Anda di halaman 1dari 2

HAMAN PARDIDU

Ada seorang laki-laki yang bernama Haman Semper. Ia adalah seorang anak
yang sangat jahat. Ia sering melawan ibunya dan sering kali memukul ibunya
dengan menggunakan tongkat. Namun ibunya tetap menyayanginya dan selalu
menasehati Haman agar ia berbuat baik, tetapi nasehat ibunya tidak pernah ia
dengar, malah ia balik menyerang ibunya dengan pisau. Hati seorang ibu tidak tega
melihat anaknya jatuh ke dalam dosa. Pada saat mereka makan, kembali ibunya
berusaha untuk tetap menasehatinya. Namun Haman tetap menjadi seorang anak
yang jahat dan tidak mendengar masihat orang tua.
Dari hari ke hari perlakuan Haman makin menjadi-jadi. Ibunya tidak dapat
lagi menasehatinya, karena perbuatannya sudah tidak dapat diampuni lagi, maka
ibunya marah dan mengutuknya. Ibunya sudah tidak lagi memperdulikan apa yang
ia buat. Beberapa waktu kemudian, Haman meninggal dunia, namun karena
dosanya terlalu banyak, maka bumi tak mau menerima jasadnya. Kuburan yang
digali selalu terendam air, bahkan sampai tiga buah kuburan. Akhirnya peti jenazah
Haman dibiarkan saja di atas tanah. Jiwa Hamanpun tidak tenang. Setiap malam
dari pukul tujuh malam sampai dengan pukul dua belas malam, jiwa Haman mulai
mengembara berkeliling ke kampung-kampung sekitar pekuburan Belakang Soya
khususnya di Pulo Gangsa dan Wai Tomu. Karena itu namanya disebut Haman
pardidu (pardidu adalah bahasa portugis yang artinya mengembara). Karena dosadosa yang dibuatnya selama hidup terlalu banyak, maka dalam pengembaraannya
ia menjunjung sebuah tungku arang (tempat masak yang terbuat dari tanah liat)
yang sangat panas di kepalanya. Setiap hari jiwanya terus mengeluh dan berteriak;
haus.haus.haus. penduduk sekitar tempat yang biasa ia lalui menjadi sangat
ketakutan.
Mereka selalu menyiapkan mangkuk, ember maupun tong-tong berisi air untuk
Haman minum, namun karena hawa panas yang dibawanya maka sebelum ia dapat
minum, air telah menjadi kering. Karena selalu membuat resah masyarakat, maka
pemerintah Belanda menjanjikan hadiah bagi orang yang dapat menangkap dan
memenangkan jiwa Haman Pardidu. Pernah ada seorang tawanan yang mencoba
menangkap Haman Pardidu, tetapi orang itu meninggal karena terbakar pada saat
bertemu dengan Haman Pardidu. Jiwanya terus mengembara tanpa ada yang bisa
memenangkan dan menangkapnya. Pada saat itu di daerah Tanah Tinggi tinggal
seorang pendeta bernama joseph Kam. Joseph kam adalah seorang Rasul Maluku
yang memberitakan injil di seluruh pelosok Maluku. Ketika Kam mendengar suara
Haman Pardidu, beliau keluar menjumpainya sambil mengapit Alkitab di bawah
ketiaknya. Pada saat Haman sudah dekat dengan Joseph Kam, Kam berlutut dan
berdoa dengan suara nyaring: Dengan nama Allah yang Mahakuasa, Tuhan Yesus
Kristus, dan Roh Kudus lenyaplah.
Tiba-tiba terdengar bunyi yang sangat dahsyat dan pada saat itu tungku itupun
hancur, Hamanpun bersorak gembira. Kata Haman kepada Bapak Kam; Tuan
Pendeta telah mengalahkan saya. Haman lalu mengulurkan tangannya untuk
bersalaman dengan Bapak Kam, tetapi tubuhnya masih panas. Bapak Kam
mengambil sapu tangannya dan mengulurkannya kepada Haman. Sapu tangan
itupun hangus ketika Haman memegangnya.

Setelah peristiwa itu jiwa Haman pardidu menghilang entah kemana. Peti
Jenazahnya kemudian dapat dikuburkan dengan pantas di pekuburan Belakang
Soya. Sejak saat itu Haman Pardidu atau Haman Semper tidak pernah lagi
mengganggu siapapun di Kota Ambon.
(Sumber: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Malut)

Anda mungkin juga menyukai