Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH CERITA RAKYAT

JAKA TINGKIR

Disusun Oleh : Nasha Nasmia


Kelas : X MIPA 1
Absen : 25
Tahun : 2019
1.1 RINGKASAN CERITA
Jaka Tingkir

Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan Islam di bawah


pimpinan Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai oleh
Kesultanan Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru
tersebut. Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden
Yunus yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang
menerapkan politik Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya
bertahan tiga tahun karena kemudian Raden Yunus terbunuh oleh
pemberontak Majapahit yang masih ada. Pengganti Raden Yunus adalah
Sultan Trenggana, anak dari Raden Patah. Ketika itu keturunan pewaris tahta
resmi Majapahit yang masih tersisa, yaitu putra dari Ki Ageng Pengging
yang diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa.

Dia adalah Mas Karebet yang kemudian lebih dikenal sebagai Jaka
Tingkir. Sejak kecil Mas Karebet gemar bepergian dan masuk ke dalam
hutan belantara. Selain bermain dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet
juga banyak belajar dari para pertapa Shiva Buddha yang sering berada di
dalam hutan. Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti
mandraguna.

Suatu ketika Mas Karebet bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia
diperintahkan untuk masuk ke Kesultanan Demak. Tidak berapa lama
setelah memasuki istana Demak, Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda
dari Tingkir) berhasil menarik perhatian Sultan Demak yang akhirnya
mengangkat Jaka Tingkir menjadi Lurah Pasukan Pengawal Sultan Demak.

Kehadiran Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva


Buddha telah menimbulkan pro-kontra dalam istana, namun Sultan Demak
sudah terlanjur menyukai Jaka Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh
pemuda keturunan raja Majapahit itu. Jaka Tingkir juga disegani oleh
pendukung Majapahit yang masih banyak melakukan gerilya dan
pemberontakan.

Suatu ketika, Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang


berkenan bagi Sultan Trenggana. Ia telah menewaskan salah satu calon
prajurit Demak. jabatan Jaka Tingkir pun diturunkan dan ia harus pergi dari
istana secepatnya. Saat di hutan, ia bertemu dengan Ki Ageng Butuh dan
Jaka Tingkir pun diangkat menjadi salah satu muridnya.

2
Pada suatu hari, ia diperintahkan oleh Ki Ageng Butuh untuk kembali
ke Demak. Namun, jika tidak ada yang menanyakan kepergiannya, ia harus
pulang ke Pengging. Saat di Demak ia mendapat informasi bahwa tidak ada
yang menanyakan tentangnya selama kepergiannya. Alhasil, ia pun harus
kembali pulang.

Dalam perjalanannya, Jaka Tingkir bertemu dengan Ki Buyut Banyu


Biru, seorang guru spiritual Shiva Buddha yang terkenal. Ki Buyut Banyu
Biru pun menyuruhnya untuk kembali ke Demak dan membunuh seekor
banteng yang sedang mengamuk agar mendapat pengampunan dari Sultan
Demak. Ia juga berkata kepada Jaka Tingkir bahwa ia telah memasukkan
segumpal tanah ke lubang telinga binatang itu. Sehingga banteng itu pun
mengamuk dan tidak ada yang dapat membinasakannya, Jaka Tingkir pun
menyanggupi dan ia kembali ke Demak

Di Demak, terjadilah pertarungan sengit antara Jaka Tingkir dengan


banteng. Dada Jaka Tingkir tertanduk oleh banteng tersebut sehingga ia
hampir saja dikalahkan banteng tersebut. Namun, ia teringat oleh pesan Ki
Buyut Banyu Biru. Ia pun segera mengeluarkan gumpalan tanah dari telinga
banteng tersebut dan menghantam banteng tersebut hingga banteng itu
akhirnya mati.

Kemenangan Jaka Tingkir disambut gembira oleh para penduduk


Demak. Sang Sultan Demak sangat lega dan gembira melihat kemenangan
Jaka Tingkir. Ia pun menikahkan putrinya dengan Jaka Tingkir dan
memberikan Jaka Tingkir kedudukan dengan gelar Sultan Pajang.

3
1.2 STRUKTUR CERITA

Orientasi

Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan Islam di bawah


pimpinan Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai oleh
Kesultanan Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru
tersebut. Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden
Yunus yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang
menerapkan politik Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya
bertahan tiga tahun karena kemudian Raden Yunus terbunuh oleh
pemberontak Majapahit yang masih ada. Pengganti Raden Yunus adalah
Sultan Trenggana, anak dari Raden Patah. Ketika itu keturunan pewaris tahta
resmi Majapahit yang masih tersisa, yaitu putra dari Ki Ageng Pengging
yang diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa.

Dia adalah Mas Karebet yang kemudian lebih dikenal sebagai Jaka
Tingkir. Sejak kecil Mas Karebet gemar bepergian dan masuk ke dalam
hutan belantara. Selain bermain dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet
juga banyak belajar dari para pertapa Shiva Buddha yang sering berada di
dalam hutan. Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti
mandraguna.

Urutan Peristiwa

Suatu ketika Mas Karebet bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia
diperintahkan untuk masuk ke Kesultanan Demak. Tidak berapa lama
setelah memasuki istana Demak, Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda
dari Tingkir) berhasil menarik perhatian Sultan Demak yang akhirnya
mengangkat Jaka Tingkir menjadi Lurah Pasukan Pengawal Sultan Demak.

Kehadiran Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva


Buddha telah menimbulkan pro-kontra dalam istana, namun Sultan Demak
sudah terlanjur menyukai Jaka Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh
pemuda keturunan raja Majapahit itu. Jaka Tingkir juga disegani oleh
pendukung Majapahit yang masih banyak melakukan gerilya dan
pemberontakan.

4
Suatu ketika, Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang
berkenan bagi Sultan Trenggana. Ia telah menewaskan salah satu calon
prajurit Demak. Jabatan Jaka Tingkir pun diturunkan dan ia harus pergi dari
istana secepatnya. Jaka Tingkir pun sangat sedih. Saat di hutan, ia bertemu
dengan Ki Ageng Butuh dan Jaka Tingkir pun diangkat menjadi salah satu
muridnya.

Pada suatu hari, ia diperintahkan oleh Ki Ageng Butuh untuk kembali


ke Demak. Namun, jika tidak ada yang menanyakan kepergiannya, ia harus
pulang ke Pengging. Saat di Demak ia mendapat informasi bahwa tidak ada
yang menanyakan tentangnya selama kepergiannya. Alhasil, ia pun harus
kembali pulang.

Dalam perjalanannya, Jaka Tingkir bertemu dengan Ki Buyut Banyu


Biru, seorang guru spiritual Shiva Buddha yang terkenal. Ki Buyut Banyu
Biru pun menyuruhnya untuk kembali ke Demak dan membunuh seekor
banteng yang sedang mengamuk agar mendapat pengampunan dari Sultan
Demak. Ia juga berkata kepada Jaka Tingkir bahwa ia telah memasukkan
segumpal tanah ke lubang telinga binatang itu. Sehingga banteng itu pun
mengamuk dan tidak ada yang dapat membinasakannya. Jaka Tingkir pun
menyanggupi dan ia kembali ke Demak.

Re-Orientasi

Di Demak, terjadilah pertarungan sengit antara Jaka Tingkir dengan


banteng. Dada Jaka Tingkir tertanduk oleh banteng tersebut sehingga ia
hampir saja dikalahkan banteng tersebut. Namun, ia teringat oleh pesan Ki
Buyut Banyu Biru. Ia pun segera mengeluarkan gumpalan tanah dari telinga
banteng tersebut dan kemudian ia menghantam banteng tersebut hingga
banteng itu akhirnya mati.

Kemenangan Jaka Tingkir disambut gembira oleh para penduduk


Demak. Sang Sultan Demak sangat lega dan gembira melihat kemenangan
Jaka Tingkir. Lalu ia pun menikahkan putrinya dengan Jaka Tingkir dan
memberikan Jaka Tingkir kedudukan dengan gelar Sultan Pajang.

5
1.3 KAIDAH KEBAHASAAN
1. Pronomina ( kata ganti )
a) Ia telah menewaskan salah satu calon prajurit Demak.
b) Namun, jika tidak ada yang menanyakan kepergiannya, ia
harus pulang ke Pengging.
c) Saat di Demak ia mendapat informasi bahwa tidak ada yang
menanyakan tentangnya selama kepergiannya.

2. Frasa Adverbial
a) Jaka Tingkir pun sangat sedih.

3. Verba Material
a) Ia telah menewaskan salah satu calon prajurit Demak
b) Sehingga banteng itu pun mengamuk dan tidak ada yang dapat
membinasakannya
c) ia telah memasukkan segumpal tanah ke lubang telinga
binatang itu.

4. Konjungsi Temporal
a) Ia pun segera mengeluarkan gumpalan tanah dari telinga
banteng tersebut dan kemudian ia menghantam banteng
tersebut hingga banteng itu akhirnya mati.
b) Lalu ia pun menikahkan putrinya dengan Jaka Tingkir dan
memberikan Jaka Tingkir kedudukan dengan gelar Sultan
Pajang.

6
1.4 UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERITA
Intrinsik
1. Tema : Pantang Menyerah
2. Alur : Maju
3. Latar :
a. Tempat : Kesultanan Demak, Pengging, hutan
b. Waktu : siang hari
c. Suasana : bahagia
4. Sudut pandang : Orang ketiga
5. Tokoh : Jaka Tingkit, Ki Buyut Banyu Biru, Sultan Demak
6. Penokohan/Sifat Tokoh :
a. Jaka Tingkir : pantang menyerah, belajar dari kesalahan,
menghormati guru
b. Ki Buyut Banyu Biru : ramah, suka menolong
c. Sultan Demak : pemaaf, ramah
7. Amanat : apabila kita sedang mendapat masalah dan dijauhi semua
orang, kita harus pantang menyerah dan berusaha mencari cara
agar kita dapat dimaafkan.

Ekstrinsik
1. Nilai moral
2. Nilai sosial
3. Nilai pendidikan

Anda mungkin juga menyukai