Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Leverage

1. Definisi Leverage

Pengertian leverage menurut Sartono (2008:257) adalah sebagai berikut :

“Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (source of funds) oleh

perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”.

Selanjutnya Sjahrian (2009:147) mendefinisikan leverage sebagai

berikut: “Leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh

perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang

berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan

maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”.

Sedangkan definisi leverage menurut Fakhrudin (2008:109) adalah

sebagai berikut: “Leverage merupakan jumlah utang yang digunakan untuk

membiayai / membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki utang

lebih besar dari equity dikatakan sebagai perusahaan dengan tingkat leverage

yang tinggi”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat diketahui bahwa

leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana yang memiliki biaya

atau beban tetap yang bersal dari pinjaman dengan maksud agar

10
10
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham sehingga dapat

menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap utang maupun

aset.

2. Jenis-Jenis Leverage

Beberapa literatur membedakan leverage menjadi tiga, yaitu operating

leverage, financial leverage dan combined leverage.

a. Operating Leverage

Definisi operating leverage menurut Brigham dan Houston

(2006:12) adalah sebagai berikut: “Operating leverage adalah tingkat

sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi suatu

perusahaan”.

Selanjutnya Warren (2008:527) mendefinisikan operating leverage

sebagai berikut: “Ukuran bauran relatif dari biaya variabel dan biaya

tetap suatu usaha, yaitu margin kontribusi dibagi laba operasi”.

Menurut Sartono (2008:260) mengemukakan bahwa dengan

menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa

perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga

dan pajak yang lebih besar.

b. Financial Leverage

Menurut Sartono (2008:263) financial leverage didefinsikan

sebagai berikut: “Financial leverage adalah penggunaan sumber dana

yang memiliki beban tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya

sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang

saham”.

11
Selanjutnya Rodoni (2010:142) mendefinisikan financial leverage

sebagai berikut: “Financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman

disamping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar

beban tetap berupa bunga”.

Sedangkan definisi financial leverage menurut Brigham dan

Houston (2006:17) adalah sebagai berikut: “Financial leverage

merupakan tingkat sampai sejauhmana sekuritas dengan laba tetap (utang

dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal dalam suatu

perusahaan”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui

bahwa Financial leverage merupakan penggunakaan modal pinjaman

disamping modal sendiri dalam srtuktur modal suatu perusahaan yang

memiliki biaya tetap yang beranggapan bahwa akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya

sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang

saham.

c. Combined leverage

Combined leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik baik

operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk

meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa (Sartono,

2008:267).

3. Rasio Leverage

Dalam mendefinisikan rasio leverage Kasmir (2012:113) menyatakan

sebagai berikut:

12
“Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan
perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan
dengan modal sendiri”.
Selanjutnya Fahmi (2012:127) mendefinisikan rasio leverage sebagai

berikut: “Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan

dibiayai dengan utang”.

Sedangkan Harahap (2010:306) mendeskripsikan leverage sebagai

berikut: “Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan

terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan

perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity)”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa

rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang sehingga dapat menggambarkan

hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Dari rasio

ini dapat diketahui besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk

membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan modal sendiri.

4. Jenis-Jenis Rasio Leverage

Terdapat beberapa jenis rasio yang ada dalam rasio leverage. Kasmir

(2012:155) mengemukakan bahwa: “Dalam praktiknya, terdapat beberapa

jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan.

Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:

13
1. Debt to asset tario (debt ratio)

2. Debt to equity ratio

3. Long term to equity ratio

4. Tangible assets debt coverage

5. Current liabilities to net worth

6. Times interest earned

7. Fixed chared coverage”

Selanjutnya Menurut Fahmi (2012:127) secara umum terdapat tujuh

rasio leverage, yaitu Debt to Total Assets atau Debt Ratio, Debt to Equity

Ratio, Times interest earned, Cash flow coverage, Long- term debt to total

capitalization, Fixed charge coverage, Cash flow adequancy.

5. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara

seluruh utang, termasuk utang lacar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna

untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan

pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir,

2012:158).

Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:128)

mendefinisikan debt to equity ratio sebagai berikut: “Ukuran yang dipakai

dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya

jaminan yang tersedia untuk kreditor”.

14
Menurut Kasmir, (2012:158), rumusan untuk mencari Debt To Equity

Ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas

sebagai berikut:

Menurut Kasmir, (2012:158). Bagi bank (kreditor), semikin besar rasio

ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko

yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun,

bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.

2.1.2 Umur Perusahaan

1. Definisi Umur Perusahaan

Menurut Poerwadarminta (2003:133) definisi umur adalah lama waktu

hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan dalam Undang-

Undang No.8 tahun 1997 perusahaan didefinisikan sebagai berikut:

“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan


secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan
dan atau laba , baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan,
maupun badan usaha yang berberentuk badan hukum atau bukan badan
hukum, yang didirikan dan berkedudukan di wilayah Indonesia”.

Dari kedua pengertian terpisah tersebut dapat diketahui bahwa definisi

dari umur perusahaan adalah lama waktu hidup atau ada suatu oraganisasi

atau bentuk usaha yang bergerak dalam bisnis dan memiliki tujuan

memperoleh keuntungan atau laba.

15
Menurut Widiastuti (2002) dalam Rahmawati (2012:187) menyatakan

bahwa: “Umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis

dan mampu bersaing”.

Sedangkan menurut Ulum (2009:173) umur dalam suatu perusahaan

adalah: “Bagian dari dokumentasi yang menunjukkan tentang apa yang

tengah dan yang akan diraih oleh perusahaan”.

Nugroho (2012) mendefinisikan umur perusahaan sebagai berikut:

“Umur perusahaan merupakan awal perusahaan melakukan aktivitas

operasional hingga dapat mempertahankan going concern perusahaan tersebut

atau mempertahankan eksistensi dalam dunia bisnis”.

Harry (2011:4) mengemukakan bahwa persero memiliki umur yang

tidak terbatas, sesuai dengan asumsi kesinambungan usaha/going consern.

Artinya umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kesinambungan usahanya.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu

perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu

bersaing dalam dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan

usahanya serta merupakan bagian dari dokumentasi yang menunjukan tujuan

dari perusahaan tersebut.

2. Pengukuran Umur Perusahaan

Dalam melakukan suatu pengukuran terhadap umur perusahaan Ulum

(2009:203) mengemukakan bahwa: “Umur perusahaan dihitung mulai tanggal

IPO hingga tanggal laporan tahunan”.

16
Sedangkan Collins dan Porras (2001:17) mengemukakan bahwa:

“Perusahaan termuda yang kami pelajari didirikan pada tahun 1945 dan

perusahaan tertua yang kami pelajari didirikan tahun 1812”.

Pernyataan yang dikemukakan oleh Collins dan Porras tersebut

menunjukkan bahwa umur perusahaan juga dapat diukur dari tahun pendirian

suatu perusahaan.

2.1.3 Ukuran Perusahaan

1. Definisi Ukuran Perusahaan

Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008:313) adalah sebagai

berikut: “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai

penjualan atau nilai aktiva”.

Selanjutnya ukuran perusahaan menurut Scott dalam Torang (2012:93)

didefinisaikan sebagai berikut: “Ukuran organisasi adalah suatu variabel

konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi”.

Sedangkan Malleret (2008:233) mendefinisaikan ukuran perusahaan

sebagai berikut: “Ukuran organisasi adalah seperangkat kebijaksanaan yang

ditetapkan dengan baik yang harus dilaksanakan oleh perusahaan yang

bersaing secara global”.

Sementara itu Longenecker (2001:16) mengemukakan bahwa terdapat

banyak cara untuk mendefinisikan skala perusahaan, yaitu dengan

menggunakan berbagai kriteria, seperti jumlah karyawan, volume penjualan,

dan nilai aktiva.

17
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa

ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya

perusahaan yang dapat dilahat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah

karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang

mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.

2. Klasifikasi Ukuran Perusahaan

UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke

dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha

besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total

aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha

kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

“Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau

badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

18
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

d. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahu nan lebih

besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara

atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan

ekonomi di Indonesia”.

Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No.20 tahun

2008 diuraikan dalam tabel 2.

Tabel 2
Kriteria Ukuran Perusahaan
Kriteria
Ukuran Perusahaan Assets (tidak termasuk
tanah & banguan Penjualan Tahunan
tempat usaha)
Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta
Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300juta – 2,5 M
Usaha Menengah >10 juta – 10 M 2,5 M – 50 M
Usaha Besar >10 M > 50 M
Sumber : UU No.20 tahun 2008

Selanjutnya, klasifikasi ukuran perusahaan menurut Stanley dan Morse

dalam Suryana (2006:119) adalah sebagai berikut:

“Industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri


kerajianan rumah tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri
sedang menyerap 50-99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja
100 orang lebih”.

19
Pernyataan yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse tersebut

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan juga dapat diklasifikasikan

berdasarkan jumlah tenaga kerja dalam industri tersebut.

Dalam peraturan yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia, saham yang

dicatatkan dibuat atas dua papan pencatatan, yaitu papan utama dan papan

pengembangan.papan utama ditujukan untuk perusahaan tercatat yang

berskala besar, sementara papan pengembangan dimaksudkan untuk

perusahaan yang belum memenuhi syarat pencatatan di papan utama,

termasuk perusahaan yang prospektif namun belum membukukan keuangan.

Peraturan Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa salah satu syarat

untuk tercatat di papan utama adalah sebagai berikut: “Berdasarkan Laporan

Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible

Asset) minimal Rp100.000.000.000,-“

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berskala besar menurut

peraturan Bursa Efek Indonesia memiliki Aktiva Berwujud Bersih minimal

Rp100.000.000.000.

3. Pengukuran Ukuran Perusahaan

Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan

Prasetyantoko (2008:257) mengemukakan bahwa : “Aset total dapat

menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan

tersebut semakain besar.”

Selanjutnya, Jogiyanto (2007:282) menyatakan bahwa : “Ukuran aktiva

digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut

diukur sebagai logaritma dari total aktiva”.

20
Sementara itu, untuk menghitung nilai total asset Asnawi (2005:274)

mengemukakan bahwa: “Nilai total asset biasanya bernilai sangat besar

dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk itu variabel asset

diperhalus menjadi log asset atau ln asset.”

Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki

oleh perusahaan diatur diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997,

yang menyatakan bahwa perusahaan menengah atau kecil adalah badan

hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total

assets) tidak lebih dari Rp. 100.000.000.000 (seratus milyar rupiah).

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan

digunakan ukaran aktiva. Ukuran aktiva tesebut diukur sebagai logaritma dari

total aktiva. Logaritma digunakan untuk memperhalus asset karena nilai dari

asset tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya.

2.1.4 Profitabilitas

Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba untuk

menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan

bukan hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh atau dihasilkan oleh

perusahaan, tetapi hal ini haru dihubungkan dengan jumlah modal yang

digunakan untuk memperoleh laba yang dimaksud. Bagi perusahaan pada

umumnya masalah profitabilitas adalah lebih penting dari persoalan laba,

karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan

itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

21
membandingkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung tingkat

profitabilitasnya.

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah

tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih

penting adalah usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Berhubung

dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan

untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dari pada laba maksimal.

Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka mencerminkan

bahwa semakin tinggi tingkat efesiensi perusahaan.

Untuk lebih jelasnya tentang profitabilitas maka Riyanto (2001:35)

memberikan pengertian sebagai berikut :

“Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata

lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk

menghasilkan laba untuk periode tertentu”.

Sedangkan Harahap (2010:304) dalam bukunya Analisis Kritis Atas

Laporan Keuangan memberikan pengertian sebagai berikut :

“Profitabilitas atau disebut juga rentabilitas adalah kemempuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber

yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang dan sebagainya”.

Dari kedua defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

profitabilittas adalah prestasi yang dicapai perusahaan pada periode tertentu

yang diperoleh dengan menggunakan semua kemampuan baik itu modal

perusahaan atau aktiva. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan

22
bermacam – macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang

akan di perbandingkan satu dengan yang lainnya. Dengan adanya bermacam

– macam cara penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak

mengehrankan jika ada beberapa perusahaan yang berbeda – beda dalam cara

menghitung profitabilitasnya. Yang penting adalah profitabilitas yanga mana

yanga akan digunakan sebagai alat pengukur efesiensi penggunaan modal

dalam perusahaan yang bersangkutan.

1. Jenis Profitabilitas

Dari pembahasan tadi tentang pengertian profitabilitas, maka ada dua

jenis profitabilitas yang akan dibahas satu persatu sebagai berikut :

a. ROE ( Return on Equity )

Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga

ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno

2000:267). Return on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk

mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini

merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham

(Halim dan Hanafi, 2005:85). Salah satu alasan utama perusahaan

beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para

pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah

angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi

bagi pemegang saham.

23
b. ROA (Return on Assets )

Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266).

ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi

seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya.

Rasio ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor

(Riyanto, 2001). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi

yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva

yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan

yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai

saham (Arifin 2002;65).

2.1.5 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio

keuangan yang telah disebutkan diatas, ditambah dengan pengukuran

terhadap pertumbuhan penjualan

1. Pengaruh leverage terhadap profitabilitas

Menurut Van Horne (2009), semakin tinggi rasio debt to total asset,

semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan dengan terjadinya

peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya default karena perusahaan

24
terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya

risiko gagal bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

mengatasi masalah ini semakin besar. Rasio leverage (utang) menekankan

pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan

persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang.

Berdasarkan Pecking Order Theory , semakin besar rasio ini, menunjukkan

bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk

memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan

profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Dari uraian diatas, dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas

2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas

Rajan dan Zingales (2001) dalam Hadri kusuma (2005) menyebutkan

bahwa menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka

profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu

ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori

critical menekankan pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap

sumber daya perusahaan seperti aset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai

faktor-faktor yang menentukan ukuran perusahaan. Dengan adanya sumber

daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk

aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk.

25
Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan

yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada

saat proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat. Dari

uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas

3. Pengaruh umur perusahaan terhadap profitabilitas

Dalam suatu perusahaan, umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa

perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing. Menurut Harianto dan Sudomo

(2008: 316) umur perusahaan merupakan bagian dari dokumentasi yang

menunjukkan tentang apa yang tengah dan yang akan diraih oleh perusahaan.

Dalam pengukurannya umur perusahaan dihitung dari tanggal IPO sampai

tanggal laporan tahunan. Umur perusahaan diduga sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap profitabilitas. Kamaliah (2009:67) mengemukakan

bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak

sehingga akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi

tentang perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang lebih tua akan

mengungkapkan lebih banyak informasi termasuk informasi mengenai modal

intelektual. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H3 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

26
2.1.6 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penilitian ini dikemukakan pula penelitian

terdahulu sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

1. Abdul Raheman dan Mohamed Nasr (2007). Melakukan penelitian tentang

pengaruh manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan di

Pakistan pada periode 1999-2004. Dengan variabel bebas adalah rasio hutang,

ukuran perusahaan, aset keuangan dengan variabel terikatnya adalah total

aktiva. Teknik analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan negatif yang kuat antara variabel manajemen modal kerja

dan profitabilitas perusahaan. Ini berarti bahwa jika siklus konversi kas

meningkat maka akan mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan,

sehingga manajer dapat menciptakan nilai positif bagi pemegang saham

dengan mengurangi siklus konversi kas ke tingkat minimum mungkin. Dalam

penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara

likuiditas dan profitabilitas. Selain itu ada hubungan positif antara ukuran

perusahaan dan profitabilitas. Ada juga hubungan negatif yang signifikan

antara hutang yang digunakan oleh perusahaan dan profitabilitas.

2. Dani (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage dan

efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT Modern

Toolsindo Bekasi). Rasio keuangan yang digunakan adalah Current Ratio,

Debt to Equity Ratio (DER), Working Capital Turnover (WTC) dan Return On

Invesment (WTC) dan Return On Investment. Alat analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Menggunakan 1 sampel perusahaan

27
dengan menganalisis neraca dan laporan laba rugi tahun 1007-2002. Dalam

penelitiannya menggunakan analisis rergresi berganda yang hasilnya

menunjukkan bahwa secara simultan faktor likuiditas, leverage dan efisiensi

modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat

profitabilitas PT Modern Toolsindo. Sedangkan secara parsial hanya variabel

leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas.

3. I. Falope dan O.T. Ajilore (2009) meneliti tentang manajemen modal kerja dan

profitabilitas perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti

empiris tentang efek pengelolaan modal kerja terhadap kinerja profitabilitas

dengan menggunkan sampel pada lima puluh perusahaan di Nigeria yang

bergerak pada bidang non-keuangan yang listing di Negerian Stock Exchange

pada periode 1996-2005. Penelitian ini menggunakan data panel ekonometri

dengan regresi berganda, serta dengan mengkombinasi dan mengestimasi

metode time-series dan cross-section. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa

average collection period, inventory turnover in days, average payment

periode dan cash conversion cycle memiliki pengaruh yang negative signifikan

terhadap ROA. Firm size berpengaruh negative terhadap ROA sedangkan

growth berpengaruh positif pada ROA. Penelitian ini menyarankan bahwa

manajer dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham mereka jika perusahaan

mengelola modal kerja mereka dengan cara yang lebih efisien dengan

mengurangi jumlah hari piutang usaha dan perseidaan untuk minimum yang

wajar.

28
4. Sandhar, Simranjeet Kaur (3013) meneliti tentang studi likuiditas dan

profitabilitas perusahaan semen India dengan pendekatan regresi modeling.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen modal kerja

dalam hal profitabilitas dan likuiditas. Populasi dari penelitian ini adalah semua

perusahaan yang terdaftar di NSE. Data tersebut digunakan atas dasar

profitabilitas random sampilng. Data sekunder yang digunakan dari jurnal dan

internet. Data dianalisis melalui analisis regresi untuk mengetahui dampak dari

likuiditas terhadap profitabilitas, analisis korelasi digunakan untuk mengetahui

hubungan antara likuiditas dengan profitabilitas. Penyelidikan empiris

menggunakan kedua korelasi parsial dan analisis regresi menunjukkan bahwa

rasio likuiditas diukur dengan rasio lancar (CR), rasio cari (LR) dan rasio

perputaran kas, Catar, CLTAR memiliki hubungan kecil dengan profitabilitas

diukur dengan pengembalian modal yang digunakan (ROA dan ROI). Hal ini

juga mengungkapkan bahwa CR dan LR adalah negative terkait dengan ROA

dan ROI, sedangkan perputaran kas rasio (CTR) berhubungan negatif dengan

ROI. Ini layak untuk disebutkan disini bahwa arah terbalik mengungkapkan

sehubungan denganb CR dan LR dengan rasio profitabilitas ROA dan ROI

sangat informatif fakta karena terbukti landasan teoritis (trade likuiditas-

profitabiulitas off teori) yang posting bahwa profitabilitas dan likuiditas

berbanding terbalik atau bahwa harus selalu ada trade-off antara profitabilitas

dan likuiditas.Niko Ulfandri Daniel (2013) meneliti tentang pengaruh ukuran

perusahaan, leverage, dan likuiditas terhadap luas pengungkapan laporan

keuangan penelitian ini bertujuan untuk menguji: (1) pengaruh ukuran

29
perusahaan terhadap luas pengungkapan laporan keuangan, (2) pengaruh

leverage terhadap luas pengungkapan laporan keuangan dan (3) pengaruh

likuiditas terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Jenis penelitian ini

tergolong penelitian kausatif. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010.

Teknik pengabilan sampel adalah purposive sampling. Sampel penelitian ini

berjumlah 16 perusahaan. Analisis data dengan regresi berganda. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan dengan

tingkat signifikansi. (2) Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap luas

pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikansi, (3) Likuiditas

berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan

dengan tingkat signifikansi. Dalam penelitian ini disarankan: (1) bagi

perusahaan, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi untuk

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengungkapan yang

lebih banyak lagi. (2) peneliti berikutnya menambah kategori perusahaan yang

dijadikan sampel, menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi

pengungkapan, dan menggunakan proksi yang berbeda dalam pengukuran

leverage. (3) Bagi investor disarankan sebelum mengambil keputusan

berinvestasi lebih memperhatikan variabel ukuran perusahaan dan likuiditas

perusahaan, karena mempunyai pengaruh positif terhadap luas pengungkapan

laporan keuangan.

30
Penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan dalam mendukung

uraian di atas. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut dirangkum secara

tabulasi pada tabel 3 berikut:

31
Tabel 3
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Objek Penelitian Lokasi Variabel Populasi Teknik Sampling Jumlah Sampel Teknik Analisis

1 Abdul 2007 Perusahaan Pakistan Pakistan Rasio hutang, ukuran 94 perusahaan Purposive 470 Analisis Regresi dan
Raheman periode 1999-2004 perusahaan, aset Sampling, korelasi.
dan keuangan. total aktiva.
Mohamed
Nasr

2 Dani 2003 Studi kasus pada PT Bekasi Current Ratio, Debt to 1 perusahaan Purposive Sampling 30 Analisis Regresi
Modern Toolsindo Equyity Ratio (DER), Berganda.
Bekasi Periode 1997- Working Capital Turnover Uji F dan Uji t
2002 (WCT). Return On
Invesment

3 I Falope dan 2009 Perusahaan non- Nigeria average collection period, 5 perusahaan Metode time-series 50 Analisis Regresi
O.T. Ajilore keuangan di Negerian inventory turnover in days, dan cross-section Berganda.
Stock Exchange average payment period Uji F dan Uji t
1996-2005. dan cash conversion cycle.
Leverage, Firm size,
growth
terhadap return on Assets
(ROA)

4 Sandhar, 2010 Perusahaan yang India Likuiditas (rasio lancar 10 perusahaan Random Sampling 40 Korelasi parsial dan
Simranjeet terdaftar di NSE (CR), rasio cair (LR) dan analisis regresi
Kaur (2006-2008) Rasio Perputaran Kas,
Catar, CLTAR
terhadap ROA dan ROI

5 Niko 2010 Perusahaan Surabaya Rasio hutang, ukuran 10 perusahaan Purposive sampling 40 Analisis Regresi dan
Ulfandri manufaktur di BEI perusahaan, aset keuangan korelasi
Daniel 2008 -2010 terhadap total aktiva

32
2.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat

digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:

Leverage

Ukuran Perusahaan Profitabilitas

Umur Perusahaan

Gambar 1
Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh leverage

ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap profitabilitas. berdasarkan

literatur dan kerangka pemkiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H1 : Leverage berpengaruh terhadap profitabilitas.

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas.

H3 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional. Penelitian

korelasional merupakan jenis penelitian untuk mengetahui hubungan atau korelasi

antara dua variabel atau lebih dengan meneliti dan menjelaskan keterkaitan antara

variabel satu dengan variabel yang lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui adanya korelasi dan pengaruh beberapa variabel dengan melakukan

pengujian hipotesis terhadap variabel yang diteliti yaitu variabel Leverage, ukuran

perusahaan dan umur perusahaan terhadap profitabilitas.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian dirarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini,

yang menjadi populasi adalah perusahaan otomotif dan komponennya yang

terdaftar di BEI periode 2009-2013. Data tersebut diperoleh dari data yang

dipublikasikan oleh BEI (http://www.idx.co.id) yang meliputi neraca dan laba rugi

tahunan periode 2009-2013. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini

juga berasal dari berbagai literatur, seperti ICMD, penelitian lain, referensi pasar

modal indonesia, buku-buku, beserta sumber lainnya yang berhubungan.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan dengan cara non probability

sampling metods yang kemudian diteliti dengan dua cara, yaitu purposive

sampling (berdasarkan tujuan), merupakan metode pemilihan sampel berdasarkan

tujuan dan target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak dan Judgment

34
34

Anda mungkin juga menyukai