Anda di halaman 1dari 13

ANALISI RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR


Tbk TAHUN 2019/2020
Dinda Cinta Arisandi¹, Sabrina Manja Farikasari², Wa ode Siti Mardiani³

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan


Kota Tanjungpinang

PENDAHULUAN
Laporan keuangan (Martono dan Harjito, 2008) merupakan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan
keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang merupakan
hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dapat digunakan untuk
membantu para pengguna dalam menilai pertumbuhan laba perusahaan sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat. Seperangkat laporan keuangan utama
belum dapat memberi manfaat maksimal bagi pemakai sebelum pemakai
menganalisis laporan keuangan tersebut lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan
keuangan yang didalamnya termasuk analisis terhadap rasio-rasio keuangan.
Kondisi perusahaan yang baik menjadikan kekuatan perusahaan untuk
dapat bertahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang menjalankan
kegiatan bisnis tentunya memiliki beberapa sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Perusahaan harus dapat mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan
efektif agar perusahaan dapat mewujudkan tujuannya. Kemampuan perusahaan
menggunakan kinerja keuangan untuk mengukur keberhasilan yang telah dicapai.
Kinerja keuangan membantu perusahaan untuk mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta melakukan pengambilan keputusan
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan yang baik menunjukkan perusahaan
dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Salah satu alat untuk mengukur kinerja
perusahaan yang sering digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio
keuangan merupakan suatu instrumen analisis untuk menjelaskan berbagai
hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan
kondisi keuangan atau operasi di masa lalu dan memberikan pimpinan perusahaan
untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dilakukan
oleh perusahaan di masa yang akan dating Dani Usmar, (2015)
Menurut Sutrisno (2009:214) rasio keuangan adalah menghubungkan
elemen-elemen yang ada di laporan keuangan. Menurut Kasmir (2012:104) rasio
keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Menurut Harahap (2006:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Berdasarkan ketiga pendapat
ahli di atas mengenai pengertian rasio keuangan, maka menurut peneliti sendiri
rasio keuangan merupakan hasil angka angka yang diperoleh setelah melakukan
perbandingan terhadap pospos laporan keuangan dari satu periode laporan
keuangan dengan periode laporan keuangan lainnya.
Analisis rasio keuangan adalah alat yang penting dalam mengukur kinerja
keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan memberikan gambaran tentang
kesehatan keuangan perusahaan dan membantu dalam mengevaluasi efisiensi,
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas perusahaan. Beberapa contoh rasio
keuangan yang umum digunakan dalam analisis adalah:
1. Rasio likuiditas: Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Contoh rasio likuiditas adalah
rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio).
2. Rasio profitabilitas: Rasio ini memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Contoh rasio profitabilitas
adalah rasio laba bersih terhadap penjualan (net profit margin) dan rasio
laba bersih terhadap aset (return on assets).
3. Rasio utang: Rasio ini mengukur tingkat utang perusahaan dan
kemampuannya untuk membayar utang. Contoh rasio utang adalah rasio
utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio) dan rasio cakup bunga
(interest coverage ratio).
4. Rasio efisiensi: Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat
mengelola dan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Contoh rasio
efisiensi adalah rasio pergantian persediaan (inventory turnover ratio) dan
rasio pergantian piutang (accounts receivable turnover ratio).
5. Rasio profitabilitas investasi: Rasio ini memberikan informasi tentang
tingkat pengembalian investasi perusahaan. Contoh rasio profitabilitas
investasi adalah rasio pengembalian atas investasi (return on investment)
dan rasio pengembalian atas ekuitas (return on equity).
Dengan menggunakan analisis rasio keuangan, perusahaan dapat
mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu, mengidentifikasi tren, membandingkan
dengan pesaing, dan membuat keputusan keuangan yang tepat untuk mencapai
tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Penting untuk diingat bahwa analisis
rasio keuangan hanya satu aspek dari evaluasi kinerja perusahaan, dan perlu
dikombinasikan dengan analisis yang lebih komprehensif untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang kondisi perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
atau hutang dalam jangka waktu pendek perusahaan dapat mengukur dengan
menggunakan rasio likuiditas. Untuk mengukur sejauh mana perusahaan
mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri yang telah
disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur, perusahaan dapat
mengukur dengan menggunakan rasio solvabilitas.
METODE
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dimana data yang
dikumpulkan dalam bentuk angka -angka yang merupakan data sekunder. Data
sekunder tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan properti dan real
estate yang terdaftar di BEI periode 2019-2020 melalui website resmi yang dimiliki
oleh BEI yaitu www.idx.co.id yang dinyatakan dengan menggunakan analisis
rasio keuangan. teknik analisis kuantitatif digunakan dalam penelitian ini hanya
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan melalui perhitungan kuantitatif
beberapa rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan
rasio profitabilitas,. Melakukan pengukuran rasio keuangan terhadap laporan
keuangan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Rasio keuangan yang
digunakan: Rasio Likuiditas meliputi: current ratio, acid test (quick ratio), cash
ratio; Rasio solvabilitas meliputi: Rasio total hutang terhadap total aset, rasio total
hutang terhadap modal, long term to equity ratio, tangible assets debt coverage,
times interest earned;
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ratio Likuiditas
a. Current Ratio
Current ratio (rasio lancar) merupakan rasio yang sangat berguna
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal melunasi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui
hingga seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan
dapat menjamin utang lancarnya (kurang dari 1 tahun). Rasio ini
dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar, seharusnya
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga
menunjukan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas.
Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk
membayar hutang jangka panjang, mambayar deviden, atau untuk
investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian lebih bagi
perusahaan, tidak hanya untuk menjami hutang jangka pendek
perusahaan. Rasio lancar dihitung sebagai berikut :
Current Ratio = Aktiva Lancarx 100%
Hutang Lancar

Tahun 2019, perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar


1.233.718.090 dan hutang lancar sebesar 1.219.369.846. sedangkan di
tahun 2020, perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar
1.087.497.237 dan hutang lancar sebesar 1.003.137.696. berdasarkan
data ini, maka dapat kita peroleh nilai dan analisis current rationya
sebagai berikut:
Current Ratio tahun 2019 = 1.233.718.090 x100%
1.219.369.846
= 1,01%

Current Ratio tahun 2020 = 1.087.497.237 x100%


1.003.137.696
= 1,08%

Interpretasi:
i. Berdasarkan nilai current ratio diatas, maka dapat kita lihat
bahwa nilai current ratio perusahaan ini masih tergolong
cukup baik. Pada tahun 2019, perusahaan mampu menjamin
kemampuan membayar hutang lancarnya sebesar 1,01%
atas suatu hutang lancar.
ii. Namun di tahun 2020, perusahaan berhasil meningkatkan
jumlah current rationya menjadi 1,08%, sehingga nilainya
tetap melebihi 1 untuk setiap hutang lancar yang dimiliki
oleh perusahaan.
iii. Ketika kita membedah isi dari asset lancar di dalam
perusahaan, maka akun yang menjadi dominan adalah akun
piutang usaha, kemudian persediaan, kas dan bank, dan
pajak dibayar dimuka. Sebagai contoh di tahun 2019,
persediaanya bernilai 413.150.846 dari total aktiva lancar
sebesar 1.087.497.237, sehingga selisihnya yaitu 674.346.391.
(lebih dari 50%). Melihat hal ini, maka menurut kami
tampak bahwa kondisi perusahaan cukup sehat, sebab ia
memiliki piutang usaha yang dapat ditagih sewaktu-waktu,
namun juga memiliki resiko piutang tak tertagih.
iv. Selanjutnya, akun terbesar di dalam aktiva lancarnya adalah
persediaan. Jika kita mengambil data di tahun 2020, maka
nilai persediaan adalah sebesar 413.150.846. Dapat dilihat
bahwa perusahaan memiliki total persediaan yang banyak
dan menduduki nomor urut kedua dari total aset lancar.
Seperti yang kita ketahui bahwa persediaan tidak dapat
dicairkan dengan mudah sewaktu-waktu.
v. Kemudian akun terbesar didalam aktiva lancar (setelah
akun persediaan dan pajak dibayar dimuka) adalah akun kas
dan bank. Ditahun 2020, nilainya sebesar 63.380.838.

b. Acid Test (Quick) Ratio


Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang lancar dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Output
akhirnya adalah bagaimana melihat kemampuan perusahaan
membayar hutang jangka pendeknya dengan komponen asset tetap
yang lebih liquid (mudah untuk dicairkan), sehingga nilai
persediaan dikurangkan.

Quick Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan) x 100%


Hutang Lancar

Sebagaimana data sebelumnya, di tahun 2019 perusahaan memiliki


aktiva lancar sebesar 1.233.718.090, persediaan sebesar 456.765.636,
dan hutang lancar sebesar 1.215.369.846. sedangkan di tahun 2019,
perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar 1.087.597.237,
persediaan sebesar 413.150.846, dan hutang lancar sebesar
1.003.137.696. berdasarkan data ini, maka dapat kita peroleh nilai
dan analisis quick rationya sebagai berikut:

Quick ratio ditahun 2019 = (1.233.718.090 – 456.765.636) x 100%


1.215.369.846
= 0,63%

Quick ratio ditahun 2020 = (1.087.597.237 – 413.150.846) x100%


1.003.137.696
= 0,67%
Interpretasi:
i. Berdasarkan nilai quick ratio diatas, maka dapat kita lihat
bahwa nilai rationya sangat rendah, yaitu dibawah 1
ii. Jika kita memandang dari sisi kreditur atau bank, nilai
dari qiuck rationya yang tidak terlalu bagus, namun pihak
perbankan tetap memberikan suplai dana. Hal ini bisa saja
terjadi karena besarnya grup dari perusahaan ini, sehingga
dengan kepercayaan ataupun goodwill yang dimiliki, maka
dapat menjadi nilai tambah dan kepercayaan untuk
mengelola dana pinjaman dari bank.
iii. Jika kita membuka perspekstif lain, dalam membaca
laporan keuangan ini, dimana kita mengabaikan sisi aktiva
lancarnya, dan kita lebih mengutamakan sisi aktiva tetap,
sebagaimana didalam IFRS, posisi aktiva tetap menjadi
urutan atas dibandingkan aktiva lancar, maka penilaian
sebelumnya tentang kondisi perusahaan ini mungkin akan
berubah lagi. Adapun pertimbangan pengutamaan aktiva
tetap dibandingkan aktiva lancar menunjukkan bahwa ilmu
akuntansi terus berkembang. Perspektif bahwa asset tetap
lebih berharga jika diperhatikan dalam sudut pandang nilai
asset, maka perlu di definisikan kembali tentang asset apa
saja yang dimiliki oleh perusahaan. Apakah asset yang
dimiliki ini bersifat produktif dan dapat membantu produksi
usaha, ataukah hanya bersifat konsumtif. Ada asset yang
setiap tahun nilainya menurun dan ada pula asset yang
nilainya naik. Dengan berbagai pertimbangan yang tepat
dari pihak manajemen keuangan dan manajemen asset,
maka perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk kemajuan kedepannya.

c. Cash Ratio
Rasio Kas (Cash Ratio) atau sering disebut juga dengan Rasio Aset
Tunai (Cash Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
membandingkan total kas (tunai) dan setara kas perusahaan dengan
kewajiban lancarnya. Rasio Kas ini pada dasarnya adalah
penyempurnaan dari rasio cepat (quick ratio) yang digunakan
untuk mengidentifikasikan sejauh mana dana (kas dan setara kas)
yang tersedia untuk melunasi kewajiban lancar atau hutang jangka
pendeknya. Calon kreditur menggunakan rasio ini sebagai ukuran
likuiditas perusahaan dan seberapa mudahnya perusahaan dapat
menutupi kewajiban hutang jangka pendeknya. Rasio Kas ini
merupakan rasio likuiditas yang paling ketat dan konservatif
terhadap kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang atau
kewajiban jangka pendeknya jika dibandingkan rasio-rasio
likuiditas lainnya (rasio lancar dan rasio cepat). Hal ini
dikarenakan Rasio Kas hanya memperhitungkan aset atau aktiva
lancar jangka pendek yang paling likuid yaitu kas dan setara kas
yang paling mudah dan cepat untuk digunakan dalam melunasi
hutang lancarnya.

Cash Ratio = (Kas + Setara Kas) x 100%


Hutang Lancar

Tahun 2019, perusahaan memiliki nilai kas dan setara kas sebesar
578.326.729 dan hutang lancarnya sejumlah 1.215.369.846.
Sedangkan ditahun 2020 sebesar 63.380.838 dan hutang lancarnya
sejumlah 1.003.137.696. kemudian berdasarkan data ini, maka dapat
kita peroleh nilai dan analisis cash rationya sebagai berikut:

Cash ratio tahun 2019 = 578.326.729 x 100%


1.215.369.846
= 0,47%

Cash ratio tahun 2020 = 63.380.838 x 100%


1.003.137.696
= 0,06%

Interpretasi:
i. Berdasarkan nilai diatas, maka dapat diketahui bahwa pada
tahun 2019, perusahaan mampu membayar hutang
lancarnya dengan kemampuan kas dan setara kas sebesar
0,47%. Begitupun di tahun 2020, memiliki kemampuan
membayar hutang lancarnya sebesar 0,06%.
ii. Secara umum, menurut referensi yang kami baca bahwa
dalam kas ratio ini, tidak ditentukan besarnya nilai standar
kas ratio yang baik, sehingga dengan kas ratio besar, maka
belum tentu perusahaan dapat digolongkan memiliki
performa yang baik. Karena ada perspektif yang
menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas ratio yang
besar, maka perusahaan tidak mampu mengelola kas
dengan baik.
iii. Namun jika kita melihat dari sisi investor, mereka akan
merasa ragu bila perusahaan memiliki kas dan setara kas
yang kecil, sehingga untuk dapat menaruh harapan bagi
investor, bahwa perusahaan mampu untuk membayar
hutang-hutangnya dengan menggunakan kas yang dimiliki.
iv. Namun jika kita melihat hasil dari perhitungan rationya,
terlihat bahwa nilai ratio tergolong rendah, terlebih di tahun
2020 yang hanta mencapai nilai 0,06%. Berarti perusahaan
hanya mampu menanggung 0,06% dari total hutang lancar
yang dimiliki.

2. Ratio Solvabilitas
a. Ratio Total Hutang Terhadap Total Asset
Rasio Hutang atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Debt Ratio
adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya. Rasio
Hutang ini dapat menunjukan proporsi hutang perusahaan terhadap
total aset yang dimilikinya. Para Investor dapat menggunakan
Rasio Hutang atau Debt Ratio ini untuk mengetahui berapa banyak
hutang yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan
asetnya. Kreditur juga dapat mengukur seberapa tinggi risiko yang
diberikan kepada suatu perusahaan. Semakin tinggi rasionya,
semakin besar pula risiko yang terkait dengan operasional
perusahaan. Sedangkan rasio utang yang rendah mengindikasikan
pembiayaan konservatif dengan kesempatan untuk meminjam di
masa depan tanpa risiko yang signifikan. Rendahnya Rasio Hutang
juga memiliki arti hanya sebagian kecil aset perusahaan yang
dibiayai dari Hutang. Rasio Hutang (Debt Ratio) hampir sama
dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas, hanya saja dihitung dalam
cara yang berbeda.

Debt Ratio = Total Hutang x 100%


Total Aktiva

Berdasarkan data tahun 2019, total hutang perusahaan sebesar


1.836.576.739 dan total aktiva sebesar 3.070.410.492. Sedangkan di
tahun 2020, total hutang perusahaan sebesar 1.531.819.965 dan total
aktiva sebesar 2.776.779.796. berdasarkan data diatas, maka
besarnya nilai dan analisis debt ratio sebagai berikut:

Debt ratio tahun 2019 = 1.836.576.739 x 100%


3.070.410.492
= 0,59%

Debt ratio tahun 2020 = 1.531.819.965 x 100%


2.776.779.796
= 0,55%

Interpretasi:
1. Rasio hutang yang dimiliki oleh perusahaan di tahun 2019,
menunjukkan nilai sebesar 0,59% dan di tahun 2020
menunjukkan nilai yang menurun, yaitu sebesar 0,02%. Dari
nilai di tahun 2019. Tentu dengan nilai persentase yang begitu
besar, dapat menjadi suatu ketakutan tersendiri, karena hampir
separuh dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan bersumber
dari hutang.
2. Pihak manajemen keuangan, tentu melakukan suatu
perencanaan yang tepat dan akurat, yang kemudian diputuskan
secara bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan, agar
perusahaan dapat memilih strategi di tahun 2020 dapat berjalan
dengan baik dan lancar, sehingga menghasilkan performa
perusahaan yang baik seperti saat ini.
3. Disisi perbankan sebagai pemberi kredit, jika kita melihat sisi
hutang jangka panjangnya, maka terlihat jumlah hutang jangka
panjang di tahun 2019 sangat dominan, yaitu sebesar
1.836.576.739, sedangkan di tahun 2020 menurun menjadi
1.531.819.965. jika kita mengukur dari ke akun ini, maka
nampak bahwa perusahaan memiliki fokus dimana salah
satunya yaitu mengurangi jumlah hutang-hutang yang dimiliki
perusahaan, terutamanya hutang bank jangka panjang. Dengan
adanya kebijakan ini, dimana kita sadari bahwa kondisi
ekonomi yang sedang berat, melunasi atau mengurangi hutang
merupakan suatu strategi yang bijak agar bunga terhadap bank
dapat digunakan kepada sumber-sumber yang dapat
menghasilkan lainnya.
b. Rasio Hutang Terhadap Modal
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio keuangan yang
tergolong kelompok rasio solvabilitas. Debt to Equity Ratio adalah
rasio yang menggunakan hutang dan modal untuk mengukur
besarnya rasio. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap
total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity
Ratio menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang
saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka
panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka
pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban
terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat
tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang
yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang
diterima perusahaan.
Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100%
Modal

Berdasarkan data tahun 2019, total hutang perusahaan sebesar


1.836.576.739 dan total modal sebesar 1.233.833.753. sedangkan di
tahun 2020, total hutang perusahaan sebesar 1.531.819.965 dan total
modal sebesar 1.244.955.791. berdasarkan data diatas, maka
besarnya nilai dan analisis debt ratio sebagai berikut:

Debt to Ratio tahun 2019 = 1.836.576.739 x 100%


1.233.833.753
= 1,48%

Debt to Ratio tahun 2020 = 1.531.819.965 x 100%


1.244.955.791.
= 1,23%
Interpretasi:
1. Debt to Equity Ratio (DER) dengan angka di atas 1.00,
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang
cukup besar dari modal (ekuitas) yang dimilikinya. Jika
total hutangnya lebih besar dari pada ekuitas, maka kita
harus melihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang
jangka panjang yang lebih besar :
2. Jika jumlah hutang lancar lebih besar dari pada hutang
jangka panjang, hal ini masih bisa diterima, karena
besarnya hutang lancar sering disebabkan oleh hutang
operasi yang bersifat jangka pendek.
3. Jika hutang jangka panjang yang lebih besar, maka
dikuatirkan perusahaan akan mengalami gangguan
likuiditas dimasa yang akan datang. Selain itu laba
perusahaan juga semakin tertekan akibat harus membiayai
bunga pinjaman tersebut.
4. Beberapa perusahaan yang memiliki DER di atas 1.00,
menggnggu pertumbuhan kinerja perusahaanya juga
menganggu pertumbuhan harga sahamnya. Karena
itu sebagian besar para investor menghindari perusahaan
yang memiliki angka DER lebih dari 2.
5. Kemudian jika dari perspektif besarnya hutang, maka dapat
dilihat diambil suatu warning dengan adanya hutang yang
besar, maka akan mempengaruhi dari terhadap laba yang
akan diperoleh perusahaan. Pengaruh terhadap laba bila
diasumsikan bahwa hutang dianggap sebagai suatu beban,
seperti hutang atau beban operasioanl, beban gaji, dan
berbagai beban lainnya yang berpengaruh secara langsung
terhadap pendapatan usaha.

c. Long Term To Equity Ratio


Long term to equity ratio merupakan bagian dari setiap rupiah
modal yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.

Long Term To Equity Ratio = Hutang JK Panjang x 100%


Modal

Pada tahun 2019, perusahaan memiliki hutang jangka panjang


sebesar 621.206.893 dan modal sebesar 1.233.833.753. sedangkan di
tahun 2020, perusahaan memiliki hutang jangka panjang sebesar
28.682.269 dan modal sebesar 1.244.955.791. berdasarkan data ini,
maka dapat kita peroleh nilai dan analisis long term to equity
rationya sebagai berikut:

Long Term To Equity Ratio tahun 2019 = 621.206.893 x100%


1.233.833.753
= 0,50%

Long Term To Equity Ratio tahun 2020 = 28.682.269 x100%


1.244.955.791
= 0,15%

d. Tangible Assets Debt Coverage


Tangible assets debt coverage merupakanbesarnyaaktivatetap.
Tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang
setiap rupiahnya.

TADC = Tangible Assets – HutangLancar x 100 %


Hutang JK Panjang

Di tahun 2019 perusahaan memiliki tangible assets sebesar


3.584.110.891, hutang lancar sebesar 1.215.369.846 dan hutang
jangka panjang sebesar 621.206.893. Sedangkan di tahun 2020,
perusahaan memiliki tangible assets sebesar 3.741.978.913, hutang
lancar sebesar 1.033.137.696. dan hutang jangka panjang sebesar
528.682.269. berdasarkan data ini, maka dapat kita peroleh nilai dan
analisis tangible assets debt coveragenya sebagai berikut:

TADC ditahun 2019 = (3.584.110.891 – 1.215.369.846) x


100%
621.206.893
= 3,81%

TADC ditahun 2020 = (3.741.978.913– 1.033.137.696) x100%


528.682.269
= 5,12%
e. Times Interst Earned
Times interst earned merupakan besarnya jaminan keuntungan
untuk membayar bunga utang jangka panjang.

Times Interst Earned = Ebit x 100%


Beban Bunga

Di tahun 2019, perusahaan memiliki laba sebelum beban pajak


penghasilan atau Ebit sebesar 91.686.860 dan beban bunga sebesar
3.096.820. sedangkan di tahun 2020, perusahaan memiliki laba
sebelum beban pajak penghasilan atau Ebit sebesar 78.501.405 dan
beban bunga sebesar 2.260.030. berdasarkan data ini, maka dapat
kita peroleh nilai dan analisis times interstearnednya sebagai
berikut:

Times Interst Earned tahun 2019 = Ebit x 100%


Beban Bunga
= 91.686.860
3.096.820
= 29,60%
Times Interst Earned tahun 2020 = Ebit x 100%
Beban Bunga
= 78.501.405
2.260.030
= 34,73%
SIMPULAN
Dalam keseluruhan, perusahaan memiliki kinerja likuiditas yang baik dengan
current ratio dan quick ratio yang tinggi. Namun, cash ratio yang rendah
menunjukkan keterbatasan dalam melunasi hutang dengan kas yang dimiliki.
Perusahaan juga memiliki rasio solvabilitas yang sebagian besar asetnya dibiayai
oleh hutang, tetapi masih dalam batas yang dapat diterima. Penting bagi
manajemen perusahaan untuk terus memantau dan mengelola likuiditas dan
solvabilitasnya guna memastikan kelangsungan keuangan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai