﴾١٨٣﴿ َب َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت
َ ِب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)
Allah menyebutkan di sini, “agar kalian bertakwa.” Subhanallah. Taqwa adalah tujuan
paling agung deri puasa. Dimana hakikat taqwa itu adalah kekuatan jiwa untuk melaksanakan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. MasyaAllah, Subhanallah. Orang yang bertaqwa ini
diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak sekali keistimewaan. Maka untuk supaya
sampai kepala derajat taqwa ini Allah syariatkan puasa Ramadhan.
Kita berpuasa sebulan penuh, Subhanallah.. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Hendaknya kamu beribadah puasa karena ibadah puasa itu tidak ada tandingannya.” (HR.
An-Nasa’i)
Bagaimana maksudnya tidak ada tandingannya? karena di dalam puasa terdapat
kesabaran sementara pahala sabar tidak ada batasannya. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:
ٍ إِنَّ َما ي َُوفَّى الصَّابِرُونَ أَجْ َرهُم بِ َغي ِْر ِح َسا
١٠﴿ ب
MasyaAllah.. Amalan yang lain ditulis oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat.
Sedangkan untuk puasa, tidak.
Ini hikmah yang sangat agung sekali. Membentuk ketakwaan itu bukan perkara yang mudah.
Membentuk ketakwaan butuh kepada, kekuatan jiwa dan hati. Dan untuk membentuk jiwa
yang taqwa ini harus dengan menyusahkan diri dulu. Bayangkan sebulan penuh puasa,
hasilnya luar biasa. Memang segala sesuatu harus susah dulu. Apalagi untuk mendapatkan
surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk membentuk jiwa taqwa memang harus dipaksa hati
kita ini.
Memang sudah sunnahtullah untuk mendapatkan kesenangan harus disertai dengan
kesusahan dulu. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan bulan Ramadhan ini. Puasa 30
hari atau kurang 1 hari. Menyusahkan diri kita untuk berpuasa demi untuk membeningkan
hati kita supaya hati kita lebih indah dari mutiara. Supaya hati kita berkilau dengan cahaya
iman. Subhanallah.
Saudara-saudaraku, bukankah ini sebuah hikmah yang luar biasa sekali dalam
kehidupan kita? Karena kesempurnaan manusia bukan dengan banyak makan, saudaraku.
Orang yang banyak makan saya yakin badannya banyak penyakit.
Lihat orang-orang yang pengen sehat. Ternyata mereka harus diet. Untuk diet,
makannya harus dikurangi. Biasa makan tiga piring, dikurangi setengah piring. Tidak boleh
makan ini, ini, ini, menahan diri supaya badannya tetap bugar, ramping, enak. Ternyata
supaya itu saja kita harus menyiksa diri. Apalagi untuk mendapatkan predikat
taqwa, nggak bisa sembarangan.
Makanya ketika saya kemarin najak, saya berfikir, “Ya Allah, ini nanjak setinggi ini
kita berusaha capek-capek untuk bisa nanjak. Kenapa kita tidak berusaha capek untuk
mendapatkan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Terkadang ada orang yang gowes yang
tujuan pertamanya untuk sehat, bisa ibadah. Tapi lama-lama malah tujuan utamanya malah
gowesnya, bukan ibadahnya.
Gowes sehari, dua hari kuat, tahajudnya lewat, baca Qur’annya mana, katanya
tujuannya mau ibadah? Ternyata tidak ada hasilnya. Ini juga bahaya. Berarti melenceng dari
tujuan.
Saudara-saudaraku sekalian,
Jadi, puasa Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan kepada kita ini sesuatu
yang memang untuk kebaikan kita. Allah sayang kepada hambaNya terkadang dengan cara
nyusahin dikit. Nabi Yusuf ‘Alaihish Shalatu was Salam kurang taqwa bagaimana lagi? Allah
sayang kepada Nabi Yusuf. Allah ingin menyelamatkan Nabi Yusuf dari fitnah para wanita
bangsawan. Caranya bagaimana? Dipenjara di bawah tanah bertahun-tahun. Akhirnya
selamat Nabi Yusuf dari fitnah. Allah sayang kepada Nabi Yusuf.
Akhirul kalam, subhanakallahu maa wabihamdika, asyhadu allaa ilaaha anta, astaghfiruka wa
atuubu ialaih,,,
Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
AGAMA ISLAM
“TARGHIB RAMADHAN”
SMAN 1 MATARAM