Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan sebuah sistem perbankan berbasis Islam secara politis

di Indonesia akhirnya diakui sebagai bagian dari upaya tujuan pembangunan

nasional yaitu untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur

berdasarkan demokrasi ekonomi. Hal ini antara ditandai dengan peran aktif

pemerintah dalam mengembangkan industri perbankan syariah yang

diharapkan akan mampu menjadi langkah awal bagi pengembangan sistem

ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan,

dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah (Infobank,

www.infobanknews.com., 2016). Peran aktif ini diturunkan tidak saja dalam

level kebijakan perundangan, tetapi juga masuk dalam ranah praktis.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah merupakan bukti pengakuan pemerintah bahwa pengaturan mengenai

perbankan syariah yang selama ini ada belum secara spesifik, sehingga perlu

dirumuskan perundangan perbankan syariah secara khusus. Seiring

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 sebagai dasar hukum

bagi beroperasinya lembaga perbankan syari’ah, unit usaha bank syariah

berkembang sangat pesat, baik dilihat dari jumlah pembukaan kantor baru,

jenis usaha bank dan volume kegiatan bank yang dilakukan. Pemberlakuan

UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru baik status bank umum

1
2

maupun unit usaha syariah. Selain itu, pesatnya perkembangan lembaga

perbankan syari’ah juga didukung adanya penerimaan dari masyarakat terkait

sistem lembaga keuangan yang sesuai dengan syariah Islam. Seiring

berjalannya waktu, baik perbankan milik pemerintah dan swasta saling

mengembangkan sistem perbankan syariah.

Berdasarkan laporan yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), antara tahun 2009-2015 terdapat peningkatan perkembangan

kelembagaan dan kinerja perbankan syariah Indonesia yang cukup signifikan.

Hal ini seperti tercantum dalam data sebagai berikut:

Tabel 1.1.
Jaringan Lembaga Perbankan Syariah (Tahun 2009-2015*)
Jumlah Bank/Tahun
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)
BUS 6 11 11 11 11 12 12
UUS 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 138 150 155 158 163 163 161
Jaringan kantor 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910 2.881
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Juni 2015 (Otoritas Jasa Keuangan,
2015)
*)
per Juni 2015

Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terbukti melalui

banyaknya bermunculan institusi keuangan syariah di Indonesia. Berdasarkan

data statistik yang dipublikasikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) per Juni

2015 seperti pada Tabel 1.1. di atas, pada tahun 2009 Indonesia memiliki 6

Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 138 Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah ini meningkat hingga pada Juni

2015 terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS),
3

dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Hal ini menunjukkan

bahwa antara tahun 2009-2015, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di

Indonesia meningkat sebesar 50%, Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami

penurunan sebesar 14%, dan jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) mengalami peningkatan sebesar 14%. Tabel 1.1 menunjukkan

peningkatan perkembangan institusi keuangan syariah di Indonesia,

khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS).

Kondisi tersebut di atas memicu persaingan yang semakin ketat di

antara masing-masing lembaga perbankan syariah maupun dengan bank-bank

konvensional lainnya. Hal tersebut berdampak pada perkembangan bank

syariah itu sendiri. Adapun dampak positifnya adalah memotivasi agar bank

saling berpacu menjadi yang terbaik, sedangkan dampak negatifnya adalah

kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank

yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang besar bagi

bank, bahkan dapat mengakibatkan kebangkrutan. Bank-bank tersebut

dianggap sudah tidak mampu lagi atau gagal mempertahankan going concern-

nya dan dinyatakan tidak boleh lagi meneruskan kegiatannya atau dilikuidasi.

Menurut Indriastuti dan Ifada (2015) harapan stakeholder terhadap

bank syariah tentu berbeda dengan bank konvensional. Hal ini didasari oleh

kesadaran bahwa bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan

yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip dasar

dalam ekonomi Islam, yakni tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang
4

tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga

mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas

bagi masyarakat, yang merupakan implementasi peran bank syariah selaku

pelaksana fungsi sosial. Tingginya harapan stakeholder menuntut pihak

perbankan untuk selalu menilai kinerjanya terutama yang terkait dengan

kinerja keuangannya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat selalu

going concern.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka langkah strategis yang dapat

ditempuh oleh bank dalam rangka memenangkan persaingan, salah satunya

adalah dengan cara meningkatkan kinerja keuangan. Peningkatan kinerja

keuangan mempunyai dampak yang luar biasa kepada usaha menjaga

kepercayaan nasabah agar tetap setia menggunakan jasanya. Prinsip utama

yang harus dikembangkan oleh bank syariah dalam meningkatkan kinerja

keuangan adalah kemampuan bank syariah dalam melakukan pengelolaan

dana, yaitu kemampuan bank syariah memberikan bagi hasil yang optimal

kepada nasabah. Penilaian kinerja keuangan bank syariah dapat dilakukan

dengan menganalisa laporan keuangan yang diterbitkan.

Menurut penelitian Hartono (2015) aspek penilaian EAGLES ini

dipelopori oleh Vong (1995) sebagai pendekatan yang disarankan untuk

mengukur dan membandingkan kinerja bank-bank secara lebih tepat,

obyektif, dan konsisten. Aspek penilaian EAGLES merupakan singkatan dari

Earning Ability (kemampuan menghasilkan), Asset Quality (kualitas aktiva),

Growth (pertumbuhan), Liquidity (likuiditas), Equity (modal), Strategic


5

Management (manajemen strategi). Dalam penelitian Hartono (2015) yang

berjudul “Pengukuran Kinerja Keuangan dengan Metode EAGLES (Studi

KAsus Pada Bank BUMN yang Listing di BEI Tahun 2011-2013)”

menemukan bahwa pada pengukuran kinerja bank BUMN yang listing di BEI

tahun 2011-2013 diketahui bahwa kinerja keuangan bank BUMN ditinjau

dari rasio ROA (Return On Asset), Asset Quality, DGR (Deposite Growth

Rate), CCR (Core Capital Ratio), SRQ by Out Interest, menunjukan nilai

normal. Sedangkan bank BUMN ditinjau dari aspek, ROE (Return On

Equity), LGR (loan growth rate), liquidity, CAR (capital adequacy ratio)

SRQ by Personalia, menunjukan kinerja keuangan yang kurang baik.

Prajuritan (2014) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis

EAGLES Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Bank BUMN yang Listing di

BEI Tahun 2011-2013” juga menerapkan analisis EAGLES untuk mengukur

kinerja keuangan bank BUMN yang listing di BEI. Penggunaan analisis

EAGLES dengan pertimbangan bahwa analisis ini dapat mengukur dan

membandingkan kinerja bank secara lebih tepat, obyektif dan konsisten. Rasio-

rasio EAGLES yang digunakan adalah ROA, ROE, Asset Quality, DGR, LGR,

Liquidity, CAR, CCR SRQ by out interest dan SRQ by personalia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan bank BUMN ditinjau dari

rasio ROA (Return On Asset), Asset Quality, DGR (Deposite Growth Rate),

CCR (Core Capital Ratio), SRQ by Out Interest, menunjukan nilai normal.

Kinerja keuangan bank BUMN ditinjau dari aspek, ROE (Return On Equity),
6

LGR (loan growth rate), liquidity, CAR (capital adequacy ratio), dan SRQ

by Personalia, menunjukan tidak normal.

Penelitian tentang kinerja keuangan pada bank syariah menggunakan

metode EAGLES juga dilakukan Amalia (2013) dengan judul “Perbedaan

kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia

dengan Metode EAGLES (Tahun 2008-2012)” dilakukan terhadap Bank

Syariah Mandiri yang merupakan bank syariah yang memiliki aset terbesar

dan laba tertinggi di tahun 2012, sementara Bank Muamalat Indonesia

merupakan pelopor bank syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kondisi rasio EAGLES Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat

Indonesia pada tahun 2008-2012 cukup baik. Bank Syariah Mandiri unggul

dalam aspek Earning Ability dan Equity, sementara Bank Muamalat

Indonesia unggul dalam aspek Growth Rate, Asset Quality, Liquidity, dan

Strategic Management. Hasil uji beda menunjukkan bahwa antara Bank

Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia memiliki perbedaan pada

rasio SRQ by Personalia, yaitu efisiensi pengalokasian biaya personalia.

Penelitian yang dilakukan Guru, et al. (2004) dengan judul “Merger of

Malaysian banks: Selecting appropriate partners” juga menganalisis bank-

bank yang berpotensi dilakukan merger berdasarkan parameter kinerja yang

diimplementasikan dalam kerangka EAGLES. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa indikator-indikator yang berkaitan dengan Earning Ability, Asset

Quality, Growth, Liquidity, Equity, Strategic Management (EAGLES) dapat

digunakan sebagai indikator kinerja keuangan masing-masing bank yang akan


7

melakukan merger. Dengan diketahuinya indikator-indikator tersebut, bank

dapat memilih merger dengan partner yang tepat.

Beberapa penelitian sebelumnya dalam menganalisa kinerja keuangan

perbankan seperti menggunakan metode CAMEL, analisis rasio keuangan,

dan analisis common size telah banyak dilakukan. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya dan mengingat kondisi kinerja keuangan pada bank

syariah, sangat penting untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan manajerialnya di segala aspek. Terlebih lagi banyak

bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan

telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini

harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri

perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk bisa terus hidup

adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pada

Bank Syariah di Indonesia Menggunakan Metode EAGLES Periode

2011 – 2014.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disusun

rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah kinerja

keuangan pada bank syariah di Indonesia Periode 2011 – 2014 yang diukur

menggunakan metode EAGLES (Earning Ability, Asset Quality, Growth,

Liquidity, Equity, dan Strategic Management?”


8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis kinerja keuangan pada bank syariah di Indonesia

Periode 2011 – 2014 yang diukur menggunakan metode EAGLES (Earning

Ability, Asset Quality, Growth, Liquidity, Equity, dan Strategic Management.

D. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat bagi beberapa pihak yang

berkepentingan. Secara terperinci, manfaat penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi akademisi, penelitian ini bisa memberikan bukti empiris mengenai

analisis kinerja pada perbankan syariah khususnya dengan

menggunakan metode EAGLES.

b. Bagi manajemen perusahaan, dapat dijadikan perbandingan manajemen

khususnya pada kinerja keuangan perusahaannya dengan kinerja

keuangan perusahaan lainnya.

c. Bagi investor, penelitian ini sebagai masukan dalam

mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk berinvestasi, terutama

pada perbankan syariah di Indonesia.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah ilmu

pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya mengenai pengukuran kinerja


9

bank syariah yaitu dengan menggunakan metode EAGLES serta sebagai

wahana tambahan referensi serta bahan kajian bagi peneliti selanjutnya

yang akan mengembangkan penelitian sejenis.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini perlu ada batasan masalah dengan pertimbangan untuk

menghindari kesalahan persepsi dan pemahaman atas permasalahan penelitian

yang diteliti serta agar pembahasan tidak melebar. Peneliti membatasi objek

penelitian analisis kinerja keuangan pada bank-bank syariah yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

dengan menggunakan metode EAGLES.

Metode EAGLES dalam penelitian ini difokuskan pada aspek Earning

Ability (kemampuan menghasilkan) yang diukur dengan rasio ROA (Return

On Asset) dan ROE (Return On Equity). Aspek Asset Quality atau kualitas

aktiva produktif, diukur dengan Rasio Cadangan Penghapusan Piutang

Pinjaman terhadap Pinjaman Total. Aspek Growth (pertumbuhan) didasarkan

pada Deposit Growth Rate (DGR) dan Loan Growth Rate (LGR). Aspek

Liquidity (likuiditas) dengan indikator perbandingan antara Deposit terhadap

Pinjaman. Aspek Equity (modal) didasarkan pada rasio Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan Core Capital Ratio (CCR). Aspek Strategic Management

(manajemen strategi) didasarkan pada SRQ By Out Interest dan SRQ By

Personalia.

Anda mungkin juga menyukai