Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Penelitian bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh

karakteristik calon debitur (character) yang meliputi karakteristik usaha

(omzet usaha dan pengalaman usaha) dan karakteristik individu pengusaha

(jangka waktu pelunasan, pengalaman meminjam kredit, jumlah tanggungan

keluarga dan tingkat pendidikan), serta nilai agunan kredit/jaminan

(collateral) terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

Pada KSP Sendang Artha Mandiri, keputusan pemberian kredit yang

berjalan selama ini dilakukan juga dengan memperhatikan 5C (Character,

Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic). Namun, dari kelima

prinsip tersebut yang paling utama diterapkan pada KSP Sendang Artha

Mandiri, yaitu: jumlah agunan dan karakter calon debitur. Adapun yang

membedakan KSP Sendang Artha Mandiri dengan KSP yang lain adalah

pihak KSP Sendang Artha Mandiri bersedia memberi jumlah kredit melebihi

jumlah nilai agunan yang diberikan jika calon debitur dinilai memiliki

karakter individu yang baik, seperti pengalaman meminjam kredit, jumlah

tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan.

KSP Sendang Artha Mandiri memiliki prosedur untuk menilai calon

debitur sebelum memutuskan permberian kredit dan sebelum dinyatakan

84
85

layak untuk menerima fasilitas kredit. Dari hasil survei dapat dilihat karakter

calon debitur layak atau tidaknya untuk diberikan fasilitas kredit. Jika ada

permasalahan membayar tagihan pihak KSP Sendang Artha Mandiri akan

memberikan toleransi namun dengan alasan yang logis dan mengedepankan

sistem kekeluargaan dan jika melunasi tagihan sebelum jangka waktu yang

diberikan maka sisa bunga pada bulan yang sudah ditetapkan akan

diberhentikan atau tidak berlaku.

4.1.1 Profil KSP Sendang Artha Mandiri

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sendang Arta Mandiri berdiri

pada tanggal 19 April 2002 dengan Badan Hukum No.

004/BH/DK.402.104/IV/2002. Penggagas pendirian Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Sendang Arta Mandiri adalah Bapak H. Hari Wuryanto,

SH selaku ketua, Ibu Erni Sri Handayani selaku sekretaris, dan Bapak

Komarudin, S.Pd. sebagai bendahara dengan anggota 22 orang.

Pada perkembangannya, selama kurun waktu 2 tahun Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) Sendang Arta Mandiri sempat vacuum dan baru

mulai operasional pada tanggal 2 Agustus 2004, bertempat di Jalan

Raya Dungus, 9 C-D, Kelurahan Munggut, Kecamatan Wungu,

Kabupaten Madiun. Dalam perkembangan akhirnya, pada tanggal 12

Oktober 2009 KSP Sendang Artha Mandiri sudah dapat menempati

kantor sendiri, yang beralamat di Jalan Raya Dungus (depan Pom

Bensin) Desa Mojopurno, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.

Dengan kehadiran KSP Sendang Artha Mandiri, diharapkan dapat


86

membantu mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah

(UKM) di wilayah Kabupaten Madiun dan sekitarnya.

Saat ini, KSP Sendang Artha Mandiri telah memiliki enam kantor

kas yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Madiun, meliputi:

1. Kantor Kas Sukolilo; dibuka pada tanggal 2 Februari 2005 dan

berlokasi di bedak Pasar Sukolilo, Desa Sukolilo, Kecamatan Jiwan,

Kabupaten Madiun.

2. Kantor Kas Pagotan; dibuka pada tanggal 7 Juni 2005 dan berlokasi

di Jalan Raya Ponorogo, nomor 208, Desa Uteran, Kecamatan

Geger, Kabupaten Madiun.

3. Kantor Kas Mlilir; dibuka pada tanggal 7 Juli 2008 dan berlokasi di

bedak Pasar Mlilir, Jalan Raya Ponorogo, Desa Mlilir, Kecamatan

Dolopo, Kabupaten Madiun.

4. Kantor Kas Nglames; dibuka pada tanggal 1 Agustus 2008, berlokasi

di bedak Pasar Nglames, Jalan Raya Nglames, Kabupaten Madiun.

5. Kantor Kas Kare; dibuka pada tanggal 20 Agustus 2008, berlokasi di

Pasar Gondosuli, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.

6. Kantor Kas Karangmalang; dibuka pada tanggal 08 April 2011

berlokasi di Pasar Karangmalang, Desa Sumberbening, Kecamatan

Balerejo, Kabupaten Madiun.

7. Pada tanggal 21 Oktober 2013 telah membuka kantor cabang baru

yang letaknya sangat strategis, yaitu di depan Pasar Baru Caruban.


87

4.1.2 Visi dan Misi

KSP Sendang Artha Mandiri memiliki visi dan misi sebagai

berikut:

1. Visi : Mewujudkan koperasi simpan pinjam yang mandiri, tangguh

dan berdaya saing tinggi, dan bermanfaat untuk anggota dan

masyarakat.

2. Misi : Membangun koperasi yang mantap dan sejahtera dengan

memanfaatkan potensi anggota dan masyarakat dalam

membangun ekonomi kerakyatan secara bergotong-royong.

Selain visi dan misi di atas, KSP Sendang Artha Mandiri juga

memiliki budaya kerja, yaitu: jujur, disiplin, tanggung jawab, ikhlas.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, sangat diperlukan peran serta

pemerintah, khususnya Dinas Koperasi dalam membina usaha

perkoperasian agar berdaya guna dan berhasil guna.

Lokasi kantor pusat KSP Sendang Artha Mandiri yang berada di

Desa Mojopurno, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun berbatasan

langsung dengan Kota Madiun, sangat berpeluang di sektor

perdagangan, daerah Kare dan Wungu sangat berpeluang di sektor

pertanian dan perkebunan, daerah Mojorayung dan Dempelan sangat

berpeluang untuk usaha meubel dan peternakan. Kantor kas yang telah

tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Madiun juga sangat

berpeluang untuk menyalurkan pinjaman di sektor perdagangan,

pertanian, jasa, serta usaha kecil dan menengah lainnya.


88

4.1.3 Kelembagaan

Untuk melengkapi legalitas usaha, KSP Sendang Artha Mandiri

telah memiliki ijin usaha sebagai berikut:

1. No. Akta Pendirian : 004/BH/DK.402.104/IV/2002

2. Nomor SITU : 503.2/118/402.207/HER/2008

3. Nomor SIUP : 305/13-32/SIUP-M/402.207/HR/2008

4. Nomor TDP : 133326500103

5. Nomor TDG : 503.7/549/402.207/HER/207

6. Nomor NPWP : 02.517.663.7-621.000

Saat ini, KSP Sendang Artha Mandiri memiliki jumlah anggota

dan calon anggota yang menunjukkan adanya peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2011 hingga 2018, anggotanya adalah sebanyak

3205 orang,

4.2. Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang dianalisis merupakan data tentang

karakteristik calon debitur (character) yang meliputi karakteristik usaha (omzet

usaha dan pengalaman usaha) dan karakteristik individu pengusaha (jangka

waktu pelunasan, pengalaman meminjam kredit, jumlah tanggungan keluarga

dan tingkat pendidikan), serta nilai agunan kredit/jaminan (collateral) terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun. Berdasarkan dokumen pengajuan kredit

modal kerja oleh debitur di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun, dapat

dianalisis sebagai berikut.


89

4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan

ke dalam beberapa aspek, yaitu: omzet usaha, pengalaman usaha, jangka

waktu pelunasan, pengalaman meminjam, jumlah tanggungan keluarga,

tingkat pendidikan, dan nilai agunan kredit. Berikut ini dideskripsikan

aspek-aspek karakteristik responden penelitian ini.

1. Karakteristik Responden berdasarkan Omzet Usaha

Ditinjau dari omzet usaha, dapat diketahui bahwa omzet usaha

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun sebagai

responden penelitian terendah adalah Rp 1.300.000 per bulan dan

tertinggi adalah Rp 200.000.000 per bulan. Dari nilai omzet terendah

dan tertinggi tersebut, maka omzet usaha responden dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Omzet Usaha


Omzet Usaha Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
< 41.000.000 135 82,3
41.000.000 – < 81.000.000 2 1,2
81.000.000 – < 121.000.000 5 3,0
121.000.000 – < 161.000.000 13 7,9
161.000.000 – < 200.000.000 9 5,5
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun terbanyak adalah yang memiliki

omzet usaha kurang dari Rp 41.000.000 per bulan, yaitu sebanyak 135

orang (82,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha UMKM yang


90

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun rata-rata merupakan pelaku usaha mikro dengan omzet usaha

kurang dari Rp 41.000.000 per bulan. Menurut Arinda dan Maski

(2015: 8) responden yang termasuk dalam kategori UMKM yang

layak diberi bantuan permodalan berada pada kisaran omzet > Rp 18

juta hingga Rp 24 juta dan > Rp 30 juta per bulan. Hal menunjukkan

bahwa karakteristik UMKM rata-rata memiliki omzet usaha kurang

dari Rp 41.000.000 per bulan.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Usaha

Menurut pengalaman usaha, responden penelitian ini dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman


Usaha
Pengalaman Jumlah Responden Persentase
Usaha (orang) (%)
2 tahun 48 29,3
3 tahun 82 50,0
4 tahun 24 14,6
5 tahun 9 5,5
6 tahun 1 0,6
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini adalah

pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun dengan pengalaman usaha 3 tahun,

yaitu sebanyak 82 orang (50%). Hal ini relevan dengan temuan

penelitian yang dilakukan Arinda dan Maski (2015: 7) bahwa


91

pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja rata-rata

memiliki pengalaman usaha lebih dari dua tahun hingga empat tahun

dengan proporsi 64%.

3. Karakteristik Responden berdasarkan Jangka Waktu Pelunasan

Ditinjau dari jangka waktu pelunasan, responden penelitian ini

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Waktu


Pelunasan
Jangka Waktu Jumlah Responden Persentase
Pelunasan (orang) (%)
10 bulan 40 24,4
20 bulan 123 75,0
30 bulan 1 0,6
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 6)

Pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun terbanyak adalah yang memilih

jangka waktu pelunasan kredit selama 20 bulan, yaitu sebanyak 123

orang (75%). Menurut Arinta dan Djumahir (2014: 6) semakin lama

jangka waktu pengembalian pinjaman maka angsuran bulanannya

relatif lebih ringan. Di sisi lain, semakin lama jangka waktu

pengembalian kredit, akan menurunkan tingkat perputaran dana dan

likuiditas bank, sehingga pada pihak bank akan melakukan

pertimbangan yang penuh dalam menentukan jangka waktu

pengembalian kredit tersebut. Hasil penelitian ini relevan dengan

temuan penelitian yang dilakukan Arinda dan Maski (2015: 8) bahwa


92

pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja rata-rata

memilih jangka waktu pelunasan antara 18 bulan hingga 24 bulan,

dengan pertimbangan sambil mengembangkan usaha bisnisnya.

4. Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Meminjam

Merujuk dari data, pengalaman meminjam responden penelitian

ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman


Meminjam
Jumlah Responden Persentase
Pengalaman Meminjam
(orang) (%)
1 kali 21 12,8
2 kali 80 48,8
3 kali 56 34,1
4 kali 7 4,3
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun terbanyak dalam penelitian ini adalah

yang memiliki pengalaman meminjam dana atau kredit sebanyak 2

kali, yaitu sebanyak 80 orang (48,8%). Menurut Handayani (2018)

rata-rata calon nasabah yang mengajukan kredit sudah pernah

meminjam pada bank yang sama minimal dua kali. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengalaman meminjam dari nasabah kredit

akan menentukan kemampuan nasabah dalam mengelola dana kredit

yang diperoleh dari kreditur. Namun, jika terlalu sering mengajukan

kredit maka akan menunjukkan bahwa debitur kurang mampu dalam

mengelola modal kerja yang diperoleh dari kredit untuk

pengembangan usahanya.
93

5. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan

keluarga dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah


Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Persentase
Keluarga (orang) (%)
0 orang 64 39,0
1 orang 61 37,2
2 orang 33 20,1
3 orang 5 3,0
4 orang 1 0,6
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Pada penelitian ini, pengusaha UMKM yang mengajukan kredit

modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun terbanyak adalah

yang tidak memiliki tanggungan keluarga, yaitu sebanyak 64 orang

(39%). Menurut Arinda dan Maski (2015: 7) jumlah tanggungan

keluarga yang cenderung lebih sedikit lebih lancar dalam membayar

angsuran kredit. Apabila debitur memiliki jumlah tanggungan

keluarga yang banyak, dikhawatirkan dana modal kerja yang

diperoleh dari kreditur akan lebih banyak dialokasikan untuk membeli

kebutuhan sehari-hari atau untuk konsumsi daripada untuk modal

kerja dari usaha yang dijalankan debitur.

6. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Ditinjau dari tingkat pendidikan, responden penelitian ini dapat

dideskripsikan sebagai berikut:


94

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Jumlah Responden Persentase
Tingkat Pendidikan
(orang) (%)
SLTP 9 5,5
SLTA 111 67,7
Diploma 15 9,1
Sarjana S1, S2 29 17,7
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun yang terbanyak adalah dengan tingkat

pendidikan SLTA, yaitu sebanyak 111 orang (67,7%). Menurut

Arinda dan Maski (2015: 12) pengusaha UMKM rata-rata memiliki

tingkat pendidikan atau lulusan SLTA dan sederajat. Tingkat

pendidikan debitur akan menentukan kemampuan debitur dalam

mengelola dana modal kerja yang diperoleh dari kreditur. Namun,

pada pengusaha UMKM yang mengajukan kredit modal kerja di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun, tingkat pendidikan yang rata-rata

adalah SLTA bukanlah sebagai suatu pertimbangan utama bagi KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun dalam menerima pengajuan kredit

dari nasabah, melainkah lebih ke pengalaman usaha dari nasabah atau

calon debitur.

7. Karakteristik Responden berdasarkan Nilai Agunan Kredit

Nilai agunan kredit dari pengusaha UMKM yang mengajukan

kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun paling

rendah menggunakan agunan dengan nilai Rp 1.029.000 dan tertinggi

Rp 571.600.000. Dari nilai agunan kredit terendah dan tertinggi


95

tersebut, maka nilai agunan kredit responden dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Agunan


Kredit
Jumlah Responden Persentase
Nilai Agunan Kredit (Rp)
(orang) (%)
> 115.143.200 136 82,9
115.143.200 – < 229.257.400 9 5,5
229.257.400 – < 343.372.000 14 8,5
343.372.000 – < 457.500.000 4 2,4
> 457.500.000 1 0,6
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Mengacu pada data di atas, pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun yang terbanyak adalah yang memiliki nilai agunan kredit

kurang dari Rp 115.143.200, yaitu sebanyak 136 orang (82,9%).

Menurut Arinda dan Maski (2015: 12) pengusaha UMKM dalam

mengajukan kredit modal kerja rata-rata menggunakan agunan kredit

dengan nilai tidak lebih dari Rp 150 juta. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin tinggi nilai agunan yang diajukan nasabah, maka

pihak kreditur akan memiliki jaminan apabila terjadi kredit macet

pada nasabah atau debitur.

8. Karakteristik Responden berdasarkan Keputusan Pemberian Modal

Kerja

Pengajuan kredit modal kerja dari pengusaha UMKM kepada

KSP Sendang Artha Mandiri Madiun tidak semuanya diterima. Jika


96

ditinjau dari keputusan pemberian modal kerja, maka responden dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Keputusan


Pemberian Modal Kerja
Keputusan Pemberian Modal Jumlah Responden Persentase
Kerja (orang) (%)
Diterima 124 75,6
Ditolak 40 24,4
Jumlah 164 100%
Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)

Pada tabel 4.8 di atas, jumlah pengusaha UMKM yang

pengajuan kredit modal kerjanya di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun diterima adalah sebanyak 124 orang (75,6%), sedangkan

sisanya yaitu 40 orang (24,4%) pengajuan kredit modal kerjanya

ditolak KSP Sendang Artha Mandiri Madiun. Mengacu pada pendapat

Ismail (2013: 112-119), terdapat beberapa prinsip dasar pemberian

kredit. Adapun penerimaan atau penolakan pengajuan kredit yang

disampaikan calon debitur didasarkan pada karakteristik calon debitur

(character), yang meliputi karakteristik usaha (omzet usaha dan

pengalaman usaha) dan karakteristik individu pengusaha, yang

meliputi jangka waktu pelunasan, pengalaman meminjam kredit,

jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan.

4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: omzet

usaha (X1), pengalaman usaha (X2), jangka waktu pelunasan (X3),

pengalaman meminjam (X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), tingkat


97

pendidikan (X6), nilai agunan (X7), dan keputusan pemberian kredit (Y).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS, dapat diketahui

nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi pada masing-

masing variabel penelitian seperti dalam Tabel 4.9. berikut ini.

Tabel 4.9. Statistik Dekriptif Variabel Penelitian


No. Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
1. Omzet usaha 164 1300000 200000000 37121073,17 52504024,71
2. Pengalaman usaha 164 2 6 2,98 0,847
3. Jangka waktu 164 10 30 17,62 4,412
pelunasan
4. Pengalaman 164 1 4 2,30 0,745
meminjam
5. Jumlah tanggungan 164 0 4 0,89 0,872
keluarga
6. Tingkat pendidikan 164 1 4 2,39 0,840
7. Nilai agunan kredit 164 1029000 571600000 81104176,83 93386413,43
8. Keputusan 164 0 1 0,76 0,431
pemberian kredit
Sumber: Output SPSS (Lampiran 3)

Tabel 4.9. menunjukkan nilai mean dan standar deviasi pada

masing-masing variabel. Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi

pada masing-masing variabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan

nilai standar deviasi tidak ada yang melebihi dua kali nilai mean. Hal ini

menandakan bahwa sebaran data sudah baik. Nilai mean mencerminkan

tendensi pusat dari distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini.

Nilai standar deviasi mencerminkan variabilitas dari data terhadap

pusatnya.
98

4.2.3 Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik (logit biner) dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan SPSS 22.0 for Windows. Berdasarkan pengujian data

yang dilakukan, berikut disampaikan deskripsi hasil penelitian:

4.2.3.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Pengujian kelayakan model regresi (goodness of fit test)

bertujuan untuk menguji atau mengkonfirmasi hipotesis. Model

ini yang terdapat dalam hasil perhitungan statistik ditunjukkan

dengan Chi-square. Probabilitas signifikansi yang diperoleh

kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%

(0,05). Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi

yang diprediksi dan yang diamati.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang

diprediksi dan yang diamati.

Uji Goodness of fit model dapat dilakukan dengan

memperhatikan dari nilai probabilitas pada Hosmer &

Lemeshow Goodness of Fit Test. Secara lebih rinci, dapat

dijelaskan dalam Tabel 4.10 berikut ini:


99

Tabel 4.10.Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of


Fit Test)

Sumber: Output SPSS (Lampiran 4)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi

adalah sebesar 0,933. Nilai signifikansi penelitian (α) = 5%,

sehingga signifikansi yang diperoleh lebih besar daripada 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa H0 dapat ditolak. Artinya, model

dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan sebab

tidak ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai

observasinya. Kesimpulannya, 95% dapat diyakini bahwa model

regresi logistik yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan

data yang selanjutnya dapat dikatakan bahwa model tersebut

layak atau fit dan boleh diinterpretasikan, dan pengujian

hipotesis dapat dilakukan.

4.2.3.2 Uji Kelayakan Model Keseluruhan (Overall Model Fit)

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah

kelayakan model uji dengan data baik sebelum maupun sesudah

variabel bebas dimasukkan kedalam model. Hasil uji

keseluruhan model uji logistik dapat dilihat pada Tabel 4.11

berikut:
100

Tabel 4.11.Hasil Uji Kelayakan Model Keseluruhan (Overall


Model Fit)

Sumber: Output SPSS (Lampiran 4)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen didalam regresi logistik secara serentak

mempengaruhi variabel dependen. Dengan tingkat kepercayaan

95% (taraf nyata (α) = 0.05), nilai selisih antara Chi-square

hitung dan Chi-square tabel adalah 106,629 dengan p-value

sebesar 0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari α (0.05).

Artinya, penambahan variabel bebas mampu memperbaiki

model sehingga dapat dinyatakan sebagai fit, atau dengan kata

lain model boleh digunakan sehingga terdapat pengaruh

gabungan (lebih dari satu faktor X) yang berpengaruh terhadap

faktor Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa minimal ada

satu faktor diantara omzet usaha, pengalaman usaha, jangka

waktu pelunasan, pengalaman meminjam, jumlah tanggungan

keluarga, tingkat pendidikan, dan nilai agunan kredit

berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja

kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun, baik pengajuan kredit yang diterima maupun yang

ditolak.
101

4.2.3.3 Uji Ketepatan Klasifikasi Model Regresi

Uji ketepatan klasifikasi model regresi dilakukan untuk

mengukur seberapa besar ketepatan model dalam

mengklasifikasikan kasus ke dalam dua kelompok, yakni

pengusaha UMKM yang pengajuan kredit modal kerjanya

diterima maupun yang ditolak KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun. Berdasarkan hasil uji SPSS, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.12.Hasil Uji Ketepatan Klasifikasi Model Regresi

Sumber: Output SPSS (Lampiran 4)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pada kolom keputusan

pemberian modal kerja yang diterima diperoleh hasil 8 orang,

sedangkan pada baris, hasil observasi sesungguhnya yang

keputusan pemberian modal kerja diterima adalah sebanyak 118

orang. Berdasarkan Tabel 4.12, ketepatan model ini adalah

91,5%.

4.2.3.4 Uji Regresi Logistik

Setelah diperoleh model yang fit terhadap data, maka

langkah selanjutnya adalah dilakukan uji hipotesis. Pengujian

hipotesis dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.


102

Untuk menguji variabel independen atau bebas berpengaruh

signifikan atau tidak terhadap variabel dependen/terikat maka

digunakan pengujian persamaan regresi logistik yaitu:

 p 
Li = Ln    0  1X1  2X2  ...  7 X7
1 - p 
Berdasarkan perhitungan menggunakan program SPSS,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13.Hasil Analisis Regresi Logistik

Sumber: Output SPSS (Lampiran 4)

Tabel 4.13. menunjukkan bahwa hasil pengujian dengan

regresi logistik pada tingkat signifikansi 5%. Dari pengujian

dengan regresi logistik di atas maka diperoleh persamaan regresi

logistik sebagai berikut:


103

Li = -3,914 + 0,023X1 + 1,006X2 + 0,024X3 + 1,629X4

+ 0,134X5 + 1,657X6 + 0,040X7

Keterangan:

Y : keputusan pemberian kredit, baik yang diterima maupun

yang ditolak

a : bilangan konstanta

X1 : omzet usaha (Rupiah)

X2 : pengalaman usaha (tahun)

X3 : jangka waktu pelunasan (bulan)

X4 : pengalaman meminjam kredit (kali)

X5 : jumlah tanggungan keluarga (orang)

X6 : tingkat pendidikan

X7 : nilai agunan kredit/jaminan (Rupiah)

Dari persamaan tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Konstanta (a) bernilai -3,914; menunjukkan bahwa keputusan

pemberian kredit akan konstan apabila variabel omzet usaha,

pengalaman usaha, jangka waktu pelunasan, pengalaman

meminjam, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan,

dan nilai agunan kredit sama dengan nol atau tidak ada,

dengan asumsi faktor-faktor lain tetap atau tidak berubah

nilainya.
104

2. Variabel omzet usaha (X1) yang bernilai sebesar 0,023

menunjukkan besarnya pengaruh variabel omzet usaha

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun

berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan omzet usaha

sebesar satu persen menyebabkan naiknya keputusan

pemberian kredit sebesar 0,023 atau 2,3% dengan asumsi

variabel lainnya tetap.

3. Variabel pengalaman usaha (X2) yang bernilai sebesar 1,006

menunjukkan besarnya pengaruh variabel pengalaman usaha

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun

berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan pengalaman usaha

sebesar satu persen menyebabkan naiknya keputusan

pemberian kredit sebesar 1,006 atau 100,6% dengan asumsi

variabel lainnya tetap.

4. Variabel jangka waktu pelunasan (X3) yang bernilai sebesar

0,024 menunjukkan besarnya pengaruh variabel jangka waktu

pelunasan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja

kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan omzet

usaha sebesar satu persen menyebabkan naiknya keputusan


105

pemberian kredit sebesar 0,024 atau 2,4% dengan asumsi

variabel lainnya tetap.

5. Variabel pengalaman meminjam (X4) yang bernilai sebesar

1,629 menunjukkan besarnya pengaruh variabel pengalaman

meminjam terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja

kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan

pengalaman meminjam sebesar satu persen menyebabkan

naiknya keputusan pemberian kredit sebesar 1,629 atau

162,9% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

6. Variabel jumlah tanggungan keluarga (X5) yang bernilai

sebesar 0,134 menunjukkan besarnya pengaruh variabel

jumlah tanggungan keluarga terhadap keputusan pemberian

kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun berkorelasi positif, artinya

setiap kenaikan jumlah tanggungan keluarga sebesar satu

persen menyebabkan naiknya keputusan pemberian kredit

sebesar 0,134 atau 13,4% dengan asumsi variabel lainnya

tetap.

7. Variabel tingkat pendidikan (X6) yang bernilai sebesar 1,657

menunjukkan besarnya pengaruh variabel tingkat pendidikan

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun


106

berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan tingkat pendidikan

sebesar satu persen menyebabkan naiknya keputusan

pemberian kredit sebesar 1,657 atau 165,7% dengan asumsi

variabel lainnya tetap.

8. Variabel nilai agunan kredit (X7) yang bernilai sebesar 0,040

menunjukkan besarnya pengaruh variabel nilai agunan kredit

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun

berkorelasi positif, artinya setiap kenaikan nilai agunan kredit

sebesar satu persen menyebabkan naiknya keputusan

pemberian kredit sebesar 0,040 atau 4% dengan asumsi

variabel lainnya tetap.

4.2.3.5 Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa baik sampel menggunakan data. Koefisien determinasi

mengukur sebesarnya jumlah reduksi dalam variabel dependent

yang diperoleh dari pengguna variabel bebas. Negelgarke R-

square memiliki interpretasi yang mirip dengan koefisien

determinasi pada regresi linear. Koefisien determinasi pada

regresi logistik dapat dilihat dengan nilai Negelgarke R-square.

Negelgarke R-square dapat diinterprestasikan seperti nilai

Rsquare pada regresi berganda. Adapun hasil uji koefisien

determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:


107

Tabel 4.14.Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Output SPSS (Lampiran 4)

Nilai Nagelkerke Rsquare dapat diinterpretasikan seperti

nilai pada multiple regression. Hasil output SPSS memberikan

nilai Nagelgarke Rsquare adalah sebesar 0,713. Artinya, bahwa

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 71,3% dan sisanya 8,7% dijelaskan

oleh variabel lain di luar variabel penelitian atau dengan kata

lain variabel omzet usaha, pengalaman usaha, jangka waktu

pelunasan, pengalaman meminjam, jumlah tanggungan

keluarga, tingkat pendidikan, dan nilai agunan kredit dapat

menjelaskan variasi variabel keputusan pemberian kredit modal

kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun sebesar 71,3%.

4.2.3.6 Uji Signifikansi Variabel Independen (Significance Test)

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi

masing-masing koefisien logistik/variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen dengan melihat nilai

Wald statisticts dan nilai probabilitas. Berdasarkan hasil uji

SPSS seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.13. di atas, dapat


108

diketahui probabilitas Chi Square (sig) masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat.

1. Pengujian terhadap variabel omzet usaha

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel omzet usaha terhadap

keputusan pemberian kredit diperoleh nilai signifikansi sig.

(0,047) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan

demikian, hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan bahwa

“Omzet usaha berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun”, terbukti

kebenarannya.

2. Pengujian terhadap variabel pengalaman usaha

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel pengalaman usaha terhadap

keputusan pemberian kredit diperoleh nilai signifikansi sig.

(0,016) < 0,05, maka Ho ditolak dan H2 diterima. Dengan

demikian, hipotesis penelitian (H2) yang menyatakan bahwa

“Pengalaman usaha berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun”, terbukti

kebenarannya.
109

3. Pengujian terhadap variabel jangka waktu pelunasan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel jangka waktu pelunasan

terhadap keputusan pemberian kredit diperoleh nilai

signifikansi sig. (0,720) > 0,05, maka Ho diterima dan H3

ditolak. Dengan demikian, hipotesis penelitian (H3) yang

menyatakan bahwa “Jangka waktu pelunasan berpengaruh

negatif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun”, tidak terbukti kebenarannya.

4. Pengujian terhadap variabel pengalaman meminjam

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel pengalaman meminjam

terhadap keputusan pemberian kredit diperoleh nilai

signifikansi sig. (0,010) < 0,05, maka Ho ditolak dan H4

diterima. Dengan demikian, hipotesis penelitian (H4) yang

menyatakan bahwa “Pengalaman meminjam berpengaruh

positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal

kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun”, terbukti kebenarannya.

5. Pengujian terhadap variabel jumlah tanggungan keluarga

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel jumlah tanggungan keluarga


110

terhadap keputusan pemberian kredit diperoleh nilai

signifikansi sig. (0,687) > 0,05, maka Ho diterima dan H5

ditolak. Dengan demikian, hipotesis penelitian (H5) yang

menyatakan bahwa “Jumlah tanggungan keluarga

berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian

kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun”, tidak terbukti

kebenarannya.

6. Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap

keputusan pemberian kredit diperoleh nilai signifikansi sig.

(0,001) < 0,05, maka Ho ditolak dan H6 diterima. Dengan

demikian, hipotesis penelitian (H2) yang menyatakan bahwa

“Tingkat pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun”, terbukti

kebenarannya.

7. Pengujian terhadap variabel nilai agunan kredit

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi

square (sig) pengaruh variabel nilai agunan kredit terhadap

keputusan pemberian kredit diperoleh nilai signifikansi sig.

(0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H7 diterima. Dengan


111

demikian, hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan bahwa

“Nilai agunan kredit berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun”, terbukti

kebenarannya.

4.3. Pembahasan

1. Pengaruh Omzet Usaha terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa omzet usaha

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun. Jika omzet usaha tinggi, maka pengajuan kredit modal kerja yang

dilakukan pengusaha UMKM diterima KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun, dan sebaliknya jika omzet usaha rendah, maka pengajuan kredit

modal kerja yang dilakukan pengusaha UMKM ditolak KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian yang dilakukan

Hardinata (2014) bahwa omzet usaha berpengaruh positif signifikan

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja (KMK) yang diterima.

Handayani (2018) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa omzet

usaha berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Hasil penelitian


112

ini berbeda dengan temuan penelitian yang dilakukan Pradifta (2015)

bahwa omzet usaha berpengaruh tidak signifikan terhadap kredit.

Menurut Arinta dan Djumahir (2014: 5) secara umum, omzet usaha

merupakan keseluruhan dari pendapatan kotor yang diterima rata-rata per

bulan. Omzet usaha yang semakin tinggi menunjukan kapabilitas usaha

yang semakin baik dalam mengelola usaha, sehingga kemampuan untuk

membayar kredit akan semakin meningkat. Omzet usaha merupakan

sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha dan keluarganya.

Semakin tinggi pendapatan usaha seseorang maka semakin tinggi pula

kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga

akan semakin meningkatkan kemakmuran. Berkaitan dengan keputusan

pemberian kredit, pendapatan atau omzet usaha seorang debitur dapat

mencerminkan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian

kredit dengan lancar karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam

membayar angsuran kredit. Hal ini menjadi salah satu dasar pertimbangan

bagi kreditur dalam menerima pengajuan permintaan kredit yang

disampaikan calon debitur.

Berdasarkan data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun, diketahui bahwa dari 164 orang calon debitur, terdapat

135 orang (82,3%) yang memiliki omzet usaha kurang dari Rp 41 juta,

sedangkan sisanya yaitu 29 orang memiliki omzet usaha lebih dari Rp 41

juta. Dari jumlah tersebut, terdapat 124 orang calon debitur yang

pengajuan kredit modal kerjanya diterima. Dengan demikian, calon debitur


113

yang memiliki omzet usaha lebih dari Rp 41 juta memiliki peluang bahwa

pengajuan kredit modal kerjanya diterima. Sedangkan dari 135 orang calon

debitur yang memiliki omzet usaha kurang dari Rp 41 juta, terdapat 40

orang calon debitur yang pengajuan kredit modal kerjanya ditolak KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun.

Mengacu pada hasil temuan pada studi ini, maka implikasi

manajerial dalam analisis keputusan pemberian kredit modal kerja pada

pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun ini adalah

dengan mengutamakan besar omzet usaha calon debitur. Jika calon debitur

memiliki omzet usaha yang tinggi, maka kemampuan calon debitur dalam

mengembalikan pinjaman atau kredit akan tinggi pula. Sebaliknya, jika

omzet usaha calon debitur rendah, maka kemampuan calon debitur dalam

mengembalian pinjaman juga akan rendah.

2. Pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman usaha

usaha berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun. Jika pengalaman usaha calon debitur yang mengajukan

permintaan kredit modal kerja tinggi, maka keputusan pemberian kredit

akan berpeluang besar untuk diterima dan sebaliknya, jika pengalaman


114

usaha calon debitur rendah, maka pengajuan permintaan kredit modal kerja

akan ditolak.

Hasil penelitian ini relevan dengan temuan penelitian yang dilakukan

Arinta dan Djumahir (2014) yang menemukan bahwa pengalaman usaha

berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit.

Penelitian yang dilakukan Arinda dan Maski (2015) juga menunjukkan

bahwa pengalaman usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat

pengembalian kredit. Namun, Pradifta (2015) dalam penelitiannya

membuktikan bahwa pengalaman meminjam kredit berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Pengalaman usaha menurut Firdaus dan Ariyanti (2009: 39)

berkaitan erat dengan pengalaman yang menunjang kegiatan usaha.

Pengalaman usaha yang semakin lama akan mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam mengelola usaha dan menghindari risiko yang

menyebabkan kegagalan. Menurut Budisantoso & Triandaru (2011: 115)

bahwa pengalaman dan manajemen nasabah sangat mempengaruhi

kemampuan nasabah untuk mengelola kegiatannya sehingga dapat

menghasilkan dana untuk membayar kewajibannya kepada bank.

Pengalaman usaha yang semakin tinggi akan mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam mengelola usaha dan menghidari risiko yang

menyebabkan kegagalan. Pengalaman usaha yang semakin lama akan

meningkatkan pemahaman kemampuan debitur dalam mengelola usahanya

sehingga mendukung keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha tersebut


115

menjamin perolehan keuntungan sebagai sumber biaya hidup serta

memberikan peluang kemampuan membayar kredit secara lancar.

Menurut data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun, diketahui bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah memiliki pengalaman usaha 3 tahun, yaitu sebanyak 82

orang (50%). Secara keseluruhan, pengusaha UMKM sebagai calon

debitur kredit modal kerja KSP Sendang Artha Mandiri Madiun, yang

memiliki pengalaman usaha kurang dari 3 tahun adalah sebanyak 48 orang

(29,3%), pengalaman usaha 3 tahun, yaitu sebanyak 82 orang (50%), dan

sisanya adalah pengusaha UMKM sebagai calon debitur yang memiliki

pengalaman usaha lebih dari 3 tahun, yaitu sebanyak 34 orang (20,7%).

Dari jumlah tersebut, terdapat 29 orang calon debitur yang pengajuan

kredit modal kerjanya ditolak. Dengan demikian, calon debitur yang

pengajuan kredit modal kerjanya ditolak adalah yang memiliki

pengalaman usaha kurang dari 3 tahun.

Variabel pengalaman usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat pengembalian kredit. Pengalaman usaha merupakan waktu yang

telah dihabiskan oleh pemilik usaha untuk menjalani usahanya dan

mempelajari pengalaman yang diperoleh selama menjalankan usahanya

sehingga seseorang dengan pengalaman usaha yang lebih lama dianggap

lebih berpotensi mengembalikan kredit secara lancar. Hal ini memberikan

implikasi manajerial bahwa dalam menerima atau menolak pengajuan


116

kredit modal kerja calon debitur, suatu lembaga keuangan perlu

mempertimbangkan pengalaman usaha dari calon debitur. Semakin

berpengalamannya calon debitur maka semakin tinggi peluang calon

debitur dalam mengembalikan pinjaman secara lancar.

3. Pengaruh Jangka Waktu Pelunasan terhadap Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa jangka waktu

pelunasan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun. Hasil penelitian ini relevan dengan temuan

penelitian yang dilakukan Arinta dan Djumahir (2014) bahwa jangka

waktu pengembalian tidak berpengaruh terhadap kemampuan debitur

dalam membayar kredit. Penelitian yang berbeda ditunjukkan Pradifta

(2015) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa jangka waktu

pelunasan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran

pengembalian kredit.

Menurut Pradita (2013: 9) “jangka waktu pelunasan kredit

merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur membayar seluruh nilai

pinjaman yang diberikan termasuk didalamnya pembayarn bunga

pinjaman.” Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini meliputi masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah


117

atau jangka panjang. Semakin lama jangka waktu pelunasan, maka

tanggungan angsuran bulanannya relatif lebih kecil sehingga beban debitur

dalam pelunasan kredit akan lebih ringan. Oleh karena itu, jangka waktu

pelunasan yang semakin panjang maka peluang pengembalian kredit

secara lancar juga akan semakin tinggi.

Data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun menunjukkan bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah yang memilih jangka waktu pelunasan kredit selama 20

bulan, yaitu sebanyak 123 orang (75%). Jangka waktu pengembalian

pinjaman tidak berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam

membayar kredit. Hal ini karena jangka waktu pengembalian yang

diberikan kepada debitur untuk melunasi kewajiban hanya untuk

menentukan besarnya cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya. Nilai

koefisien yang bertanda positif ini memiliki arti bahwa semakin panjang

jangka waktu yang diberikan kepada debitur untuk melunasi pinjaman

maka kemampuan debitur dalam membayar kredit akan semakin besar

pula.

Tidak berpengaruhnya jangka waktu pelunasan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja dapat memberikan implikasi manajerial

bahwa dalam menerima atau menolak pengajuan kredit modal kerja calon

debitur, suatu lembaga keuangan tidak perlu mempertimbangkan jangka

waktu pelunasan kredit yang diajukan calon debitur. Penetapan jangka


118

waktu pelunasan bukan menjadi alasan mendasar dalam menerima atau

menolak pengajuan pinjaman atau kredit modal kerja yang disampaikan

calon debitur karena pada dasarnya jangka waktu pelunasan hanya

menentukan besarnya angsuran yang harus dibayarkan setiap bulannya.

Hal tersebut sudah menjadi pertimbangan dari calon debitur sendiri sesuai

dengan kemampuannya.

4. Pengaruh Pengalaman Meminjam terhadap Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman

meminjam berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian

kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun. Jika pengalaman meminjam calon debitur yang

mengajukan permintaan kredit modal kerja tinggi, maka keputusan

pemberian kredit akan berpeluang besar untuk diterima dan sebaliknya,

jika pengalaman meminjam calon debitur rendah, maka pengajuan

permintaan kredit modal kerja akan ditolak.

Hasil penelitian ini relevan dengan temuan penelitian yang dilakukan

Arinta dan Djumahir (2014) bahwa pengalaman meminjam kredit pada

debitur berpengaruh signifikan terhadap kemampuan debitur dalam

membayar kredit. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan temuan

penelitian yang dilakukan Pradifta (2015) bahwa pengalaman meminjam


119

kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran

pengembalian kredit.

Muhamammah (2008: 95) mengemukakan bahwa bagi debitur yang

pernah melakukan penunggakan kredit di masa lalu akan lebih sulit

memperoleh pinjaman kembali karena pihak bank tidak mau mengambil

risiko dengan memberikan pinjaman kredit kepada debitur yang pernah

beramasalah dalam mengembalikan kreditnya. Selanjutnya, Haloho (2010:

35) juga menyampaikan bahwa semakin sering debitur memperoleh

pinjaman kredit menunjukan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak

diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit, sehingga peluang debitur

dalam mengembalikan kredit secara lancar juga akan semakin besar.

Pengalaman kredit, khususnya kelancaran dalam membayar

angsuran akan menjadi salah satu pertimbangan bagi kreditur dalam

menyalurkan kredit. Pengalaman meminjam kredit merupakan intensitas

debitur memperoleh pinjaman kredit dari bank. Pihak bank akan

memberikan kepercayaan lebih pada debitur yang telah melunasi seluruh

pinjaman kreditnya dengan lancar pada masa lalu, sehingga pihak bank

tidak segan-segan memberikan pinjaman kembali.

Menurut data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun, diketahui bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah yang memiliki pengalaman meminjam dana atau kredit

sebanyak 2 kali, yaitu sebanyak 80 orang (48,8%), sedangkan yang


120

memiliki pengalaman meminjam satu kali hanya sebanyak 21 orang

(12,8%). Sisanya, 63 orang (34,4%) memiliki pengalaman meminjam lebih

dari 2 kali. Dari jumlah tersebut, terdapat 29 orang calon debitur yang

pengajuan kredit modal kerjanya ditolak. Dengan demikian, calon debitur

yang pengajuan kredit modal kerjanya ditolak adalah yang memiliki

pengalaman meminjam satu kali dan sebagian memiliki pengalaman

meminjam 2 kali.

Pengalaman meminjam yang semakin tinggi akan memberikan bukti

kepada kreditur bahwa calon debitur memiliki tanggung jawab atas

kelancaran pembayaran angsuran dari kredit modal kerja yang

diterimanya. Semakin berpengalamannya calon debitur dalam meminjam,

maka kreditur akan memiliki kepercayaan yang tinggi dalam kelancaran

pembayaran angsuran, sehingga pengajuan kredit modal kerja yang

disampaikan calon debitur akan diterima. Hal ini memberikan implikasi

manajerial bahwa dalam menerima atau menolak pengajuan kredit modal

kerja calon debitur, suatu lembaga keuangan perlu mempertimbangkan

pengalaman meminjamn dari calon debitur. Semakin berpengalamannya

calon debitur dalam membayar angsuran, maka semakin tinggi peluang

calon debitur dalam mengembalikan pinjaman secara lancar.


121

5. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Keputusan

Pemberian Kredit Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa jumlah tanggungan

keluarga berpengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun. Hasil penelitian ini relevan dengan temuan

penelitian yang dilakukan Arinta dan Djumahi (2014) bahwa jumlah

tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap kemampuan debitur

dalam membayar kredit. Pada penelitian yang dilakukan Hardinata (2014)

ditemukan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja (KMK).

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang terdiri

dari anak, istri, serta famili yang tinggal dalam satu rumah dan menjadi

tanggungan kepala keluarga, tetapi jumlah anak tidak selalu berarti sama

dengan jumlah tanggungan karena sewaktu-waktu anak dapat memisahkan

diri misalnya membentuk keluarga baru. Keadaan dimana jumlah anggota

atau tanggungan keluarga cukup besar sedangkan pendapatan keluarga

tidak memadai, maka anggota keluarga terpaksa harus mencari dan

melakukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan mereka,

termasuk dengan pengajuan kredit modal kerja kepada lembaga keuangan.

Berkaitan dengan pembayaran angsuran, Firdaus dan Ariyanti (2009:

38) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam


122

keluarga, maka akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus

dipenuhi. Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi yang semakin

besar, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan

semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga

sebagian besar dari jumlah pendapatan tersebut yang akan teralokasi untuk

kebutuhan sehari-hari bukan untuk memenuhi kewajiban membayar

angsuran pembiayaan.

Data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun menunjukkan bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah yang tidak memiliki tanggungan keluarga, yaitu

sebanyak 64 orang (39%), sedangkan terbanyak kedua adalah yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 orang, yaitu sebanyak 61 orang

(37,2%). Pada calon debitur yang pengajuan kredit modal kerjanya ditolak,

yaitu sebanyak 29 orang, merupakan debitur dengan jumlah tanggungan

keluarga 2 orang atau lebih.

Tidak berpengaruhnya jumlah tanggungan keluarga terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja dapat memberikan implikasi

manajerial bahwa dalam menerima atau menolak pengajuan kredit modal

kerja calon debitur, suatu lembaga keuangan tidak perlu

mempertimbangkan jumlah tanggungan keluarga dari calon debitur.


123

6. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal

kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

Jika tingkat pendidikan calon debitur yang mengajukan permintaan kredit

modal kerja tinggi, maka keputusan pemberian kredit akan berpeluang

besar untuk diterima dan sebaliknya, jika tingkat pendidikan calon debitur

rendah, maka pengajuan permintaan kredit modal kerja akan ditolak.

Hasil penelitian ini relevan dengan temuan penelitian yang dilakukan

Arinta dan Djumahir (2014) bahwa tingkat pendidikan debitur

berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Dwitami, dkk. (2017)

juga menemukan bahwa karakteristik tingkat pendidikan debitur juga

berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan Handayani (2018) ditemukan bahwa tingkat

pendidikan debitur tidak berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja.

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membuka

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan ataupun sebagai usaha yang dijalankan oleh seorang atau

sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup

yang lebih tinggi dalam arti mental. Tingkat pendidikan mampu


124

mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam mempertimbangkan dan

mengambil keputusan untuk menentukan jumlah kredit yang diambil untuk

menambah biaya hidup. Maka, dengan kemampuan yang dimiliki,

masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengambil kredit yang

dibutuhkan. Berkaitan dengan kelayaran angsuran pembayaran kredit,

maka Firdaus dan Ariyanti (2009: 38) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan yang rendah akan mengakibatkan daya serap pelaku UKM

terhadap informasi dan pasar semakin lambat, sehingga usaha-usaha yang

mengarah pada peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak

lamban pula. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki,

maka semakin mudah menerima serta mengembangkan wawasan

pengetahuan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktifitas yang

akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan angsuran pembiayaannya

yang akan semakin lancar.

Menurut pada data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun, diketahui bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan SLTA, yaitu sebanyak 111

orang (67,7%). Calon debitur dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dari

debitur lainnya akan menambah peluang kemampuan debitur dalam

membayar kredit dari peluang debitur yang tingkat pendidikannya lebih

rendah. Hal ini memberikan implikasi manajerial bahwa dalam menerima

atau menolak pengajuan kredit modal kerja calon debitur, suatu lembaga
125

keuangan perlu mempertimbangkan tingkat pendidikan dari calon debitur.

Semakin tinggi tingkat pendidikan calon debitur angsuran, maka semakin

tinggi kemampuan calon debitur dalam mengembalikan pinjaman secara

lancar.

7. Pengaruh Nilai Agunan Kredit terhadap Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai agunan kredit

berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal

kerja kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

Jika nilai agunan kredit calon debitur tinggi, maka keputusan pemberian

kredit akan berpeluang besar untuk diterima dan sebaliknya, jika nilai

agunan kredit calon debitur rendah, maka pengajuan permintaan kredit

modal kerja akan ditolak.

Hasil penelitian ini relevan dengan temuan penelitian yang dilakukan

Hardinata (2014) bahwa jumlah agunan berpengaruh positif signifikan

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja (KMK) yang diterima.

Begitu pula penelitian yang dilakukan Pryanka (2016) juga membuktikan

bahwa agunan (berpengaruh posistif dan signifikan terhadap permohonan

kredit modal kerja. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Aziza

(2016) menemukan bahwa penilaian kelayakan kredit terkait collateral

tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit.


126

Agunan menurut Ifham (2017: 70) adalah jaminan berupa barang

baik berupa fisik objek pembiayaan maupun fidusia, hipotek, dan lain-lain.

Agunan bisa berupa sertifikat hak milik rumah, BPKB kendaraan bermotor

maupun agunan lainnya yang diberikan oleh nasabah pembiayaan kepada

pihak pemberi pembiayaan sebagai agunan atas pembiayaan yang

diberikan.

Berkaitan dengan risiko yang kemungkinan dialami oleh lembaga

keuangan dalam memberikan pembiayaan atau kredit, menurut

Budisantoso dan Triandaru (2011: 101) menyatakan bahwa dengan adanya

jaminan, nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku

positif sehingga dikemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian

karena menanggung risiko yang timbul. Semakin besar nilai agunan yang

digunakan sebagai jaminan kredit maka akan memotivasi debitur untuk

bekerja lebih giat lagi agar dapat melunasi semua pinjamnnya, sehingga

agunan yang telah dijanjikan pada saat penerimaan kredit dapat kembali,

dengan demikian semakin besar nilai agunan kredit maka peluang debitur

mengembalikan pinjamanannya juga semakin tinggi.

Data calon debitur yang ada pada KSP Sendang Artha Mandiri

Madiun menunjukkan bahwa dari 164 orang pengusaha UMKM yang

mengajukan kredit modal kerja di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun,

terbanyak adalah yang memiliki nilai agunan kredit kurang dari

Rp 115.143.200, yaitu sebanyak 136 orang (82,9%). Menurut Arinda dan

Maski (2015: 12) pengusaha UMKM dalam mengajukan kredit modal


127

kerja rata-rata menggunakan agunan kredit dengan nilai tidak lebih dari Rp

150 juta. Calon debitur dengan nilai agunan kredit lebih tinggi dari debitur

lainnya akan menambah peluang kemampuan debitur dalam membayar

kredit dari peluang debitur yang nilai agunan kreditnya lebih rendah.

Nilai agunan berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit

karena nilai agunan dapat mencerminkan keseriusan debitur dalam

melunasi pinjamannya. Hal ini memberikan implikasi manajerial bahwa

dalam menerima atau menolak pengajuan kredit modal kerja calon debitur,

suatu lembaga keuangan perlu mempertimbangkan nilai agunan kredit dari

calon debitur. Semakin tinggi nilai agunan kredit calon debitur angsuran,

maka semakin tinggi kemampuan calon debitur dalam mengembalikan

pinjaman secara lancar.

Temuan penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan

omzet usaha, pengalaman usaha, pengalaman meminjam kredit, tingkat

pendidikan, dan nilai agunan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja

kepada pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun. Sedangkan

jangka waktu pelunasan dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun. Hal ini menunjukkan bahwa

KSP Sendang Artha Mandiri bersedia memberi jumlah kredit melebihi jumlah

nilai agunan yang diberikan jika calon debitur dinilai memiliki karakter

individu yang baik, seperti pengalaman meminjam kredit dan tingkat

pendidikan.
128

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemberian kredit di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun kepada debitur UMKM menggunakan

pertimbangan karakter calon debitur (character) dan nilai agunan

kredit/jaminan (collateral). Adapun implikasi manajerial dari hasil penelitian

ini adalah: bagi KSP Sendang Artha Mandiri Madiun hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan petimbangan dalam melakukan

analisis kredit calon debitur sehingga dapat menetapkan kebijakan-kebijakan

yang tepat terkait dengan penyaluran kredit, sehingga diharapkan dapat

meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah. Bagi UMKM di Madiun

dan sekitarnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

karakteristik usaha dan karakteristik kredit yang dapat menjadi prediktor dalam

pemberian kredit modal kerja.

Anda mungkin juga menyukai