Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NASKAH DRAMA “SANGKURIANG” KARYA UTUY TATANG

SONTANI

Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Kajian Drama

Dosen Pengampu:

Man Hakim, M.Pd

Disusun Oleh:

Dhiska Parera (2188201043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


Hasil
 UNSUR INTRINSIK
1. Alur/Plot
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Alur
drama mencakup bagian-bagian pengenalan cerita, konflik awal, perkembangan
konflik, hingga penyelesaian. Sebuah plot yang menarikakan bisa mengigiring
penonton atau pembaca menuju kegentingan yang diiginkan penulis drama.

Analisis Alur (plot) pada naskah drama “Sangkuriang” karya Utuy Tatang Sontani
No Peristiwa Jenis Peristiwa Kutipan
1. Adegan 1 Sayembara Dayang Sumbi: Ya ampun, pintalan itu
lagi-lagi terjatuh (Dayang Sumbi Kesal).
Aku bejanji, Siapapun orangnya apabila ada
seseorang yang membawakan pintalan
benang yang jatuh itu kepadaku, kalau ia
seorang laki-laki, akan kujadikan ia
suamiku, apabila ia seorang perempuan
maka akan kujadikan ia saudaraku
2. Adegan 2 Berburu Dayang Sumbi: Ananda Sangkuriang,
ibu saat ini sangat ingin memakan daging
menjangan. Pergilah sekarang kau ke
hutan untuk berburu rusa dan ajaklah si
Tumang bersama dirimu.
3. Adegan 3 Pembunuhan Sangkuriang: Dimana aku bisa memperoleh
seekor menjangan yang besar? Aku tidak
akan kembali pulang, sebelum membawa
hasil yang memuaskan. Jika aku tidak
membawa hasil, maka dengan sangat
terpaksa akan aku hujamkan anak panah ini
ke tunuh kumang sebagai ganti hewan
buruan yang tak kunjung ku dapatkan
4. Adegan 4 Makan Beberapa saat setelah makan selesai,
Dayang Sumbi teringat akan si Tumang.
5. Adegan 5 Perdebatan Dayang Sumbi: (marah) Dasar anak tak tau
diri! Pergilah dari rumah ini!

6. Adegan 6 Melamar Sangkuriang: Hai, nona manis. kau sangat


cantik. Aku ingin sekali melamarmu.
Maukah kau kupersunting untuk menjadi
istriku?
7. Adegan 7 Terungkapnya Dayang Sumbi: Sangkuriang. Aku ingin
identitas mengatakan hal yang sesungguhnya bahwa
engkau adalah puteraku. Kau adalah
anakku.
8. Adegan 8 Kebencian Namun Sangkuriang menyadari bahwa ini
hanyalah tipu muslihat dari Dayang Sumbi.
Sangkuriang marah dan mengutuk Dayang
Sumbi lalu ia merusak bendungan yang
setengah jadi ia buat bersama jin-jin nya.

2. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.
 Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama.
 Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama.
 Latar Suasana, yaitu berkaitan dengan situasi atau kondisi yang terjadinya
peristiwa dalam cerita (Mengacu kata sifat).
Analisis latar (tempat, waktu, dan suasana) pada naskah drama drama Analisis Alur (plot)
pada naskah drama “Sangkuriang” karya Utuy Tatang Sontani
No Latar Tempat Kutipan
1. Kerajaan Narator: Alkisah pada zaman dahulu, di tanah
Parahyangan pada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh
seorang baginda raja yang ditemani oleh seorang ratu
yang hanya memiliki seorang putri.

2. Tengah Hutan Narator: Setibanya Sangkuriang di tengah hutan


3. Rumah Narator: Sesampainya di rumah, Sangkuriang sangat
heran melihat banyak perubahan yang terjadi pada
kampungnya

No Latar Waktu Kutipan


1. Pagi Di suatu pagi pada saat dayang sumbi sedang menenun, ia
merasa tak enak badan.
2 Malam Narator:
Ketika pekerjaan Sangkuriang tengah berlangsung,
Dayang Sumbi menggunakan tipu muslihat yakni
dengan membangunkan ibu-ibu untuk menumbuk padi
pertanda fajar telah tiba.

No Latar Suasana Kutipan


1. Tegang Sangkuriang: Dimana aku bisa memperoleh seekor
menjangan yang besar? Aku tidak akan kembali pulang,
sebelum membawa hasil yang memuaskan. Jika aku tidak
membawa hasil, maka dengan sangat terpaksa akan aku
hujamkan anak panah ini ke tunuh kumang sebagai ganti
hewan buruan yang tak kunjung ku dapatkan.
2. Bahagia Dayang Sumbi: Terima kasih banyak anakku. Kau sangat
piawai sekali dalam berburu menjangan
3. Kebencian Dayang Sumbi: (marah) Dasar anak tak tau diri! Pergilah
dari rumah ini!
Sangkuriang: Namun Sangkuriang menyadari bahwa ini
hanyalah tipu muslihat dari Dayang Sumbi. Sangkuriang
marah dan mengutuk Dayang Sumbi lalu ia merusak
bendungan yang setengah jadi ia buat bersama jin-jin nya.

3. Tokoh
Tokoh dalam drama adalah orang-orang yang hidup dalam arti watak dan karakternya
terungkap melalui penampilan fisik, tindakan, ucapan, perasaan, dan kehendak diri
sendiri maupun kehendak orang lain.

Analisis tokoh pada naskah drama Analisis Alur (plot) pada naskah drama “Sangkuriang”
karya Utuy Tatang Sontani
Tabel 1: Jumlah tokoh dan berdasarkan dari segi peran
No Nama Tokoh Peran Kutipan
1. Sangkuriang Seorang anak laki-laki Anak laki-laki ini dinamakan
Sangkuriang.
2. Dayang Sumbi Seorang putri raja, Ibu Putri tersebut bernama Dayang Sumbi
yang tekenal dengan kecantikan dan
juga kecerdasannya, namun ia juga
terkenal dengan sifat manjanya.

Sangkuriang: Baiklah, ibundaku


3. Tumang Seekor anjing Tiba-tiba datanglah seekor anjing
yang sakti bernama Tumang.
4. Beberapa ibu- Ibu-ibu Dayang Sumbi menggunakan
ibu tipu muslihat yakni dengan
membangunkan ibu-ibu untuk
menumbuk padi pertanda fajar
telah tiba.

Tabel 2: Tokoh Utama dan Pendamping.


No Nama Interaksi dengan tokoh Muncul setiap Keterangan
Tokoh lain Adegan
1. Sangkuriang Dayang  A.1  Tokoh Utama
Sumbi A.2 
Tumang  A.3 
Ibu-ibu - A.4 
A.5 
A.6 
A.7 
A.8 
2. Dayang Sangkuriang  A.1  Tokoh Utama
Sumbi Tumang  A.2 
Ibu-ibu  A.3 -
A.4 
A.5 
A.6 
A.7 
A.8 
3. Tumang Sangkuriang  A.1  Pendamping
Dayang  A.2 
Sumbi A.3 
Ibu-ibu - A.4 -
A.5 -
A.6 -
A.7 -
A.8 -
4. Ibu-ibu Sangkurian - A.1 - Pendamping
g A.2 -
Dayang  A.3 -
Sumbi A.4 -
Tumang - A.5 -
A.6 -
A.7 -
A.8 

Tabel 3: Penokohan dan Karakter


Analisis penokohan pada naskah drama Analisis Alur (plot) pada naskah drama
“Sangkuriang” karya Utuy Tatang Sontani
No Nama Tokoh Karakter Kutipan
1. Sangkuriang Suka berbohong, Sangkuriang: Ibunda, ini adalah daging
percaya diri, dan menjangan yang besar hasil buruanku.
pemarah
Sangkuriang: Baiklah! Akan aku
jalankan segala persyaratan yang kau
ajukan.
Sangkuriang marah dan mengutuk
Dayang Sumbi lalu ia merusak
bendungan yang setengah jadi ia buat
bersama jin-jin nya.

2. Dayang Sumbi Cerdas, cantik dan Putri tersebut bernama Dayang Sumbi
manja yang tekenal dengan kecantikan dan
juga kecerdasannya, namun ia juga
terkenal dengan sifat manjanya.
3. Tumang Penyayang beberapa saat setelah kata-kata
perjanjian tersebut diikrarkan,
tiba-tiba datanglah seekor
anjing yang sakti bernama
Tumang.
4. Ibu-ibu Suka membantu Dayang Sumbi menggunakan
tipu muslihat yakni dengan
membangunkan ibu-ibu untuk
menumbuk padi pertanda fajar
telah tiba.

4. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan seorang pengarang kepada
pembaca atau penonton. Amanat drama selalu berhubungan dengan tema dan
ceritanya, amanat juga menyangkut nilai yang ada di masyarakat, dan disampaikan
secara implisit.
Amanat atau pesan yang dapat di ambil dari naskah drama di atas adalah 1) kita
harus Selalu Bersikap Jujur, Karena Sangkuriang telah berbohong kepada Ibunya
bahwa Hati yang ia bawa bukanlah hati kijang, melainkan hati Tumang yang
merupakan anjing sekaligus ayahnya sendiri. karena ketidakjujuran Sangkuriang
membuat hubungannya dan Sang Ibu tidak baik. 2) harus mampu Menahan Emosi,
Sangkuriang memiliki emosi yang tinggi, saat berburu kijang ia meminta Tumang
untuk mengejar kijang tersebut, namun karena Tumang tidak mau mengejar kijang itu,
akhirnya Sangkuriang membunuh Tumang dan mengambil hatinya untuk diberikan
kepada ibunya.

5. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau jug ide yang mendasari pembuatan dari sebuah
drama. Tema merupakan gagasan utama yang menjalin struktur isi drama, tema
berkaitan dengan proses jalan cerita sebuah drama.
Tema dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar karya Iwan Simatupang,
adalah Kisah cinta terlarang antara seorang anak yang mencintai ibu kandungnya
sendiri layaknya seorang kekasih.

6. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan dalam naskah drama “Bulan Bujur Sangkar” karya
Iwan Simatupang
Gaya Bahasa Petentangan

 Hiperbola
Sangkuriang berhenti melakukan pekerjaannya, dan jin-jin pun lari
terbirit-birit karena mengira fajar telah tiba. Namun Sangkuriang menyadari
bahwa ini hanyalah tipu muslihat dari Dayang Sumbi. Sangkuriang marah dan
mengutuk Dayang Sumbi lalu ia merusak bendungan yang setengah jadi ia
buat bersama jin-jin nya. Karena amarah yang tak tersalurkan, Sangkuriang
pun menendang perahu tersebut dan jatuh dalam keadaan terbalik. Perahu itu
membentuk sebuah Gunung Tangkuban Perahu

7. Petunjuk Teknis
Pada petunjuk teks yang ditemukan ada beberapa diantaranya yaitu:
 Dayang Sumbi: Baiklah. Aku bersedia menjadi istrimu dengan beberapa
syarat.
(Dari kutipan ini, pembaca dapat memahami bahwa Dayang Sumbi menolak
sangkuriang).

 UNSUR EKSTRINSIK
 Biografi Pengarang
Utuy Tatang Sontani lahir di Cianjur, Jawa Barat, 13 Mei 1920,
meninggal di Moskow, Uni Soviet, 17 September 1979. Utuy telah mulai
menulis beberapa buah buku dalam bahasa sunda antaranya sebuah roman
yang berjudul ”Tambera” (1943), mengikuti anjuran kantor pusat kebudayaan
iapun menulis dalam bahasa indonesia. Mula-mula ia menulis sajak dan pada
permulaan kemesdekaan ia menulis drama, meski ia kemudian menulis roman
dan cerpen juga namun ia lebih terkenal sebagai pengarang drama.
Utuy besar dari lingkungan keluarga pedagang yang bergelar haji.
Bapaknya bernama Haji Maksum merupakan seorang pedagang batik,
pengusaha restoran, pemilik sejumlah pedagang kecil, dan juragan tanah
dikampung kelahirannya yakni desa satuduit. Pendidikan pertama Utuy adalah
Schakelschool, yakni sekolah rakyat yang dikhususkan untuk petani,
pedagang, rendahan dan buruh.
.

 PENDEKATAN MIMETIK
1. Teori Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik adalah suatu jenis pendekatan yang dalam
analisisnya, mengkaji hubungan antara suatu karya sastra dengan kenyataan
yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Menurut Semi (2021, hlm 7), kritik
mimetik (mimetic criticism), yaitu kritik yang bertolak pada pandangan bahwa
karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaran dunia dan kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, kritik sastra mimetik cenderung untuk mengukur
kemampuan satu karya sastra menangkap gambaran kehidupan yang dijadikan
sebagai objek.
Dalam berbagai aspek kehidupan banyak hal yang dapat dinilai dengan
pendekatan mimetik ini. Peneliti dapat menganalisis dari segi agama,
pendidikan, sosial, politik, budaya, dan hal yang lainnya. Khusus dalam
penelitian ini, penulis memilih untuk memfokuskan analisis pada aspek sosial
dan budaya saja. Menurut penulis pendekatan mimetik ini, merupakan jenis
pendekatan yang tepat untuk mengkaji nilai sosial dan budaya dalam suatu
cerpen. Penulis berharap dengan adanya analisis aspek sosial dan budaya
terhadap suatu cerpen ini dapat membuat seorang siswa dapat menghargai, dan
juga melestarikan setiap kebudayaan yang ada di Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Semi (2021, hlm 21), Kritik sastra
berfungsi pula untuk membina tradisi kebudayaan, membentuk suatu tempat
berpijak cita rasa yang benar, melatih kesadaran, dan secara sadar pula
mengarahkan pembaca kepada pembinaan pengertian tentang makna
kehidupan. Hal yang dijelaskan oleh Semi tersebut bermaksud untuk
pembinaan terhadap kebudayaan dan apresiasi seni.
Pemahaman unsur sosial pada naskah drama akan memberikan
gambaran nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Nilai sosial tersebut melingkupi
hubungan pengarang dengan masyarakat dan hasil karya sastra dengan
masyarakat. Nilai sosial akan memudahkan pembaca untuk memahami nilai
sosial masyarakat drama, sehingga pemahaman terhadap isi drama dapat
menyeluruh. Oleh sebab itu dalam mengkaji naskah drama tersebut harus tepat
dalam penggunaan pendekatan, dalam hal ini pendekatan sosiologi.

2. Analisis Pendekatan Mimetik pada Naskah Drama (Aspek Sosial)


Di dalam teks drama Analisis Alur (plot) pada naskah drama
“Sangkuriang” karya Utuy Tatang Sontaniterkandung beberapa konteks sosial
yang terjadi di dalam masyarakat, realita itu antara lain: jangan suka
berbohong, dalam naskah drama ini terbukti karena suatu kebohongan dari
sangkuriang kepada ibunya sehingga menciptakan konflik sehingg membentuk
sebuah situasi dimana anak yang mencintai ibunya sendiri dan ingin
menikahinya.

Anda mungkin juga menyukai