PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki kebudayaan dan suku
yang beragam. Kebudayaan dan suku yang beragam ini menjadikan Indonesia sebagai Negara
dengan keaneragaman unik. Disamping memiliki kebudayaan yang beragam, Indonesia juga
mempunyai Museum sebagai wadah memperkenalkan keanekaragam budaya, salah satu
museum tersebut ialah Museum Simalungun.
Museum Simalungun adalah tempat wisata sejarah dan budaya. Selain sebagai sebuah
nama Kabupaten, Simalungun juga merupakan suku asli dari Provinsi Sumatera Utara yang kini
menyebar di seluruh Indonesia. Museum Simalungun dengan berbagai jenis koleksinya ini
berada di Jalan. Sudirman No. 20 Kota Pematangsiantar.
Sejarah mengenai Museum Simalungun dimulai sejak dibangun pada April 1936.
Tujuannya adalah untuk melestarikan dan menjaga sejarah serta kebudayaan Simalungun dari
masa ke masa. Museum Simalungun didirikan/diprakarsai oleh 7 orang Raja Simalungun
beserta utusan Pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik pada pertemuan Harungguan.
Diawal berdiri Museum ini bernama Rumah Pusaka Simalungun. Namun seiring
perkembangan nama tersebut akhirnya diganti. Pada Desember 1939, akhirnya proses
pembangunan rampung dan resmi dibuka untuk umum pada 30 April 1940. Museum ini
kemudian dikelola secara prifesional 14 tahun kemudian oleh Yayasan Museum Simalungun
yang didirikan pada 27 September 1954.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Seni Budaya dan
Sejarah sekaligus sebagai sarana untuk lebih mengenal tentang Museum Simalungun dan
sejarahnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Museum Simalungun dimulai pada tahun 1932, disertasi karya Dr. ANJ
Th. a Th. van der Hoop dengan judul “Megalitich Remains in South Sumatera” yang
memberikan motivasi untuk menyelidiki makna dari batu – batu atau patung kuno di
Sumatera Selatan. Kemudian disertasi tersebut dibaca oleh G.L. Tichelman yang saat itu
menjabat sebagai kontelir di Simalungun. Tichelman kemudian termotivasi untuk
mengadakan penyelidikan yang sama di daerah tugasnya, yaitu daerah Simalungun. Hal
inilah yang kemudian menjadi cikal bakal didirikannya Museum Simalungun.
2
2.2 Latar belakang terbentuknya Museum Simalungun
Selain dengan sistem birokrasi dari pemerintah daerah sampai kepada masyarakat
desa, penyebaran berita mengenai pendirian Museum Simalungun juga dilakukan melalui
media massa, contohnya seperti Sinar Simalungun, Warta Baru, Sinalnal, dan lain
sebagainya. Penyiaran berita ini kepada masyarakat sangatlah penting dikarenakan selain
dari kerajaan dan pemerintah Belanda, biaya untuk pembuatan museum juga dipungut dari
masyarakat. Salah satu bantuan biaya dari masyarakat adalah melalui retribusi karet.
Pemerintah menaikkan penjualan karet sebanyak 2 sen per kilogramnya. Kemudian jumlah
kenaikan tersebut dikumpulkan menjadi bantuan biaya dari mayarakat untuk membangun
museum.
3
Tanah untuk tempat pembangunan museum adalah hasil hibah Wali Kota
Pematangsiantar saat itu. Letaknya sama dengan letak museum sekarang, Jalan Jenderal
Sudirman Nomor 20, dekat dengan kantor pos yang banyak dilalui orang, tetapi tidak begitu
dekat dengan hiruk pikuk lalu lintas kota.
Selesai dengan urusan tanah, hal yang harus diurus selanjutnya adalah bentuk dari
museum. Museum akan dibuat dengan bentuk Rumah Bolon yang merupakan rumah adat
suku batak. Rumah Bolon umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu lopou dan rumah.
Pada rencana awal akan dilakukan pemindahan Rumah Bolon dari Buluh Raya yang
merupakan daerah Kerajaan Raya pada saat itu. Namun, usia Rumah Bolon tersebut sudah
tua dan akan sangat menguras biaya untuk pemindahannya, sehingga rencana ini pun
gagal. Beranjak dari kegagalan rencana sebelumnya, museum akan tetap dibangun dengan
bentuk Rumah Bolon tetapi pembangunannya akan dilakukan secara bertahap. Hal ini
dikarenakan biaya yang tidak mencukupi. Bagian lopou akan lebih dulu dibangun,
kemudian akan dilanjut membangun bagian rumah ketika biayanya sudah ada.
Untuk contoh lopou-nya sendiri dibuat oleh Yan Kaduk Saragih (Kepala Distrik Raya
Kahean) bersama Voorhoeve. Selanjutnya pada 2 Januari 1939 contoh tersebut diterima
oleh Residen Sumatera Timur. Setelah gambar konstruksi museum dibuat oleh Locale
Water Staat (sekarang PU), akhirnya pada 10 April 1939 dimulailah pembangunan
Museum Simalungun dengan biaya sebesar 1.650 gulden.
Perlu diketahui, bahwa pembangunan museum dipimpin oleh Locale Water Staat
(sekarang PU). Para tukang atau pekerja yang mambangun museum berasal dari pribumi
yang mampu mengikuti gambar konstruksi yang sudah dibuat. Kemudian pada 18 Oktober
1939 pembangunan museum akhirnya selesai. Tugas selanjutnya diserahkan kepada
pengurus museum yang sudah diangkat sebelumnya untuk mengisi museum dengan benda
– benda warisan budaya daerah Simalungun.
4
Kemudian setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, kepemilikan Museum
Simalungun resmi menjadi milik Indonesia. Kendati demikian, perawatan museum masih
terlihat memprihatikan. Hingga akhirnya pada 1954, setelah kunjungan Sekretaris Jenderal
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, disempurnakanlah kepengurusan museum
dengan diebentuknya Yayasan Museum Simalungun yang diketuai oleh Farel Pasaribu
yang saat itu menjabat menjadi bupati Simalungun. Yayasan ini berlaku hingga sekarang
dengan ketua yayasan bapak Drs. Djomen Purba.
a) Koleksi handcraft
b) Koleksi Arkeologi
c) Koleksi Numismatika
d) Koleksi Keramikalogis
e) Koleksi Naskah kuno
5
f) Koleksi Etnografika
Beberapa koleksi tersebut masih terjaga dengan baik di Museum Simalungun. Koleksi-
koleksi dari kerajaan yang dulunya ada dapat disaksikan dan dilihat di Museum Simalungun
seperti pingga pasu yakni piring yang digunakan khusus untuk raja. Selain itu dapat dilihat
peralatan hidup sehari-hari orang Simalungun yang dulunya kerap digunakan seperti tempat
penyimpanan garam, tempat penyimpanan beras yang disebut Parborason, tempat
penyimpanan ikan atau Taduhan, tempat penyimpanan ari atau Tatabu.
Koleksi menarik lainnya adalah alat-alat yang digunakan pada mata pencaharian suku
Simalungun seperti bubu, yakni alat penangkap ikan, agadi alat yang digunakan untuk
menyadap nira, wewean yaitu alat yang digunakan untuk memintal benang dan masih banyak
lainnya.
6
BAB III
KESIMPULAN
Museum Simalungun adalah salah satu Museum tua yang terdapat di Kota
Pematangsiantar yang bertujuan untuk menjaga cagar budaya agar tidak punah ditelan jaman.
Museum ini memiliki berbagai peninggalan sejarah pada jamannya yang memiliki nilai histori
tinggi. Sebagai warga maupun suku yang mendiami Simalungun, sudah selayaknya kita bangga
dan ikut menjaga melestarikan peninggalan-peninggalan benda bersejarah yang terdapat di
Museum Simalungun kota Pematangsiantar.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alolingsimalungun.com/2020/07/27/museum-simalungun-destinasi-wisata-budaya-
di-pusat-kota-siantar/
https://suarausu.or.id/sudah-puluhan-tahun-berdiri-berikut-sejarah-museum-simalungun/
https://www.pariwisatasumut.net/2014/11/museum-simalungun-pematang-siantar.html