NAJLA KHAIRUNNISA
USTADZAH LITA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang implikasi nilai
nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari
Tujuan saya dari membuat makalah adalah untuk melatih agar mampu menyusun karya ilmiah
secara benar dan cermat. Memberikan sumbangsih pemikiran baik berupa konsep teoritis mau
pun konsep praktis. Serta memperluas wawasan dan memberikan manfaat bagi perkembangan
konsep keilmuan mau pun pemecahan masalah
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam
makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang impilkasi nilai
nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca
PENDAHULUAN
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke VII M. Islam masuk
ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur utara, yaitu Arab (Makkah dan Madinah)-Damasku-
Bagdad-Gujarat (Pantai baru India)-Sri Lanka-Indonesia. Dan jalur Selatan, yaitu Arab (Makkah
dan Madinah)-yaman-Gujarat-Sri Lanka-Indonesia. Penyebaran Islam memerlukan proses yang
panjang. Penyebaran Islam dimulai dari pendekatan perorangan oleh para da’I yang berprofesi
sebagai pedagang. Kemudian, berkembang menjadi perkampungan muslim. Sampai puncaknya
adalah berdirinya Kerajaan Islam di berbagai wilayah di Nusantara.
SEJARAH ISLAM NUSANTARA
A. Masuknya Islam di Nusantara
1. Melalui Perdagangan
Pada awalnya, Islam dibawa pada abad ke-7 oleh para da’i yang berprofesi sebagai
pedagang dari berbagai wilayah Islam ke Nusantara dan disampaikan dengan cara damai kepada
penduduk Nusantara. Ajaran-Ajaran Islam merupakan ajaran agama yang sederhana serta mudah
dimengerti dan diterima, menjadikan penduduk Nusantara banyak yang mengikutinya. Selain itu
perilaku pedagang yang menyampaikan ajaran Islam tersebut sangat terpuji, ramah-tamah,
sopan, hidup bersih dan teratur, jujur dan berakhlak mulia, sehingga ajaran Islam disambut
dengan baik oleh para penduduk Nusantara.
2. Melalui Sosial Budaya
a. Perkawinan
Seorang penganut Islam menikah dengan orang yang belum menganut
Islam, sehingga pasangannya ikut masuk Islam dan terbentuklah keluarga
muslim.
b. Kesenian
Penyebaran Islam dengan menggunakan media seni wayang, music
rebana, sya’ir, dsb.
c. Akulturasi dan asimilasi kebudayaan
Hal ini dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur kebudayaan untuk
usaha penyebaran Islam. Misalnya, dengan menggunakan do’a-do’a Islam
dalam melaksanakan upacara adat, seperti kelahiran anak, perkawinan, dll.
3. Melalui Pengajaran
Melalui pondok-pondok pesantren, ustaz dan ustazah menyampaikan
ajaran-ajaran Islam. Karena pondok pesantren adalah perguruan khusus ajaran
agama Islam. Dengan didirikannya pondok-pondok pesantren di wilayah
Nusantara, ajaran-ajaran Islam dapat disebarluaskan melalui para santri-santrinya
kelak. Sehingga, agama Islam dapat berkembang pesat di wilayah Nusantara.
Selain itu, juga pengajaran agama islam lewat madrasah madrasah yang lain
marak didirikan di seluruh wilayah Nusantara.
b. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada awal abad ke-16. Pendiri Kerajaan Aceh ialah Sultan
Ibrahim, yang dikenal dengan nama Sultan Ali Mughayasyah. Kerajaan Aceh
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-
1636). Wilayah Kerajaan Aceh bertambah luas ke daerah Deli, Nias, Bintan, serta
semenanjung Malaysia, Seperti Johor, Pahang, Perak dan Kedah. Daerah ini
menjadi penghasil emas yang membuat Aceh semakin bertambah kaya raya.
Upaya memperluas wilayah juga diikuti dengan penyebaran agama Islam,
sehingga wilayah-wilayah yang dikuasai Kerajaan Aceh memeluk agama Islam.
b. Kerajaan Pajang
Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijoyo. Kerajaan pajang mengalami
kemajuan. Sepeninggal Sultan Hadiwijoyo, pemerintahan pajang dilanjutkan oleh
putranya yang Bernama Pangeran Benowo. Pemerintahannya tidak berlangsung
lama. Kemudia pemerintahan diserahkan kepada putranya, yaitu Sutawijaya yang
akhirnya memindahkan pemerintahan ke Mataram.
d. Kerajaan Banten
pendiri Kerajaan Banten yaitu faletehan Sunan Gunung Jati kemudian faletehan
menyerahkan Banten kepada putranya yang bernama Sultan Hasanuddin. Pada
masa Sultan Hasanudin, Banten berhasil memperluas wilayahnya ke Palembang,
Bengkulu, dan Sumatera. Pada masa pemerintahannya Sultan Hasanudin tidak
hanya membawa kemajuan politik dan ekonomi, tetapi juga menyebarkan agama
Islam. Sultan Hasanuddin wafat tahun 1570 digantikan oleh putranya Sultan
Yusuf.
Sultan Yusuf berhasil menguasai Kerajaan Pajajaran. Sultan Yusuf wafat tahun
1580 digantikan oleh putranya yang bernama Maulana Muhammad (1580-1605).
e. Kerajaan Cirebon
Pendiri kerajaan Cirebon adalah Faletehanan. Di samping sebagai raja, beliau
adalah seorang ulama (salah satu wali songo) yaitu Sunan Gunung Jati.
Perkembangan agama Islam di Cirebon mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Faletehanan wafat pada tahun 1570 dan dimakamkan di daerah Gunung Jati. Oleh
karena itu, beliau dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. kerajaan Cirebon
kemudian diperintah oleh Panembahan Ratu yaitu cicit dari Faletahan. Setelah itu
kerajaan Cirebon terus mengalami kemunduran.
b. Kerajaan Ternate
Berdiri pada abad ke-13 ibu kotanya di Sampulu, letaknya di kepulauan Maluku
bagian utara. Ketika Bandar Malaka menjadi ramai, permintaan rempah-rempah
dari Maluku semakin besar. Bersamaan dengan itu, pengaruh Islam masuk ke
Ternate. Dengan Kekayaan rempah-rempah ini, Posisi Kerajaan Ternate menjadi
penting banyak pedagang dari Jawa, Aceh, Arab, dan Cina datang ke Ternate.
Melalui jalan dagang ini, Islam berkembang pesat ke Maluku, seperti Ambon,
Ternate, dan Tidore. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah. Wilayahnya sampai ke daerah Filipina bagian
Selatan.
c. Kerajaan Tidore
Berdiri pada abad ke-13 hampir bersamaan dengan Kerajaan Ternate. kedua
kerajaan saling bersahabat dan saling berdampingan. Sultan Tidore yang terkenal
adalah Sultan Nuku. berkat jasa sultan-sultan di kerajaan ini, Islam dapat
menyebar khususnya di wilayah nusantara bagian timur. pada saat
pemerintahannya, Sultan Nuku berhasil memperluas wilayahnya hingga ke
Halmahera, seram, dan Misol, Irian.
A. Sebutan Kapitan
Disebutkan oleh M. Sapijan bahwa gelar kapitan adalah pemberian Belanda,
padahal itu tidak benar oleh sebab itu kekuatan-kekuatan diluar jangakauan akal
pikiran meraka tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan kekuatan alam yang
mereka takuti. Dia adalah pemimpin yang memiliki kharisma. Dari sinilah
sebutan “Kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.
B. Perjuangan
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC Ahmad Lussy berkarir dalam
militer sebagai mantan sersan militer inggris. Pada tahun 1819, pihak Inggris
menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda, dan kemudian Belanda
menetapkan politik monopoli, akan tetapi dalam prakteknya pemindahan dinas
militer ini dipaksakan. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di
bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura
mengatur strategi perang bersama pembantunya, dan berhasil mengkoordinir
Raja-Raja Fatih. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda
dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri
Laksamana Buykes, salah satu komisaris jendral untuk menghadapi Pattimura.
Pertempuran yang menghancurkan pasukan belanda tercatat seperti perebutan
benteng Belanda Duurstde.
“Nunu oli/Nunu seli/Nunu karipatu/Patue karinunu (Saya katakana kepada kamu
sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan
tumbang, tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakana
kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan
terguling, tapi batu lain akan menggantinya)”.
Tampak bahwa Ahmad Lussy adalah seorang patriot berjiwa besar yang pantang
menyerah. Sebagai pejuang muslim yang digetari semangat jihad dan ia tidak
takut dengan ancaman maut. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah
penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy dari nama seorang
Muslim menjadi nama seorang Kristen. Hebatnya Masyarakat lebih percaya
dengan predikat Kristen itu karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.
C. Muslim Taat
Pattimura adalah seorang Muslim yang taat, ia juga Seorang Ulama. Dia adalah
pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Walaupun kemudian mereka sudah
memeluk agama namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan
Pimpinan atau Kapitan. Itulah yang bermula melekat pada diri Kapitan.
b. Sebab-sebab peperangan
1) Kristenisasi
Ketika Belanda menyerbu suatu daerah berusaha menjadikan penduduk
menjadi pengikut Nasrani. Tujuannya adalah agar perlawanan dapat padam
dengan sendirinya, karena mereka menganggap penjajah dan penduduk
setempat akan diikat oleh persatuan kristiani.
2) Sistem monopoli
Penyebaran agama semacam ini berdampak pada kerugian secara politis dan
sosial ekonomi rakyat Tapanuli. Penyerahan daerah kepada pemerintah
colonial belanda membawa akibat timbulnya sistem monopoli di bidang
perdagangan. Dalam masalah pertanian, penjualan hasil bumi di monopoli
oleh belanda. Di bidang politik Tindakan tersebut berarti mempersempit
daerah kekuasaan Si Singamangaraja.