Anda di halaman 1dari 23

Makalah

LAKSAMANA MALAHAYATI SEBAGAI SOSOK INSPIRATIF


DALAM PERGERAKAN PERJUANGAN KOHATI

Disusun Oleh:
Afriyanti

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT FAKULTAS EKONOMI
CABANG KOTA JANTHO
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya umur panjang,
sehat badan dan juga sehat pikiran. Sehingga, saya bias menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Laksamana Malahayati Sebagai Sosok Inspiratif Dalam
Pergerakan Perjuangan Kohati”.

Shalawat beserta salam tidak lupa juga saya hanturkan kepada seorang
pemuda yang rela mengorbankan jiwa, harta, dan keluarganya demi cita-citanya
yang mulia, ykni menghantarkan umatnya kea lam keselamatan.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih bnyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, 11 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

A. Biografi Laksamana Malahayati ........................................................... 8


1. Komandan Protokol Istana .............................................................. 9
2. Panglima Armada Inong Balee ..................................................... 10
3. Sosok Seorang Diplomat ............................................................... 11
4. Pengabdian Laksamana Malahayati .............................................. 12

B. Korps HMI-Wati (Kohati)................................................................... 13


1. Sejarah Kohati ............................................................................... 14
2. Peran dan Fungsi Kohati ............................................................... 15
C. Malahayati sebagai Inspirasi bagi Pergerakan Perjuangan Kohati ..... 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17


Kesimpulan .......................................................................................................... 18
Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

BIODATA PENULIS .......................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perempuan sering kali menjadi korban atas perlakuan ketidakadilan dalam
kehidupan sosial pada masa sebelum datangnya agama Islam yaitu pada masa
jahiliyah. Dimana perempuan dipandang hina dan dianggap menjadi mala petaka
bagi keluarga yang melahirkan bayi perempuan sehingga pada masa jahiliyah
dahulu setiap bayi perempuan di kubur hidup-hidup sebab mejadi aib bagi
keluarga. Namun dengan adanya agama rahmatan lilalamin kini status perempuan
mendapat tempat dalam kehidupan bermasyarakat bahkan mendapat kemulian
yang pantas untuk dihormati.
Kaum hawa identik dengan makhluk yang lemah dan sering tidak dilibatkan
dalam urusan memperjuangkan hak-hak atas kedaulatan bangsa dan Negara dalam
melawan penjajah yang inigin menduduki tanah yang dijajah. Hingga tiba pada
suatu masa dimana perempuan membuktikan bahwa kita yang dianggap lemah ini
mampu melakukan perlawanan memperjuangkan hak-hak yang dirampas oleh
penjajah, hal ini di buktikan oleh seorang tokoh pahlawan wanita nasional yang
berasal dari daerah Aceh yang menjadi pahlawan wanita pertama di nusantara
yang mengepalai pasukan perang angkatan laut dan diberi gelar Laksamana.
Laksamana Malahayati adalah salah satu diantara perempuan hebat dalam
sejarah Indonesia. Nama aslinya Keumalahayati, putri dari Laksamana Mahmud
Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah. Kakeknya merupakan putra Sultan
Salahuddin Syah yang memimpin Aceh pada 1530-1539. Karena ayahnya seorang
laksamana, tak heran jika Malahayati akrab dengan dunia angkatan laut, termasuk
soal perangnya.
Dalam suatu perang melawan Portugis di Teluk Haru, armada Aceh sukses
menghancurkan Portugis. Tetapi dalam pertempuran tersebut sekitar seribu orang
Aceh gugur, termasuk Laksamana yang merupakan suami Malahayati. Tidak
menunggu lama kemudian Malahayati membentuk armada yang terdiri dari para
wanita. Pasukannya merupakan para janda yang suaminya gugur dalam
pertempuran melawan Portugis. Armada ini dikenal dengan nama Inong Balee
atau armada perempuan janda.
Dalam perkembangannya pasukannya tidak hanya terdiri dari para janda,
tetapi gadis-gadis juga ikut bergabung. Armada ini memiliki 100 kapal perang
dengan kapasitas 400-500 orang. Tiap kapal perang dilengkapi dengan meriam.
Bahkan kapal paling besar dilengkapi lima meriam.1 Pangkalannya berada di
Teluk Lamreh Krueng Raya.
Pada Juni 1599 dua kapal dagang Belanda yang dipersenjatai yang dipimpin
Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman datang mengunjungi Aceh.
Kedatangan mereka disambut oleh Sultan dengan upacara kebesaran dan
perjamuan. Tetapi setelah itu timbul ketegangan dan konflik, hingga pecah perang
melawan Belanda pada September 1599. Sejumlah orang Belanda terbunuh,
termasuk Cornelis de Houtman yang dibunuh oleh panglima armada Inong Balee,
Malahayati, dengan rencongnya.
Selain menjadi panglima perang, Malahayati juga seorang diplomat. Saat itu
setelah pertempuran melawan armada Belanda, hubungan Aceh dan Belanda
sempat tegang. Prins Maurits, yang memimpin Belanda saat itu berusaha
memperbaiki hubungan. Maka dikirim utusan ke Aceh, dan Malahayati
ditugaskan oleh Sultan untuk melakukan perundingan-perundingan awal dengan
utusan Belanda, hingga tercapai sejumlah persetujuan.2
Atas keberaniannya Malahayati mendapat gelar laksamana hingga ia lebih
dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Namanya kemudian dikenang di
berbagai tempat, diantaranya digunakan sebagai nama salah satu kapal perang
Republik Indonesia, KRI Malahayati.3
Sebagai kader HMI kita memiliki tanggungjawab dalam menjalankan
mission HMI sebagaimana yang tertuang dalam tujuan HMI pada Anggaran Dasar
(AD) Bab III Tujuan, Usaha dan Sifat yaitu terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya

1
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman : 28
2
Adi Pewara.1991.Malahayati Singa Betina dari Aceh.Surabaya,”Karya Anda”. Halaman:27
3
Asal-usul Nama-nama Kapal Perang TNI-AL (buku lirna), Dinas Sejarah TNI-AL, Jakarta, 1981.
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt.4 Dikhususkan bagi HMI-Wati
dalam merealisasikan mission HMI tersebut dapat melaksanakan program-
program kerja yang diwadahi Korps HMI-Wati (KOHATI) yang bersifat semi
otonom. Sehingga kita dapat terfokus pada masalah-masalah perempuan yang
dapat memberikan kontribusi pada masyarakat, bangsa dan Negara.
Maka atas dasar kisah perjuangan Laksamana Malahayati ini penulis
beritikat menyusun makalah yang akan menjadi bahan diskusi pada kegiatan
Latihan Khusus Kohati (LKK) HMI Cabang Kota Jantho 2018 dengan judul “
Laksamana Malahayati Sebagai Sosok Inspiratif Dalam Pergerakan
Perjuangan KOHATI “.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
Sejauhmana peran Laksamana Malahayati dalam melakukan perlawanan
terhadap penjajah yang dapat menjadi inspirasi bagi Pergerakan Perjuangan
KOHATI?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti LKK.
2. Sebagai salah satu karya tulis yang memiliki nilai manfaat bagi penulis
dan pembaca.
3. Sebagai bahan bacaan serta dapat menjadi bahan untuk didiskusikan.
4. Menambah wawasan bagi penulis dalam ranah sejarah pahlawan wanita
nasional.

4
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 2015. AD Bab III Pasal 4. Hal: 72.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Laksamana Malahayati


Zaman dahulu perempuan kerap terpinggirkan dalam sejarah. Selain
dilarang ikut andil dalam politik, kegiatan yang dapat dilakukan kaum Hawa pun
terbatas. Namun, ada sosok perempuan hebat dalam sejarah Indonesia. Namanya
Keumalahayati, atau lebih dikenal Laksamana Malahayati asal Aceh. Dalam
catatan sejarah, Malahayati adalah laksamana laut pertama di dunia. Dia
digambarkan sebagai panglima perang Kesultanan Aceh yang mampu
menaklukkan armada angkatan laut Belanda dan bangsa Portugis (Portugal) pada
abad ke-16 Masehi.
Malahayati adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah bin Laksamana
Muhammad Said Syah. Sedangkan kakeknya merupakan putra Sultan Salahuddin
Syah yang memimpin Aceh pada 1530-1539. Tak mengherankan bila kemudian
Malahayati akrab dengan dunia angkatan laut. Sebelum memimpin peperangan, ia
sempat mengenyam pendidikan akademi militer dan memperdalam ilmu kelautan
di Baital Makdis atau Pusat Pendidikan Tentara Aceh. Bertemu dengan seorang
perwira muda yang kemudian menjadi pendamping hidupnya. Dalam suatu perang
melawan Portugal di Teluk Haru, armada Aceh sukses menghancurkan para
prajurit bangsa Portugis. Namun, pertempuran tersebut mengakibatkan sekitar
seribu orang Aceh tewas, termasuk laksamana yang merupakan suami Malahayati.
Sepeninggal suaminya, Malahayati membentuk armada yang terdiri dari para
janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan bangsa Portugis.
Armada pasukannya diberi nama Inong Balee atau Armada Perempuan Janda.
Pangkalannya berada di Teluk Lamreh, Krueng Raya,Aceh. Ada 100 kapal
perang dengan kapasitas 400-500 orang. Tiap kapal perang dilengkapi dengan
meriam. Bahkan, kapal paling besar dilengkapi lima meriam.5

5
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman : 28
1. Komandan Protokol Istana
Sebagai seorang perwira muda lulusan Akademi Militer Baitul Makdis di
Aceh, Malahayati memperoleh kehormatan dan kepercayaan dari Sultan Alaidin
Riyat Syah Al Mukammil (1589-1604) di angkat sebagai Komandan Protokol
Istana Darud-Dunia dari kerajaan Aceh Darussalam.6
Jabatan sebagai Protokol istana bagi Malahayati adalah merupakan jabatan
yang tinggi dan terhormat, disamping besar tanggung jawabnya. Karena selain
menjadi kepercayaan Sultan, juga menguasai soal etika dan keprotokolan
sebagaimana lazimnya yang berlaku disetiap istana kerajaan dimanapun di dunia.
Bersama dengan pengangkatan Malahayati sebagai Komandan protocol istana,
diangkat pula Cut Limpah sebagai pemimpin rahasia istana (geheimmad).
Laksamana Malahayati selain ahli mengatur siasat dalam pertempuran juga
seorang ahli kenegaraan. Ia menguasai bahasa Inggris, Perancis, Belanda dan juga
bahasa Spayol. Oleh karena itulah Sultan Aceh mengangkatnya pula sebagai
pejabat yang mengurus perutusan-perutusan baik di dalam negeri maupun yang
keluar negeri. Berkenaan dengan tugas itulah, maka jika ada utusan dari negeri
lain yang dating ke Aceh, maka sebelum menghadapi Sultan Aceh utusan itu
harus terlebih dahulu menemui Malahayati. Sultan Aceh bahkan sering meminta
pendapat Malahayati sebelum mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan
huungan negeri lain.7

2. Panglima Armada Inong Balee


Keumalahayati yang panggilannya sehari-hari Malahayati, pernah mendapat
pendidikan militer pada Pusat Pendidikan Tentara Aceh yang bernama Mahad
Baitul Makdis. Di antara para instrukturnya terdapat sekitar 100 orang Perwira
Turki yang sengaja dikirim untuk membina Angkatan Perang Aceh, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Keumalahayati memilih pendidikan
angkatan laut.

6
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman:27
7
Adi Pewara.1991.Malahayati Singa Betina dari Aceh.Surabaya,”Karya Anda”. Halaman:26
Pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riyat Syah Al Mukariunil (1589-
1604) terjadi pertempuran laut yang dasyat antara Armada Selat Malaka Aceh
dengan Armada Portugis. Dalam pertempuran tersebut, Sultan Al Mukammil
sendiri yang memimpin armada Aceh dengan dibantu oleh dua orang Laksamana.
Pertempuran Teluk Haru itu berakhir dengan hancurnya Armada Portugis,
sementara dua orang Laksamana Aceh bersama sekitar 1000 prajurit syahid
sebagai kusuma bangsa. Adapun salah seorang laksamana yang gugur dalam
pertempuran Teluk Haru itu, ialah suami dari Laksamana Malahayati yang
menjabat sebagai Komandan Protokol Istana Darud Dunia.8
Kemenangan Armada Selat Malaka Aceh atas Armada Portugis sudah
barang tentu disambut gembira oleh seluruh rakyat kerajaan Aceh Darussalam.
Begitu pula Malahayati merasa gembira dan bangga atas kepahlawanan sang
suami yang telah gugur di medan perang, tapi hatinya marah dan geram. Dia
mengajukan permohonan kepada Sultan Al Mukammil untuk membentuk sebuah
Armada Aceh yang prajurit-prajuritnya semuanya para wanita janda, yang suami
mereka gugur dalam pertempuran Teluk Haru. Permohonan Malahayati ini
dikabulkan Sultan, untuk itu Lakseumana (demikian sebutan menurut ejakan
Aceh, pen.) atau Laksamana Malahayati diangkat sebagai Panglima Armadanya.
Armada tersebut dinamakan Armada Inong Balee (Armada Wanita Janda) dengan
mengambil Teluk Kraung Raya sebagai pangkalannya, atau nama lengkapnya
Teluk Lamreh Kreung Raya. Di atas perbukitan yang tingginya sekitar 100 meter
dari permukaan laut, yang menghadap ke Teluk Kreung Raya sebagai Pangkalan
Armada Inong Balee, sampai sekarang masih terdapat bekas Kuta Inong Balee
(Benteng Inong Balee), tembok yang menghadap ke laut lebarnya sekitar 3 meter,
dengan lobang-lobang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu teluk.
Armada Inong Balee dibawah pimpinan Laksamana Malahayati pada waktu
pembentukannya hanya berkekuatan sekitar 1000 orang janda muda. Tapi
kemudian berangsur-angsur diperbesar menjadi 2000 orang. Kemudian tambahan
personil ini menurut Ali Hasjmy tidak lagi terdiri dari janda-janda muda, tapi para

8
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman : xiv
gadis-gadis muda yang gagah berani. John Dawis, seorang berkebangsaan Inggris
yang menjadi nahkoda pada sebuah kapal Belanda pernah berkunjung ke Aceh,
sewaktu Laksamana Malahayati menjadi panglima armada, menyebutkan bahwa
kerajaan Aceh pada masa itu memiliki perlengkapan armada laut yang terdiri dari
100 buah kapal perang (galey), diantaranya ada yang berkapasitas muatan sampai
400-500 penumpang. Adapun yang menjadi pemimpinnya adalah laksamana
wanita, yaitu Malahayati. Pada masa itu kapal-kapal perang itu dilengkapi dengan
meriam. Kekuatan Armada Angkatan Laut Aceh pada waktu termasuk yang
terkuat di Asia Tenggara.9
Sultan Alaudin Mansur Syah menilai bahwa penyerangan armada Aceh di
bawah pimpinan Malahayati itu berhasil. Itulah sebabnya maka pada tahun 1582
Sultan mengangkat Malahayati menjadi Panglima Armada V kerajaan Aceh
dengan pangkat Laksamana Muda. Ketika itu, Malahayati telah menginjak usia 22
tahun.10

3. Sosok Seorang Diplomat


Wanita Aceh yang satu ini memang lain dari pada yang lain. Dia bukan
hanya seorang Laksamana dan Panglima Armada AL Kerajaan Aceh Darussalam
yang dikenal armada Inong Balee saja. akan tetapi ia pernah diangkat Sultan Aceh
sebagai Komandan Pasukan Wanita Pengawal Istana. Disamping itu ternyata
Laksamana Malahayati juga seorang dip lomat dan perunding yang handal. Hal ini
dibuktikan dengan berbagai pengalaman dalam praktek menghadapi counter-part-
nya dari Belanda maupun Inggeris. Sebagai seorang militer, memang Malahayati
tegas dan memiliki disiplin yang tinggi. Akan tetapi dalam menghadapi
perundingan, ia bersikap luwes tanpa mengorbankan prinsip. Sebagai seorang
militer dan Panglima Armada, ia bisa bersikap tegas tanpa mengenai kompromi
menghadapi lawan. Namun sebagai seorang diplomat yang handal, Malahayati
dapat bersikap ramah dan luwes berhadapan dengan lawan berundingnya. Sosok
diplomat wanita Aceh ini tampak berwibawa. Sesudah peristiwa Cornelis de

9
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman : 28
10
Adi Pewara.1991.Malahayati Singa Betina dari Aceh.Surabaya,”Karya Anda”. Halaman : 15
Houtman, datang lagi 2 kapal dagang Belanda pimpinan Paulus van Caerden ke
Aceh pada tanggal 21 November 1600.
Sayang sebelum memasuki pelabuhan Banda Aceh, mereka telah ceroboh,
menenggelamkan sebuah kapal dagang Aceh dengan terlebih dahulu
meinindahkan segala muatan lada dari kapal itu ke dalam kapalkapal mereka dan
kemudian pergi begitu saja merringgalkan pantai Aceh. Pada tanggal 31 Juni 1601
datang lagi rombongan kapal Belanda ke aceh dibawah pimpinan Laksamana
Jacob van Neck. Mereka tidak mengetahui kejadian sebelumnya yang dilakukan
Caerden. Sehingga Laksamana Malahayati langsung memerintahkan anak-
buahnya untuk menahan kapal-kapal Belanda tersebut. Rupanya Belanda yang
masa itu sedang berjuang melawan Spanyol untuk memperoleh kemerdekaan,
berusaha untuk melupakan peristiwa yang pahit dalam hubungannya dengan Aceh
dengan insiden Cornelis de Houtman. Akan tetapi belanda berusaha menjalin
hubungan dan kerjasama yang lebih baik dengan kerajaan Aceh. Prins Maurits
mengirim sebuah surat dalam bahasa Spanyol yang ditujukan kepada Sultan
Saidilmukamil. Surat tersebut menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa
yang lalu dan mengemukakan hasratnya untuk menjalin hubungan yang lebih erat
antara Belanda dengan Aceh. Selain itu Prins Maurits juga meminta kepada Sultan
Aceh, agar Frederijck de Houtman yang di penjara dibebaskan, sambil
menyampaikan hadiah untuk Sultan.
Rombongan utusan Prins Maurits ini diiringi 4 buah kapal masingmasing:
Zeelandia, Middelborg, langhe Bracke danSonne dibawah pimpinan Gerard de
Roy dan Laurens Bicker yang uba di banda Aceh pada tanggal 23 agustus 1601.
Terjadilah perundingan antara Laksamana Laurens Bicker dan Komisaris Gerard
de Roy dari Kerajaan Belanda dengan Laksamana Malahayati dan telah membawa
hasil berupa :
1) Terwujudnya perdamaian antara Belanda dengan Aceh;
2) Frederijck de Houtman dibebaskan dari tahanan;
3) Belanda harus membayar kerugian kapal-kapal Aceh yang dibajak oleh
Van Caerden. Dan Belanda aldrirnya membayar kerugian sebesar 50 ribu
Gulden.
4) Untuk membalas i'ukad baik Belanda ini maka Sultan Aceh
Saidilmukamil mengirim 3 orang utusan, masing-masing: (a) Abdul
hamid, (b) Laksamana Sri Muhammad, dan (c) Mir Hassan (bangsawan).
Mereka berangkat bersama utusan Belanda.
Sekarang gilirannya Inggeris bermaksud untuk menjalin hubungan dengan
Kerajaan Aceh. Maka Ratu Elizabeth I (1558-1603) telah mengirim utusan yang
dipimpin oleh Laksamana Sir James Lancaster untuk menyampaikan surat Ratu
Elizabeth untuk Sultan Aceh.11
Kedatangan utusan dari Inggeris ini disambut oleh Laksamana Malahayati.
Mereka menumpang kapal-kapal Dragon, Hector dan Ascension mereka tiba di
Aceh pada 6 Juni 1602. Kebetulan kedatangan utusan dari Inggeris ini bertepatan
dengan perayaan ulang tahun Sultan Alauddin Pdyat Syah Saidi Almukamil.
Betapa bangga hati Sultan Aceh, karena Inggeris adalah sebuah kerajaan yang
besar di Eropah pada masa itu yang luas wilayahnya dan dipimpin oleh seorang
Ratu. Sesuai dengan kebesaran negaranya maka penyambutannya pun harus
sepadan. Pelaksanaan mengenai penyambutan tersebut sepenuhnya diserahkan
Sultan kepada Laksamana Malahayati. Perundingan antara Laksamana Sir James
Lancaster dengan Laksamana Malahayati berlangsung dan membawa hasil yang
baik. Pertukaran tanda mata antara ratu Elizabeth kepada Sultan Aceh dan
sebaliknya berlangsung.12
Demikianlah selintas rekaman dari sosok Malahayati sebagai seorang
diplomat dan perunding yang handal dari kerajaan Aceh Darussalam. Seorang
wanita Aceh yang tidak hanya berani berperang di lautan sebagai Panglima
Armada yang gagah berani, melainkan ia juga sebagai diplomat yang mahir di
meja perundingan dalam menghadapi lawan. Dengan demikian sejarah mencatat,
bahwa Aceh dalam abad ke-16 telah melahirkan tokoh emansipasi wanita tidak
sekedar dalam teori melainkan dalam praktek. Sehingga nama Malahayati akan
tercatat dalam sejarah sebagai tokoh wanita yang patut dibanggakan tidak saja

11
Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam. Halaman : 31
12
Drs. Rusdi Sufi, "Laksamana Keumalaliayati". Jakarta, 1994. Bab 3, hlm.34-36, dan Ny.
Zulifah M. Rafal : "Malahayati Laksamana Laut Wanita Aceh", Dinas Sejarah TNI AL, Jakarta,
1985, hlm. 8-10.
bagi masyarakat Aceh saja, melainkan menjadi kebanggaan seluruh Bangsa
Indonesia.

4. Pengabdian Laksamana Malahayati


Melihat keadaan Aceh yang agak melemah saat itu, Portugis ingin
memanfaatkan keadaan itu. Mula-mula, datanglah utusan ke Pidie di bawah
pimpinan Don Gonzales. Mereka menemui Laksamana Malahayati. Mereka
berpura-pura bermaksud baik dengan menawarkan bantuan tentara untuk merebut
kembali ibukota dan sekaligus kekuasaan Aceh dari tangan Sultan Mahmud
Syah.13 Namun Laksamana Malahayati menolak tawaran itu dengan tcgas bahwa
apapun yang terjadi di Aceh adalah urusan orang Aceh sendiri dan bangsa lain
tidak berhak untuk turut campur. Menyadari akal bulusnya tak berhasil, maka
utusan Portugis yang dipimpin Don Gonzales itupun kembali dengan tangan
hampa.
Tetapi rupanya Portugis tak puas dengan tolakan tawaran itu. Oleh karena
itu, pada bulan Juni 1607, sebanyak 17 kapal perang Portugis telah berada di
perairan Banda Aceh. Rupanya Portugis ingin secara langsung merebut wilayah
Aceh. Mereka memperkirakan bahwa Laksamana Malahayati tidak akan mau
membantu Sultan Mahmud Syah yang sedang berkuasa. Maka pada awal Juli
1607, mendaratlah pasukan Portugis di beberapa wilayah kerajaan Aceh.
Laksamana Malahayati yang ketika itu sebenarnya sedang sakit di istana
negeri Pidie, ketika mendengar Portugis telah mendaratkan pasukannya di wilayah
Aceh mendadak menjadi geram. Seolah-olah, penyakitnya hilang dan muncul
semangat untuk bangkit mengusir musuh. Dengan cepat wanita perkasa itu
mengenakan seragam laksamananya dan menggerakkan pasukan yang setia
padanya. "Bangsa penjajah harus kita usir dari bumi Aceh dan melupakan
pertikaian pribadi di antara kita". Dengan serangan Portugis itulah, mungkin
Sultan Mahmud Syah akan tersingkir dengan sendirinya dari tahta Aceh" kata
Laksamana Malahayati di hadapan pasukan dan para perwira yang siap berjuang
kembali. Pasukan yang dipimpin oleh perwira-perwira kepercayaan Laksamana

13
Adi Pewara.1991.Malahayati Singa Betina dari Aceh.Surabaya,”Karya Anda”. Halaman:30
Malahayati, langsung melakukan serangan ke wilayah Aceh yang telah direbut
Portugis.
Laksamana Malahayati sendiri, dengan semangat membara memimpin
armada Aceh dari kapal perang komandonya, yakni Kuta Alam. Tak lebih dari
waktu seminggu, seluruh kekuatan Portugis di Aceh berhasil dipukul mundur dan
dikalahkan. Portugis tidak menyangka bahwa serangan pasukan yang dipimpin
Laksamana Malahayati benar-benar hebat dan membuat mereka mengundurkan
diri dari kancah pertempuran. Yang lebih hebat lagi, ketika memimpin pasukan di
darat, Laksamana Malahayati memberikan petunjuk dari atas tandu karena
sakitnya.
Menyerahnya Portugis dari Aceh, disusul pula oleh wafatnya Sultan
Mahmud Syah secara mendadak. Diduga, Sultan itu wafat karena serangan
jantung akibat kekhawatirannya sendiri. Sebab Sultan beranggapan jika Portugis
telah dikalahkan oleh pasukan Malahayati, maka tidak urung pula ia akan
disingkirkan pula dari singgasana kerajaan Aceh.
Dengan wafatnya Sultan Mahmud Syah, maka tahta kerajaan Aceh menjadi
kosong. Majelis Kerajaan yang pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah
dibekukan, akhirnya bekerja kembali dan melakukan sidang untuk menentukan
sultan yang baru. Maka dengan suara bulat, Majelis Kerajaan memilih Pangeran
Iskandar Muda sebagai Sultan Aceh yang kedua puluh. Pada saat pelantikannya,
Laksamana Malahayati terpaksa datang dengan dipapah untuk menyaksikan
pelantikan itu.
Seusai pelantikan Sultan Aceh yang baru, Laksamana Malahayati meminta
agar ia dibawa ke kapal komandonya, Kuta Alam, yang sedang berpangkalan di
pelabuhan Ulele. Laksamana Malahayati menikmati hari- hari tuanya di atas kapal
Kuta Alam, sampai akhir hayatnya.
Laksamana Malahayati wafat sebagai ksatria paripurna. Sekarang, namanya
diabadikan sebagai nama kapal perang di jajaran Angkatan Laut Republik
Indonesia yaitu KRI Malahayati. Jales Veva Jaya Mahe !".14

14
Asal-usul Nama-nama Kapal Perang TNI-AL (buku lirna), Dinas Sejarah TNI-AL, Jakarta,
1981.
B. KORPS HMI-WATI (KOHATI)
1. SEJARAH KOHATI
Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada sejak
manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, juga hak dan kewajiban. Perkembangan
pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada masanya (gradual), begitu
dalam dengan masalah perempuan. Pada awalnya tugas dan peranan perempuan
berada pada bidang mengurusi anak, rumah dan sekitarnya (domestik) kemudian
kini mulai merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi satu jenis dari lainnya
serta beberapa perilaku ketidak adilan menjadi headline pembicaraan masyarakat.
Begitu pula halnya dengan Himpunan mahasiswa Islam (HMI). Sejak berdirinya,
kontribusi besar perempuan sudah nampak. Hal itu dapat dilihat pada sosok dan
peran aktif dua orang hawa yaitu Maesaroh Hilal dan Siti Zaenah1 yang secara
struktural terlibat dalam kepengurusan (Maesaroh Hilal bendahara II). Kemudian
menyusullah HMI-Wati lainnya seperti Tejaningsih, Siti Baroroh Bried, dan
Tujimah. Mereka adalah inang – inang pengasuh HMI pada awal kelahiran
KOHATI.
Potensi HMI-wati di HMI sangat besar. Selama ini kaum wanita dalam HMI
hanya sebagai objek dari pengkaderan HMI. Masalah- masalah kewanitaan di
HMI semula kurang mendapat porsi pengarapan secara wajar. Kegiatan HMI -
wati hanya di tampung dalam bentuk seksi atau departemen keputrian. Akhirnya
timbul kesadaran bahwa potensi HMI wati perlu ditingkatkan dari sekedar objek
menjadi subjek, Sehingga mereka dapat mengembangkan diri secara khusus untuk
merespon perkembangan dan aktivitas KOHATI, 3 bulan menjelang kongres ke 8-
HMI 1966, Pengurus besar HMI dengan surat keputusan No. 239 / A/ Sek / 1966,
tertanggal 11 Juni 1966 membentuk Corps HMI wati. Untuk sementara Corps ini
di bentuk pada tingkat cabang, komisariat dan rayon dengan status semi otonom.
Pembentukan KOHATI secara nasional di realisir pada Munas I KOHATI dalam
kongres ke 8 HMI di Surakarta, 10 - 17 september 1966.
Konstitusi yang mengatur KOHATI dituangkan dalam Peraturan Dasar
KOHATI. Bab II pasal 5 peraturan dasar tertera tujuan KOHATI, yaitu
“meningkatkan kualitas dan peranan HMI wati dan perjuangan untuk mencapai
tujuan HMI pada umumnya dan bidang kewanitaan khususnya. “status KOHATI
semi otonom dalam struktur HMI. KOHATI mempunyai struktur kepengurusan
vertical dari PB sampai ke cabang –cabang, komisariat dan rayon HMI. Seperti
dilaporkan PB HMI, bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat, karena HMI
sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, komisariat, rayon di Indonesia, di
samping KOHATI berstatus semi otonom. Pada usianya yang kedua setengah
tahun, KOHATI berhasil membentuk70 cabang dari 110 cabang HMI.
Dari perkembangan ini, di beberapa tempat timbul konflik organisatoris
disebabkan adanya penyempurnaan organisasi KOHATI. Konflik tersebut timbul
karena HMI kurang mampu mengelola oragnisasi dengan baik, sehingga
KOHATI terdorong ke arah sikap - sikap yang ekslusif. Hal inipun diakui
KOHATI sendiri. Akibatnya, di beberapa cabang terjadi “salah tindak” dan “salah
pengertian “ antara HMI wan dan HMI wati yang menimbulkan penilaian negatif
terhadaap KOHATI, seperti anggapan bahwa HMI wati mengalami eklusifisme
dan sentrafugalisme. Akibatnya, HMI mengangap KOHATI ingin melepaskan
dari HMI, Sementara kohati sendiri seolah olah seperti di lepaskan dari HMI, ini
semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI. Untuk mengantisipasi persoalan
persoalan yang timbul, dilakukanperbaikan mekanisme organisasi baik mikro
maupun makro. Komunikasi timbal balikantara KOHATI dengan HMI, dan
komunikasi antar sesama aparat KOHATI ditingkatkan. Juga dilakukan
pembinaan personil KOHATI secara kuantitatif maupun kualitatif melalui
pengkaderan khusus HMI wati. Sementara itu, di forum – forum ekstern, peranan
KOHATI cukup menentukan baik dalam KAWI. BMPII, GOWI maupun
koordinasi wanita sektor Golkar.
Kongres ke -9 HMI di Malang, 3-10 Mei 1969 mengubah Pedoman Dasar
KOHATI menjadi pedoman KOHATI. Dalam pedoman KOHATI, tujuan
KOHATI ditiadakan. Statusnya berubah dari semi otonom menjadi KOHATI
sebagai aparat HMI berbentuk Korps,yang secara operasional menjadi salah satu
departemen dalam jabatan struktural HMI. Struktur organisasi kembali pada
bentuk semula, berdiri secara vertikal mulaidari PB HMI, cabang, komisariat dan
rayon. Pedoman KOHATI yang baru mengatur bahwa struktur KOHATI ada di
jabatan struktural tingkat KOHATI PB, cabang, badko, dimana ada badko HMI.
Sedangkan KOHATI di korkom, komisariat, rayon di bentuk jika diperlukan.
Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu:
1. Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak
mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-
needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di
fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik
menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal
memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari
basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati.
2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan
dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui
pintu gerakan perempuan (GERWANI). Selain itu maraknya pergerakan
perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan
berbagai fariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya
membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm
kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan.
Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M
bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo
dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu
itu adalah Anniswati Rokhlan (Pembahasan tentang sejarah, dilaksanakan
tersendiri dalam Bedah Pedoman Dasar KOHATI, materi sejarah).

2. PERAN DAN FUNGSI KOHATI


Sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Dasar Kohati (PDK) pada BAB
IV Fungsi dan Peran Pasal 7 Peran bahwa “ Kohati berperan sebagai Pembina dan
Pendidik HMI-Wati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan”. 15
Peran yang dimaksud sebagaimana yang terdapat dalam Tafsir Sifat, Fungsi
dan Peran Kohati yaitu Peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharap oleh
bnyak org atau sekelompok orang terhadap seseorang atau institusi yang memiliki
aspek dinamis dari status atau kedudukan tertentu. Kohati sebagai institusi
memiliki peran sebagai Pembina dan Pendidik HMI-Wati untuk menegakkan dan
mengembangkan nilai-nilai ke-Islamanan dan ke-Indinesiaan. Maka kohati
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai wadah peningkatan dan
pengembangan potensi HMI-Wati di semua bidang untuk akselerasi tercapainya
tujuan HMI.16
Sedangkan Fungsi kohati adalah :
1. Kohati berfungsi sebagai Bidang Pemberdayaan Perempuan.
2. Kohati berfungsi sebagai organisasi mahasiswa.17

Dalam Tafsir Sifat, Fungsi dan Peran Kohati yaitu Fungsi adalah Suatu
aspek khusus dari suatu tugas tertentu yang tergolong pada jenis yang sama
berdasarkan sifat, pelaksanaan atau pertimbangan yang lainnya. Kohati sebagai
badan khusus HMI secara internal berfungsi sebagai Bidang Pemberdayaan
Perempuan. Sedangkan secara eksternal kohati berfungsi sebagai Bidang
Pemberdayaan Perempuan. Sedangkan seceara eksternalKohati berfungsi sebagai
organisasi mahasiswa. Adapun Operasional fungsi kohtai diwujudkan melalui dua
aspek kinerja, yakni:
1. Internal
Dalam hai ini kohati menjadi wadah pendidikan dan pelatihan bagi
para HMI-Wati untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi serta perannya dalam berbagai bidang khususnya keperempuanan
dan anak melalui pendidikan, pelatihan dan aktivitas-aktivitas lain dalam
kepengurusan HMI.
15
Hasil Musyawarah Nasional Kohati XXII, Pekanbaru 2015. Hal:28
16
Ibid.
17
Ibid, Hal:43
2. Eksternal
Dalam hal ini Kohati merupakan pembawa misi HMI di setiap forum-
forum keperempuanan dengan tujuan memperluas keberadaan HMI di
semua aspek dan level kehidupan. Secara khusus keterlibatan HMI-Wati
pada wilayah eksternal merupakan pengembangan dari kualitas pengabdian
masyarakat yang diilikinya.18

C. Malahayati sebagai Inspirasi bagi Pergerakan Perjuangan KOHATI


Perempuan dianugrahi kualitas-kualitasbyang khas bagi diri sendiri, dan
Tuhan telah menciptakan keduanya, baik pria maupun perempuan, secara sama
dengan tujuan untuk mempersembahkan diri semata-mata untuk-Nya. (QS. Adz-
Dzariyat: 56)adalah benar-benar Karena alas an inilah, perempuan diciptakan
dengan potensi untuk memiliki iman yang teguh agar dapat memperoleh
ketakwaan ( al-muttaqi ).19 Dengan memperoleh ketakwaan, seorang perempuan
akan mengarungi hidupnya sesuai perintah dan ajaran Tuhan, seraya membangun
fondasinya yang berkarakter keadilan dan kebenaran.
Muslimah berkualitas insan cita merupakan tujuan organisasi kohati yang
harus di tanamkan dalam setiap sanubari kader HMI-Wati. Muslimah bukanlah
sekedar perspektif dari orang yang beriman dan bertaqwa melaksanakan segala
perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya akan tetapi juga dilatih untuk
selalu bersabar dan ridho terhadap ujian dalam dunia fana.20
Maka yang bisa kita ambil dalam tokoh Laksamana Malahayati untuk
semangat dan Inspirasi terhadap Kohati yaitu :
1. Kemampuan Intelektuan : HMI-Wati harus memiliki pengetahuan
(knowledge) kecerdasan (intellectuality) dan kebijaksanaan (wisdom)
dan berupaya menyiapkan diri untuk memiliki kemampuanprofesional
sesuai dengan bidang yang dipilihnya.
2. Kemampuan Kepemimpinan: HMI-Wati mempunyai wawasan yang luas
dalam masalah keorgnisasian meliputi kemampuan menjadi pemimpin

18
Ibid, Hal:43
19
Ali Hosein Hakeem, et. Al. Membela Perempuan. Jakarta: Al-Huda
20
Ibid, Hal: 54
yang “Uswatun Hasanh”. HMI-Wati memiliki kemampuan komunikasi,
public speaking, human relations termasuk etiket dan tata sopan santun
dalam pergaulan antar manusia.
3. Kemamouan Manajerial: HMI-Wati memiliki wawasan yang luas dalam
masalah manajemen, khususnya manajemen organisasi, meliputi tata
administrasi, tata keuangan dan lain-lain, sesuai dengan dasar POAC.
4. Kemandirian: HMI-Wati memiliki kemampuan intelektuan,
emosional,spiritual serta ketahanan mental dalam menjawab persoalan
keorganisasian dan masyarakat. (berkaitan dengan kemandirian pribadi
dan ekonomi).21

21
Hasil Musyawarah Nasional Kohati XXII, Pekanbaru 2015. Hal:55-56
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wanita adalah manusia, sama dengan laki-laki di dalam sifat
kemanusiaannya. Wanita mungkin saja menjadi manusia yang lebih mulia di sisi
Allah dari pada laki-laki jika ia paling taqwa. Hakikat pembagian alam manusia
menjadi laki-laki dan perempuan adalah untuk menjamin kelestarian sunnatullah,
yakni menikah dan berproduksi untuk melestarikan dan mengembangbiakkan
jenisnya. Wanita boleh saja berkecimpung dalam pentas politik dan menjadi
wanita karier, Al-Qur’an tidak pernah menyebut wanita dilarang untuk menduduki
jabatan-jabatan publik, dengan catatan tetap menjaga perannya sebagai seorang
istri dan ratu rumah tangga dalam lingkungan keluarga maupun sebagai ibu yang
di beri amanah untuk mempersiapkan masa depan anak-anaknya yang sejahtera,
baik dalam arti material maupun moral spiritual serta menjaga auratnya di luar
rumah.

B. Saran
1. Berdasarkan hasil pencarian penulis menyarankan bahwa ini sedikit
banayaknya bias di jadikan pertimbangan dalam menyikapi realitas
kehidupan saat ini, karena sebagai intelektual memiliki kemampuan
untuk melihat lebih mendalam realitas yang sedang terjadi dan akan
terjadi.
Penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, penulis berharap pembaca mampu mendalami lagi agar bias bersinergi dalam
menghadapi realitas yang sebetulnya menjadi PR bersama. Jika dalam hidup ini
ada kebahagiaan yang harus saya bagi kepada semua, maka inilah saat yang tepat
bagi saya untuk mencoba. Maka saya berharap kelak makalah ini bias mendekati
kesempurnaan dengan hadirnya para pembaca yang mampu mendalami lagi
mengenai Laksamana Malahayati Sebagai Sosok Inspiratif Dalam Pergerakan
Perjuangan Kohati.
\DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Adi Pewara. 1991. Malahayati Singa Betina dari Aceh. Surabaya,”Karya Anda”.

Ali Hosein Hakeem, et. Al. 2005. Membela Perempuan. Jakarta: Al-Huda.

Asal-usul Nama-nama Kapal Perang TNI-AL (buku lirna), Dinas Sejarah TNI-

AL, Jakarta, 1981.

Drs. Rusdi Sufi, "Laksamana Keumalaliayati". Jakarta, 1994.

Hasil Musyawarah Nasional Kohati XXII, Pekanbaru 2015.

Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 2015.

Solichin Salam.1995. Malahayati Srikandi Dari Aceh. Jakarta, Gema Salam.

Zulifah M. Rafal. 1985. "Malahayati Laksamana Laut Wanita Aceh". Dinas

Sejarah TNI AL, Jakarta.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum vitae)

DATA PRIBADI
Nama : Afriyanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bakongan, 20 April 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Kesehatan : Sangat Baik
Alamat Lengkap : Lueng Bata,Gampong Sukadamai, jl.kiwi
Nomor Telepon : 0812-2614-0206

PENDIDIKAN FORMAL
2003 – 2009 : SD N Gunung Lagan
2009 – 2012 : SMP N 1 GUNUNG MERIAH
2012 – 20015 : SMK N 1 GUNUNG MERIAH
2015 – 2019 : Program S1 Manajemen di Universitas Serambi
Mekkah

Anda mungkin juga menyukai