Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Wali Songo “ ini dengan tepat waktu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas penyusun menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orangtua penyusun, Bapak /Ibu guru dan teman-teman yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil untuk
keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.

Saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi para
pembaca. Amin.

Penyusun

Nindya Alita Rosalia

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. 1

DAFTAR ISI........................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 3

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Arti Wali Songo................................................................................. 4

B. Nama – Nama Wali Songo .............................................................. 5

C. Pengaruh Wali Songo........................................................................ 14

D. Sifat dan sikap yang patut di teladani............................................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 17

3.2 Saran................................................................................................... 17

2
B AB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wali adalah sekelompok manusia pilihan Allah SWT, yang di beri perintah untuk membawa
umat ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah. Adapun di sebut Wali Songo , karena Wali
yang terkenal dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa berjumlah sembilan orang. Oleh sebab
itu, kami menyusun makalah ini dengan maksud agar kami mendapat gambaran tentangnya dan
Waliyullah di Madura, baik silsilahnya, cara menyebarkan agama dan ajarannya, letaknya,
namanya, kisah dan usaha dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dan Indonesia
(Nusantara) pada umumnya.

B. Tujuan Makalah

1. Mengetahui peranan wali songo dalam penyebaran agama islam di nusantara

2.Untuk mengenal nama-nama wali songo dan perjuangannya dalam menyebarkan agama islam

3.Untuk lebih mempertebal keimanan dan ketakwaan kami kepada Allah SWT dengan cara
mengenal wali-wali kekasih Allah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Walisongo

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang
menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain
menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti
mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang
pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi
(808 Hijriah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim
sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi);
Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa),
Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.

Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal
sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

4. Sunan Drajat atau Raden Qasim

5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq

6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

7. Sunan Kalijaga atau Raden Said

8. Sunan Muria atau Raden Umar Said

9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa,

4
mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan,
hingga ke pemerintahan.

B. Nama-Nama Wali Songo

A. Sejarah Singkat Perjuangan Para Wali Songo


1. Sultan Demak (Raden Patah)

Raden Patah adalah pendiri dan raja pertama di Demak. Pada masa pemerintahan
Raden Patah, Demak megalami perkembangan pesat dengan bantuan para Wali.Atas
perintah Sunan Ampel, Raden Patah ditugaskan mengajarkan agama Islam serta
membuka pesantren di Desa Glagah Wangi.Sekitar tahun 1475 M, Raden Patah mulai
melaksanakan perintah gurunya dengan membuka madrasah atau pondok pesantren.
Rupanya Raden Patah menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.Lama kelamaan
Desa Glagah Wangi ramai dikunjungi orang bahkan menjadi pusat perdagangan dan
akhimya menjadi pusat Kerajaan Islam pertama di Jawa.
Dalam perkembangannya, Desa Glagah Wangi dijadikan ibukota negara dengan
nama Bintoro Demak. Mengenai nama Bintoro ini terdapat berbagai pendapat yang
berbeda-beda, di antaranya :
a. Menurut keterangan Dr. R.M. Soetjipto Wirjosoeparto
“Demak berasal dari bahasa Kawi yang artinya ialah pegangan (pemberian)
dan kata Bintoro yang rupanya berhubungan dengan perkataan Betoro yang
merupakan gelar dari Dewa Syiwa.”
b. Menurut Prof. Dr. R. Ng. Berbatjara
Menurut bahasa Jawa Kuno, Demak itu artinya hadiah, sedangkan menurut
pendapat Hamka, Demak itu berasal dari bahasa Arab, yaitu “Dama” yang artinya air
mata.
c. Menurut H. Oemar Hoesin
Demak berasal dari bahasa Arab Dimyak, yaitu suatu kota di Mesir, karena
pada zaman Khalifah Fatimiyah, guru-guru agama banyak yang datang ke Indonesia
adalah dari sana.
Akan tetapi, menurut pendapat penulis, Demak berasal dari bahasa Arab yang
artinya Rawa. Hal itu terbukti dari sebagian wilayah Demak berupa rawa-rawa.

5
Dan kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri sekitar tahun 1478 M, hal ini
didasarkan atas jatuhnya Kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candrasengkala.Akan
tetapi ada pula yang mengatakan, bahwa Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1518 M.
Adapun alasannya ialah karena pada tahun tersebut merupakan tahun berakhirnya masa
pemerintahan Prabu Udara Brawijaya II, yang kalah perang dengan tentara Raden Patah
dari Demak.Banyak para ahli sejarah yang berselisih mengenai pendapat tentang tahun
berdirinya Kerajaan Demak. Mungkin pada waktu itu Kerjaan Demak berdiri pada tahun
1478 M akan tetapi baru diakui sah berdirinya oleh para ahli sejarah pada tahun 1518 M.
Berdirinya Masjid Agung Demak
Berdirinya Masjid Agung Demak adalah berhubungan rapat dengan berdirinya
sejarah kerajaannya. Demak merupakan dari kegiatan para Wali dalam mengajarkan dan
menyebarkan agama Islam di Jawa.Setelah riwayat mengatakan, bahwa Masjid Agung
Demak itu didirikan pada hari Kamis Kliwon malam Jum’at bertepatan dengan tanggal 1
Dzulqo’dah tahun Jawa 1428

2. Sunan Kalijaga

R.M. Syahid atau yang kemudian bergelar Sunan Kalijaga adalah putra dari Ki
Tumenggung Wilatika, Bupati Tuban. Adapun yang mengatakan, bahwa nama lengkap
ayah Sunan Kalijaga adalah R. Sahur Tumenggung Wilatikta. Dikatakan dalam riwayat,
bahwa dalam perkawinannya dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak.
Di antara para Walisongo, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa
besar, beliau juga terhitung seorang "Reizende Muballigh" i Muballigh Keliling).
Kaum cendekiawan dan bangsawan amat simpatik kepada beliau karena caranya
beliau dalam menyebarkan agama Islam yang disesuaikan dengan aliran zaman. Beliau
terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita wayang yang
disesuaikan dengan ajaran Islam.Karena masih banyak yang suka kepada pertunjukan
wayang, gemar akan gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya. Sebab-sebab inilah
yang mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah satu muballigh.Sunan Kalijaga hingga
saat ini namanya masih tetap harum sebagai pujangga, beliau telah banyak mengarang
cerita-cerita. Di samping itupun beliau berjasa bagi perkembangan dan kehidupan
wayang kulit yang sekarang ini.Sunan Kalijaga adalah pengarang dan kitab-kitab cerita-

6
cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama. Pada waktu itu para Walisongo
belum menemukan cara yang tepat dalam menyebarkan agama Islam. Namun Sunan
Kalijaga adalah seorang yang berjiwa besar dan berwawasan luas, serta mampu
menentukan cara yang tepat dalam menyebarkan agama Islam.

3. Sunan Kudus

Beliau terlahir sebagai putra R. Usman Haji yang mempunyai sebutan Sunan
Ngudung di Jipang Panolan. Beliau adalah Ja’far Shodiq atau lebih dikenal sebagai
Sunan Kudus.
Dalam sejarah kita kenal pula seorang wali yang terkenal di Iran, yang hidup
dalam abad VIII yang namanya Ja’far Shodiq, seorang imam Syi’ah yang keenam.
Semasa hidupnya beliau mengajarkan agama Islam di daerah Kudus, khususnya Jawa
Tengah pesisir utara umumnya. Beliau adalah ulama besar yang terkenal dengan
keahliannya dalam ilmu agama, terutama dalam fak-fak ilmu tauhid, usul, hadits, sastra
mantiq dan lebih-lebih di dalam ilmu fiqih, oleh karena itu beliau diberi gelar Waliyyul
‘Ilmi.
Beliau juga termasuk pujangga yang berinisiatif mengarang cerita- cerita pendek
yang berfilsafat serta berjiwa agama. Di antara buah citaannya yang dikenal ialah
Gending Maskumambang dan Mijil. Di Iran beliau juga terkenal dalam soal hukum
maupun ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, Ja’far Shodiq yang kita kenal di Iran sebagai Wali, seorang
imam dari golongan Syi’ah yang amat dipuja kiranya bukanlah Ja’far Shodiq yang kita
kenal sebagai Sunan Kudus. Di antara peninggalan beliau yang paling terkenal adalah
Masjid Menara Kudus, karena di halamannya terdapat sebuah menara kuno yang indah.
Menurut cerita adalah dahulu Sunan Kudus pergi haji sambil menuntut ilmu di tanah
Arab. Kemudian beliau juga mengajar di sana. Kemudian di Tanah Arab terjangkit wabah
penyakit yang membahayakan. Kemudian penyakit tersebut reda berkat Sunan Kudus.
Maka seorang Amir berkenan memberikan hadiah, namun beliau menolak hanya
meminta kenang-kenangan sebuah batu.

7
Konon batu tersebut berasal dari Baitul Maqdis/Jerussalem. Maka sebagai
peringatan kepada kita di mana Ja’far Shodiq hidup, kemudian diberi nama Kudus.
Bahkan menara yang terdapat di depan masjid itu juga diberi nama Menara Kudus.
Adapun mengenai nama Kudus (Al-Kudus) ini di dalam buku Encyclopedia Islam
yaitu sebagai berikut:
“Al-Kudus, the usual arabic name for Jerussalem in later times to older writers
call in commonly Bait al-Makdis (according to soma: Mukaddas) with really meant the
temple (of Solomon) a translation of the Hebre Bethamikdath, but is because applited to
the whole town.”
Mengenai perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam tidaklah
berbeda dengan para Wali lainnya, yaitu senantiasa dipakai jalan kebijaksanaan. Dengan
siasat dan taktik yang demikian itu, rakyat diajak memeluk agama Islam.

4. Sunan Muria

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga, nama aslinya yaitu Raden Umar Said.
Sunan Muria adalah seorang Wali yang menciptakan Gending
Sinom dan Kinanthi yang tetap mempertahankan sebagai alat kesenian Jawa yang
bisa diwamai dengan unsur-unsur Islam sebagai sarana berdakwah.
Pada saat itu Sunan Muria sedang menyebarkan agama Islam di Malang Selatan.
Pada saat itu orang-orang Malang Selatan banyak yang mengakui Islam KTP, misalnya
kalau ada orang yang meninggal dunia mereka akan mengadakan selamatan dan
menyediakan sesajen untuk si mati.
Selamatan tersebut sering disebut kenduri atau kenduren. Ada upacara selamatan
yang dilakukan menjelang jenazah si mati diberangkatkan ke kuburan, ada yang
dilaksanakan sesudah penguburan mayat.
Jaman dulu (Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme) kalau ada orang mati,
pihak keluarga di rumah menyediakan sesaji untuk si mati. Pihak keluarga di rumah akan
menyediakan sesaji di kuburan. Ada yang dilaksanakan sesudah penguburan mayat.
Jaman dulu (Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme) kalau ada orang mati,
pihak keluarga akan menyediakan sesaji di kuburan.

8
Ada istilah selamatan ngesor tanah (kenduren setelah mengubur mayat), ada
istilah nelong dinani (kenduren setelah tiga hari mengubur mayat), ada istilah mitung
dinani (kenduren setelah tuju hari mengubur mayat), ada istilah matang puluh, nyatus
dina, mendak pisan, mendak pindo dan istilah nyewu atau seribu hari kematian si mayit.
Adat istiadat tersebut sangat sukar dihilangkan begitu saja. Maka Sunan Muria
memberi wama Islam. Dengan demikian tidak teijadi kontradiksi di dalam masyarakat.
Wama Islam yang dimaksud adalah upacara yang sekarang disebut tahlil, yaitu niatnya
bersedekah untuk si mayit dengan cara memberikan kalimat tayyibah serta ayat-ayat Al-
Qur’an. Ini dimaksudkan untuk menggantikan doa mantra yang biasa diucapkan para
pendeta. Sedang pahalanya diberikan kepada orang yang mati.
Kalau upacara selamatan itu langsung dihilangkan atau diberantas, rakyat pasti
akan marah karena masih belum mengerti dengan dalam syariat dan aqidah Islam yang
sesungguhnya.
Maka selamatan boleh tetap diadakan namun upacara pembakaran kemenyan dan
membuat sesajen dihilangkan, diganti dengan bacaan dzikir dan ayat-ayat Al-Qur’an
serta salawat Nabi.
Demikian pula adat selamatan bila si ibu mengandung maupun melahirkan bayi.
Hal itu diberi warna Islam, biasanya dengan cara membaca salawat Nabi. Demikian
perjuangan Sunan Muria di Malang Selatan.

5. Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Beliau memiliki nama asli Raden
Maulana Makdum Ibrahim. Beliau salah seorang besar yang mengepalai suatu
departemen ketika terjadi pembentukan adat yang berdasarkan Islam, tatkala agama Islam
memasuki daerah Minangkabau dan berpangkat Makdum.
Beliau rupanya Makdum Islam yang datang ke Malaka pada abad XV ketika
Malaka mencapai puncak kejayaan. Selain sebagai Putra Sunan Ampel, beliau juga
sebagai muridnya. Adapun daerah operasinya di Jawa Timur. Di sanalah beliau mulai
berjuang menyebarkan agama Islam.
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, seorang
putra dari Arya Teja, salah seorang Tumenggung Majapahit yang berkuasa di Tuban.

9
Menurut prediksi, Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 M, dan wafat pada tahun
1525 M.
Maulana Makdum Ibrahim, semasa hidupnya giat sekali menyebarkan agama
Islam di sekitar Jawa Timur, terutama di daerah Tuban dan sekitamya. Sebagaimana
halnya ayahnya, maka Sunan Bonang pun mendirikan pondok pesantren di daerah Tuban
untuk mendidik serta menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan
agama Islam ke seluruh tanah Jawa. Beliau ini juga yang menciptakan Gending Dharma,
setelah berusaha mengganti nama-nama hari nahas/sial menurut kepercayaan orang
Hindu, serta nama-nama Dewa diganti dengan nama-nama Malaikat dan Nabi-nabi. Hal
ini dimaksudkan agar orang-orang kenal dan masuk Islam.
Menurut filsafat Ketuhanannya adalah :
“Adapun pendirian saya ialah bahwa iman, taubid/makrifat itu terdiri dari
pengetahuan yang sempuma. Sekiranya orang hanya mengenak makrifat saja, maka
belumlah cukup sebab ia masih insaf akan itu. Maksud saya ialah, bahwa kesempumaan
barulah akan tercapai hanya dengan terus menerus mengabdi pada Tuhan. Seseorang itu
tidak mempunyai gerakan sendiri, begitu pula tidak mempunyai kemauan. Dan seseorang
itu diumpamakan Buta, Tuli, Bisu. Segala gerakannya itu datang dari Allah.”
Ada juga kitab yang disebut Suluk Sunan Bonang yang berbahasa prosa Jawa
Tengahan, namun terpengaruh dengan bahasa Arab. Isinya adalah ajaran Islam,
kemungkinan besar adalah pelajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya. Pada masa
hidupnya Sunan Bonang pemah pergi belajar ke Pasai. Dan sepulangnya ia memasukkan
ajaran Islam ke kalangan bangsawan Keraton Majapahit serta mempergunakan Demak
sebagai tempat berkumpul murid-muridnya.
Siasat Sunan Bonang ialah memberi didikan Islam kepada Raden Patah putra dari
Brawijaya VI di Kerajaan Majapahit. Rupanya Sunan Bonang berhasil mendirikan
Kerajaan Islam di Demak. Hanya sayang sekali harapan beliau agar supaya Demak dapat
menjadi pusat agama Islam untuk selama-lamanya kiranya tidak berhasil.

6. Sunan Drajad

Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim, dan ada juga yang menyebut
Raden Syarifudin. Beliau adalah putra Sunan Ampel dengan Dewi Candrawati yang lahir

10
di Surabaya.Raden Qosim ditugaskan ayahnya berdakwah di sebelah barat Surabaya,
tepatnya di daerah Drajad sehingga terkenal dengan sebutan Sunan Drajad.Beliau
berangkat dengan menaiki perahu melalui Gresik menuju ke arah Barat. Dalam
perjalanan melalui laut itu, perahu yang dinaiki Raden Qosim diserang badai sehingga
hancur dan karam. Dalam keadaan kritis tersebut, Raden Qosim ditolong Ikan Talang.
Dengan naik punggung ikan itu beliau dapat selamat dari keganasan ombak laut.Ikan itu
membawa beliau ke tepi pantai di Dusun Jelag Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Di sana beliau membuka sebuah pesantren, karena cara dakwah yang lunak, tutur kata
dan budi bahasa yang halus, serta sikap yang sopan dan ramah-tamah, maka banyak
orang-orang yang berdatangan untuk berguru kepada beliau.
Selama satu tahun di Jelag, Raden Qosim mendapat petunjuk agar menuju ke
selatan. Di sana beliau mendirikan langgar untuk berdakwah. Lalu tiga tahun kemudian,
beliau mendapat petunjuk dari Allah agar mencari tempat strategis untuk berdakwah,
yaitu sebuah bukit yang kemudian dinamakan Dalem Duwur. Sekarang di tempat itu
didirikan museum yang cukup megah. Letak museum itu tidak jauh dari makam beliau.
Di tempat yang disebut Dalem Duwur itu, para pengikut Raden Qosim semakin
banyak, karena cara menyiarkan agama Islam yang dilakukan dengan cara damai. Orang
dikumpulkan dengan cara menambah seperangkat gamelan, kemudian baru diberi
ceramah agama Islam.
Makin hari nama Raden Qosim semakin terkenal. Orang-orang semakin menaruh
hormat kepadanya, derajatnya makin tinggi, lagi pula beliau tinggal di tempat yang tinggi
(bukit) maka masyarakat sekitar kemudian menyebutkan Sunan Drajad.
Di antara terjemahan ajaran Sunan Drajad yang terkenal untuk menganjurkan
masyarakat agar berjiwa sosial adalah :
 Berikanlah tongkat kepada orang yang buta.
 Berikanlah makan kepada orang yang lapar.
 Berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang.
 Berikanlah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.
Itulah ajaran Sunan Drajad yang terkenal di kalangan rakyat. Sunan Drajad
dikenal sebagai salah seorang anggota Walisongo, dan ikut mendirikan Kerajaan Islam
Demak.Makam beliau terletak di Desa Drajad Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

11
7. Sunan Giri

Jaka Samudra, Prabu Sakmaka yang berjiwa seni adalah sebutan dari Sunan Giri.
Beliau adalah putra Syekh Maulana Ishaq atas perkawinannya dengan Dewi Sekardadu,
putri dari Prabu Menak Sembayu, raja dari Negeri Blambangan. Waktu itu Negeri
Blambangan sedang dilanda musibah, yaitu berupa wabah penyakit yang menyerang
rakyat dan Dewi Sekardadu. Wabah itu dapat dihentikan oleh Syekh Maulana Ishaq.
Putri Raja Blambangan atau Dewi Sekardadu dapat disembuhkan, raja dan
permaisuri sangat gembira. Akhimya seluruh rakyat Blambangan masuk Islam dan Syekh
Maulana Ishaq dinikahkan dengan Dewi Sekardadu. Ketika Dewi Sekardadu hamil 7
bulan, Syekh Maulana Ishaq berpamitan akan pergi ke Negeri Pasai. Syekh Maulana
Ishaq berpesan jika lahir anak laki-laki diberi nama Raden Paku.
Patih Banjul menyebar fitnah kepada Prabu Menak Sembayu bahwa wabah
penyakit dayang kembali akibat anak yang dikandung oleh Dewi Sekardadu dan
menghasut Raja Blambangan untuk menyingkirkan bayinya.
Akhimya Raja Blambangan mengutus prajurit memasukkan bayi yang baru
beberapa hari itu ke dalam peti dan dibuangnya ke laut. Setelah kejadian itu Dewi
Sekardadu jatuh sakit dan akhimya meninggal.
Telah cukup umur, akhimya Jaka Samudra dititipkan oleh Sunan Ampel dan
menatap di pesantren Sunan Ampel. Keajaiban pun terjadi pada diri Jaka Samudra, pada
waktu tertidur terlihat cahaya yang memancar pada
diri seorang santri Sunan Ampel yang tidak lain adalah Jaka Samudra. Sunan
Ampel semakin memberi perhatian khusus kepada Jaka Samudra. Atas pertemuan itu
akhirnya diketahui bahwa Jaka Samudra adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq.
Sesuai apa yang diwasiatkan oleh Syekh Maulana Ishaq kepada Sunan Ampel
maka nama Jaka Samudra diubah menjadi Raden Paku.

8. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)

Menurut dari beberapa sumber sejarah, bahwasanya Syekh Maulana Malik


Ibrahim berasal dari Gujarat, ada yang mengatakan dari Iran serta ada juga yang

12
mengatakan dari Arab dan Turki. Beliau masih keturunan Zainal Abidin bin Hasan bin
Ali bin Abi Thalib r.a.
Pada tahun 1404 M, beliau menyiarkan agama Islam ke Pulau Jawa tepatnya di
Kota Gresik, Jawa Timur. Pada saat itu juga Jawa masih dikuasai Kerajaan Majapahit.
Syekh Maulana Malik Ibrahim disebut juga Kakek Bantal karena seorang tokoh ahli tata
negara. Pada saat itu masyarakat Jawa mayoritas masih beragama Hindu dan Budha,
maka tentu saja untuk menyampaikan agama Islam kepada mereka harus membutuhkan
pengalaman yang cukup dan bijaksana serta kesabaran. Agama dan adat istiadat mereka
tidak ditentang dengan begitu saja. Beliau memperkenalkan budi pekerti yang diajarkan
Islam dan juga secara langsung beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata
yang sopan, lemah lembut, dan santun pada fakir miskin, menghormati kepada yang lebih
tua dan menyayangi yang muda, sehingga dikatakan rakyat, beliau tersohor sebagai orang
yang baik budinya dan dermawan.
Syekh Maulana Malik Ibrahim dan para pengikutnya menyebarkan Islam di
daerah Gresik dan sekitarnya sampai wafatnya beliau. Beliau wafat pada hari Senin, 12
Rabi'ul Awal tahun 822 H atau 1419 M. Beliau dimakamkan di Gresik. Dan pada batu
nisan beliau tertulis dengan tulisan Arab yang terdiri dari :
a. Surat Al-Baqarah ayat 255
b. Surat Al-Imron ayat 185
c. Surat Ar-Rahman ayat 26 dan 27
d. Surat At-Taubah ayat 21 dan 22

9. Sunan Ampel

Nama asli Sunan Ampel adalah Sayyid Ali Rahmatullah atau biasa dikenal Raden
Rahmat. Beliau lahir di Campa pada tahun 1401. Ayahnya bernama Syekh Ibrahim As-
Samarqandi dan ibunya bernama Dewi Candrawulan, putri Raja Campa.
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1919, para wali
kebingungan untuk mencari penggantinya. Atas usul Syekh Maulana Ishaq, Raden
Rahmat didatangkan untuk menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Raden Rahmat
sudah berkali-kali mengajak Prabu Brawijaya masuk Islam, namun Prabu Brawijaya
enggan menerima Islam sebagai agamanya, karena ia ingin menjadi raja Budha yang

13
terakhir di Majapahit. Kendati sang prabu tidak menghalangi agama Islam masuk ke
negaranya. Prabu Wijaya merasa senang dan suka kepada Raden Rahmat karena tutur
katanya yang ramah dan lemah lembut. Raden Rahmat disuruh memilih sekian bayu putri
di Majapahit untuk dijadikan istrinya, ternyata Raden Rahmat memilih Dewi Cendrawati
sebagai istrinya dan Prabu Wijaya pun memberi tanah kepada Raden Rahmat yang
terletak di Desa Ampel Denta. Di situlah Raden Rahmat mendirikan pesantren, murid-
muridnya kebanyakan dari bangsawan dan putra adipati kerajaan. Di antara murid-
muridnya yang terkenal adalah Raden B antara Katong (Adipati Ponorogo yang pertama),
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga dan lain-lain. Beliau wafat
pada tahun 1478.

C. Pengaruh Peninggalan Para Wali Songo


1. Pengaruh yang Bersifat Fisik

Seperti yang telah kita ketahui bahwa peninggalan para Wali tidaklah sedikit
jumlahnya. Banyak peninggalan-peninggalan dari Wali yang sangat berpengaruh bagi
masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu contoh yaitu julukan yang diberikan kepada
Kota Demak sebagai Kota Wali. Di antara lainnya, penggunaan salah satu nama dari
Walisongo yang digunakan sebagai salah satu nama Universitas di Indonesia,
dijadikannya tempat-tempat sejarah para Wali sebagai obyek wisata. para Wali dan
Ulama pun juga meninggalkan beberapa tempat-tempat ibadah, Masjid Agung Demak
sebagai salah satu contoh. Selain itu, adanya alat-alat kesenian tradisional yang ada di
Jawa seperti alat-alat musik (gamelan), wayang kulit, dan tembang-tembang dolanan
yang merupakan karya seni dari para Wali. Berkembangnya upacara-upacara adat Jawa
sama dengan ajaran Islam yang disebarkan oleh para Wali. Dalam bentuk lain juga ada
pesantren- pesantren yang sampai saat ini juga masih digunakan untuk
memproduksigenerasi-generasi penerus Islam, yang nantinya akan menggantikan peran
dari para Walisongo dan ulama itu.

2. Pengaruh yang Bersifat Non-Fisik


Dalam segi non fisik, pengaruh para Wali bagi masyarakat Indonesia juga tidak
sedikit jumlahnya. Salah satunya yaitu mulai hilangnya adat istiadat lain dari masyarakat

14
Indonesia. Selain itu pengaruh para penganut Hindu-Budha di Indonesia sedikit demi
sedikit mulai menurun dan ajaran Islam mulai menyebar hampir ke seluruh tanah air
Indonesia. Dan mulai tumbuhnya rasa persaudaraan, persatuan dan kesatuan dan
masyarakat Indonesia untuk mempertahankan tanah kelahiran dari penjajah bangsa lain.
Tidak luput pula bahwa bertambahnya para penganut agama Islam juga dikarenakan
peranan para Wali.

D. Sifat dan Sikap Para Wali Songo yang Patut Diteladani dalam Kehidupan Beragama,
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Dalam kehidupan beragama, mereka tidak pemah bersikap semena-mena terhadap


adat istiadat lama, termasuk agama yang sudah datang lebih dahulu ke Indonesia. Bahkan
mereka dapat membina tali persaudaraan yang erat kepada para penganut agama lainnya.
Hal inilah yang menjadikan agama Islam dengan cepatnya tersebar luas ke seluruh
Indonesia.
Di dalam kehidupan bermasyarakat mereka dapat bergaul dengan masyarakat luas
untuk mewujudkan tentang kemuliaan dan keistimewaan ajaran bersedia dan mengikuti
mereka ke dalam ajaran agama Islam.
Bahkan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mereka selalu membina persatuan
dan kesatuan untuk membuat bangsa dan negara kita ini menjadi adil, makmur dan sejahtera.
Dan dapat hidup aman, tenteram dan bahagia.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa,
mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan,
hingga ke pemerintahan.

Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal
sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

4. Sunan Drajat atau Raden Qasim

5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq

6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

7. Sunan Kalijaga atau Raden Said

8. Sunan Muria atau Raden Umar Said

9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

B. SARAN

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.

16

Anda mungkin juga menyukai