Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA

TBK
PERIODE 2018-2022

Disusun Oleh :

NADILA YULIANI BAHAR 221010550410


M LUTHFI RUSDIANA 221010550653
RISKI SAPUTRA 221010550400
DODI FAHREZI 221010550398
DAVID ADRIAN 221010550907
MUHAMAD WIBISONO 221010551050

Dosen Pengampu
Jamaludin S.E.I., M.Ec.Dev
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur yang menggambarkan posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Hal ini membuat laporan
keuangan menjadi informasi yang sangat penting untuk mengevaluasi
kemajuan suatu perusahaan. Pelaporan keuangan digunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi pencapaian suatu perusahaan di masa lalu, sekarang dan rencana
masa depan. Secara sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau untuk
jangka waktu tertentu. Laporan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi
dan berisi informasi dan gambaran data ekonomi perusahaan, termasuk daftar
posisi keuangan perusahaan dan hasil kegiatan selama satu periode. Laporan
meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan keuangan.
Tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
yang relevan tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, dan
perubahan posisi keuangannya. Informasi ini berguna bagi pengguna laporan
untuk membuat keputusan ekonomi. PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan (revisi 2009) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
untuk memberikan informasi yang berguna mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas perusahaan kepada mayoritas pengguna laporan
sehingga dapat membuat laporan keuangan yang benar.

1.2. Analisis Laporan Keuangan


Analisis pelaporan keuangan adalah memecah item laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan lebih signifikan dan memeriksa
hubungan antara data kuantitatif dan non-kuantitatif yang terkandung di
dalamnya. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam tentang kesehatan keuangan perusahaan, yang penting untuk
pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan analisis laporan keuangan sangat
penting, perlu dipastikan bahwa analisis tersebut memiliki arah, batasan dan
hasil.
Menurut Harahap (2011:190), analisis laporan keuangan adalah proses
memecah item-item laporan keuangan menjadi unit-unit informasi yang lebih
kecil dan menilai hubungan yang signifikan antara satu data dengan data
lainnya, baik kuantitatif maupun non-kuantitatif. Tujuan analisis laporan
keuangan adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
situasi keuangan perusahaan agar dapat membuat keputusan yang tepat

1.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan


Rasio keuangan adalah alat analisis yang menggunakan hubungan
matematis antara jumlah tertentu dalam suatu perusahaan. Gunakan rasio ini
untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan, baik atau buruk, terutama bila
rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan standar. Menurut
Maith’s Kasmir (2013:621), analisis rasio keuangan melibatkan perbandingan
angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu
angka dengan angka lainnya. Perbandingan ini dapat dilakukan antara
komponen laporan keuangan atau antar komponen yang termasuk dalam
laporan keuangan.
1.3.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang jangka pendeknya.
Dalam hal ini, jika suatu perusahaan harus melunasi hutangnya, dianggap
likuid jika mampu membayar hutang tersebut, terutama yang sudah jatuh
tempo. Rasio likuiditas terdiri dari beberapa indikator yaitu rasio lancar,
rasio cepat dan rasio kas.
Rasio lancar (current ratio) adalah rasio likuiditas yang mengukur
kemampuan perusahaan menggunakan aktiva lancar untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Rumus perhitungan current ratio adalah
sebagai berikut:
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Rasio cepat (quick ratio) mengukur likuiditas perusahaan dengan


mempertimbangkan aset lancar yang dapat segera dikonversi menjadi
uang tunai untuk melunasi hutang jangka pendek. Rumus untuk
menghitung rasio cepat adalah sebagai berikut:
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Sedangkan, rasio kas (cash ratio) adalah rasio yang menunjukkan


kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya hanya
dengan menggunakan kas atau setara kas. Rumus untuk menghitung rasio
kas adalah sebagai berikut:
𝐶𝐶𝐶 + 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

1.3.2. Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai sejauh
mana perusahaan menggunakan utang untuk membiayai asetnya. Rasio
ini menunjukkan berapa banyak hutang yang diambil perusahaan relatif
terhadap total asetnya. Rasio solvabilitas terdiri dari beberapa metrik
seperti Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long-
Term Debt to Equity Ratio, dan Times Interest Earned Ratio.
Debt to Assers Ratio (DAR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana total aset perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio
ini menghitung persentase total aset yang berasal dari sumber
pembiayaan utang. Dengan melihat DAR, kita dapat menilai seberapa
besar ketergantungan perusahaan pada utang untuk membiayai operasi
dan investasinya. Semakin tinggi DAR, semakin besar proporsi aset yang
dibiayai oleh hutang, yang menunjukkan tingkat risiko yang lebih tinggi
terkait dengan kewajiban hutang.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan total


utang dan ekuitas bisnis. Rasio ini menggambarkan struktur modal
perusahaan, yaitu sejauh mana perusahaan bergantung pada pembiayaan
hutang versus kontribusi ekuitas dari pemilik atau pemegang saham.
DER memberikan informasi mengenai risiko keuangan suatu
perusahaan, karena semakin tinggi DER maka semakin besar persentase
keuangan perusahaan yang bersumber dari utang. Rasio DER yang tinggi
dapat mengindikasikan risiko pembayaran yang lebih besar dan
ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Long-Term Debt to Equity Ratio yakni rasio yang menampakkan


perbandingan antara pinjaman periode panjang dengan ekuitas
perusahaan . perbandingan ini memberikan perkiraan mengenai jenjang
pemakaian pinjaman periode panjang dalam membiayai perusahaan
dibanding dengan modal sendiri. perbandingan ini bisa memberikan data
lebih rinci mengenai struktur modal perusahaan serta ketergantungan
kepada pinjaman periode panjang dalam periode periode yang lebih
lama.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Times Interest Earned Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan


untuk membayar bunga utangnya dengan menggunakan laba operasi
yang dihasilkan. Rasio ini mengukur seberapa baik laba operasi
perusahaan dapat menutupi pembayaran bunganya. Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan
mengurangi risiko gagal bayar. Rasio ini memberikan gambaran tentang
kecukupan laba operasi perusahaan untuk membayar kewajiban
bunganya.
𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

1.3.3. Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya. Rasio ini
memberikan wawasan tentang seberapa efisien atau efektif sumber daya
perusahaan. Rasio aktivitas mencakup beberapa rasio, seperti Receivable
Turnover, Average Collection Period, Inventory Turnover, Days in
Inventory, dan Total Assets Turnover.
Receivable Turnover merupakan rasio penting untuk mengukur
seberapa cepat piutang perusahaan dikumpulkan dari pelanggan.
Semakin tinggi rasio perputaran piutang, semakin cepat perusahaan dapat
mengubah piutang menjadi kas, yang menunjukkan efisiensi pengelolaan
dan penagihan piutang. Rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan
menerapkan kebijakan kreditnya, memantau dan mengendalikan piutang,
serta menjaga likuiditasnya.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Average Collection Period, dihitung berdasarkan perputaran


piutang, adalah ukuran rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk menagih piutang dari pelanggan. Rasio ini membantu
mengevaluasi kebijakan kredit perusahaan dan mengukur efektivitas
manajemen piutangnya. Semakin pendek periode penagihan rata-rata,
semakin cepat suatu bisnis dapat menagih piutangnya, yang berarti arus
kas yang lebih cepat ke dalam bisnis.
360
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Inventory Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur


seberapa sering bisnis menjual dan mengganti persediaan. Rasio ini
menunjukkan efektivitas pengelolaan persediaan perusahaan. Semakin
tinggi perputaran persediaan, maka semakin cepat perusahaan menjual
persediaannya dan menggantinya dengan persediaan baru. Rasio ini
membantu menentukan kemampuan perusahaan untuk mengelola
persediaannya dengan baik, menghindari persediaan yang berlebihan
atau usang, serta meningkatkan arus kas dan profitabilitas perusahaan.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶
=
𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Days in Inventory, dihitung berdasarkan perputaran persediaan,


adalah ukuran rata-rata jumlah hari persediaan tersedia sebelum dijual.
Rasio ini membantu untuk mengukur efektivitas manajemen persediaan.
Semakin rendah rata-rata jumlah hari di gudang, semakin cepat bisnis
dapat mengubah inventaris menjadi pendapatan, menunjukkan
kelancaran operasi dan manajemen inventaris yang efisien.
360
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Total Assets Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur


efisiensi perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari seluruh
asetnya. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi
perputaran total aset, maka perusahaan semakin mengoptimalkan
penggunaan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini
membantu mengukur efisiensi dan produktivitas bisnis secara
keseluruhan.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

1.3.4. Rasio Profitabilitas


Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai sejauh
mana suatu perusahaan dapat memperoleh laba atau laba dengan
menggunakan sumber dayanya, baik dalam kaitannya dengan penjualan
aset maupun keuntungan perusahaan, modal ekuitas. Tingkat
pengembalian ini merupakan indikator penting dari kinerja keuangan
perusahaan. Ada beberapa faktor profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu Gross Profit Margin
(GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM),
Return on Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE).
Gross Profit Margin (GPM) adalah rasio yang mengukur persentase
laba kotor yang diperoleh perusahaan dari penjualan setelah dikurangi
biaya produksi. Rasio ini memberikan wawasan tentang efisiensi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari bisnis intinya.
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Operating Profit Margin (OPM) adalah rasio yang mengukur


persentase laba operasi yang dihasilkan perusahaan dari penjualan
setelah dikurangi biaya operasi. Rasio ini memberikan wawasan tentang
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari bisnisnya
sebelum mempertimbangkan faktor non-operasional.
𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur persentase


laba bersih yang dihasilkan perusahaan dari penjualan setelah dikurangi
semua biaya, termasuk pajak. Rasio ini memberikan wawasan tentang
profitabilitas bisnis setelah memperhitungkan semua biaya yang terkait
dengan pengoperasian bisnis.
𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Return on assets (ROA) adalah rasio yang mengukur efisiensi


perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Rasio
ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan dari
penggunaan asetnya.
𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur laba yang


dihasilkan perusahaan kepada pemiliknya berdasarkan modal yang
diinvestasikan sendiri. Rasio ini memberikan wawasan tentang tingkat
pengembalian investasi bagi pemilik bisnis.
𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

1.3.5. Market Value Ratio


Rasio nilai pasar adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengevaluasi nilai perusahaan berdasarkan harga saham atau nilai pasar
perusahaan. Rasio ini mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan
membandingkan harga saham perusahaan dengan laba, penjualan, atau
asetnya. Rasio ini memberikan gambaran mengenai prospek bisnis
perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Rasio
nilai pasar meliputi Dividend Payout Ratio, Dividend Yield, Earnings Per
Share, Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value Ratio (PBV).
Dividend Payout Ratio mengukur persentase laba yang dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen. Rasio ini dihitung dengan
membagi dividen per saham dengan laba per saham. Rasio pembayaran
dividen memberikan wawasan tentang kebijakan dividen perusahaan dan
sejauh mana perusahaan membagikan keuntungan kepada pemegang
saham.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶

Dividend Yield mengukur tingkat pengembalian yang diperoleh dari


dividen per saham relatif terhadap harga saham. Rasio ini dihitung
dengan membagi dividen per saham dengan harga saham. Dividend yield
memberikan informasi kepada investor mengenai potensi pendapatan
dividen yang bisa diperoleh dengan berinvestasi saham.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶

Earnings Per Share (EPS) mengukur laba bersih per saham yang
dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih dengan jumlah saham beredar. EPS digunakan untuk mengukur
profitabilitas perusahaan dan memberikan wawasan tentang berapa
banyak laba yang dapat diperoleh pemegang saham per saham yang
dimiliki.
𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

Price Earning Ratio (PER) mengukur harga saham perusahaan


relatif terhadap laba per sahamnya. Rasio ini dihitung dengan membagi
harga saham dengan laba per saham. PER digunakan untuk menilai
apakah harga saham suatu perusahaan terlalu tinggi atau terlalu rendah
relatif terhadap pendapatan yang dihasilkan perusahaan.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶

Price Book Value Ratio (PBV), Rasio ini mengukur harga saham
perusahaan relatif terhadap nilai buku per sahamnya. Rasio ini dihitung
dengan membagi harga saham dengan nilai buku per saham. PBV
memberikan wawasan tentang sejauh mana harga saham perusahaan
mencerminkan nilai asetnya.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶 =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶ℎ𝐶𝐶
BAB II
ANALISIS

Tujuan analisis laporan keuangan ini adalah untuk mengevaluasi kinerja


perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk selama periode lima tahun, yaitu dari
tahun 2018 hingga 2022. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode
perbandingan internal atau Time Series Analysis, yang melibatkan perbandingan
rasio-rasio finansial dari satu periode ke periode lainnya di dalam perusahaan.
Dengan demikian, analisis ini akan memberikan gambaran tentang kinerja
keuangan perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

2.1.Rasio Likuiditas
2.1.1. Current Ratio
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Ratio
2018 11.813.856 31.081.475 0,38
2019 11.612.566 41.526.417 0,28
2020 10.705.995 14.928.687 0,72
2021 10.361.876 12.014.583 0,86
2022 12.487.212 12.142.988 1,03
Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin
tinggi Current Ratio, semakin likuid perusahaan dan semakin mampu
memenuhi kewajiban jangka pendek.
Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa Current Ratio PT Bank
Negara Indonesia Tbk berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018,
Current Ratio adalah 0,38, yang berarti perusahaan memiliki aktiva lancar
38% dari hutang lancar. Pada tahun 2019, Current Ratio sedikit menurun
menjadi 0,28. Kemudian, pada tahun 2020 hingga 2022, Current Ratio
mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 0,72, lalu pada 2021
menjadi 0,86, dan pada 2022 menjadi 1,03 yang menunjukkan peningkatan
likuiditas perusahaan.
2.1.2. Cash Ratio
Tahun Kas + Setara Kas Hutang Lancar Cash Ratio
2018 5.942.954 31.081.475 0,19
2019 4.341.601 41.526.417 0,10
2020 4.597.204 14.928.687 0,31
2021 6.279.089 12.014.583 0,52
2022 8.429.118 12.142.988 0,69
Cash Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek menggunakan kas dan setara kas. Semakin tinggi
Cash Ratio, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek secara tunai.
Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa Cash Ratio PT Bank Negara
Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018,
Cash Ratio adalah 0,19, yang berarti perusahaan memiliki kas dan setara kas
sebesar 19% dari total hutang lancar. Pada tahun 2019, Cash Ratio sedikit
menurun menjadi 0,10. Kemudian, pada tahun 2020 hingga 2022, Cash
Ratio mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 0,31, pada 2021
menjadi 0,52, dan pada 2022 menjadi 0,69 menunjukkan peningkatan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek secara
tunai.

2.1.3. Quick Ratio

Tahun Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Current Ratio


2018 11.813.856 40.949 31.081.475 0,38
2019 11.612.566 61.136 41.526.417 0,28
2020 10.705.995 137.744 14.928.687 0,71
2021 10.361.876 139.402 12.014.583 0,85
2022 12.487.212 98.627 12.142.988 1,02
Quick Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang paling
likuid, seperti kas, setara kas, dan persediaan.
Dalam tabel di atast, dapat dilihat bahwa Quick Ratio PT Bank
Negara Indonesia Tbk juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2018, Quick Ratio adalah 0,38, yang menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki aktiva lancar yang paling likuid (tanpa persediaan) sebesar 38%
kali lipat dari hutang lancar. Pada tahun 2019, Quick Ratio sedikit menurun
menjadi 0,28. Kemudian, pada tahun 2020 hingga 2022, Quick Ratio
mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 0,71, pada 2021 menjadi
0,85, dan pada 2022 menjadi 1,02 menunjukkan peningkatan likuiditas
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2.2.Rasio Solvabilitas
2.2.1. Debt to Total Assets Ratio
Tahun Total Liabilitas Total Aktiva DAR
2018 62.219.614 82.418.600 0,75
2019 76.493.833 99.679.570 0,77
2020 79.311.031 104.086.646 0,76
2021 75.742.569 101.242.884 0,75
2022 65.517.793 91.139.182 0,72
DAR mengukur sejauh mana perusahaan membiayai asetnya dengan
menggunakan utang.
Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa bahwa DAR PT Jasa Marga
(Perseo) Tbk relatif konsisten dari tahun 2018 hingga 2022 dengan angka
yang sama, yaitu 0,75. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membiayai
sekitar 75% dari total asetnya menggunakan utang. Dengan
mempertimbangkan DAR tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
memiliki tingkat ketergantungan terhadap utang yang relatif stabil selama
periode tersebut.
2.2.2. Debt to Equity Ratio

Tahun Total Liabilitas Total Ekuitas DER


2018 62.219.614 20.198.985 3,08
2019 76.493.833 23.185.737 3,30
2020 79.311.031 24.775.615 3,20
2021 75.742.569 25.500.315 2,97
2022 65.517.793 25.621.389 2,56
DER mengukur sejauh mana perusahaan membiayai asetnya dengan
menggunakan utang dibandingkan dengan modal ekuitasnya.
Dalam tabel diatas, terlihat bahwa Debt to Equity Ratio (DER) PT
Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2018 sebesar 3,08 yang berarti total
utang sebesar 3 kali dari modal ekuitasnya. Pada tahun 2019 DER
mengalami sedikit peningkatan menjadi 3,30. Dan pada tahun 2020 hingga
2022 DER mengalami tren menurun dari 3,20 menjadi 2,97 dan terakhir
sebesar 2,56.

2.2.3. Long-term Debt to Equity Ratio

Tahun Total Liabilitas Jangka Panjang Total Ekuitas LTDE Ratio


2018 31.138.139 20.198.985 1,54
2019 34.967.416 23.185.737 1,51
2020 64.382.344 24.775.615 2,60
2021 63.727.986 25.500.315 2,50
2022 53.374.805 25.621.389 2,08
LTDE Ratio mengindikasikan proporsi hutang jangka panjang
perusahaan terhadap ekuitasnya.
Dalam Tabel diatas, terlihat bahwa Long-term Debt to Equity
(LTDE) Ratio PT Bank Negara Indonesia Tbk sangat berfluktuasi. Pada
tahun 2018, perusahaan memiliki hutang jangka panjang sebesar 1,54 kali
ekuitasnya. Angka ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2019
menjadi 1,51. Pada tahun 2020 mengalami kenaikan yang signifikan
menjadi 2,60. Pada 2021 dan 2022 mengalami penurunan menjadi 2,50 dan
2,08.

2.2.4. Time Interest Earned Ratio

Tahun EBIT Beban Bunga TIE Ratio


2018 5.415.226 1.839.660 2,94
2019 5.857.262 2.433.684 2,41
2020 4.465.992 3.647.949 1,22
2021 6.719.673 4.520.359 1,49
2022 7.383.007 3.885.342 1,90
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Time Interest Earned (TIE)
Ratio PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun 2018
hingga tahun 2022. TIE Ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga hutangnya dengan laba yang dihasilkan sebelum
pembayaran bunga. Semakin tinggi TIE Ratio, semakin mampu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban bunganya.
Pada tahun 2018, perusahaan memiliki TIE Ratio sebesar 2,94, yang
mengindikasikan bahwa laba operasional perusahaan sebesar 2,94 kali lebih
besar daripada beban bunga yang harus dibayarkan. Angka ini menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk membayar bunga
hutangnya. Selanjutnya, TIE Ratio mengalami penurunan yang signifikan
pada tahun 2019 dan 2020, menjadi 2,41 dan 1,22. Hal ini menunjukkan
penurunan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutangnya
dengan laba operasional yang dihasilkan. Namun, pada tahun 2021 dan
2022, TIE Ratio meningkat menjadi 1.49 dan 1,90, yang menandakan
peningkatan yang signifikan dalam kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga hutangnya. Hal ini bisa disebabkan oleh penurunan beban
bunga yang signifikan pada tahun tersebut.

2.3.Rasio Aktivitas
2.3.1. Receivable Turn Over dan Average collection period
Perputaran
Tahun Penjualan Piutang Hari ACP
Piutang
2018 36.974.074 8.548.823 4,33 360 83,24
2019 26.345.260 5.910.322 4,46 360 80,76
2020 13.704.021 5.344.232 2,56 360 140,39
2021 15.169.552 3.225.205 4,70 360 76,54
2022 16.582.849 1.686.149 9,83 360 36,60
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Receivable Turnover
(Perputaran Piutang) dan Average Collection Period (Periode Pengumpulan
Piutang) PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. Receivable Turnover mengindikasikan seberapa
cepat perusahaan mengumpulkan piutangnya dari pelanggan. Semakin
tinggi angka Receivable Turnover, semakin efisien perusahaan dalam
mengelola piutangnya. Average Collection Period, di sisi lain,
mengindikasikan rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk
mengumpulkan piutangnya.
Pada tahun 2018, perusahaan memiliki Receivable Turnover sebesar
4,33 kali dan Average Collection Period sebesar 83,24 hari. Artinya,
perusahaan berhasil mengumpulkan piutangnya sebanyak 4,33 kali dalam
setahun, dengan rata-rata waktu pengumpulan piutang selama 83,24 hari.
Pada tahun 2019, Receivable Turnover mengalami sedikit peningkatan
menjadi 4,46 kali, menunjukkan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan
piutang. Average Collection Period juga mengalami penurunan menjadi
80,76 hari, menunjukkan bahwa perusahaan lebih cepat dalam
mengumpulkan piutangnya. Namun, pada tahun 2020 terjadi penurunan
Receivable Turnover menjadi 2,56 kali. Ini dapat mengindikasikan
peningkatan dalam lamanya periode pengumpulan piutang perusahaan.
Average Collection period pada tahun tersebut juga meningkat menjadi
140,39 hari. Pada tahun 2021 dan 2022, Receivable Turnover kembali
meningkat menjadi 4,70 dan 9,83 kali, menunjukkan peningkatan dalam
efisiensi pengumpulan piutang. Average Collection Period juga menurun
menjadi 76,54 dan 36,60 hari.

2.3.2. Inventory Turnover dan Average days in inventory


Rata-rata Perputaran Periode Rata-
Tahun HPP Hari
Persediaan Persediaan rata Persediaan
2018 31.056.564 87.596,50 354,54 360 1,02
2019 19.900.617 51.042,50 389,88 360 0,92
2020 8.349.488 99.440,00 83,97 360 4,29
2021 8.695.431 138.573,00 62,75 360 5,74
2022 9.164.752 119.014,50 77,01 360 4,68
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Inventory Turnover
(Perputaran Persediaan) dan Average Days in Inventory (Periode Rata-rata
Persediaan) PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. Inventory Turnover mengindikasikan seberapa
cepat persediaan perusahaan berputar. Semakin tinggi angka Inventory
Turnover, semakin efisien perusahaan dalam mengelola persediaan.
Average Days in Inventory, di sisi lain, mengindikasikan rata-rata jumlah
hari persediaan perusahaan dipegang sebelum terjual atau digunakan.
Pada tahun 2018, perusahaan memiliki Inventory Turnover sebesar
354,54 kali dan Average Days in Inventory sebesar 1,02 hari. Artinya
persediaan perusahaan berputar sebanyak 354,54 kali dalam setahun,
dengan rata-rata persediaan dipegang selama 1,02 hari sebelum terjual atau
digunakan. Pada tahun 2019, Inventory Turnover mengalami peningkatan
menjadi 389,88 kali, menunjukkan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan
persediaan. Average Days in Inventory juga mengalami penurunan menjadi
0,92 hari, menunjukkan bahwa persediaan perusahaan lebih cepat terjual
atau digunakan. Pada tahun 2020, Inventory Turnover mengalami
penurunan menjadi 83,97 kali, menunjukkan penurunan dalam efisiensi
pengelolaan persediaan. Average Days in Inventory juga meningkat
menjadi 4,29 hari. Pada tahun 2021, terjadi penurunan kembali Inventory
Turnover menjadi 62,75 kali, yang menunjukkan sedikit penurunan efisiensi
dalam pengelolaan persediaan. Average Days in Inventory juga meningkat
menjadi 5,74 hari. Pada tahun 2022, Inventory Turnover kembali meningkat
menjadi 77,01 kali, menunjukkan peningkatan dalam efisiensi pengelolaan
persediaan. Average Days in Inventory juga menurun menjadi 4,68 hari.

2.3.3. Total Assets Turnover


Tahun Penjualan Total Aktiva Perputaran Aset
2018 36.974.074 82.418.600 0,45
2019 26.345.260 99.679.570 0,26
2020 13.704.021 104.086.646 0,13
2021 15.169.552 101.242.884 0,15
2022 16.582.849 91.139.182 0,18
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Total Assets Turnover
(Perputaran Total Aktiva) PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami tren
menurun pada tahun 2018 hingga tahun 2022 dari 0,45 menjadi 0,26 pada
tahun 2019 dan 0,13 pada tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2021 dan 2022
mengalami sedikit peningkatan menjadi 0,15 dan 0,18. Total Assets
Turnover mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan total
aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Dalam analisis laporan keuangan, nilai Total Assets Turnover yang
optimal dapat bervariasi tergantung pada industri dan karakteristik
perusahaan. Pada umumnya, semakin tinggi nilai Total Assets Turnover,
semakin efisien penggunaan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan. Selain itu, dalam menganalisis Total Assets Turnover, perlu
juga mempertimbangkan faktor lain seperti perubahan dalam struktur aktiva
perusahaan, perubahan dalam skala operasi, dan perubahan dalam strategi
bisnis yang dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan total aktiva.

2.4.Rasio Profitabilitas
2.4.1. Gross profit margin
Tahun Laba Bruto Penjualan GPM
2018 5.917.509 36.974.074 0,16
2019 6.444.643 26.345.260 0,24
2020 5.354.533 13.704.021 0,39
2021 6.474.121 15.169.552 0,43
2022 7.418.097 16.582.849 0,45
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Gross Profit Margin (GPM)
PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami peningkatan dari tahun 2018
hingga tahun 2022. Gross Profit Margin mengukur persentase laba bruto
dari pendapatan atau penjualan perusahaan.
Pada tahun 2018, GPM perusahaan sebesar 16%, yang berarti setiap
Rp100 penjualan, perusahaan berhasil memperoleh laba bruto sebesar
Rp16. Peningkatan terjadi pada tahun 2019 hingga tahun 2022, dengan
GPM perusahaan mencapai 24%, 39%, 43%, dan 45% berturut-turut. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dalam
menghasilkan laba bruto dari penjualan.

2.4.2. Operating profit margin

Tahun EBIT Penjualan OPM


2018 5.415.226 36.974.074 0,15
2019 5.857.262 26.345.260 0,22
2020 4.465.992 13.704.021 0,33
2021 6.719.673 15.169.552 0,44
2022 7.383.007 16.582.849 0,45
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa Operating Profit Margin
(OPM) perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami peningkatan
dari tahun 2018 hingga tahun 2022. OPM mengukur persentase laba
operasional perusahaan dari pendapatan.
Pada tahun 2018, OPM perusahaan sebesar 15%, yang berarti setiap
Rp100 pendapatan, perusahaan berhasil memperoleh laba operasional
sebesar Rp15. Terjadi peningkatan OPM secara berturut-turut pada tahun
2019 hingga tahun 2022, dengan OPM perusahaan mencapai 22%, 33%,
45%, dan 45% berturut-turut.

2.4.3. Net profit margin

Tahun EAT Penjualan NPM


2018 2.036.491 36.974.074 0,055
2019 2.073.888 26.345.260 0,079
2020 -41.629 13.704.021 -0,003
2021 871.236 15.169.552 0,057
2022 2.323.708 16.582.849 0,140
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Net Profit Margin (NPM)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. NPM mengukur persentase laba bersih perusahaan
dari pendapatan.
Pada tahun 2018, NPM perusahaan sebesar 5,5%, yang berarti setiap
Rp100 pendapatan, perusahaan berhasil memperoleh laba bersih sebesar
Rp5,5. Terjadi peningkatan NPM pada tahun 2019 menjadi 7,9%. Pada
tahun 2020 PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami kerugian sehingga
NPM menjadi -0,3%. Pada tahun 2021 dan 2022, NPM meningkat kembali
menjadi 5,7% dan 14%.

2.4.4. Return on assets (ROA)

Tahun EAT Total Aktiva ROA


2018 2.036.491 82.418.600 0,0247
2019 2.073.888 99.679.570 0,0208
2020 -41.629 104.086.646 -0,0004
2021 871.236 101.242.884 0,0086
2022 2.323.708 91.139.182 0,0255
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Return on Assets (ROA)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. ROA mengukur efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari total aktiva yang dimiliki.
Pada tahun 2018, ROA perusahaan sebesar 2,47%, yang berarti
perusahaan berhasil menghasilkan laba bersih sebesar Rp2,47 untuk setiap
Rp100 total aktiva yang dimiliki. Namun, terjadi penurunan ROA pada
tahun 2019 hingga tahun 2020, dengan ROA perusahaan mencapai 2,08%
dan -0,04%. Pada tahun 2021 dan 2022 mengalami peningkatan kembali
menjadi 0,86% dan 2,55%.

2.4.5. Return on equity (ROE)

Tahun EAT Total Ekuitas ROE


2018 2.036.491 20.198.985 0,1008
2019 2.073.888 23.185.737 0,0894
2020 -41.629 24.775.615 -0,0017
2021 871.236 25.500.315 0,0342
2022 2.323.708 25.621.389 0,0907
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Return on Equity (ROE)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mengalami fluktuasi dari
tahun 2018 hingga tahun 2022. ROE mengukur seberapa efisien perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas yang dimiliki.
Pada tahun 2018, ROE perusahaan sebesar 10,08%, yang berarti
perusahaan berhasil menghasilkan laba bersih sebesar Rp10,08 untuk setiap
Rp100 ekuitas yang dimiliki. Namun, terjadi penurunan ROE pada tahun
2019 hingga tahun 2020, dengan ROE perusahaan mencapai 8,94% dan -
0,17%. Pada tahun 2021 dan 2022 mengalami peningkatan kembali mencapi
3,42% dan 9,07%.

2.5.Market Value Ratio


2.5.1. Dividend payout ratio
Tahun Dividen EAT DPR
2018 440.051 2.036.491 0,22
2019 330.390 2.073.888 0,16
2020 110.356 -41.629 -2,65
2021 0 871.236 0,00
2022 0 2.323.708 0,00
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Dividend Payout Ratio
(DPR) perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami penurunan
dari tahun 2018 hingga tahun 2022. DPR menggambarkan persentase dari
laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham.
Pada tahun 2018, DPR perusahaan sebesar 22%, yang berarti
perusahaan membayarkan dividen sebesar 22% dari laba bersih yang
dihasilkan. Namun, terjadi penurunan DPR secara berturut-turut pada tahun
2019 hingga tahun 2022, dengan DPR perusahaan mencapai 16%, -2,65%,
0%, dan 0% berturut-turut. Pada tahun 2021 dan 2022 DPR 0% karena
perusahaan sepakat untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang
saham.

2.5.2. Dividend yield


Dividen per Harga per
Tahun DYR
lembar saham lembar saham
2018 60,63 2.980 0,020
2019 45,52 3.890 0,012
2020 15,21 4.630 0,003
2021 0,00 5.175 0,000
2022 0,00 4.280 0,000
Dari tabel yang di atas, terlihat bahwa Dividend Yield Ratio (DYR)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mengalami penurunan dari
tahun 2018 hingga tahun 2022. DYR menggambarkan persentase dividen
per lembar saham dibandingkan dengan harga per lembar saham.
Pada tahun 2018, DYR perusahaan adalah 0,02 atau 3%, yang berarti
dividen per lembar saham sebesar Rp60,63 dibagi dengan harga per lembar
saham sebesar Rp2.980. Pada tahun 2019, DYR menurun menjadi 0,012
atau 1,2%, dengan dividen per lembar saham Rp45,52 dan harga per lembar
saham yang lebih tinggi yaitu Rp3.890. Pada tahun 2020, DYR mengalami
penurunan lagi menjadi 0,3%, dengan dividen per lembar saham 15,21 dan
harga per lembar saham yang lebih tinggi yaitu Rp4.630. Pada tahun 2021
dan 2022, DYR menjadi 0% dikarenakan tidak ada dividen yang dibagikan
oleh perusahaan.

2.5.3. Earnings per share


Jumlah saham
Tahun EAT EPS
yang beredar
2018 2.036.491 7.258 280,59
2019 2.073.888 7.258 285,74
2020 -41.629 7.258 -5,74
2021 871.236 7.258 120,04
2022 2.323.708 7.258 320,16
Dari tabel yang diberikan, terlihat bahwa Earnings per Share (EPS)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. EPS menggambarkan pendapatan per lembar
saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.
Pada tahun 2018, EPS perusahaan adalah Rp280,59, yang dihitung
dengan membagi laba bersih (EAT) sebesar Rp2.036.491 dengan jumlah
lembar saham beredar sebesar 7.258 lembar. Pada tahun 2019, EPS
meningkat menjadi Rp285,74, yang dihitung dengan membagi EAT sebesar
Rp2.073.888 dengan jumlah lembar saham beredar yang tetap. Namun, pada
tahun 2020, EPS mengalami penurunan menjadi -Rp5,74 dikarenakan
adanya kerugian. Pada 2021 dan 2022, kembali meningkat menjadi
Rp120,04 dan Rp320,16 dengan jumlah saham yang beredar tiap tahunnya
tetap.
2.5.4. Price Earning Ratio
Harga per
Tahun EPS PER
lembar saham
2018 2.980 280,59 10,62
2019 3.890 285,74 13,61
2020 4.630 -5,74 -807,22
2021 5.175 120,04 43,11
2022 4.280 320,16 13,37
Dari tabel yang di atas, terlihat bahwa Price-Earnings Ratio (PER)
perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun
2018 hingga tahun 2022. PER merupakan perbandingan antara harga per
lembar saham dengan pendapatan per lembar saham (EPS).
Pada tahun 2018, PER perusahaan adalah 10,62, yang dihitung
dengan membagi harga per lembar saham sebesar Rp2.980 dengan EPS
sebesar Rp280,59. Pada tahun 2019, PER meningkat menjadi 13,61, yang
dihitung dengan membagi harga per lembar saham sebesar Rp3,980 dengan
EPS sebesar Rp285,74. Namun, pada tahun 2020, PER turun menjadi -
807,22. Pada tahun 2021, PER mengalami kenaikan menjadi 43,11. Dan
menurun kembali pada 2022 menjadi 13,37. Kenaikan PER dapat
disebabkan oleh penurunan EPS atau kenaikan harga per lembar saham.
PER merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh investor untuk
menilai apakah saham suatu perusahaan dinilai mahal atau murah. Semakin
tinggi PER, semakin mahal saham perusahaan dinilai oleh pasar, dan
sebaliknya.

2.5.5. Price to Book Value


Harga per Nilai buku per
Tahun PBV
lembar saham lembar saham
2018 2.980 2.783,05 1,07
2019 3.890 3.194,56 1,22
2020 4.630 3.413,62 1,36
2021 5.175 3.513,47 1,47
2022 4.280 3.530,15 1,21
Dari tabel yang di atas, terlihat bahwa Price-to-Book Value Ratio
(PBV) perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami kenaikan dari
tahun 2018 hingga tahun 2021, dan menurun pada 2022. PBV merupakan
perbandingan antara harga per lembar saham dengan nilai buku per lembar
saham.
Pada tahun 2018, PBV perusahaan adalah 1,07, yang dihitung
dengan membagi harga per lembar saham sebesar Rp2.980 dengan nilai
buku per lembar saham sebesar Rp2.783,05. Pada tahun 2019 hingga 2021,
PBV meningkat menjadi 1,22, 1,36, dan 1,47. Pada tahun 2022, PBV
menurun menjadi 1,21. Penurunan PBV dapat disebabkan oleh penurunan
harga per lembar saham atau kenaikan nilai buku per lembar saham.
BAB III
KESIMPULAN

Pengukuran rasio keuangan merupakan alat analisis yang digunakan untuk


menggambarkan hubungan relatif atau absolut antara unsur-unsur laporan
keuangan. Jenis rasio keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas
(leverage), rasio operasi, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar (pertumbuhan).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis laporan
keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk selama periode 2018-2022. Maka, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
3.1.Rasio Likuiditas
Dari perhitungan pada bagian analisis, rasio likuiditas mengalami
penurunan pada tahun 2019, lalu meningkat dari 2020 hingga 2022. Hal ini
menunjukkan bahwa PT Bank Negara Indonesia Tbk semakin baik dalam
mengelola likuiditas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan cepat.

3.2.Rasio Solvabilitas
PT Bank Negara Indonesia Tbk pada rasio DAR cukup stabil dan seimbang
pada angka 0,75. Namun, pada rasio lainnya menunjukkan nilai fluktuasi yang
cukup signifikan, hal ini perlu menjadi perhatian perusahaan agar dapat
mengelola utangnya lebih baik lagi dan menjadi lebih stabil.

3.3.Rasio Aktivitas
Pada rasio aktivitas, PT Bank Negara Indonesia Tbk mengalami fluktuasi
yang cukup signifikan. Dalam pengelolaan persediaannya, perusahaan sudah
cukup baik sehingga periode rata-rata persediaannya cepat keluar. Namun,
pada pengelolaan piutang perusahaan harus meningkatkan lagi kinerjanya
supaya lebih baik lagi agar periode pengumpulan piutangnya bisa lebih cepat.
Selain itu, perusahaan juga seharusnya dapat mengelola perputaran asetnya
lebih baik lagi.
3.4.Rasio Profitabilitas
PT Bank Negara Indonesia Tbk setiap tahunnya dapat meningkatkan rasio
laba kotor dan rasio laba operasinya. Namun, pada rasio laba bersih, ROA dan
ROE, menunjukkan fluktuasi hingga (-) negatif dikarenakan terjadinya
kerugian pada tahun 2020. Tetapi pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik
pada tahun selanjutnya sehingga mengalami peningkatan kembali pada 2021
dan 2022.

3.5.Market Value Ratio


Berdasarkan hasil analisis rasio nilai pasar yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa rasio nilai pasar pada PT Bank Negara Indonesia Tbk
menunjukkan perubahan yang tidak konsisten selama periode waktu yang
diamati. Rasio nilai pasar PT Bank Negara Indonesia Tbk tidak menunjukkan
tren yang konsisten atau perubahan yang signifikan selama periode waktu yang
diamati. Hal ini menunjukkan bahwa pasar memiliki persepsi yang berbeda
terhadap valuasi saham perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai