PENDAHULUAN
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat penting bagi
perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan
utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan
mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
penilaian kinerja keuangan dapat pula digunakan dan dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan.
Media yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan. Definisikan laporan keuangan merupakan tiga ringkasan dari
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 1
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
c. Quick Ratio
Quick Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar kewajiban atau hutang lancar terhadap aktiva lancar tanpa harus
memperhitungkan nilai persediaan. Menurut Kasmir (2018:138) rata-rata industri
untuk Rasio Cepat adalah 150%.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2018:151), rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
Rasio solvabilitas dapat diukur dengan dua rasio yaitu :
a. Debt To Equity Ratio
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Menurut Kasmir (2018:157) rata-rata industri untuk DAR adalah
35%.
b. Debt to Total Asset Ratio
Menunjukkan hubungan dari jumlah hutang jangka panjang terhadap
jumlah modal itu sendiri yang diberikan kepada pemilik perusahaan, bertujuan
untuk mengetahui jumlah data yang disediakan kreditor ke pemilik perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:159) rata-rata industri untuk DER adalah 81%.
3. Rasio Rentabilitas
a. Profit Margin Ratio
Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya makan akan semakin baik
dianggap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah culup tinggi.
b. Return On Investment Ratio
Return On Investment Ratio atau ROI digunakan untuk mengukur
kemampuan dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan untuk
menghasilkan keuntungan bersih
c. Return On Equity Ratio
Rasio ini adalah perbandingan perbandingan keuntungan bersih sesuai pajak
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:205) rata-rata industri untuk ROE adalah 40%.
4. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (2018:172), rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
Perhitungan ini sebagai acuan investor atau pemegang saham dalam mengukur
tingkat keuntungan investasi yang ditanamkan dalam perusahaan.
d. Return on Net Worth
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri yang
diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut V. Wiranta Sujarweni (2017:6) menyebutkan bahwa:
“Analisis laporan keuangan adalah suatu proses dalam rangka membantu
menganalisis atau mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan, hasil operasi
perusahaan masa lalu dan masa depan.”
Menurut Mamdum Hanafi dan Abdul Halim (2016:5), menyebutkan bahwa
:
“Analisis laporan keuangan yaitu analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat resikoh atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.”
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah gambaran tentang neraca atau laporan posisi
keuangan, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal dari suatu perusahaan
yang terjadi pada saat tertentu. Laporan keuangan ini diperlukan oleh investor,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah dan masyarakat sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan
dalam rangka mengakomodasikan kepentingan masing-masing. Laporan keuangan
biasa dibuat oleh perusahan pada akhir periode atau pada akhir tahun buku. Laporan
keuangan dapat dibuat secara bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan. Namun
untuk kepentingan pihak eksternal laporan keuangan dibuat secara tahunan.
Menurut Toto Prihadi (2019:4), analisis laporan keuangan memerlukan
bahan baku berupa laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut, kemudian
dihitung rasio keuangan.
Menurut Lubis (2017:20), laporan keuangan adalah :
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan yang merupakan suatu
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.”
Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2016:86), menyebutkan bahwa kinerja keuangan adalah
gambaran pencapaian pelaksanaan atau program atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu organisasi. Menurut Rudianto
(2013:189) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan
dalam menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mendapatkan hasil yang maksimal atau hasil yang telah dicapai oleh manajemen
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan referensi bagi penulis yang
akan melakukan penelitian. Menurut Bella (2020), Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan studi
deskriptif, yaitu dengan menganalisis data berupa angka dengan cara melakukan
perhitungan, kemudian mengaplikasikannya dengan menggunakan metode time
series analysis dan mendeskripsikan hasil perhitungan tersebut dengan dibantu
catatan atas laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan.
Rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio
aktivitas.Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk dari tahun 2016 sampai
dengan 2018. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Hasil
perhitungan rasio likuiditas adalah perusahaan mampu memenuhi kewajiban
keuangannya yang berjangka pendek.Hasil perhitungan rasio solvabilitas adalah
tidak baik dikarenakan jumlah hutang lebih besar dari pada modal.Hasil
perhitungan rasio profitabilitas perusahaan telah mampu dalam meningkatkan laba
perusahaan namun pada ROI dan ROE perusahaan belum cukup mampu
menghasilkan laba.Hasil perhitungan rasio aktivitas adalah perusahaan kurang
efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan.
Menurut Desi Susilawati et al (2018), Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur independensi pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah di
Kabupaten Sleman dengan menilai kinerja keuangan Badan Keuangan dan Aset
Daerah (BKAD) berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) selama 5 tahun
dari 2012-2016 dengan cara menganalisis rasio kemandirian keuangan regional,
rasio efisiensi pembelian, analisis varian, tingkat desentralisasi, rasio
ketergantungan keuangan regional, dan rasio cakupan layanan utang (DSC).
Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif Kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan kemandirian pemerintah daerah
dianggap belum cukup independen, tetapi tingkat efisiensi pengelolaan keuangan
dinilai efisien. Tingkat desentralisasi fiskal Kabupaten Sleman dianggap cukup
karena realisasi pendapatan PAD sangat efektif, namun tingkat ketergantungan
keuangan daerah terhadap pemerintah pusat dianggap sangat tinggi. Salah satu
faktornya adalah karena kurangnya kontribusi dari Pajak Bumi dan Bangunan
Pendapatan ke PAD. Situasi ini disebabkan oleh pendapatan Pajak Bumi dan
Bangunan yang tidak efektif. Rasio partumbuhan menunjukkan bahwa kemampuan
Pemerintah Kabupaten Sleman dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan berfluktuasi.
Menurut Sari et al (2020), Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, komite audit, leverage dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 36 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2015-2018. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang dilakukan
dengan mengumpulkan data, menyajikan data dan menganalisa data sehingga dapat
memberi gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Melalui pendekatan
penelitian, membantu peneliti untuk fokus dalam melakukan penelitian dan dapat
meningkatkan kualitas penelitian sehingga dapat menghemeat waktu dalam
melakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan di PT. BJM yang belokasi di Jakarta. Waktu
peneltian dilakukan setelah proposal disetujui. Pengumpulan data dan penelitian
diperkirakan memerlukan waktu 5 bulan yaitu sejak bulan Januari 2022 sampai
dengan Mei 2022.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode survey, yaitu
pengumpulan data dan studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan laporan keuangan komersial dan
laporan keuangan fiskal baik pernyataan-pernyataan, peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen, artikel maupun literatur lainnya yang dapat
membantu peneliti dalam melakukan pemecahan masalah. Data yang telah
didapatkan oleh peneliti kemudian disusun secara sistematis untuk memperoleh
pemahaman lebih lanjut mengenai konsep teori yang berkaitan dengan permasalan
yang akan dibahas oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan dalam suatu
periode apakah mencapai target yang telat ditetapkan. Metode yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
rentabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Rasio Likuiditas
Current Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan current ratio :
Aset lancar
Currenct Ratio = x 100%
Hutang lancar
Berdasarkan hasil perhitungan di tahun 2018 sebesar 6,18 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 6,18 aktiva lancar.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 2,41 kali, artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,99 aktiva lancar, hal ini disebabkan oleh
penurunan aktiva lancar yaitu penurunan pada kas dan setara kas sebesar 1,17%,
piutang dagang sebesar 0,60%, persediaan sebesar 0,32%, dan biaya dibayar
dimuka sebesar 0,62% dan disebabkan oleh penurunan hutang lancar yaitu
penurunan hhutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 0,39%.
Pada tahun 2020 mengalami kenaikan 2,66 kali artinya setiap Rp.1 hutang
lancar dijamin oleh 2,66 aktiva lancar, hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktiva
lancar yaitu pada kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%,
persediaan sebesar 0,80%, biaya dibayar dimuka sebesar 1,55% dan disebabkan
oleh menigkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak
sebesar 0,38%, dan biaya yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 3,22 kali aktiva lancar
artinya setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 3,22 aktiva lancar, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu pada kas dan setara kas sebesar 0,82%,
piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar dimuka
sebesar 2,13% dan disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha
sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43%, biaya yang masih harus dibayar
sebesar 5,45%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata current ratio sebesar 3,62 kali. Menurut
Kasmir (2018:143) jika dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 2 kali maka
keadaan perusahaan baik karena di atas rata-rata industri.
Cash Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan cash ratio :
Kas + setara kas
Cash Ratio = x 100%
Hutang lancar
Sumber : Sari et al
Tabel 4.2 Perhitungan Cash Ratio PT. BJM
Tahun Kas + setara kas Hutang lancar Cash Ratio
2018 6.573.047.205 2.065.426.700 3,18 kali
2019 5.630.795.827 8.362.605.582 0,67 kali
2020 3.597.182.353 8.139.681.986 0,44 kali
2021 4.399.419.652 7.465.799.305 0,59 kali
Rata-rata 1,22 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan di tahun 2018 sebesar 3,18 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 3,18 kas dan setara kas.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 0,67 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,67 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kas dan setara kas sebesar 1,17% dan disebabkan menurunnya
hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 7,72%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi 0,44 kali artinya setiap Rp.1 hutang
lancar dijamin oleh 0,44 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kas dan setara kas sebesar 1,57% dan disebabkan meningkatnya hutang lancar yaitu
hutang usaha sebesar 1,31%, menurunnya hutang pajak sebesar 0,38% dan biaya
yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,59 kali artinya setiap Rp.1
hutang lancar dijamin oleh 0,59 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
menurunnya kas dan setara kas sebesar 0,82% dan menurunnya hutang lancar yaitu
hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43% dan biaya yang masih
harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata cash ratio sebesar 1,22 kali atau 122%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 50%
kali. Maka rasio yang dihasilkan cukup tinggi sehingga Cash Ratio dinilai kurang
baik. Karena banyak kas yang menganggur dan tidak/belum digunakan secara
optimal.
Quick Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan quick ratio :
Aset lancar - persediaan
Quick Ratio = x 100%
Hutang lancar
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 1,27 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,27 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kas dan setara kas sebesar 1,17%, piutang sebesar
0,60%, biaya dibayar dimuka sebesar 0,67% dan hutang lancar yang meningkat
yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 0,08%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 1,20 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,20 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%,
piutang usaha sebesar 0,63%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,09% dan disebabkan
juga meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak
sebesar 0,38% dan biaya yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 1,17 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,17 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%,
piutang usaha sebesar 1,30%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,13% dan disebabkan
juga meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak
sebesar 0,43%, biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata quick ratio sebesar 2,08 kali. Jika
dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 1,5 kali.
Maka rasio yang dihasilkan berada diatas rata-rata industri sehingga Quick Ratio
dinilai cukup baik. Semakin tinggi rasio maka semakin banyak sumber jangka
panjang yang tertanam dalam aktiva lancar sehingga semakin likuid.
Rasio Solvabilitas
Debt To Total Asset Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to total asset ratio :
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,06 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,06 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesar 1,39% dan juga disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar
0,69%, harga pokok penjualan sebesar 0,66%, laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,05 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,05 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesar 0,77% dan juga disebabkan karena menurunnya penjualan sebesar
0,64%, harga pokok penjualan sebesar 0,63%, dan laba sebelum pajak sebesar
0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,03 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,03 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesa 0,56% dan juga disebabkan karena menurunnya penjualan sebesar
0,41%, harga pokok penjualan sebesar 0,39%, dan laba sebelum pajak sebesar
0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, profit margin ratio mengalami penurunan setiap
tahunnya. Hasil penghitungan dinilai baik karena penjualan yang meningkat dan
menghasilkan laba yang cukup baik.
Return On Investment Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan return on investment ratio :
Laba bersih
ROI = x 100%
Total aktiva
persediaan sebesar 0,32%, aktiva tetap sebesar 0,81% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,07 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,07 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,77% dan juga disebabkan karena meningkatnya
total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%,
persediaan sebesar 0,80%, aktiva tetap sebesar 0,85% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,12 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,12 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,56% dan juga disebabkan karena meningkatnya
total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%,
persediaan sebesar 0,78%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata return on investment ratio sebesar 0,09
kali atau 9%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 30%. Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga ROI dinilai kurang baik.
Return On Equity Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan return on equity ratio :
Laba bersih
ROE = x 100%
Modal
Pada tahun 2020 meningkat menjadi 0,21 kali artinya setiap Rp.1 modal
dijamin oleh 0,21 laba bersih, hal ini disebabkan karena menurunnya penjualan
sebesar 0,64%, harga pokok penjualan sebesar 0,63%, dan laba sebelum pajak
sebesar 0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 0,38 kali artinya setiap
Rp.1 modal dijamin oleh 0,38 laba bersih, hal ini disebabkan karena menurunnya
penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan sebesar 0,39%, dan laba sebelum
pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata return on equity ratio sebesar 0,19 kali
atau 19%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 40%. Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga ROE dinilai kurang baik.
Rasio Aktifitas
Receivable Turnover
Berikut ini adalah hasil perhitungan receivable turnover :
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi sebesar 21,60 kali artinya
setiap Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 21,60 penjualan bersih, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan
sebesar 0,39% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata receivable turnover mengalami kenaikan
dan penurunan. Hasil penghitungan dinilai baik karena efektivitas perputaran
piutang cepat sehingga penjualan perusahaan semakin efisien.
Inventory Turnover
Berikut ini adalah hasil perhitungan inventory turnover :
Inventory Penjualan
= x 100%
Turnover Persediaan
19
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin
Berikut ini adalah hasil perhitungan net profit margin :
20
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
22
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
banyak kas yang menganggur dan belum digunakan secara optimal. Quick
ratio dinilai cukup baik karena kemampuan perusahaan untuk emlunasi
hutang lancar dengan aktiva lancar setelah dikurang persediaan dalam
kondisi baik.
2. Raiso Solvabilitas PT.BJM menggunakan debt to total aset ratio dan debt
to equity ratio. Debt to total aset ratio dinilai cukup baik karena berada di
bawah rata-rata industri sehingga pendanaan utang tidak besar, hal ini
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Debt to equity ratio dinilai
cukup baik sehingga perusahaan semakin menguntungkan karena semakin
besar pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik.
3. Rasio Rentabilitas PT. BJM menggunakan profit margin ratio, return on
investment ratio, return on equity ratio. Profit margin ratio dinilai cukup
baik, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pendapatan dan dihasilkan
laba yang cukup baik. Return on investment ratio yang dihasilkan masih
berada di bawah rata-rata industri sehingga ROI dinilai kurang baik. Return
on equity ratio yang dihasilkan masih berada di bawah rata-rata industri
sehingga ROE dinilai kurang baik.
4. Rasio Aktifitas PT. BJM menggunakan receivable turnover, inventory
turnover, total aset turnover. Receivable turnover dinilai baik karena
efektivitas perputaran piutang cepat sehingga penjualan perusahaan
semakin efisien. Inventory turnover masih berada di bawah standar industri
sehingga perputaran persediaan dinilai kurang baik. Total aset turnover
masih berada di bawah standar industri sehingga perputaran total aset dinilai
kurang baik. Karena perusahaan belum memaksimalkan aktiva yang
dimiliki dan mengurangi aktiva yang kurang produktif.
5. Rasio Profitabilitas menggunakan net profit margin, operating income
ratio, earning power of total investment, return on net worth. Net profit
margin masih berada di bawah rata-rata industri sehingga NPM dinilai
kurang baik. Operating income ratio dinilai kurang baik karena menurun
setiap tahunnya. Earning power of total investment dinilai baik karena rasio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva untuk memberikan
return atas laba sebelum pajak. Return on net worth dinilai baik karena rasio
ini digunakan untuk mengukur return atas modal sendiri.
Keterbatasan
Indonesia saat ini masih dalam pemulihan pasca pandemic Covid-19.
Banyak perusahaan yang masih menerapkan pekerjaan secara mobile dan work
from home dan sejak awal pandemic PT. BJM menerapkan work from home dan
masih berlangsung hingga saat ini, hal ini yang menjadi keterbatasan penulis dalam
memperoleh data pada perusahaan.
Daftar Pustaka
Alcianno G. Gani. (2020). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Pada Pt Unilever Indonesia Tbk Periode 2012-2016. Jurnal
Mitra Manajemen, 11 (1).
24
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/39
8
Dwiningwarni, S. S., & Jayanti, R. D. (2019). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Koperasi Serba Usaha. J-MACC : Journal of
Management and Accounting, 2(2), 125–142. https://doi.org/10.52166/j-
macc.v2i2.1659
Erica. (2017). Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan
PT Semen Indonesia Tbk (Persero). Jurnal Perspektif, Vol. XV No. 2, Hal.
89-94
Fahmi, I. (2016). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta
Fajrin, P. H., & Laily, N. (2016). Analisis Profitabilitas dan Likuiditas terhadap
Kinerja Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen.
Hanafi, Mamduh M, dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan Caps
(Center For Academic Publishing Service), Yogyakarta
Irham Fahmi. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pres
Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Edisi kesatu, cetakan kedelapan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2018. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta. Rajawali Pers.
Lubis, R. H. (2017). Pengantar Akuntansi Jasa. Yogyakarta: Gava Media
Novriansyah, ShintaOktarina, & Fujiansyah, D. (2020). Analisis Laporan
Keuangan Dengan Menggunakan Metode Camel Untuk Menilai Kesehatan
Bank Konvensional Bumn (Bri, Mandiri Dan Bni46) Pada Bursa Efek
Indonesia (Bei) Tahun 2015 Novriansyah. Jurnal Ekonomia, 10(1), 53–65.
https://www.ejournal.lembahdempo.ac.id/index.php/STIE-
JE/article/view/91
Putri, Q. J., Damanik, E. O. P., & Purba, F. (2022). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Kimia Farma ( Persero )
Tbk Periode 2016-2020 (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :
KEP-100 / MBU / 2002). 10(2), 567–580.
Pramono, J. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmiah Among Makarti, 7, 83–112.
Prihadi, Toto (2019). Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Rachma Agusti, R., & Sanawiri, B. (2019). Corporate Governance Dan Perilaku
Tax Compliance Pada Usaha Kecil Dan Menengah. Profit, 13(02), 65–71.
ttps://doi.org/10.21776/ub.profit.2019.013.02.7
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29
25
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM
26
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28