bersama dengan istrinya yang bernama sarah, dan dayangnya yang bernama Hajar ke
palestina. Ia juga membawa pindah semua binatang ternaknya, dan seluruh harta miliknya
yang diperoleh dari hasil usaha perdagangan di mesir.
Nabi ibrahim bersama anak dan istrinya pergi dengan menaiki unta ke tempat yang belum
jelas tujuannya, ia hanya berserah diri kepada Allah, Tuhan yang ia yakini akan menuntunnya
kemana rah langkahnya. Unta yang ditunggangi tiga hamba Allah itu terus berjalan sampai
kahirnya keluar dari kota, memasuki lautan pasir dan pdang yang terbuka. Terik matahari
begitu pedih menyengat tubuh dihasi dengan angina yang kencang dengan debu-debu pasir
yang bertebaran.
Akhirnya Nabi Irabhim bersama Ismail dan ibunya tiba di suatu tempat setelah berminggu-
minggu dalam dalam perjalanan jauh. Ia tiba dikota suci yang disebut Makkah, yang nantinya
ka’bah akan didirikan di kota itu, yang akan menjadi kiblat manusia di seluruh dunia. Unta
Nabi ibrahim berhenti mengakhiri perjalanan di tempat dimana Masjidil Haram dibangun saat
ini. Di tempatitulah Nabi Ibrahim meninggalkan siti hajar bersama dengan Ismail putranya,
mereka ditinggal hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman, sementara
itu keadaan di sekitarnya masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air yang mengalir,
batu dan pasir kering lah yang ada saat itu.
Cerita nabi ismail – Siti hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi ibrahim akan
meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begit sunyi
senyap, tidak ada orang sama sekali, keculi hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan
meninangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya,
meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada
seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga
tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak
kecil yang masih menyusu kepadanya. Mendengar keluh kesah siti hajar, tentunya Nabi
ibrahim as merasa tidak tega untuk meninggalknya ia sendiri bersama putranya yang ia
sayangi tersebut di tempat yang sepi. Namun ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya
merupakan kinginan dan perintah Allah yang maha pencipta, yang tentunya mengandung
hikmah yang belum diketahuinya dan ia sadar bahwa Allah yang maha kuasa akan
melindungi putra dan siti hajar di tempat sepi tersebut dari kesukaran dan penderitaaan.
Nabi ibrahim as pun berkata kepada siti hajar : ”Bertawakallah kepada Allah yang telah
menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang
memerintah aku membawa kamu ke sini dan dialah yang akan melindungi kamu dan
menyertai kamu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya,
tidak sekaipun aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang
sangat aku cintai ini. Percayalah wahai hajar bahwa Allah yang Maha kuasa tidak akan
menelantarkan kamu berdua tanpa perlindunga-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap
turun di atas kamu untuk selamnya. Insya-Allah”
Mendengar rangkaian kata dari Nabi ibrahim itu, siti hajar segera melepaskan genggamannya
dari baju Nabi ibrahim as dan dilepaskannya beliau menunggang untanya untuk kembali ke
palestina dengan iringan air mata yang bercurah membasahi tubuh Nabi Ismail as yang
sedang menyusu.
Sementara itu Nabi ibrahim juga tidak dapat menahan air mata ketika ia turun dari dataran
tinggi meningalkan mekah menuju kembali ke palestina, tempat dimana istri pertamanya, siti
sarah dengan punya keduanya yaitu Nabi ishak as sedang menunggu. Selama dalam
perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah
serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih
sepi dan asing itu. Doa Nabi ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al
Qur’an sebagai berikut :
“Ya Tuhan kamu, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur”
Sejak Nabi ibrahim pergi, tinggalah siti hajar dan Ismail di tempat yang sunyi dan jauh dari
peradapan itu. Ia harus bisa menerima nasib yang oleh Allah telah ditakdirkan kepadanya
dengan kesabaran dan keyakinan penuh bahwa Allah akan melingunginya. Sementara itu
bekal dan makanan yang dibawah dalam perjalan pada akhirnya habis juga setelah dimakan
beberapa hari sejak ditinggal oleh Nabi Ibrahim as. Dimulailah beratnya beban hidup yang
harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ditambah lagi ia masih punya
tangggung jawab menyusui Ismail, sedangkan susunya semakin lama semakin mengering
karena kekurangan makanan. Sehingga anaknya pu menangis tak henti hentinya karena tidak
bisa menum air susu dengan puas dari Siti Hajar. Ibunya pun menjadi bingung, panis dan
cemas mendengar anak yang disayanginya menangis menyayat hati. Siti hajar menoleh ke
kanan dan ke kiri, berlaki ke kanan ke sana kesini untuk mencari sesuap makan atau seteguk
air yang bisa meringankan kelaparan dan meredakan tangisan anaknya, namun usaha yang
dilakukannya tidak membuahkan hasil.
Lalu siti hajar pergi ke bukti safa, ia berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa
menolongnya, namuan hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit safa itu
ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti
marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan atau
fatamorgana belaka. Lalu ia mendengar seolah-olah ada suara yang memanggilnya dari bukti
safa, pergilah ia ke bukit safa, namun setelah sampai di bukit safa ia tidak menjupai apa-apa.
Diriwayathkan bahwa saat itu ibu dari Ismail ini berada alam keadaan yang tidak berdaya dan
hampir putus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah malaikat jibril
kepadanya, lalu malaikat jibril itu bertanya kepada Siti Hajar : “siapakah sebenarnya engkau
ini?” Kemudian siti hajar menjawab : “Aku adalah hamba sahaya ibrahim”. Jibril bertanya
lagi :” Kepada siapa engkai dititipkan di sini?”, Siti hajar menjawab : “Hanya kepada Allah.
Lalu malaikat jibril berkata lagi : “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat
yang maha pemurah dan maha pengasih, yang akan melingungimu, mencukupkan keperluan
hidupmu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya”
Setelah percakapan itu, diajaklah siti hajar pergi ke suatu tempat mengikutinya di suatu
tempat dimana malaikat jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan atas
izin Allah segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih, Itu merupakan
mata iar zam-zam yang sampai saat ini dianggap keramat oleh jemaah haji. Mereka rela
berdesak-desakan mengelilinya untuk mendapatkan setitik atau seteguk air. Karena
sejarahnya mata air itu dengan nama “Injakan jibril”
Dalam kesejap, air bekas injakan kaki jibril tersebut melimpah kemana-mana, kemudian
malaikat jibri berkata : “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah:. Kemudian air itu
berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian malaikat jibril
berkata lagi : “Hai siti hajar janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena
sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini.
Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali
juga ke di sini untuk mendirikan ka’bah”
Melihat air yang deras itu Siti hajar begitu gembira dan lega. Lalu segeralah ia membasahi
bibir puteranya dengan air keramat itu dan wajah puteranya pun segera terlihat segar lagi,
begitu juga dengan siti gahar, wajahnya terasa segar dan ia merasa sangat bahagia dengan
hadirnya mukzijat dari Allah yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan juga
kepada putranya setelah sebelumnya dibayang-bayangi oleh kematian karena kelaparan.
Dengan dikeluarkannya air zazam itu, datanglah burung-burung mengelilingi daerah yang
ada airnya tersebut. Burung-burung kemudian menarik perhatian sekelompok bangsa arab
dari suku juhrum yang merntau dan sedang berkemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui
dari pengalaman bahwa dia mana ada terlihat burung di udara, maka di bawahnya juga
terdapat air, maka mereka mengutus beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini.
Para pemeriksa itu kemudian pengri mendatangi tempat dimana siti hajar berada, kemudian
mereka kembali kepada kaumnya dengan membawa kabar gembira mengenai adanya mata
air zamzam dan juga keadaan siti hajar bersama puteranya. Sejak itu, segeralah sekelompok
suku juhtum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar zamzam, tentu saja
kedatangan suku juhrum tersebut disambut dengan gembira oleh siti hajar karena dengan
hadirnya sekolompok suku juhrum itu bisa menghilangkan kesunyian dan kesepian yang
selama ini dirsakan oleh siti hajar yang hanya hidup berdua dengan Ismail saja. Siti hajar
bersyukur kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang, dengan rahmatnya telah
membuka hati orang-orang itu untuk datang meramaikan dan memecah kesunyian.
Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus
menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail. Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu
dari cara Allah menurunkan wahtunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam
mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah itu, ibrahim duduk
dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah
yang baru saja dikarunia seorang puterang setelah puluhan tahun diharapkan dan
didamnbakan, serta saat ini ia sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan
bisa menjadi pewaring dan menyambung kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus
dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.
Cerita nabi islami – Tapi karena ia merupakan seorang Nabi, yang menjadi pesuruh Allah
dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya
dalam beribadah kepada Allah, menjalankan segala pernitah-Nya dan menempatkan cintanya
kepada Allah di atas cintanya kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia harus
melaksanakan perintah dari Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang akan
terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim as, namun sesuai dengan firman
Allah yang bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia
mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat
tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah
Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk
menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang
tuanya, ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as berkata : “Hai anakku! Aku telah
bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah
pendapatmu?”
Tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang Nabi Ismail pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau
akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku
hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat
supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan
pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika
ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan
agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah
salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya
dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”
Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua
yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizati dari Allah yang menegaskan bahwa perintah
pengorbatan islmail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim as dan Nabi Ismail as sampai sejauh
mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang
sangat berat itu. Nabi ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pengorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail
as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan
kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai
terjadi seketika merasa bahwa perang itu tidak mampu memotong lehernya, berkatalah ia
kepada ayahnya :
“Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat
wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”
Akan tetapi parang itu ttetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging
Ismail walau telah telangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih
puteranya, datanglah kepada Nabi ibrahim wayu allah dengan firmannya : dan kami
panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu
sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan besar:. Kemudian sebagia ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan
itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia
disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tmpul
di leher puterangnya tadi itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurnban yang dilakukan
oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Nabi ibrahim berkata : “Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari,
ceritakanlah ada orang tua sifanya seperti ini, dan berpesan kepadany, bahwa saya ini tidak
suka kepada bawang pintu rumah ini dan minta supaya lekas ditukarnya”
cerita nabi ismail – Setelah Nabi Ismail tiba di rumahnya, istrinya tadi menceritakan semua
pesan ayahnya kepada Nabi Ismail as. Lalu Nabi Ismail berkata kepada istrinya :
“Itulah dia ayahku (Ibrahim) dan rupayanya engkau tidak menghiraukan dan menghormati
ayahku, sekarang engkau saya cerai sebab ayahku tidak menyukai orang yang berperangai
rendah”
Kemudian Nabi Ismail as menikah kembali dengan seorang wanita jurhum lainya, dan Nabi
ibrahim as sangat menyukai menantu ini. Dari pernikahan dengan wanita kedua ini, Nabi
brahim dikarunia keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi peimpin kaumnya dan
mereka itu dinamakan Rab Musta’ribah
Nabi Ismail meninggal dunia pada suai 137 tahun di negeri palestina, namun ada riwayat lain
yang menyebutkan bahwa bahwa beliau meninggal di Mekah.
Nabi ibrahim dan Nabi Ismail mempunyai wasiat untuk anak cucunya, yang bunyinya
sebagai berikut :
“Hai anak-anaku! Sesungguhnya Allah telah memilih islam menjadi agamamu, karena itu
janganlah kamu mati kecuali tetap dalam ke Islaman.