Anda di halaman 1dari 9

BATAK PARDEMBANAN Kabupaten Asahan

BATAK PARDEMBANAN
Kabupaten Asahan

Orang Batak Pardembanan atau kadang-kadang disebut Batak Asahan adalah


Batak suku asli yang hidup di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Mereka hidup seratus tahun sebelum invasi Sultan Aceh, Sultan
Mahkota Alam Alauddinriayatsyah (Syah Johan), di sepanjang sungai Asahan.
Turunnya Sultan Aceh dibangun Asahan Raya yang didasarkan pada budaya
Melayu Islam dan dikonversi semua orang Batak Pardembanan menjadi Melayu
Asahan. Evenethough semua orang di Kabupaten Asahan saat ini mengklaim diri
mereka sebagai orang Melayu Asahan, ada beberapa yang tersisa Batak peradaban
di daerah.

Traditional Clothes of Batak Pardembanan

Penduduk asli Asahan merupakan suku Batak Pardembanan yang menempati


daerah sepanjang Sungai Asahan namun tidak sampai ke muaranya di pantai
Asahan. Masyarakat Batak Pardembanan merupakan keturunan Batak Toba yang
bermigrasi di sepanjang aliran sungai Asahan untuk mencari lahan pertanian baru
akibat semakin sempitnya lahan di sekitar Danau Toba.
Saat ini Kabupaten Asahan terdiri dari beberapa kecamatan, yaitu:

Kec. Aek Kuasan, ibukota Aek Loba Pekan


Kec. Aek Ledong, ibukota Aek Ledong
Kec. Aek Songsongan, ibukota Ake Songsongan
Kec. Air Batu, ibukota Air Batu
Kec. Air Joman, ibukota Binjai Serbangan
Kec. Bandar Pasir Mandoge, ibukota Bandar Pasir Mandoge
Kec. Bandar Pulau, ibukota Bandar Pulau Pekan
Kec. Buntu Pane, ibukota Sei Silau
Kec. Kota Kisaran Barat, ibukota Kisaran Barat
Kec. Kota Kisaran Timur, ibukota Kisaran Timur
Kec. Meranti, ibukota Meranti
Kec. Pulo Rakyat, ibukota Pulau Rakyat Pekan
Kec. Pulo Bandring, ibukota Suka Damai
Kec. Rahuning, ibukota Rahuning
Kec. Rawang Panca Arga, ibukota Rawang Pasar IV
Kec. Sei Dadap, ibukota Perkebunan Sei Dadap I/II
Kec. Sei Kepayang, ibukota Sei Kepayang Tengah
Kec. Sei Kepayang Barat, ibukota Sei Tulang Pandau
Kec. Sei Kepayang Timur, ibukota Sungai Pasir
Kec. Setia Janji, ibukota Sei Silau Barat
Kec. Silau Laut, ibukota Silo Lama
Kec. Simpang Empat, ibukota Simpang Empat
Kec. Tanjung Balai, ibukota Teluk Nibung
Kec. Teluk Dalam, ibukota Teluk Dalam
Kec. Tinggi Raja, ibukota Piasa Ulu
Kabupaten Asahan

A.   Wilayah

Wilayah Batak Pardembanan terdapat beberapa kecamatan di Kabupaten Asahan,


yaitu :

1.      Kec. Aek Kuasan


2.      Kec. Aek Ledong 
3.      Kec. Aek Songsongan 
4.      Kec. Air Batu 
5.      Kec. Air Joman 
6.      Kec. Bandar Pasir Mandoge 
7.      Kec. Bandar Pulau 
8.      Kec. Buntu Pane 
9.      Kec. Kota Kisaran Barat 
10.   Kec. Kota Kisaran Timur 
11.   Kec. Meranti 
12.   Kec. Pulo Rakyat 
13.   Kec. Polu Bandring
14.   Kec. Rahuning 
15.   Kec. Rawang Panca Arga 
16.   Kec. Sei Dadap 
17.   Kec. Setia Janji  
18.   Kec. Silau Laut 
19.   Kec. Tinggi Raja 

Daerah Batak Pardembanan


 Di beberapa kabupaten di Kabupaten Asahan yang diklasifikasikan sebagai tanah
Melayu Asahan, beberapa orang Batak Pardembanan juga hidup pada sebagian
kecil. Mereka kabupaten adalah:
1.    Kec. Sei Kepayang
2.    Kec. Sei Kepayang Barat 
3.    Kec. Sei Kepayang Timur 
4.    Kec. Simpang Empat
5.    Kec. Tanjung Balai
6.    Kec. Teluk Dalam 

B.   Marga

Orang Batak Pardembanan memiliki "marga" yang menunjukkan identitas leluhur


asli mereka atau keluarga. Nama familiy ini berasal dari garis keturunan ayah
(patrilineal) yang akan terus keturunan laki-lakinya continiously. Keturunan
perempuan akan mengikuti nama keluarga suaminya setelah mariage. Contoh
"marga" di Batak Toba yang hidup (marbona Pasogit) di Kabupaten Asahan
adalah:

1.         Marga Simargolang


2.         Marga Nahombang
3.         Marga Sitorus Pane
Rumah Tradisional Batak Pardembanan

Asahan dan Labuhan Batu daerah sebenarnya adalah tanah orang Batak. Ada tiga
Kingdoms Batak di Asahan, sebelum pengambilalihan Sultan Aceh daerah dan
dibangun Asahan Raya, yang Simargolang Raya berpusat di Pulau Raja,
Nahombang Raya berpusat di Bandar Pulau dan Buntu Pane Raya berpusat di
Buntu Pane. Setelah Sultan Aceh (Syah Johan) mengejutkan mengunjungi daerah
untuk menangkap Puteri Hijau, ia menikah dengan seorang putri Batak
Kotapinang Raja dan menunjuk putranya (Sultan Abdul Jalil) untuk menjadi raja
pertama dari Asahan Sulatnete. Asahan Sultanete ini dikonversi secara paksa tiga
Batak Raya untuk menjadi Melayu dan Islam. Raja-raja dan kebanyakan orang
Asahan kemudian mempraktekkan budaya Melayu dan meninggalkan budaya
Batak Pardembanan.

1.   Kerajaan Batak Simargolang

Daerah Asahan dan Daerah Labuhan Batu sebenarnya adalah sebagai daerah
hilang bagi suku bangsa Batak Toba Tua serupa  dengan daerah-daerah Langkat.
Deli dan Serdang, karena pola kebudayaan adat Dalihan Natolu sampai sebelum
pengakuan kedaulatan sudah hilang lenyap disana, akibat dari salah mengerti atau
akibat penerangan-penerangan yang keliru pada permulaan perkembangan agama
Islam yang dibawa oleh penganjur-penganjur agama itu dari negeri lain. Karena
dahulu apakala seorang sukubangsa Batak telah memeluk agama Islam dianggap
telah menjadi “Malai” atau “Melayu” Pengertian yang keliru ini baru mulai
berangsur diperbaiki setelah meletus revolusi social di Sumatera timur pada
Tahun 1946.

Salah satu marga tertua dan terkenal di Asahan ialah marga “Simargolang” berasal
dari Raja Simargolang salah seorang putera dari Ompu Sahang Mataniari.
Tarombo marga Simargolang karena sudah sejak lama seluruhnya meninggalkan
pusat negeri Toba, tidak begitu jelas lagi dalam buku-buku tarombo marga-marga
sukubangsa Batak Toba tua. Menurut hikayat lama adapun Ompu Sahang
Mataniari alias Ompu Sahang Matanibulan, adalah paman dari Si Nagaisori yang
tercatat dalam buku tarombo sebagai putera dari Sipongki Nangolngolan (Tuanku
Rao), yakni masuk ke dalam tarombo marga Rajagukguk (salah satu cabang dari
marga Aritonang) Akan tetapi berdasarkan penelitian sejarah akhir-akhir ini
sebenarnya adalah masuk marga sinambela cucu dari Tuan Singa Mangaraja ke
VIII.

Kerajaan Margolang dahulu kala berpusat di Pulau Raja dengan wilayah


kekuasaan Asahan - Labuhan Batu, Raja terakhir yang mejadi raja adalah Raja
Marlau. Pada saat itu Indonesia telah dijajah Belanda. Kepada Raja Marlau
Belanda menawarkan untuk membangun Kelapa Sawit dan Pabrik di Tanah
kekuasaannya. Hal ini ditolak oleh Raja dengan alasan : Kalau tanah di jadikan
Kebun Kelapa Sawit oleh Belanda maka rakyatnya nanti akan menjadi Budak
Belanda, hal ini tidak dikehendaki oleh Raja.

Pada saat itu lalulintas komunikasi keluar kerajaan dilakukan melalui pelabuhan
di Tanjung Balai. Sebagai petugas penghubung   kerajaan menetapkan seorang
yang dapat dipercaya untuk itu. Pada suatu ketika Penghubung tadi menghadap
Raja dan memberitahukan bahwa pada saat ini banyak kesibukan yang
memerlukan legalisasi kerajaan, sementara transportasi antara Pulau Raja dan
Tanjung Balai cukup jauh ukuran saat itu. Untuk memudahkan administrasi beliau
meminta agar Raja memberikan kepercayaan kepadanya untuk membawa Cap
Kerajaan, sehingga dia tidak perlu pulang pergi ke Pulau Raja bila hanya
menyangkut administrasi.   Dengan alasan kemudahan administrasi maka Raja
memberikan Cap tersebut kepada Penghubung   tadi. Ternyata kepercayaan itu
dimanfaatkan oleh Belanda untuk melegalisasi izin membangun kebun di Pulau
Raja. Maka penghubung tadi di manfaatkan Belanda untuk menggunakan Cap
Kerajaan dan melakukan perjanjian dengan Belanda atas nama Raja untuk
membangun kebun Kelapa Sawit.

Maka dengan berbekal surat tersebut Belanda membangun kebun Kelapa Sawit.
Raja tidak dapat melarang karena Belanda telah memiliki surat resmi dari kerajaan
yang lengkap dengan Cap Kerajaan. Alkisah Raja tidak lagi memiliki legitimasi
untuk mengatur kerajaannya.

Silsilah Keturunan Kerajaan Batak Simargolang:


Si Raja Batak
Guru Tatea Bulan
Saribu Raja I
Raja Borbor
T. Balasahunu
R. Hatorusan
O.T. Raja Doli Datu Taladibabana
Sabung/Sahang   Mataniari
Simargolang
R. Margolang II (Bermakam di Huta Raja)
R. Margolang III (Bermakam di Marjanji Aceh, Kec. Bandar Pulau)
R. Pulu Raja IV (Bermakam di Pancuran Raja)
R. Pulu Raja V (Bermakam di Kampung Raja)
R. Pulu Raja VI (Bermakam di Pulu Raja)
R. Pulu Raja VII (bermakam di Sei Berita, Pulu Raja)
R. Marsiha
R. Janggut  (Bermakam di Pulau Sarune, lalu di pindahkan oleh R. Nahar ke
pangkal Titi Gantung Pulau Raja, Pemakaman Keluarga Nahar Margolang)
R. Dohon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi
Gantung Pulau Raja)
R. Pangaruhat : (Bermakam di Kedai Kawat, Pulau Raja)

Kesimpulan:

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Simargolang merupakan Kerajaan Batak


yang termasuk Suku Batak Pardembanan dan masih memiliki ikatan darah dengan
Batak Toba. Saat ini keturunannya memakai marga Margolang, namun banyak
yang menghilangkan marganya akibat malu. Pemukiman asli Suku Batak
Pradembanan di Kerajaan Simargolang ini terdapat di Kecamatan Pulau Rakyat,
Aek Kuasan dan Aek Songsongan dalam Kabupaten Asahan.

Sumber :
http://batak-people.blogspot.sg/2013/01/batak-pardembanan-asahan-bukan-
melayu.html

Anda mungkin juga menyukai