Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA SAMPAI ABAD KE-16

Perkembangan Kerajaan- Kerajaan Islam Di Kalimantan

oleh:

Rossa Dwi Prasetya (2111020076)

M.Akbar Firdaus (2111020068)

Dosen Pengampu:

Dra. Yulniza, M.Ag

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN IMAM BONJOL PADANG

2022
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang Diberikan-
Nya sehingga tugas makalah kelompok kami dengan tema “perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Kalimantan” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai
kewajiban untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sejarah Indonesia Abad Ke-16.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah Pengantar Studi Sejarah
Peradaban Islam, Ibuk Drs. Yulniza, M.Ag

Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi
bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Imam Bonjol Padang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, 25 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2

A. Perkembangan kerajan -kerajan Islam di Kalimantan..........................................................2


B. Kesultanan Negara islam di Kalimantan..................................................................9

BAB 3 PENUTUP ..........................................................................................................................

A. Simpulan ............................................................................................................................10
B. Saran .................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses masuknya Islam ke Indonesia telah dinilai dan diungkapkan oleh banyak
ahli.Tahapan proses di Nusantara terbagi menjadi tiga fase, yaitu proses kedatangan di abad Ke-7,
proses penyebaran di abad ke-11 dan proses perkembangan di abad ke-13. Hal ini Juga memberi
pengaruh pada proses kedatangan, penyebaran dan perkembangan Islam di Kalimantan Selatan.
Tulisan ini adalah kajian pustaka yang berusaha memberikanGambaran tentang proses islamisasi
Kalimantan Selatan meliputi kedatangan, penyebaran Dan perkembangan Islam pada abad ke-15
sampai abad ke-17

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Islam masuk ke Kalimantan ?
B. Bagaimana negara Islam Kesultanan dikalimantan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islamisasi Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan, semula lebih dikenal dengan nama Borneo,Melalui tiga jalur.
Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai Kesultanan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jalur kedua, Islam datang dan disebarkan oleh para Mubaligh dari tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya Saat kerajaan Demak berdiri.
Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak
kader-kader yang akan melanjutkan misi Dakwah ini. Maka lahirlah para ulama besar,
salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Jalur ketiga para da’i datang
dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i Yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan
Tuan Tunggang Parangan.1Jatuhnya Kesultanan Malaka (1511) -sebagai bandar
perdagangan terbesar Dan teramai di Asia Tenggara saat itu- ke tangan Portugis, justru
membawa berkah Bagi penyebaran Islam. Sebagaimana jatuhnya Baghdad (1258),
runtuhnya kota Pelabuhan Malaka membuat perkembangan Islam lebih luas dan lebih jauh
dari Sebelumnya. Pedagang-pedagang muslim yang pindah dari Malaka kemudian
Mencari dan membuat pemukiman baru serta melakukan perdagangan ke daerahdaerah
bagian Timur kepulauan Nusantara. Oleh sebab itu proses Islamisasi secara Efektif di
daerah-daerah kepulauan Nusantara bagian Timur baru terjadi pada Dasawarsa kedua abad
ke-16. Di antara para pedagang muslim dari Malaka, banyak yang pindah dan menetap Di
Kalimantan. Sejak awal Kalimantan merupakan penghasil dan pusat perdagangan Intan.
Akhirnya di pesisir Kalimantan Barat bagian utara berdiri negara Islam yang

Masyhur, Kesultanan Brunei. Dan di bagian selatan pesisir Kalimantan Barat


berdiri Kesultanan Sukadana.Penyebaran Islam ke daerah-daerah Kalimantan
Selatan dan Timur banyak Dilakukan oleh orang-orang Islam yang datang dari
Jawa. Para Mubaligh banyak Dikirim oleh negara Islam Kesultanan Demak untuk
berdakwah menyebarkan ajaran Islam di daerah tersebut. Pusat dakwah Islam di
Kalimantan Selatan berada di Banjarmasin. Maka di daerah ini kemudian berdiri
sebuah negara Islam, Kesultanan Banjar. Sedangkan di Kalimantan Timur juga
berdiri sebuah negara Islam, Kesultanan Kutai, yang merupakan kelanjutan
kerajaan Kutai yang bercorak Hindu
1

1
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Penerbit Ombak Yogyakarta,

2012, h.193-194
Acep Zoni Saeful Mubarak, Hukum Keluarga Islam di Negara Brunei Darussalam, dalam Atho’ Mudzhar dan

2
B. Islam Kesultanan di Kalimantan

• Islam Kesultanan Brunei Darussalam (1425-1888)

Diperkirakan pada tahun 1425 M. Penguasa Brunei Wang Alak Betatar pergi ke Malaka
untuk mengunjungi Sultan Muhammad Syah,dan di sana ia masuk IslamNegara Brunei
terletak di pesisir Barat Kalimantan bagian Utara. Pengaruh Islam di negara ini sampai ke
Filipina. Banyak mubaligh dari Brunei yang dikirim ke pulau pulau yang sekarang menjadi
wilayah negara Filipina bagian Selatan. Peran Brunei dalam perdagangan cukup penting.
Itulah sebabnya Portugis pada tahun 1530 datang pada Sultan Brunei untuk memohon
normalisasi perdagangan dengan Malaka yang putus karena ulah Portugis mengekspansi
Malaka pada tahun 1511. Utusan Portugis juga meminta agar kapal-kapalnya diizinkan
untuk berlayar ke wilayah Brunei. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan Brunei yang
membuat lalu lintas perdagangan di Brunei semakin ramai.

Perdagangan Brunei-Filipina juga cukup ramai. Legapsi, seorang pelaut Spanyol yang
mendarat di Filipina pada tahun 1565 menjumpai banyak agen sultan Brunei di sana.
Komoditas yang diperjual-belikan antara lain; tembaga, timah, porselen Cina, kemenyan,
katun India, besi dan baja. Brunei banyak mengekspor baja ke Filipina. Kekuasaan Sultan
Brunei meluas sampai ke Serawak, Mindanao dan Luzon. Melihat perkembangan
kekuasaan Negara Brunei dan aktifitasnya dalam penyebaran Islam, membuat Spanyol
khawatir dan berusaha membendungnya. Raja Spanyol Filip V kemudian memerintahkan
De Sande, raja mudanya di Filipina untuk mengultimatum Sultan Brunei, Sultan Reksar
agar menghentikan usaha untuk menyebarkan Islam di Filipina. Tuntutan itu dengan tegas
ditolak sultan. De Sande kemudian dengan kekuatan militer yang tangguh menyerbu
Brunei dan berhasil mengalahkan pasukan kesultanan tersebut dan menguasainya pada
tahun 1578.4Pada awal abad ke-16, Kesultanan Brunei merupakan Negara yang kuat dan
memiliki otoritas tidak hanya meliputi seluruh pulau Borneo tetapi juga beberapa bagian
pulau-pulau Sulu dan Filipina. Namun kemudian memasuki abad ke-17 hingga pada abad
ke-18, kekuasaan Kesultanan Brunei mulai berkurang akibat adanya konsesi yang dibuat
dengan Belanda, Inggris, Raja Serawak, British North Borneo Companydan juga serangan-
serangan para pembajak. Namun kebijakan atas konsesi tersebut justru merugikan Brunei
sendiri. Dan akhirnya memasuki abad ke-19, wilayah Negara Brunei Darussalam
terreduksi menjadi sangat kecil sampai batas-batas yang ada sekarang

Pada tahun 1847 Sultan Brunei mengadakan perjanjian dengan Inggris Raya untuk
memajukan hubungan dagang dan penumpasan para pembajak. Perjanjian berikutnya
diadakan pada tahun 1881 yaitu perjanjian negara Brunei berada dibawah proteksi Inggris
Raya. Pada tahun 1963 negara Brunei berbentuk negara Merdeka Melayu Inggris dengan

Khaeruddin Nasution [Editor], Hukum Keluarga di Dunia Islam Moderen (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 176

3
tidak bergabung dengan federasi Malaysia. Sampai akhirnya tanggal 1 Januari 1984 Brunei
Darusalam menjadi negara Kesultanan yang merdeka dan berdaulat.Islam menjadi agama
resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar

Masuk Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah (1406-1408).8 Perkembangan
Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Di Malaka jatuh ke
tangan portugis (1511) sehingga banyak ulama dan pedagang Islam pindah ke Brunei.
Kemajuan dan perkembangan Islam semakian nyata pada Masa pemerintahan Sultan
Bolkiah (sultan ke-5), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh Pulau
Kalimantan (Borneo), Kepulauan Sulu, Kepulauan Balakac,Pulau Banggi, Pulau
Balambangan, Matanani, dan Utara Pulau Pallawan sampai ke Manila

•Islam Kesultanan Banjar (1526–1905)

Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari sebuah kerajaan Hindu Di Kalimantan


Selatan yaitu Kerajaan Daha. Pada akhir abad ke-15 Kalimantan Selatan dibawah pengaruh
Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Sukarama, ia mempunyai tiga orang
anak yaitu Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung, dan Putri Galuh. Peristiwa
kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari Konflik yang dimulai ketika terjadi pertentangan
dalam keluarga istana. Konflik Terjadi antara Pangeran Samudera dengan pamannya
Pangeran Tumenggung, yang Mana Pangeran Samudera adalah pewaris sah Kerajaan Daha
sesuai keputusan dari Raja Sukarama sebelum meninggal.20Pangeran Samudera adalah
cucunya Raja Pangeran Sukarama. Mengetahui Keputusan ayahnya ini, keempat puteranya
tidak menyetujuinya, terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi terhadap
kekuasaan Kerajaan Daha.21 Setelah Pangeran Sukarama meninggal, jabatan raja dipegang
ole anak tertuanya yaitu

Pangeran Mangkubumi. Karena pada saat itu Pangeran Samudera masih berumur 7
Tahun.Pangeran Mangkubumi tidak lama berkuasa, ia dibunuh oleh seorang pegawai
istana Atas hasutan Pangeran Tumenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi
Maka Pangeran Tumenggunglah yang menggantikannya sebagai raja Kerajaan Daha. Pada
saat itu, Pangeran Samudera menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung. Ia kemudian
dibantu oleh Patih Masih yang menguasai Bandar Pelabuhan Banjar. Karena tidak mau
menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung, maka Patih Masih ingin mengangkat
Pangeran Samudera sebagai Raja.22Patih Masih banyak bergaul dengan para Mubaligh
yang datang dari Tuban dan Gresik. Dari para Mubaligh inilah ia mendengar kisah tentang
Wali Songo dalam Memimpin Kesultanan Demak dan membangun masyarakat yang adil
dan makmur. Bagi Patih Masih, kisah tersebut sangat mengagumkan, seiring berjalannya
waktu, ia Akhirnya memeluk agama Islam.23Atas bantuan Patih Masih Pangeran

4
Samudera dapat menghimpun kekuatan Perlawanan dan mulai menyerang Pangeran
Tumenggung. Dalam serangan Pertamanya Pangeran Samudera berhasil menguasai Muara
Bahan, sebuah Pelabuhan strategis yang sering dikunjungi para pedagang luar, seperti utara
Jawa, Gujarat, dan Malaka.Peperangan berlangsung, Patih Masih mengusulkan kepada
Pangeran Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Demak. Waktu itu Sultan
Kerajaan Demak adalah Sultan Trenggono. Sultan Demak bersedia membantu dengan
Syarat Pangeran Samudera masuk Islam. Sultan Demak kemudian mengirimkan Bantuan
seribu orang tentara beserta seorang penghulu bernama Khatib Dayan Untuk
mengislamkan Pangeran Samudera beserta seluruh masyarakat Banjar.24Dalam
peperangan tersebut dengan bantuan dari Demak, Pangeran Samudera Memperoleh
kemenangan dan sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat Kraton dan rakyat
Banjar menyatakan diri masuk Islam.25Jumlah orang yang masuk Islam saat itu mencapai
400.000 orang.26Setelah masuk Islam pada tahun 1526 M, Kerajaan Daha berubah
menjadi Kesultanan Islam Banjar dan Pangeran Samudera pun diberi gelar Sultan
Suryanullah atau Sultan Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam Negara
Islam Kesultanan Banjar

Masa Keemasan Kesultanan Banjar

Puncak kejayaan Kerajaan Banjar terjadi di masa Sultan Mustain Billah, ia Menggantikan
ayahnya setelah ayahnya meninggal dunia, yaitu Sultan Hidayatullah. Pada masa ini, lada
menjadi komoditas perdagangan utama di Kesultanan Banjar. Banjarmasin sebagai ibukota
Kerajaan Banjar mulai berkembang menjadi bandar Perdagangan yang besar. Para
pedagang dari berbagai suku datang ke Banjarmasin Untuk mencari berbagai barang
dagangan seperti lada hitam, rotan, damar, emas, Intan, madu, dan kulit binatang.28
Khususnya lada hitam, komoditi yang satu ini menjadi primadona dalam Perdagangan
internasional. Sebagai bandar perdagangan, penduduk di Banjarmasin Banyak yang
berstatus sebagai pedagang. Mereka juga melakukan perdagangan Sampai ke Pulau Jawa,
tepatnya ke pelabuhan Banten 2

2
Harun Yahya, Kerajaan Islam Nusantara: Abad XVI Dan XVII (Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera, 1995), h.72
23 Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia , 392
25 J.J Ras, Hikayat Banjar a study in Malay Historiography (Leiden, 1968), 426, dalam: Nisa Ushulha, Kerajaan
Banjar Dan Perang Banjar (1859-18905 M), Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya 2016, h.17
26 Zuhri, Op.cit. h.389
27 Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 220

5
• Islam Kesultanan Sambas (1671 -1855 M)

Wilayah Kesultanan Sambas, saat ini terletak di ibukota Sambas, tepatnya di Antara pertemuan
tiga anak sungai yakni, sungai Sambas Kecil, sungai Sungai Subah, Dan sungai Teberau. Istana
Kesultanan Sambas berada di daerah Muara Ulakan,Sekarang di Desa Dalam Kaum, Kecamatan
Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Saat ini wilayah tempat Kesultanan
Sambas lebih dikenal dengan Masyarakat Melayu Sambas. Melayu Sambas merupakan
etnoreligius Muslim yang Berbudaya Melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar
wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang dan sebagian kecil
Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.47Jauh sebelum agama Islam masuk dan
berkembang di Kalimantan Barat, tepatnya Di Sambas, Islam sudah berkembang di daerah
Kalimantan bagian lain seperti Banjarmasin. Agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Arab
yang kemudian Diperkenalkan lagi oleh para pedagang dari Banjarmasin dan Brunei Darussalam.
Agama Islam masuk di Kalimantan Barat sekitar abad ke-15 Masehi. Daerah yang Pertama kali
bersentuhan dengan agama Islam adalah Pontianak pada tahun 1741, Matan pada tahun 1743,
dan Mempawah pada tahun 1750. Berdasarkan perkembangan agama Islam yang terjadi di
Kalimantan Barat, Turut berdiri juga Kesultanan Pontianak pada tanggal 23 Oktober 1771 Miladiah
(14 Rajab 1185 H) dengan raja yang bernama Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie. Dengan
semakin berkembangnya agama Islam di Kesultanan Pontianak, semakin Memudahkan terjadinya
proses Islamisasi terhadap daerah-daerah pedalaman yang Memiliki akses ke Kesultanan
Pontianak dan berada di daerah aliran sungai Kapuas. Proses ini banyak dilakukan oleh para
pedagang dari Banjarmasin dan Brunei Darussalam yang datang dengan tujuan berniaga.
Kebanyakan dari para pedagang

Ini melakukan perjalanan melalui aliran sungai Kapuas. Para pedagang masuk Ke Sambas dimulai
sejak abad ke-14 M yang pada waktu itu masih berada dalam Kekuasaan kerajaan Hindu. Dengan
melakukan proses perdagangan dan hidup Cukup lama di Sambas, para pedagang ini mendapat
izin dari raja untuk menetap. Penyebaran agama Islam bermula dari lingkungan kerajaan, seperti
melakukan Pernikahan campuran yang kemudian diikuti oleh raja. Ketika raja memeluk agama
Islam, sebagian besar penduduk ikut memeluk agama Islam. Kebanyakan yang ikut Memeluk
agama Islam adalah para pribumi yang berada di sekitar kerajaan dan Berada di daerah aliran lalu
lintas perdagangan sungai. Namun ada juga yang tidak Masuk agama Islam dengan melakukan
perpindahan ke daerah pedalaman atau ke Wilayah lain khususnya suku Dayak yang sebagian
menolak agama Islam.48Masuk dan semakin berkembangnya Islam di Sambas dimulai ketika
kedatangan Raja Tengah di Kota Bangun. Raja Tengah adalah seorang Raja Serawak yang Selama
40 tahun tinggal di daerah Sukadana/Matan dan Sambas. Raja Tengah yang Pernah tinggal di

6
Sukadana menikah dengan adik Sultan Matan, Sultan Muhammad Syafiuddin yakni Ratu Surya
Kesuma yang dikaruniai seorang anak bernama Raden Sulaiman. Raden Sulaiman kemudian
menjadi cikal bakal pendiri Kesultanan Sambas Dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I yang
berkuasa dari tahun 1631-1668 Merupakan Sultan pertama Sambas.49

Raden Sulaiman yang bergelar Sultan Muhammad Syafiuddin I merupakan Sultan Pertama yang
memeluk Islam dan membuat Islam semakin berkembang di Sambas. Hal ini dibuktikan dengan
diikuti oleh keluarga besar maupun kerabat Kesultanan. Oleh karena melihat dan terdorong
keluarga Kesultanan yang memeluk Islam, Banyak rakyat yang berada di sekitar daerah dan di
bawah pemerintahan Kesultanan Ikut serta memeluk Islam. Selain itu, terdapat juga masyarakat
yang sudah memeluk Islam jauh sebelum Sultan dan keluarga Kesultanan memeluk Islam.
Masyarakat ini Kebanyakan memeluk Islam karena sudah menikah dan hidup berbaur dengan
para Pedagang dari Arab, Gujarat, Brunei, dan Banjar.Berkembangnya Islam di daerah Sambas
sangat mempengaruhi perkembangan Islam di daerah lainnya. Saat Islam mulai masuk di daerah
Sambas, Kerajaan Hindu Masih berkuasa dan masih di perintah oleh seorang Ratu dengan gelar
Ratu Sepudak. Ratu Sepudak merupakan keturunan Majapahit terakhir yang berkuasa sebelum
Menyerahkan kerajaan kepada Raja Tengah. Raja Tengah merupakan anak dari Sultan Brunei,
Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) yang dikeluarkan dari negeri Brunei oleh abangnya Sultan
Abdul Jalilul Akbar karena perebutan kekuasaan ke Daerah Serawak dengan ditemani seribu orang
Sakai (hulubalang, prajurit yang Berasal dari suku Kedayan dan pulau Bunut). Selain para Sakai,
Raja Tengah juga Ditemani oleh orang-orang pembesar dan pemuda-pemuda yang akan menjadi
Pejabat penting, serta yang sudah menikah berangkat beserta keluarga mereka. 3

•Kesultanan Kutai Karta Negara (1732-1844)

Ada beberapa versi yang menerangkan tentang asal kata Kutai. Pertama, Kutai Berasal dari bahasa
Hindu (Sansekerta) quetairy yang berarti hutan lebat atau hutan Raya. Kemungkinan pemunculan
kata ini karena tanah Kutai memiliki kekayaan Alam yang Kesultanan Sambas berlimpah ruah,
diantaranya hutan. Versi kedua, Berdasarkan monografi Kutai tahun 1968, kata Kutai berasal dari
bahasa Cina yaitu Kho dan Thaiyang artinya Negara Besar, argumentasi pendapat kedua ini
setidaknya Dilihat dari beberapa peninggalan benda-benda antik yang berasal dari negeri Cina
Dan hal ini terjalin karena hubungan dagang dan kontak budaya.54Terlepas dari perbedaan versi
asal penamaan Kutai, setidaknya penyebutan kata Kutai mengingatkan bahwa kesultanan Kutai
adalah sebuah imperium yang telah Menaklukan kerajaan Hindu tertua di Indonesia pada tahun

3
Abang Gulam adalah seorang pedagang Melayu dari Minangkabau, Sumatera Barat yang bermukim di

Kampung Beladin, Saribas, Ansar Rahman, dkk.,op.cit. h. 28-29.

51 Ansar Rahman, dkk, Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah Daerah. Pontianak: TaurusSemar
Karya, 2001, h. 42-43

7
1605, yaitu kerajaan Martadipura/Martapura yang lebih dikenal sebagai kerajaan Mulawarman.
Dinasti Kudungga yang kemudian lebih dikenal dengan dinasti Mulawarman sebagai

Dinasti tertua di Nusantara berkuasa selama 12 abad dengan rajanya yang terakhir Mulawarman
Dharma Setia. Kekuasaannya meliputi kerajaan Pasir, kerajaan Sambaliung dan kerajaan kecil yang
terletak di hulu sungai Mahakam seperti kerajaan Sendawar, Pantun, Seri Muntai, dan Seri
Bangun.Nama lengkap Kesultanan Kutai adalah Kesultanan Kutai Karta Negara Ing Martadipura
(Martapura), hal ini menunjukan bahwa kesultanan ini bermula dari Dua kerajaan yang berbeda
yang kemudian disatukan dalam bentuk penaklukan Atas kerajaan Martadipura pada abad ke-17
yaitu semasa pemerintahan Pangeran Sinum Panji Mendapa (1635–1650). Kerajaan Martadipura
adalah kerajaan yang Hidup sejak abad ke-4 dengan Kudungga sebagai rajanya yang pertama,
terletak di Pedalaman (hulu) aliran sungai Mahakam. Sedangkan kerajaan Kutai adalah kerajaan
Melayu yang pada awal berdirinya merupakan koloni dari kerajaan Majapahit55 Yang setelah
menerima pengaruh ajaran Islam merubah nama menjadi kesultanan Kutai, dan pusat
pemerintahan kesultanan Kutai ini di muara sungai Mahakam. Istilah kesultanan diambil karena
raja yang berkuasa bergelar sultan, hal ini dimulai Sejak raja kutai yang ke 14 yaitu Sultan Aji
Muhammad Idris (1732-1739).56Suku asli kesultanan Kutai terbagi dari dua kelompok suku besar
yaitu pertama, Kelompok suku Melayu (Melayu Muda); terdiri dari puak pantun, Puak Punang,
Puak Pahu, puak Tulur Dijangkat dan puak Melani. Yang selanjutnya puak-puak ini Berkembang
menjadi suku Kutai yang memiliki bahasa yang sama tetapi dealek yang Berbeda. Kedua,
Kelompok suku Dayak (Melayu Tua); terdiri dari suku Tunjung, Bahau Benuaq Penihing Busang
dan ModangIslamisasi Kutai

Islamisasi Kutai

Mayoritas penulis kesejarahan Islam di Kalimantan Timur menyimpulkan bahwa Islam


berkembang di kerajaan Kutai dibawa oleh para Mubaligh dari Sulawesi Selatan. Namun ada dua
teori lain yang dikemukakan yaitu pertama, Islam dibawa oleh para pedagang dari Brunei di
Kalimantan Utara dan Moro Filipina Selatan yang Islamnya sudah ada sejak awal abad 16 melalui
kerajaan Bulungan atau Berau mengingat lalu lintas pelayaran diperairan Kalimantan Timur ini
sudah terbuka sejak berabad-abad lamanya. Kedua, Islam masuk dari Kalimantan
Selatan.58Konstruksi pengembangan dan Islamisasi Nusantara secara umum berlaku pula untuk
proses Islamisasi Kutai. Seorang raja memiliki peranan yang sangat strategis dalam mengemban
misi tersebut. Peran dan fungsi raja dalam di Kesultanan Nusantara yaitu fungsi pemerintahan
umum, pertahanan keamanan, dan penata bidang agama. Untuk fungsi yang terakhir ini seorang
raja atau sultan diberi gelar seperti, sayidin Panatagama Khlaifatullah – khalifah Allah pengatur
agama, di samping jabatan para raja, ada juga gelar-gelar yang menunjukan adanya pengaruh

Dan watak ketatanegaraan dari pelaksanaan syari’at Islam di Nusantara, yaitu, gelar Kanjeng
Penghulu, Penghulu Tuanku Mufti, Modin, Lebai dan sebagainya.59Hal demikian dibuktikan
dengan strategi yang diterapkan oleh Datuk Ditiro (Tunggang Parangan) yang bernama asli Abdul
Kadir Khatib, seorang mubaligh yang Berasal dari Minangkabau. Sebelumnya menyebarkan Islam

8
di Goa Tallo Makasar Dan selanjutnya mengIslamkan raja Aji Mahkota (1565-1607). Raja Kutai
pertama yang menerima ajaran Islam adalah Raja Mahkota (1545-1610) bergelar Aji Mahkota
Mulia Islam adalah raja ke – 6 kerajaan Kutai, yang diIslamkan oleh Datu Ditiro. Selanjutnya Islam
berkembang melalaui beberapa jalur, yaitu perdagangan, perkawinan, pendidikan dan seni
budaya.60 Pada abad pertengahan dikenal sebuah adagium Cuius regio illius est religi yang Berarti
rakyat yang tinggal di wilayah seorang raja, diwajibkan memeluk agama Raja. Dengan kata lain,
agama raja agama rakyat. Hal demikianpun terjadi dalam Kehidupan sejarah bangsa Nusantara,
pada masa kerajaan Majapahit dikenal pula Pola “mengagamakan” rakyat di dalam kerajaan
mengikuti agama ageming ratu(agama raja).Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Kutai
banyak dipengaruhi oleh nilainilai agama, karena nilai (agama) bagi masyarakat Kutai (Melayu)
merupakan kriteria Untuk memilih tujuan hidup, yang terwujud dalam prikelakuan, yaitu
keagamaan. Agama menjadi suatu penunjuk identitas dan status seseorang pada kehidupan
Masyarakat di tanah Kutai4

4
Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal 63

64 Murjani dkk, Eksistensi Agama Islam di Kabupaten Kutai, Laporan Penelitian, P3M STAIN, Tidak diterbitkan,

2001/2002, hal. 40

65 Gelora Mahakam …, Op.Cit., hal. 10

66 Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal. 4

9
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Selain negara-negara Islam yang di bahas di atas masih ada beberapa negara Islam Yang tidak di
bahas dalam tulisan ini. Diantaranya adalah Kesultanan Pontianak, Kesultanan Sukadana,
Kesultanan Pasir, Kesultanan Kotawaringin, Kesultanan Berau, Kesultanan Sambaliung,
Kesultanan Bulungan dan Kesultanan Gunung Tabur. Kesultanan Pontianak didirikan oleh
Pangeran Syarif Abdul Rahman al Qadri, yang berasal dari Mempawah, pada Januari 1772.
Sedangkan Sukadana awalnya adalah kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Setelah Majapahit runtuh dan digantikan Demak, maka kerajaan Sukadana menjadi bagian dari
Negara Islam Kesultanan Demak. Pada masa Kekuasaan Demak inilah Islam mulai masuk dan
berkembang di Sukadana dan Dipeluk oleh penduduknya. Pada tahun 1600 an daerah sepanjang
pantai telah Diislamkan semuanya. Perkembangan Islam yang begitu pesat tidak lepas dari peran
Seorang ulama yang bernama syekh Syamsudin. Saat itu Sukadana dipimpin oleh Sultan
Muhammad Safiudin (w.1677).Sebelum penjajah Eropa datang ke Kalimantan, Negara-negara
Islam yang Berbentuk kesultanan eksis di bumi Borneo, Kalimantan. Negara-negara tersebut
Berdaulat, memiliki wilayah, rakyat dan membina hubungan dengan negara lain -yang paling
kelihatan adalah hubungan dagang.

B. SARAN

Saran yang kami berikan adalah, semoga pembaca paham dengan apa yang tulis dalam
makalah ini, dan juga diminta kritik dan saran dari para pembaca, semoga kedepannya kami
sebagai penulis tidak mengulangi kesalahan yang sama.

10
Daftar Pustaka

Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Penerbit Ombak


Yogyakarta, 2012, h.193-194

Acep Zoni Saeful Mubarak, Hukum Keluarga Islam di Negara Brunei Darussalam, dalam Atho’
Mudzhar dan Khaeruddin Nasution [Editor], Hukum Keluarga di Dunia Islam Moderen (Jakarta:
Ciputat Press, 2003), h. 176

Harun Yahya, Kerajaan Islam Nusantara: Abad XVI Dan XVII (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Sejahtera, 1995), h.72

Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia , 392

J.J Ras, Hikayat Banjar a study in Malay Historiography (Leiden, 1968), 426, dalam: Nisa
Ushulha, Kerajaan

Banjar Dan Perang Banjar (1859-18905 M), Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan

Ampel Surabaya 2016, h.17 Zuhri, Op.cit. h.389 Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II, 220

Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal 63

Murjani dkk, Eksistensi Agama Islam di Kabupaten Kutai, Laporan Penelitian, P3M STAIN,
Tidak diterbitkan, 2001/2002, hal. 40

Gelora Mahakam …, Op.Cit., hal. 10

Pemkab. Kutai, Salasilah Kutai II, Pemkab Kutai, Tenggarong, 1979, hal. 4

11
12

Anda mungkin juga menyukai