidak lepas dari adanya


Kerajaan-kerajaan.Islam di Nusantara yang memupuk
tumbuhnya Islam di Indonesia. Di sini kami akan membahas
kerajaan-kerajaab Islam di Sulawesi

Masih di belahan timur Nusantara, Sulawesi adalah


wilayah yang dibahas di bagian ini. Tiga kerajaan tumbuh di
Sulawesi pada periode awal perkembangan Islam, yani Gowa-
Tallo, Bone dan Wajo. Seperti hal- nya kerajaan-kerajaan lain di

1
Rahmat Sunnara. Sejarah Islam Nusantara, Buana Cipta Pustaka, 2009, hal.51

4
Nusantara pada umumnya, pengalaman Sulawesi juga
memperlihatkan satu pola di mana kerajaan mengalami proses
pembentukan dan kemajuan seiring dengan keterlibatannya
dalam perdagangan maritim internasional. Didukung sumber
daya alam yang melimpah, kerajaan-kerajaan di Sulawesi
berkembang menjadi satu poros jalur perdagangan di timur
Nusantara2

a.Kerjaan Goa-Tallo

Gowa, atau dikenal sebagai Goa adalah sebuah kerajaan


yang terletak di daerah Sulawesi Selatan. Apabila
membicarakan Kerajaan Gowa tentunya tidak dapat dipisahkan
dengan Kerajaan Tallo. Kedua kerajaan ini disebut- sebut
sebagai kerajaan kembar dan memiliki sinergi dalam
kekerabatan dan hubungan kerjasama. Konon, beberapa sumber
menyebutkan bahwa kedua kerajaan ini awalnya merupakan
tanah kekuasaan kerajaan kuno di Sulawesi Selatan, yaitu
Kerajaan Siang.

Tak diketahui secara pasti kapan kerajaan Gowa


terbentuk, tetapi diperkirakan raja Gowa pertama,
Tumanurunga, mulai memerintah pada abad ke-13. Awal
mulanya, di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas yang
disebut Bate Salapang atau Sembilan Bendera, yaitu Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei,
Sero, dan Kalili. Bate Salapang ini kemudian bergabung secara
damai untuk membentuk Kerajaan Gowa3

Pada mulanya, penguasa dan rakyat Gowa maupun Tallo adalah penganut
animisme. Agama Islam mulai masuk di Sulawesi Selatan karena adanya dakwah
dari Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaiman dari Minangkabau. Pada tahun 1605,

2
Jajat Burhanudin. Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Kencana, 2017, hal.33
3
Dr. Sarkawi B.Husain,M.Hum. Sejarah Masyarakat Islam Indonesia, Airlangga university press
dan LP3UA, hal.323

5
I Mangari Daeng Manrabbia, raja Gowa memeluk agama Islam dan bergelar
Sultan Alauddin. Sedangkan raja Tallo, Kraeng Mantoaya, bergelar Sultan
Abdullah. Dua tahun setelahnya, raja kedua kerajaan menetapkan Islam sebagai
agama resmi rakyatnya.

Setelah menjadi kesultanan Gowa yang bercorak Islam,


rakyat sangat terikat pada norma adat yang dianggap sakral.
Norma adat ini kemudian didasarkan pada ajaran agama Islam
yang disebut dengan pangadakkang. Dengan masuknya Islam
pula, jabatan dalam struktur pemerintahan ditambah dengan
syara yang dikepalai seorang qadhi yang memiliki kewenangan
dalam urusan-urusan yang berkaitan dengan ibadah, seperti
penyelenggaraan sholat Jumat, hari-hari besar keagamaan, dan
ritual- ritual lainnya.4

b. Kerajaan Bone

Mencari tahu tentang sejarah berdirinya kerajaan Bone


hampir tidak ada bukti fisik yang dapat ditelusuri sebagai
penentu kapan sejarah awal Kerajaan Bone didirikan, sejarah
kerajaan Bone ditelusuri dengan mengandalkan tulisan-tulisan
kuno yang terdapat dalam lontara: Tetapi hanya sedikit
informasi yang didapatkan dari penggalian sejarah melalui
lontara yang dianggap sebagai sebuah fakta, bahkan mengenai
asal- usul Manurung-é (mnuruGE) disinyalir sebagai mitos yang
berkembang atau sebuah dongeng yang bersumber dari "suré La
Galigo" (suer I gligo) dan budaya tutur masyarakat Bone.
Namun, setelah era kepemimpinan Manurung-é kesadaran akan
perlunya pencatatan sejarah kerajaan Bone sepertinya mulai
mendapat perhatian khusus yang ditandai dengan keinginan
pihak kerajaan maupun masyarakat luas melakukan penulisan
4
Dr. Sarkawi B.Husain,M.Hum. Sejarah Masyarakat Islam Indonesia, Airlangga university press
dan LP3UA, hal.326

6
silsilah dan keturunan raja-raja, hal ini terbukti dengan adanya
lontara' yang ditulis dengan cermat sehingga kesahihannya
dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai cross check untuk
menentukan tahun kapan berdiri kerajaan Bone dari lontara,
maka perlu juga melihat singkronya peristiwa-peristiwa alam
yang tertulis dalam pararaton atau prasasti di bekas reruntuhan
kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan kejadian yang terjadi
di kerajaan Bone. Hal ini setidaknya memberikan gambaran
untuk membuat sejumlah asumsi untuk mengungkap masa awal
kerajaan Bone. Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan salah
satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone
yang dalam catatan sejarahdidirikan oleh ManurungngE
Rimatajang pada tahun 1330. Kerajaan Bone mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta
Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka
Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala,
pertengahan abad ke-17. Raja Bone pertama yang masuk Islam
adalah raja Bone ke-XI yang bernama Latenri Rawe Bongkang.
Setelah masuk Islam beliau bergelar Sultan Adam. Sejarah
masuk Islamnya raja Bone diawali dari telah didahuluinya
kerajaan Gowa dalam memeluk agama Islam. Saat raja Bone
belum masuk Islam kerajaan Bone belum dianggap sederajat
oleh kerajaan Gowa yang tak lain adalah kerajaan tetangga di
daerah Sulawesi. Maka untuk menyikapi sikap demikian
diutuslah seorang menteri dari Bone untuk menyampaikan hal
tersebut kepada rajanya bahwa kerajaan Bone tidak dianggap
setara oleh kerajaan Gowa yar telah memeluk Islam dan
mengajak kerajaan Bone untuk ikut bersama memeluk agama
Islam. Raja Bone dengan tegas menolak ajakan dari raja Gowa.
Penolakan tersebut akhirnya berujung pada peperangan antara
kerajaan Bone dan Gowa. Peperangan ini menurut pandangan
raja Gowa adalah peperangan antara Islam dan kaum Kafir.

7
Dalam peperangan itu kerajaan Bone menyerah kalah karena tak
mampu menghadapi serangan dari kerajan Gowa, selanjutnya
raja Bone memeluk Islam yang diikuti oleh rakyatnya.5

Raja Bone merupakan raja terakhir dari aliansi


Tellunpoccoe yang menerima Islam setelah ia mengalami
kekalahan dalam perang tahun 1611. Dengan masuknya Islam
Raja Bone, maka sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah
memeluk agama Islam, kecuali Tana Toraja.

c.kerajaan Makassar

Sejarah Berdiri Kerajaan Makassar Sulawesi selatan


adalah salah satu proving di Indiineria yang memili catatan
sejarah tentang kerajaan Islam kuho, centa tentang keberanian
rakyat Makassar atau suku Bugis, atau tentang solok Sultan
Hasanuddin yang begitu disegani oleh Belanda, sehingga tidak
salah jika Belanda memberikan julukan De Hoantjes van Het
Oosten stau Si Ayam Jantan dan Timur. Lahirnya kehidupan
besar di Sulawesi Selatan tidak lepas dan geografs daerah
Sulawesi Selatan itu sendiri yang memiliki posia yang sangat
strategis karena letaknya yang berada di jalur pelayaran
perdagangan Nusantara, sebuah posisi antara perjalanan dari
Jawa untuk menuju ke Maluku ataupun Manila, sebuah tempat
transit yang berada antara sumber dagang dan tempat Bandar-
bandar besar di Jawa, Makassar pun menjadi pusat persinggahan
para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur
maupun yang berasal dari Indonesia bagian 217 Barat. Dengan
posisi strategis tersebut maka kerajaan Makassar cepat
berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara. Masjid Makassar Di Sulawesi Selatan
5
Binuko Amarseto. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, RELASI INTI MEDIA, 2017, hal.297-
299

8
terdapat salah satu kerajaan islam terbesar, yaitu kerajaan
Makassar, kerajaan yang merupakan añliasi dan kerajaan Gowa
dan Talla, sebelum bahas lebih jauh tentang kerajaan Makassar
maka alangkah lebih baiknya kita membahas kerajaan Gowa
dan Tallo yang pada akhirnya nanti akan menjadi kesatuan dan
membentuk kerjaan Makassar. Kesultanan Gowa atau kadang
ditulis Goa, pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang atau
Sembilan Bendera yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa. Tombolo. Laklung, Parang-Parang Data. Agangjene.
Saumata, Bissel, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik
damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa Cerita dari pendahulu di Gowa
dimulai oleh Tumanurung sebagai pendin Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang6

Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 keraja yakni


kerajaan Gowa dan Talla. Kemudian, karajaan itir bersatu
dibawah pimpinan raja Gowa yaitu Daong Manrabba7

BAB III

Sastra (Islam) Bugis Makassar

Ada dua kategori utama jenis Sastra Bugis dan Sastra


Makassar. Katagori sastra yang pertama merupakan karya
budaya orang Bugis dan orang karya sastra Parsi dan dunia
Melayu, lalu disadur dalam bahasa Bugis dan bahasa Makassar

6
Binuko Amarseto. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, RELASI INTI MEDIA, 2017, hal.219
7
Binuko Amarseto. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, RELASI INTI MEDIA, 2017, hal.220

9
Pada katagori kedua ini termasuk pula di antaranya karya sastra
Bugis Makassar setelah menerima Orang-orang Bugis dan
Makassar memeluk agama. Kedua kategori sastra yang
dibicarakan ini disebut sebagai sastra (Islam) Bugis Makassar8

a.Kepustakaan Bugis dan Makassar

Naskah-naskah Bugis dan Makassar, hingga kini masih


dapat dijumpai di berbagai perpustakaan baik di dalam maupun
di luar negeri. Ada pula sejumlah naskah yang disimpan secara
pribadi sebagai pusaka. Naskah-naskah kuno tersebut adalah
kitab yang berisi berbagai macam teks, meliputi bahasan yang
luas tentang silsilah keturunan dan kronik, risalah agama, sastra,
perjanjian antarkerajaan, catatan harian serta panduan membuat
obat-obatan, mendirikan rumah, membuat perahu, dan lain-lain.
Para ahli menyebutkan bahwa orang Bugis dan Makassar mulai
membukukan kepustakaan mereka tersebut pada abad ke-14
(Caldewell, 2005: 35-74). yaitu sejak masa awal penulis eks
Galigo, sebuah teks yang dianggap sebagai teks Bugis tertua.9

b.Silsilah dan Kumpulan Catatan Sejarah dan Pengetahuan Naskah-naskah Bugis


Makassar

yang berisi silsilah, catatan harian, atau kumpulan berbagai catatan, terutama
menyangkut sejarah cukup banyak jumlahnya Kategon naskah yang berciri
sejarah biasa juga disebut dengan Lontaraq, yang dibedakan dengan Sureq sebagai
naskah berisi teks kususastraan (Mattulada, 1985: 19, 389-403; Enre, 1999: 23).
Katagori naskah ini memiliki fungsi yang penting dalam masyarakat. Lontaraq
silsilah, seperti Lontaraq Wajo, Lontaraq Kerajaan Bone, Lontaraq Kerajaan
Sidenreng, Petturioloang ri Tugowaya, dan lain-lain merupakan kepustakaan yang

8
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.179
9
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.182

10
berisi sejarah kerajaan dan silsilah raja-raja yang memerintah pada kerajaan
tersebut. Kumpulan catatan mengenai silsilah para raja, keluarga bangsawan
keluarga-keluarga tertentu disebut attoriolong (Mattulada, 1985: 17). Badi antara
warga masyarakat saat ini yang meminta dibacakan attoriolong (Bugis) atau
patturioloang (Makassar) untuk menelusuri asal-usul atau silsilah mereka serta
peristiwa-peristiwa kerajaan di masa lampau. Demikian pula naskah tersebut tidak
jarang dijadikan sebagai salah satu sumber dalam penulisan sejarah lokal Sulawesi
Selatan.

Kesusastraan Keberadaan kesusastraan Bugis dan sastra Makassar yang masih


dapat dijumpai hingga sekarang ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan,
menjadi bukti bahwa suku bangsa ini memiliki tradisi sastra yang cukup panjang.
Pada abad ke-14, orang Bugis telah melahirkan karya sastra yang dikenal luas
dengan nama sureg Galigo atau La Galigo (Peiras, 2006: 63), yang digolongkan
sebagai sastra besar pada masanya (ih Koolhof, 1995: 1) Bahkan sebelum
dibekukan, genre sastra yang bercin epik panjang ini telah hidup dalam kurun
waktu yang cukup panjang dengan cara penyampaian secara Isan (san murn).
Meskipun sambutan penikmatnya tidak sebesar pada masa lampua, tradisi
pembacaan La Galigo masih dapat dijumpa pada kalangan masyarakat tertentu di
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan Majalah Sure, 2008 16-171

c.Pengaruh Islam terhadap Sastra Bugis Makassar

Sastra yang dilahirkan dan atau diciptakan melalui hasil pemikiran dan
perenungan orang Bugis dan orang Makassar pada masa lampau, seiring dengan
perjalanan waktu mengalami perubahan atau perkembangan. Hal in berlangsung
terutama dengan terjadinya kontak dengan budaya luar yang masuk ke dalam
kehidupan mereka. Perubahan dengan memasukkan unsur-unsur baru atau unsur
asing dalam sebuah sastra tradisi seperti di atas, bukan berupa 'pengaruh yang
membawa citra kepasifan bangsa, tetapi lebih pada akulturasi yang merupakan
absorbsi dengan berbagai daya kreativitas penyair atau pengarang (Chamamah-
Soeratno, 2011: 37-38). Perubahan pergeseran di dalamnya pada hakikatnya
merupakan bentuk transformas g mengikuti semangat zaman' (lihat Jauss, 1983).
Hal seperti di atas terlihat setelah kedatangan Islam Sulawesi Selatan pada masa

11
lampau, membawa dampak tidak hanya dalam kehidupan sosial, politik, dan
keagamaan, melainkan juga dalam kehidupan bersastra. Pengaruh tersebut dimulai
dari pengaruh kebahasaan, poetika kosmogoni, dan religiusitas. Pengaruh
kebahasaan ditandai dengan penggunaan kata dalam bahasa Arab atau kata yang
terdapat dalam Alquran dalam teks sastra Bugis Makassar. Misalnya, dalam
pembukaan sebuah naskah Meong Mpalo diawali dengan baris pembuka, sebagai
berikut. Bismillahi rahmani rahim. Salamaq Passaleng pannesaéngngi galigona
méong mpaloe," Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Selamat. Pasal yang menyatakan kisah si kucing belang" (ih. Nurhayati-Rahman,
2009: 120).10

d.Sastra Bugis dan Makassar pada masa islam

Perkembangan kebudayaan Islam di Sulawesi Selatan antara lain dapat dilacak


melalui keberadaan naskah-naskah kuno, baik yang ditulis dengan menggunakan
huruf lontaraq maupun huruf Sérang. Naskah kuno tersebut memuat kesusastraan,
pengetahuan, dan ajaran keagaamaan. Karya-karya yang berciri Islam tersebut
berasal dari Persi dan Dunia Melayu, kemudian diterjemahan atau disadur dengan
melakukan penyesuaian dengan bahasa, kesusastraan, dan kebudayaan Bugis dan
Makassar. Berikut ini dibicarakan kepustakaan Bugis dan Makassar pada zaman
Islam.11

e.Cerita Nabi-Nabi

Cerita jenis ini lazim disebut Hikayat Anbiya' atau Surat Ambiya. Dalam
kepustakaan Bugis dan Makassar ditemukan sejumlah naskah yang berisi tentang
risalah kehidupan nabi. Lontaraq Pangissengeng Sakkeq Rupa (kitab berbagai
pengetahuan) dan Lontaraq Tulkiyamah berisi, antara lain berisi risalah
penciptaan Nabi Adam, Nabi Ibrahim as, Nabi Nuh as, Nabi Yusuf as, Nabi
Silaiman as, Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Muhammad saw, Nabi Musa12

10
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.191
11
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.197
12
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.197

12
e.Cerita yang Berkaitan dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW

Cerita tentang kehidupan Nabi Muhammau SAW cukup banyak ditemukan dalam
kepustakaan Bugis dan Makassar. Cerita yang termasuk dalam kategori ini adalah
cerita Assalenna Nurung Muhammaq (Kejadian Nur Muhammad). Mirajeqna
Nabi Muhammaq (Hikayat Nabi Mikraj), Bicaranna Nabi Muhammaq sibawa
Bellisiqe (Hikayat Nabi dan Iblis), Pertemuan Nabi dengan Jibril, Kisah Nabi
Muhammad menghadapi Kaum Qurais dalam penyebaran agama Islam,
Pertemuan antara Nabi Muhammad dengan Allah SWT, sabda Nabi Muhammad
tentang ajaran Islam, dan Dialog Nabi Muhammad dengan Nabi Sulaeman tentang
sifat-sifat terpuji, Cerita Nabi Muhammad bersama Halima, dan kisah Perang
Nabi Muhammad dengan Raja Laha. Ada pula cerita ayang berisi dialog atau
pesan Nabi Muhammad saw kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Cerita yang
termasuk dalam katagori ini adalah Pappasenna Nabi Muhammaq Lao ri Ali
(Hikayat Nabi Mengajar Ali). Pappasenna Nabi Muhammaq lao ri Halipana
(Pesan-pesan Nabi kepada para Khalifaur Rasyidin), Pesan Nabi kepada Fatima
tentang ciri-ciri laki-laki yang baik, dan Pesan Nabi kepada cucunya, Hasan.13

f.Kisah Sahabat dan Kerabat Nabi

Kisah-kisah yang termasuk dalam katagori ini adalah kisah kehidupan dan
perjuangan sahabat-sahabat dan kerabat Nabi Muhammad, seperti Kisah
Khadijah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Hikayat Hasan dan Husein, dan lain sebagainya. Kisah-kisah ini juga
diterjemahkan ke dalam Bahasa Bugis dan Makassar, yang pada umumnya ditulis
dengan menggunakan huruf Serang14

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah adalah bahwa Islam masuk ke Sulawesi melalui
13
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.198
14
Abdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni, Balai Pustaka,2022,
hal.200

13
berbagai jalur dan berpengaruh signifikan terhadap Sulawesi, Terbentuknya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Gowa-Tallo, Bone, dan Makassar menjadi
tonggak penting dalam sejarah penyebaran agama dan budaya Islam di
Sulawesi. Di samping itu, perkembangan Islam bisa dilihat dari
berkembangnya sastra Islam di Bugis Makassar, seperti epos La Galigo dan
syair-syair keagamaan, mencerminkan warisan budaya dan spiritualitas yang
kaya di kalangan masyarakat Bugis Makassar, serta menjadi alat penting
dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Sunnara. Sejarah Islam Nusantara, Buana Cipta Pustaka, 2009.

Dr. Sarkawi B.Husain,M.Hum. Sejarah Masyarakat Islam Indonesia, Airlangga


university press dan LP3UA.

BinukoBinuko Amarseto. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, RELASI INTI


MEDIA, 2017.

JajatJajat Burhanudin. Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Kencana, 2017.

AbdulAbdul Hadi WM,dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia sastra dan seni,
Balai Pustaka,2022.

14

Anda mungkin juga menyukai