Anda di halaman 1dari 21

Nama: Mutiara Aprilyla

Tugas: Matrikulasi Akuntansi Keuangan

1. Rasio Likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dalam jangka waktu pendek. Likuiditas (liquidity) berarti mempunyai

cukup dana di tangan untuk membayar tagihan pada saat jatuh tempo dan berjaga-jaga

terhadap kebutuhan kas yang tidak terduga. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio,

Quick Ratio, dan Net Working Capital.

Menurut Kasmir (2012:134-137) Ada beberapa jenis metode pengukuran rasio likuiditas,

sebagai berikut:

a.Rasio Lancar (Current Ratio)

b.Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

c.Rasio Kas (Cash Ratio)

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. (Kasmir:134). Rasio lancar

menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang

diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang.

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas.

Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus,

karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi

kemampulabaan perusahaan (Mamduh dan Abdul Halim, 2014:202).

Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi

kewajiban jangka pendek yang segera jatuh temp. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai

bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan
rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total

utang lancar (Kasmir, 2014:132).

Menurut Van Horn and Watchowic (2012:206), Current ratio dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

b.Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya paling rendah, sering

mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh

karena itu, dalam perhitungan rasio cair (quick ratio), nilai persediaan dikeluarkan dari

aktiva cair (Kasmir, 2012:135).

Menurut Kasmir (2012:135), Rumus untuk mencari Rasio cepat:

Quick ratio or acid test lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya, karena dalam perhitungannya semua unsur-unsur persediaan

dikurangkan atau dianggap tidak digunakan untuk membayar utang jangka pendek (Mamduh

dan Abdul Halim, 2014:202)..

Menurut Kasmir (2012:136) menyatakan bahwa “Quick Ratio merupakan rasio uji cepat yang

menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva

lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.

c.Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid (yaitu dana kas)

dengan kawajiban jangka pendek( Kasmir, 2012:136). Menurut Kasmir (2012:136), Rasio kas

dihitung dengan rumus sebagai berikut:


Dari rumus tersebut terlihat bahwa persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus

dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran kewajiban jangka pendek hanya

bersumber dari kas dan setara kas (efek-efek).

Menurut Khasmir (2012 : 138) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan

uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti

rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini

menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang- utang

jangka pendek nya.

Indikator yang dipakai adalah Rasio Lancar. Alasannya, Rasio Lancar dapat mengukur

seluruh total kekayaan perusahaan dan jumlah uang Liquid yang tersedia dalam perusahaan

baik untuk operasional maupun untuk membayar hutang jangka pendek.

2. Rasio Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka panjang. Rasio ini terbagi menjadi Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio,

Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, Fixed Charged Coverage.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan

perusahaan. Adapun Metode Pengukuran yang ada dalam rasio solvabilitas menurut Van

horne (2012:234-238) adalah:

a. Debt to Asset Ratio (DAR)

b. Debt to Equity Ratio (DER)

c. Long Term Debt to Equity Ratio

d. Time Interest Earned

e. Fixed Charged Coverage

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata

lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Van horne,

2012:234). Dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan

dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk

memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak

mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian

pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.

Menurut Kasmir (2012:151), Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan

sebagai berikut :

b. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh

utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan. (Van horne, 2012:235)

Menurut Van horne (2012:234), Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan

perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut :

c. Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang

dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri

yang disediakan oleh perusahaan (Van horne, 2012:237),

Menurut Van horne (2012:237), Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio

adalah sebagai berikut:


d. Menurut J. Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2012 : 160) Time Interest

Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah perolehan bunga. Rasio ini

diartikan oleh James C. Van Home juga sebagai kemampuan perusahaan untuk

membayar biaya bunga. Jumlah kali perolehan bunga atau Time InterestEarned

merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa

membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga

tahunannya (Van horne, 2012:238),. Untuk mengukur rasio ini digunakan

perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya

bunga yang dikeluarkan. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk

membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak.

Menurut Van horne (2012:238), Rumus untuk mencari Time InterestEarned dapat digunakan

dengan dua cara sebagai berikut:

e. Fixed Charged Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang

menyerupai Time InterestEarned Ratio. Hanya saja perbedaanya adalah rasio ini

dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa

aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya

bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang (Van

horne,2012:238),.

Menurut Van horne (2012:238), Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage(FCC)

adalah sebagai berikut:


Indikator yang penulis gunakan dalam metode pengukuran solvabilitas adalah debt to Asset

Ratio asset merupakan gambaran dari kekayaan perusahaan yang dibiayai oleh hutang.

Apabila nilainya kecil, Hal ini akan dijadikan acuan oleh investor maupun kreditor dalam

menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan yang mereka anggap memiliki kinerja

keuangan yang baik.

3. Fleksibilitas Keuangan

Fleksibilitas Keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

jumlah kas yang memadai dalam rangka menjawab kebutuhan-kebutuhan dan

kesempatan-kesempatan bisnis yang tak terduga. Untuk menilai fleksibilitas

keuangan perusahaan adalah dengan mengembangkan analisis arus kas bebas.

Analisis ini dimulai dengan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dan

berakhir pada arus kas bebas, yang dihitung sebagai kas bersih yang disediakan

oleh aktivitas operasi dikurangi pengeluaran modal dan dividen. Arus kas bebas

adalah jumlah arus kas perusahaan untuk membeli investsi tambahan, melunasi

hutangnya, melunsi saham treasuri, atau menaikan likuiditasnya.

Analisis Informsi Arus kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan

Salah satu analisis keuangan dengan menggunakan informasi laporan arus kas

adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini menggunakan

komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan laba rugi

sebagai informasi dalam analisis rasio.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:91), alat analisis rasio laporan arus kas yang

diperlukan untuk menilai likuiditas dan fleksibilitas kinerja keuangan perusahaan

antara lain :
a. Rasio Likuiditas Arus Kas
i. Rasio Arus Kas Operasi (AKO)
ii. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB)
iii. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)
iv. Rasio Pengeluaran Modal (PM)
v. Rasio Total Hutang (TH)
vi. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)

b. Rasio Fleksibilitas Arus Kas


i. Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB)
ii. Rasio Kecukupan Arus Kas

Adapun pemaparan kedua rasio diatas adalah:

1 Rasio Likuiditas Arus Kas

1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO)


Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas oparasi dalam
membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus
kas operasi dengan kewajiban lancar.

Jumlah Arus Kas Operasi


AKO =
Kewajiban Lancar

2. Rasio Cakupan kas Terhadap Bunga (CKB).


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan
arus kas dari operasi tambah pembayaran bunga, dan pembayaran pajak
dibagi pembayaran bunga
Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak
CKB =
Bunga

3. Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
lancar berdasarkan arus kas opersi bersih. Rasio ini diperoleh dengan
arus kas operasi ditambah deviden kas dibagi dengan hutang lancar.
Arus Kas Operasi + Deviden Kas
CKHL =
Hutang Lancar

4. Rasio Pengeluaran Modal (PM)


Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan
pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari
operasi dibagi dengan pengeluaran modal.

Arus Kas Operasi Aset


PM =
Tetap

5. Rasio Total Hutang (TH)


Rasio ini menunjukan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan
dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar
hutang. Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total
hutang. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka
waktu beberapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan
menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional
perusahaan

Arus Kas Operasi


Total Hutang =
Total Hutang

6. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)


Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmen (bunga, pajak,
dan deviden preferen). Rasio ini diperoleh dengan laba sebelum pajak dan
bunga (EBIT) dibagi bunga, Penyesuaian pajak, dan deviden preferen.

Laba sebelum pajak dan bunga


CAD =
Bunga + Penyesuaian Pajak + Deviden preferen
2 Rasio Fleksibilitas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB)


Rasio ini diperoleh dari (laba bersih + beban bunga diakui dan
dikapitalisasi + depresiasi dan amortissi + biaya sewa dan leasing operasi
– deviden yang diumumkan – pengeluaran modal ) dibagi (biaya bunga
dikapitalisasi dan diakui + biaya sewa dan leasing operasi + proporsi
hutang jangka panjang + proporsi sekarang dari kewajiban leasing yang
dikapitalisasi). Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kas dimasa mendatang.

Lababersih+bunga+depresiasi+Sewa+Leasing+Deviden+Peng.Modal
AKBB
= Biaya Bunga + Sewa + Hutang Jangka Panjang + Kewajiban Leasing

2) Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas
untuk memenuhi kewajiban dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini
diperoleh dengan ( laba sebelum pajak dan pembayaran bunga –
pembayaran pajak – pengeluaran modal) dibagi rata-rata hutang yang
jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun).

Laba sebelum pajak dan bunga – Bunga – Pajak – Aset Tetap


KAK =
Rata-rata hutang lancar selama 5 tahun

Aplikasi Analisis Rasio Arus Kas

Untuk melihat aplikasi analisis terhadap laporan arus kas dalam bentuk rasio

pada perusahaan, penulis akan menerapkan aplikasi analisis tersebut pada laporan

arus kas PT. Makmur Sentosa dan juga disajikan neraca dan laporan laba ruginya
PT. Makmur Sentosa
Neraca
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2008
(dalam ribuan rupiah)

2007 2008
Aktiva

Aktiva Lancar
Kas dan setara kas 4.410.500 4.210.000
Investasi jangka panjang 3.000.000 2.750.000
Wesel tagih 650.000 600.000
Piutang usaha 278.000 10.560.000
(setelah dikurangi penyisian piutang ragu-ragu
sebesar RP.1.611.250.000 pada tahun 2008 Rp.
1.511.250.000 pada tahun 2007 )
Piutang lainnya 278.000 306.000
Persediaan barang 58.801.000 52.211.000
Pajak dibayar dimuka 5.236.500 1.585.000
Biaya dibayar dimuka 195.500 131.000
Jumlah Aktiva Lancar 85.033.850 72.353.000

Aktiva Tidak Lancar


Piutang hubungan istimewah 421.000
Investasi pada perusahaan asosiasi 425.000 750.000
Aktiva tetap 36.650.000
(setelah dikurangi akumulasi penyusutan 1.250.000
sebesar RP.35.375.000.000 pada tahun 2008 dan
Rp.29.100.000.000 pada tahun 2007)
Aktiva lainnya 723.000
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
Jumlah Aktiva
800.000
Kewajiban dan Ekuitas 38.400.000 38.544.000
123.433.850 110.897.000
Kewajiban Lancar
Pinjaman jangka pendek
Utang usaha
Biaya masih harus dibayar
Pendapatan deterima dimuka 1.675.000 3.500.000
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan 4.430.000 9.630.000
jatuh 350.000 320.000
Tempo dalam waktu satu tahun 1.168.900 2.150.000
Kewajiban lancar lainnya
Jumlah Kewajiban Lancar
4.000.000 4.000.000
Kewajiban Tidak Lancar 899.700 505.900
Hutang pajak 12.523.600 20.662.600
Pinjaman jangka panjang
Utang sewa guna usaha
662.250 1.212.600
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 15.000.000 19.000.000
350.000 450.000
Jumlah Kewajiban
16.012.250 20.662.600
Ekuitas
Modal saham Rp.1.000 28.523.850 40.768.500
Modal dasar 100.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh 70.000
saham pada tahun 2008 dan 60.000 pada tahun
2007
Tambahan modal disetor 70.000.000 60.000.000
Selisih penilaian kembali aktiva tetap 2.700.000 2.200.000
Saldo laba 450.000
21.748.000 7.928.500

Jumlah Ekuitas
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 94.898.000 70.1128.500
123.433.850 110.897.000
PT. Makmur Sentosa
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2007 dan 31 desember 2008
(dalam ribuan rupiah)

2008 2007

Pendapatan Usaha
Pendaptan garmen 195.244.700 167.671.100
Pendapatan tekstil 140.454.500 115.095.100
Jumlah pendapatan usaha 335.699.200 282.766.200

Biaya Pokok Penjualan


Biaya pokok penjualan garmen 136.001.500 116.512.700
Biaya pokok penjualan tekstil 107.767.500 99.780.000
Jumlah Biaya Pokok Penjualan 243.769.000 216.292.700

Laba Kotor 91.930.200 66.473.500

Biaya Usaha
Biaya pemsaran 1.540.000 1.460.000
Biaya umum dan administrasi 71.860.000 57.099.000
Jumlah Biaya usaha 73.400.000 58.559.000

Laba Usaha

Penghasilan (Biaya) Lain-lain


Penghasilan lain-lain 1.407.200 1.417.500
Biaya lain-lain (530.600) (257.000)
Jumlah Penghasilan (Biaya) lain-lain 876.600 1.160.500

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 19.406.800 9.075.000


Taksiran Laba Penghasilan 5.822.000 2.722.500
Laba dari Aktivitas Normal 13.584.800 6.352.500
Pos Luar Biasa 234.700 (124.000)
Laba bersih
Jumlah Saham 13.819.500 6.228.500
Laba Per Saham 70.000 60.000
197 104
PT. Makmur Sentosa
Laporan Arus Kas
Untuk tahun yang berakhir 31 Dsember 2007 dan 31 Desember 2008 (dalam
ribuan rupiah)
2008 2007
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari pelanggan 333.798.545 279.326.288
Pembayaran kepada :
Pemasok (196.103.470) (155.440.888)
Direksi dan Karyawan (131.330.575) (113.476.400)
Kas yang dihasilkan dari operasi 6.364.500 10.409.000
Penghasilan bunga dan jasa giro 1.325.900 1.345.000
Pembayaran bunga (523.000) (234.000)
Pembayran pajak penghasilan (5.236.500) (1.510.000)
Penambahan investasi jangka (250.000)
pendek 1.680.900 10.010.000
Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas Operasi

Arus Kas Dari Aktivitas Investasi


Hasil penjualan dari 225.600
Aktiva tetap
Penambahan untuk : (5.700.000) (6.600.000)
Aktiva tetap (500.000) (200.000)
Investasi jangka panjang (77.000)
Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain (6.051.400) (5.800.000)
Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas Investasi

Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan (1.825.000) 2.000.000


Kenaikan(penurunan) pinjaman jangka 10.500.000
pendek
Penerimaan dari tambahan penerbit saham (4.000.000) (4.000.000)
bersih (100.000) (100.000)
Penambahan (pembayaran) utang jangka (1.400.000)
panjang :
Bank (4.000)
Sewa guna usaha 4.571.000 (3.500.000)
Pembayaran deviden tunai
Penurunan (kenaikan) piutang hubungan 200.500 710.000
istimewah
4.210.000 3.500.000
Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas
Pendanaan
4.410.500 4.210.000
Kenaikan (penurunan) Kas dan Setara Kas
Saldo Kas dan Setara Kas Awal Tahun
Saldo Kas dan Setara Kas Akhir Tahun

a. Rasio Likuiditas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Operasi (AKO)

Rasio ini digunakan untuk menghitung kecukupan arus kas operasi dalam

membayar kewajiban jangka pendek. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah Arus Kas Operasi


AKO
Kewajiban Lancar
=

AKO 2007 = 10.010.000.000

` 20.105.968.400

= 0,498

AKO 2008 = 1.680.900.000

12.523.654.400

= 0.134

Dari hasil tersebut terlihat bahwa rasio arus kas opererasi untuk tahun 2007

adalah sebesar 0.948 yang berarti untuk seratus rupiah kewajiban lancar dijamin

dengan 49.8 rupiah arus kas operasi. Sedangkan untuk tahun 2007, rasio arus

kas operasi adalah 0.134 yang berarti untuk seraatus rupiah kewajiban lancar
dijamin dengan 13.4 rupiah kas dari operasi perusahaan. Rasio tersebut

menunjukan bahwa rasio arus kas operasi berada dibawah satu yang berarti

terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar,

tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas

normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan terus menerus.

Ketidakcukupan menghasilkan arus kas dari aktivitas utama untuk membayar

kewajiban dari aktivitas normal bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan

karena masalah terbesar dalam kebangkrutan biasanya akibat ketidakmampuan

dalam membayar kewajiban jangka pendek.

2) Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)

Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi ditambah pembayaran bunga

dan pembayaran pajak kemudian dibagi dengan pembayaran bunga.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak


CKB
Bunga
=

CKB 2007 = 10.010.000.000 + 234.000.000 + 1.510.000.000

234.000.000

= 50,23

CKB 2008 = 1.680.900.000 + 523.000.000 +5023.500.000

523.000.000

= 14,23
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio cakupan bunga untuk tahun 2007

adalah sebesar 14,23 yang berarti bahawa kemampuan arus kas operasi dalam

menutup biaya bunga adalah 14 kali sedangkan pada tahun 2007 sebesar 50,23

kali. Rasio yang besar menunjukan bahwa arus kas operasi mempunyai

kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga.

3) Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Rasio diperoleh dengan arus kas operasi ditambah deviden kas dibagi dengan

hutang lancar, rasio ini dirumuskan sebagai berikut

Arus Kas Operasi + Deviden


CKHL
Kas Hutang Lancar
=

CKHL 2007 = 10.010.000.000

20.105.968.400

= 0,498

CKHL 2008 = 1.680.900.000

12.523.654.400

= 0.134

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai cakupan arus kas terhadap hutang

lancar adalah sebesar 0,134 untuk tahun 2007 yang berarti kemampuan arus kas

operasi untuk membayar hutang lancar sebesar 0,134 kali, sedangkan untuk
tahun 2007 sebesar 0,498. Rasio yang rendah menunjukan kemampuan yang

rendah dari arus kas operasi dalam menutup kewajiban lancar.

4) Rasio Pengeluaran Modal

Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi dibagi dengan pengeluaran

modal. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Arus Kas Operasi


PM =
Aset Tetap

PM 2007 = 10.010.000.000

5.600.000.000

= 1,787

PM 2008 = 1.680.900.000

5.700.000.000

= 0,259

5) Rasio Total Hutang (TH)

Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang. Dengan

mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu beberapa lama

perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas dari

aktivitas normal perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Arus Kas Operasi


Total Hutang =

Total Hutang
TH 2007 = 10.010.000.000
40.769.477.880

= 2,2455

TH 2008 = 1.680.900.000

28.535.700.400

= 0,0589

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang untuk tahun 2007
adalah sebesar 0,0589 atau sebesar 5,89 % yang berarti total hutang
perusahaan yang dijamin dengan arus kas operasi bersih adalah sebesar 5,89%
sedangkan untuk tahun 2007 adalah 24,55%. Rasio yang cukup rendah pada
tahun 2007 menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang
kurang baik dalam membayara semua kewajiban dari arus kas yang berasal
dari aktivitas normal perusahaan.
6) Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan Kas gumna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak,
dan deviden prefren). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Laba sebelum Pajak dan Bunga
CAD =
Bunga + Penyesuaian pajak + Deviden Preferen
CAD 2007 = 19.406.820.000
530.000.000 + 662.046.000
= 16,28
CAD 2008 = 9.075.031.600

234.000.000+1.212.509.480

= 6,27

Dari Perhitungan tersebut terlihat bahwa rasio cakupan arus dana untuk tahun
2008 adalah 16,28 sedangkan untuk tahun 2007 adalah sebesar 6,27. Nilai rasio

sebesar 16,28 berarti bahwa kemampuan laba dalam menutup komitmen yang

jatuh tempo adalah 16 kali sedangkan untuk tahun 2007 sebesar 6 kali. Rasio

yang besar menunjukan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum

pajak dalam menutup komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun. Dari dua

perbandingan terlihat bahwa terjadi perbaikan dengan rasio cakupan dana.

b. Rasio Fleksibilitas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Bersih Bebas ( AKBB)

Dikapitalisasi ini diperoleh dari (laba bersih + beban bunga diakui dan

dikapitalisasi + depresiasi dan amortisasi + biaya sewa dan leasing operasi +

deviden yang diumumkan + pengeluaran modal) dibagi (biaya bunga

dikapitalisasi dan diakui + biaya sewa dan leasing operasi + proporsi hutang

jangka panjang + proporsi sekarang dakewajiban leasing yang dikapitalisasi

Laba bersih+bunga+depresiasi +Sewa+Leasing+Deviden+Aset Tetap


AKBB =
Biaya Bunga + Sewa + Hutang Jangka Panjang + Kewajiban Leasing

AKBB 2007

= 6.228.522.120+234.4000.000+1.450.000.000+950.000.000+5600000

234.000.000+1.450.000.000+19.000.000+450.000

= 0,705

Dari hasil perhitungan terlihat bahawa nilai rasio arus kas bersih bebas tahun

2008 adalah 0,705 yang berarti dari semua jumlah arus kas yang dimiliki oleh

perusahaan sebanyak 29,5% arus yang bebas digunakan untuk investasi

sedangkan yang 70,5% digunakan untuk membayar semua kewajiban yang akan

jatuh tempo. Sedangkan pada tahun 2007 kas beban yang dimiliki adalah 31,6%
dengan arus kas yang digunakan untuk membayar kewajiban adalah 68,4 %.

2) Rasio Kecukupan Kas Arus Kas (KAK)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahan dalam menyediakan kas untuk

memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 5 tahhun mendatang. Rasio ini

diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan pembayaran bunga – pembayaran

pajak – pengeluaran modal ) dibagi rata-rata hutang yang jatuh tempo setiapp

tahun selama lima tahun).

EBIT – Bunga – Pajak – Aset Tetap


KAK =
Rata-rata hutang lancar selama 5 tahun

Anda mungkin juga menyukai