Anda di halaman 1dari 26

Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan

Pada PT. BJM

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN


KINERJA DAN KESEHATAN KEUANGAN PADA PT. BJM

1st Dita Asri Hastuti


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Jakarta, Indonesia
ditaasri18@gmail.com

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap kinerja


dan kesehatan keuangan PT. BJM pada tahun 2018 sampai 2021. Dengan cara
menganilisis laporan keuangannya yaitu menggunakan perhitungan rasio
likuiditas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio
profitabilitas. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
kondisi keuangan PT. BJM dalam 4 tahun terakhir (2018-2021) dapat dinilai baik
dan sehat, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, aktivitas dan profitabilitas yang dinilai baik. Walaupun di atas tahun
2018, secara perhitungan rasio-rasio keuangan banyak mengalami penurunan
tetapi semua masih kategori aman.

Kata Kunci : analisis rasio keuangan, tingkat kinerja keuangan perusahaan

PENDAHULUAN
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat penting bagi
perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan
utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan
mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
penilaian kinerja keuangan dapat pula digunakan dan dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan.
Media yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan. Definisikan laporan keuangan merupakan tiga ringkasan dari
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 1
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi


keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Kondisi keuangan
suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi serta laporan keuangan
lainnya. Analisis laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting mengingat
banyak pihak yang membutuhkan adanya analisis tersebut untuk pengambilan
keputusan..
LANDASAN TEORI
Pengertian Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2015:104), kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan
dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan.
Menurut Fahmi (2016:51) manfaat dari rasio keuangan yaitu untuk
dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan, bermanfaat bagi
pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan, dapat dijadikan
sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif
keuangan, bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko
yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran
bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Asnaini ( 2015 : 49 ), jenis-jenis rasio adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
menyelenggarakan proses produksi perusahaan. Pengukuran rasio likuiditas dengan
menggunakan rumus terdiri dari :
a. Current Ratio
Rasio yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio
lancar yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan.
Current ratio diperoleh dengan jalan membagi asset lancar dengan utang lancar.
Menurut Kasmir (2018:135) rata-rata industri untuk Rasio Lancar adalah 200%.
b. Cash Ratio
Rasio kas atau Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang
kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas seperti rekening giro atau tabungan
di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka
pendeknya. Menurut Kasmir (2018:140) rata-rata industri untuk Rasio Kas adalah
50%.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 2


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

c. Quick Ratio
Quick Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar kewajiban atau hutang lancar terhadap aktiva lancar tanpa harus
memperhitungkan nilai persediaan. Menurut Kasmir (2018:138) rata-rata industri
untuk Rasio Cepat adalah 150%.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2018:151), rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
Rasio solvabilitas dapat diukur dengan dua rasio yaitu :
a. Debt To Equity Ratio
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Menurut Kasmir (2018:157) rata-rata industri untuk DAR adalah
35%.
b. Debt to Total Asset Ratio
Menunjukkan hubungan dari jumlah hutang jangka panjang terhadap
jumlah modal itu sendiri yang diberikan kepada pemilik perusahaan, bertujuan
untuk mengetahui jumlah data yang disediakan kreditor ke pemilik perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:159) rata-rata industri untuk DER adalah 81%.
3. Rasio Rentabilitas
a. Profit Margin Ratio
Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya makan akan semakin baik
dianggap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah culup tinggi.
b. Return On Investment Ratio
Return On Investment Ratio atau ROI digunakan untuk mengukur
kemampuan dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan untuk
menghasilkan keuntungan bersih
c. Return On Equity Ratio
Rasio ini adalah perbandingan perbandingan keuntungan bersih sesuai pajak
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:205) rata-rata industri untuk ROE adalah 40%.
4. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (2018:172), rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 3


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola asset-


assetnya. Rasio aktivitas terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Receivable Turnover
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan data yang berputar
dalam satu periode.
b. Inventory Turnover
Rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas dari inventori dan terdensi
untuk adanya overstock. Menurut Kasmir (2018:135) rata-rata industri untuk
Perputaran Persediaan adalah 20 kali.
c. Total Asset Turnover
Digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan dari
modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan penjualan. Menurut (Hanafi dan
Halim (2018:78) rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:186) rata-rata industri untuk Perputaran Total Aset adalah
2 kali.
5. Rasio Profitabilitas
Menurut Munawir (2014:240), “menjelaskan pula bahwa Profitabilitas
adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan.” Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki, Tujuan rasio laba adalah mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan berdasarkan nilai penjualan, aktiva, dan modal. Dengan
menggunakan rasio ini Anda dapat mengetahui kelangsungan hidup
perusahaan (going concern). Terdapat lima ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur rasio profitabilitas, yaitu :
a. Net Profit Margin
Rasio yang digunakan untuk mengukur persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Margin laba
bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah
bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Menurut Kasmir (2018:201) rata-
rata industry untuk Net Profit Margin adalah 20%.
b. Operating Income Ratio
Perhitungan ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
c. Earning Power of Total Investment
Rasio yang digunakan untuk Mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal yang dimiliki dan diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 42


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Perhitungan ini sebagai acuan investor atau pemegang saham dalam mengukur
tingkat keuntungan investasi yang ditanamkan dalam perusahaan.
d. Return on Net Worth
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri yang
diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut V. Wiranta Sujarweni (2017:6) menyebutkan bahwa:
“Analisis laporan keuangan adalah suatu proses dalam rangka membantu
menganalisis atau mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan, hasil operasi
perusahaan masa lalu dan masa depan.”
Menurut Mamdum Hanafi dan Abdul Halim (2016:5), menyebutkan bahwa
:
“Analisis laporan keuangan yaitu analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat resikoh atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.”
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah gambaran tentang neraca atau laporan posisi
keuangan, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal dari suatu perusahaan
yang terjadi pada saat tertentu. Laporan keuangan ini diperlukan oleh investor,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah dan masyarakat sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan
dalam rangka mengakomodasikan kepentingan masing-masing. Laporan keuangan
biasa dibuat oleh perusahan pada akhir periode atau pada akhir tahun buku. Laporan
keuangan dapat dibuat secara bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan. Namun
untuk kepentingan pihak eksternal laporan keuangan dibuat secara tahunan.
Menurut Toto Prihadi (2019:4), analisis laporan keuangan memerlukan
bahan baku berupa laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut, kemudian
dihitung rasio keuangan.
Menurut Lubis (2017:20), laporan keuangan adalah :
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan yang merupakan suatu
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.”
Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2016:86), menyebutkan bahwa kinerja keuangan adalah
gambaran pencapaian pelaksanaan atau program atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu organisasi. Menurut Rudianto
(2013:189) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan
dalam menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mendapatkan hasil yang maksimal atau hasil yang telah dicapai oleh manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 53


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif


selama periode tertentu.
Tujuan Kinerja Keuangan
Menurut Restia Yuasita (2018:18) tujuan dari kinerja keuangan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi
baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Untuk mengukur tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan
secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan.
Manfaat Kinerja Keuangan
Menurut Rainer (2017:19) manfaat kinerja keuangan adalah:
1. Untuk mengukur prestasi yang diraih oleh organisasi dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
2. Untuk melihat kinerja suatu organisasi secara menyeluruh.
3. Untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan
secara menyeluruh.
4. Menurut Fajrin & Laily (2016:5) manfaat dari penilaian kinerja bagi
manajemen adalah untuk:
5. Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
6. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
7. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria promosi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
8. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
9. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 26


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan referensi bagi penulis yang
akan melakukan penelitian. Menurut Bella (2020), Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan studi
deskriptif, yaitu dengan menganalisis data berupa angka dengan cara melakukan
perhitungan, kemudian mengaplikasikannya dengan menggunakan metode time
series analysis dan mendeskripsikan hasil perhitungan tersebut dengan dibantu
catatan atas laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan.
Rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio
aktivitas.Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk dari tahun 2016 sampai
dengan 2018. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Hasil
perhitungan rasio likuiditas adalah perusahaan mampu memenuhi kewajiban
keuangannya yang berjangka pendek.Hasil perhitungan rasio solvabilitas adalah
tidak baik dikarenakan jumlah hutang lebih besar dari pada modal.Hasil
perhitungan rasio profitabilitas perusahaan telah mampu dalam meningkatkan laba
perusahaan namun pada ROI dan ROE perusahaan belum cukup mampu
menghasilkan laba.Hasil perhitungan rasio aktivitas adalah perusahaan kurang
efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan.
Menurut Desi Susilawati et al (2018), Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur independensi pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah di
Kabupaten Sleman dengan menilai kinerja keuangan Badan Keuangan dan Aset
Daerah (BKAD) berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) selama 5 tahun
dari 2012-2016 dengan cara menganalisis rasio kemandirian keuangan regional,
rasio efisiensi pembelian, analisis varian, tingkat desentralisasi, rasio
ketergantungan keuangan regional, dan rasio cakupan layanan utang (DSC).
Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif Kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan kemandirian pemerintah daerah
dianggap belum cukup independen, tetapi tingkat efisiensi pengelolaan keuangan
dinilai efisien. Tingkat desentralisasi fiskal Kabupaten Sleman dianggap cukup
karena realisasi pendapatan PAD sangat efektif, namun tingkat ketergantungan
keuangan daerah terhadap pemerintah pusat dianggap sangat tinggi. Salah satu
faktornya adalah karena kurangnya kontribusi dari Pajak Bumi dan Bangunan
Pendapatan ke PAD. Situasi ini disebabkan oleh pendapatan Pajak Bumi dan
Bangunan yang tidak efektif. Rasio partumbuhan menunjukkan bahwa kemampuan
Pemerintah Kabupaten Sleman dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan berfluktuasi.
Menurut Sari et al (2020), Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, komite audit, leverage dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 36 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2015-2018. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 37


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa


kepemilikan manajerial, komite audit dan leverage berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan pokok dalam penelitian dimana konsep
teoritis akan berubah kedalam definisi operasional yang dapat menggambarkan
rangkaian variabel yang akan diteliti. Analisis yang dilakukan terhadap laporan
keuangan yang akan mengarah kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi
keuangan perusahaan. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat hasil untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya di dalam
mengelola usahanya.
Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan diatas, maka kerangka pemikir
penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang dilakukan
dengan mengumpulkan data, menyajikan data dan menganalisa data sehingga dapat

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 82


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

memberi gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Melalui pendekatan
penelitian, membantu peneliti untuk fokus dalam melakukan penelitian dan dapat
meningkatkan kualitas penelitian sehingga dapat menghemeat waktu dalam
melakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan di PT. BJM yang belokasi di Jakarta. Waktu
peneltian dilakukan setelah proposal disetujui. Pengumpulan data dan penelitian
diperkirakan memerlukan waktu 5 bulan yaitu sejak bulan Januari 2022 sampai
dengan Mei 2022.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode survey, yaitu
pengumpulan data dan studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan laporan keuangan komersial dan
laporan keuangan fiskal baik pernyataan-pernyataan, peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen, artikel maupun literatur lainnya yang dapat
membantu peneliti dalam melakukan pemecahan masalah. Data yang telah
didapatkan oleh peneliti kemudian disusun secara sistematis untuk memperoleh
pemahaman lebih lanjut mengenai konsep teori yang berkaitan dengan permasalan
yang akan dibahas oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan dalam suatu
periode apakah mencapai target yang telat ditetapkan. Metode yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
rentabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Rasio Likuiditas
Current Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan current ratio :
Aset lancar
Currenct Ratio = x 100%
Hutang lancar

Tabel 4.1 Perhitungan Current Ratio PT. BJM


Tahun Aset lancar Hutang lancar Currenct Ratio
2018 12.756.290.796 2.065.426.700 6,18 kali
2019 20.179.674.122 8.362.605.582 2,41 kali
2020 21.651.981.085 8.139.681.986 2,66 kali
2021 24.011.386.841 7.465.799.305 3,22 kali
Rata-rata 3,62 kali
Sumber : Olahan penulis

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 39


Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Berdasarkan hasil perhitungan di tahun 2018 sebesar 6,18 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 6,18 aktiva lancar.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 2,41 kali, artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,99 aktiva lancar, hal ini disebabkan oleh
penurunan aktiva lancar yaitu penurunan pada kas dan setara kas sebesar 1,17%,
piutang dagang sebesar 0,60%, persediaan sebesar 0,32%, dan biaya dibayar
dimuka sebesar 0,62% dan disebabkan oleh penurunan hutang lancar yaitu
penurunan hhutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 0,39%.
Pada tahun 2020 mengalami kenaikan 2,66 kali artinya setiap Rp.1 hutang
lancar dijamin oleh 2,66 aktiva lancar, hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktiva
lancar yaitu pada kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%,
persediaan sebesar 0,80%, biaya dibayar dimuka sebesar 1,55% dan disebabkan
oleh menigkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak
sebesar 0,38%, dan biaya yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 3,22 kali aktiva lancar
artinya setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 3,22 aktiva lancar, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu pada kas dan setara kas sebesar 0,82%,
piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar dimuka
sebesar 2,13% dan disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha
sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43%, biaya yang masih harus dibayar
sebesar 5,45%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata current ratio sebesar 3,62 kali. Menurut
Kasmir (2018:143) jika dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 2 kali maka
keadaan perusahaan baik karena di atas rata-rata industri.
Cash Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan cash ratio :
Kas + setara kas
Cash Ratio = x 100%
Hutang lancar
Sumber : Sari et al
Tabel 4.2 Perhitungan Cash Ratio PT. BJM
Tahun Kas + setara kas Hutang lancar Cash Ratio
2018 6.573.047.205 2.065.426.700 3,18 kali
2019 5.630.795.827 8.362.605.582 0,67 kali
2020 3.597.182.353 8.139.681.986 0,44 kali
2021 4.399.419.652 7.465.799.305 0,59 kali
Rata-rata 1,22 kali
Sumber : Olahan penulis

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 10


2
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Berdasarkan hasil perhitungan di tahun 2018 sebesar 3,18 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 3,18 kas dan setara kas.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 0,67 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,67 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kas dan setara kas sebesar 1,17% dan disebabkan menurunnya
hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 7,72%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi 0,44 kali artinya setiap Rp.1 hutang
lancar dijamin oleh 0,44 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kas dan setara kas sebesar 1,57% dan disebabkan meningkatnya hutang lancar yaitu
hutang usaha sebesar 1,31%, menurunnya hutang pajak sebesar 0,38% dan biaya
yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,59 kali artinya setiap Rp.1
hutang lancar dijamin oleh 0,59 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
menurunnya kas dan setara kas sebesar 0,82% dan menurunnya hutang lancar yaitu
hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43% dan biaya yang masih
harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata cash ratio sebesar 1,22 kali atau 122%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 50%
kali. Maka rasio yang dihasilkan cukup tinggi sehingga Cash Ratio dinilai kurang
baik. Karena banyak kas yang menganggur dan tidak/belum digunakan secara
optimal.
Quick Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan quick ratio :
Aset lancar - persediaan
Quick Ratio = x 100%
Hutang lancar

Tabel 4.3 Perhitungan Quick Ratio PT. BJM


Tahun Aset lancar Persediaan Hutang lancar Quick Ratio
2018 12.756.290.796 3.055.224.419 2.065.426.700 4,70 kali
2019 20.179.674.122 9.547.222.121 8.362.605.582 1,27 kali
2020 21.651.981.085 11.891.401.440 8.139.681.986 1,20 kali
2021 24.011.386.841 15.287.392.990 7.465.799.305 1,17 kali
Rata-rata 2,08 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2018 sebesar 4,70 kali artinya
setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 4,70 aktiva lancar tanpa persediaan.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 11


3
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 1,27 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,27 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kas dan setara kas sebesar 1,17%, piutang sebesar
0,60%, biaya dibayar dimuka sebesar 0,67% dan hutang lancar yang meningkat
yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 0,08%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 1,20 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,20 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%,
piutang usaha sebesar 0,63%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,09% dan disebabkan
juga meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak
sebesar 0,38% dan biaya yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 1,17 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 1,17 aktiva lancar tanpa persediaan, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%,
piutang usaha sebesar 1,30%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,13% dan disebabkan
juga meningkatnya hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak
sebesar 0,43%, biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata quick ratio sebesar 2,08 kali. Jika
dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 1,5 kali.
Maka rasio yang dihasilkan berada diatas rata-rata industri sehingga Quick Ratio
dinilai cukup baik. Semakin tinggi rasio maka semakin banyak sumber jangka
panjang yang tertanam dalam aktiva lancar sehingga semakin likuid.
Rasio Solvabilitas
Debt To Total Asset Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to total asset ratio :

Debt to Total Asset Total hutang


= x 100%
Ratio Total aktiva

Tabel 4.4 Perhitungan debt to total asset ratio PT. BJM


Tahun Total hutang Total aktiva Debt to Total Asset Ratio
2018 2.065.426.700 13.818.653.234 0,15 kali
2019 8.362.605.582 21.374.611.819 0,39 kali
2020 8.139.681.986 22.795.675.641 0,36 kali
2021 7.465.799.305 25.043.649.101 0,30 kali
Rata-rata 0,30 kali
Sumber : Olahan penulis

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 12


2
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Berdasarkan hasil perhitungan, di tahun 2018 sebanyak 0,15 kali artinya


setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,15 total hutang.
Pada tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 0,39 kali artinya setiap Rp.1
total aktiva dijamin oleh 0,39 total hutang, hal ini disebabkan oleh meningkatnya
total hutang yaitu hutang usaha sebesar 0,33% , hutang pajak sebesar 0,08% dan
disebabkan juga karena meningkatnya total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar
1,17%, piutang usaha sebesar 0,60%, persediaan sebesar 0,32%, aktiva tetap
sebesar 0,81%, dan akumulasi depresiasi aktiva tetap sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi sebesar 0,36 kali artinya setiap Rp.1 total
aktiva dijamin oleh 0,36 total hutang, hal ini disebabkan oleh menurunnya total
hutang yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak sebesar 0,38%, biaya yang
masih harus dibayar sebesar 0,66% dan disebabkan juga karena meningkatnya total
aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%,
persediaan sebesar 0,80%, biaya dibayar dimuka sebesar 1,55%, aktiva tetap
sebesar 0,85%, dan akumulasi depresiasi aktiva tetap sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,30 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,30 total hutang, hal ini disebabkan oleh
menurunnya total hutang yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar
0,43%, biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,30% dan disebabkan karena
meningkatnya total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%, piutang usaha
sebsar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,13%,
aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi depresiasi aktiva tetap sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata debt to total asset ratio sebesar 0,30 kali
atau 30%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 35%, maka rasio yang dihasilkan berada dibawah rata-rata industri sehingga
debt to asset ratio dinilai cukup baik.
Debt to Total Equity Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio :

Debt to Total Equity Total hutang


= x 100%
Ratio Modal

Tabel 4.5 Perhitungan debt to equity ratio PT. BJM


Debt to Total Equity
Tahun Total hutang Modal
Ratio
2018 2.065.426.700 10.000.000.000 0,21 kali
2019 8.362.605.582 10.000.000.000 0,84 kali
2020 8.139.681.986 10.000.000.000 0,81 kali
2021 7.465.799.305 10.000.000.000 0,75 kali

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 3


13
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Rata-rata 0,65 kali


Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,21 kali artinya setiap Rp.1
modal dijamin oleh 0,21 total hutang.
Pada tahun 2019 meningkat menjadi sebesar 0,84 kali artinya setiap Rp.1
modal dijamin oleh 0,84 total hutang, hal ini disebabkan karena meningkatnya total
hutang yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 0,08%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi sebesar 0,81 kali artinya setiap Rp.1
modal dijamin oleh 0,81 total hutang, hal ini disebabkan karena menurunnya total
hutang yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, hutang pajak sebesar 0,38%, dan biaya
yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,75 kali artinya
setiap Rp.1 modal dijamin oleh 0,75 total hutang, hal ini disebabkan karena
menurunnya total hutang yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar
0,43%, dan biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata debt to total equity ratio sebesar 0,65 kali
atau 65%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 80%. Maka rasio yang dihasilkan masih dibawah rata-rata industri sehingga
debt to equity ratio dinilai cukup baik.
Rasio Rentabilitas
Profit Margin Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan profit margin ratio :
Laba bersih
Profit Margin Ratio = x 100%
Penjualan

Tabel 4.6 Perhitungan profit margin ratio PT. BJM


Tahun Laba bersih Penjualan Profit Margin Ratio
2018 1.753.444.491 15.592.040.361 0,11 kali
2019 1.258.779.702 22.451.364.770 0,06 kali
2020 1.643.987.419 34.937.393.500 0,05 kali
2021 2.921.857.526 84.777.952.695 0,03 kali
Rata-rata 0,06 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,11 kali artinya setiap Rp.1
penjualan dijamin oleh 0,11 laba bersih.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 2


14
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,06 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,06 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesar 1,39% dan juga disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar
0,69%, harga pokok penjualan sebesar 0,66%, laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,05 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,05 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesar 0,77% dan juga disebabkan karena menurunnya penjualan sebesar
0,64%, harga pokok penjualan sebesar 0,63%, dan laba sebelum pajak sebesar
0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,03 kali artinya
setiap Rp.1 penjualan dijamin oleh 0,03 laba bersih, hal ini karena menurunnya laba
bersih sebesa 0,56% dan juga disebabkan karena menurunnya penjualan sebesar
0,41%, harga pokok penjualan sebesar 0,39%, dan laba sebelum pajak sebesar
0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, profit margin ratio mengalami penurunan setiap
tahunnya. Hasil penghitungan dinilai baik karena penjualan yang meningkat dan
menghasilkan laba yang cukup baik.
Return On Investment Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan return on investment ratio :
Laba bersih
ROI = x 100%
Total aktiva

Tabel 4.7 Perhitungan return on investment ratio PT. BJM


Tahun Laba bersih Total aktiva ROI
2018 1.753.444.491 13.818.653.234 0,13 kali
2019 1.258.779.702 21.374.611.819 0,06 kali
2020 1.643.987.419 22.795.675.641 0,07 kali
2021 2.921.857.526 25.043.649.101 0,12 kali
Rata-rata 0,09 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,13 kali artinya setiap
Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,13 laba bersih.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,06 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,06 laba bersih, hal ini disebabkan karena
menurunnya laba bersih sebesar 1,39% dan juga disebabkan karena meningkatnya
total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,17%, piutang usaha sebesar 0,60%,

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 3


15
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

persediaan sebesar 0,32%, aktiva tetap sebesar 0,81% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,07 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,07 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,77% dan juga disebabkan karena meningkatnya
total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%,
persediaan sebesar 0,80%, aktiva tetap sebesar 0,85% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,12 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,12 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,56% dan juga disebabkan karena meningkatnya
total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%,
persediaan sebesar 0,78%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata return on investment ratio sebesar 0,09
kali atau 9%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 30%. Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga ROI dinilai kurang baik.
Return On Equity Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan return on equity ratio :
Laba bersih
ROE = x 100%
Modal

Tabel 4.8 Perhitungan return on equity ratio PT. BJM


Tahun Laba bersih Modal ROE
2018 1.753.444.491 10.000.000.000 0,18 kali
2019 1.258.779.702 10.000.000.000 0,13 kali
2020 1.643.987.419 10.000.000.000 0,16 kali
2021 2.921.857.526 10.000.000.000 0,29 kali
Rata-rata 0,19 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,18 kali artinya setiap
Rp.1 modal dijamin oleh 0,18 laba bersih.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,13 kali artinya
setiap Rp.1 modal dijamin oleh 0,13 laba bersih, hal ini disebabkan karena
menurunnya laba bersih karena menurunnya penjualan sebesar 0,69%, harga pokok
penjualan sebesar 0,66%, laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 16
27
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Pada tahun 2020 meningkat menjadi 0,21 kali artinya setiap Rp.1 modal
dijamin oleh 0,21 laba bersih, hal ini disebabkan karena menurunnya penjualan
sebesar 0,64%, harga pokok penjualan sebesar 0,63%, dan laba sebelum pajak
sebesar 0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 0,38 kali artinya setiap
Rp.1 modal dijamin oleh 0,38 laba bersih, hal ini disebabkan karena menurunnya
penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan sebesar 0,39%, dan laba sebelum
pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata return on equity ratio sebesar 0,19 kali
atau 19%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 40%. Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga ROE dinilai kurang baik.
Rasio Aktifitas
Receivable Turnover
Berikut ini adalah hasil perhitungan receivable turnover :

Receivable Penjualan bersih


= x 100%
Turnover Rata-rata piutang usaha
Tabel 4.9 Perhitungan receivable turnover PT. BJM
Receivable
Tahun Penjualan bersih Rata-rata piutang usaha
Turnover
2018 15.592.040.361 1.928.019.172 8,09 kali
2019 22.451.364.770 3.221.124.645 6,97 kali
2020 34.937.393.500 5.086.514.922 6,87 kali
2021 84.777.952.695 3.924.574.199 21,60 kali
Rata-rata 10,88 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 8,09 kali artinya setiap
Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 8,09 penjualan bersih.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 6,97 kali artinya
setiap Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 6,97 penjualan bersih, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar 0,69%, harga pokok penjualan
sebesar 0,66% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar 0,60%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 6,87 kali artinya setiap Rp
1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 6,87 penjualan bersih, hal ini disebabkan
karena meningkatnya penjualan sebesar 0,64%, harga pokok penjualan sebesar
0,63% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar 0,63%.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29


17
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi sebesar 21,60 kali artinya
setiap Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 21,60 penjualan bersih, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan
sebesar 0,39% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata receivable turnover mengalami kenaikan
dan penurunan. Hasil penghitungan dinilai baik karena efektivitas perputaran
piutang cepat sehingga penjualan perusahaan semakin efisien.
Inventory Turnover
Berikut ini adalah hasil perhitungan inventory turnover :

Inventory Penjualan
= x 100%
Turnover Persediaan

Tabel 4.10 Perhitungan inventory turnover PT. BJM


Tahun Penjualan Persediaan Inventory Turnover
2018 15.592.040.361 3.055.224.419 5,10 kali
2019 22.451.364.770 9.547.222.121 2,35 kali
2020 34.937.393.500 11.891.401.440 2,94 kali
2021 84.777.952.695 15.287.392.990 5,55 kali
Rata-rata 3,98 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 5,10 kali, artinya setiap
Rp 1 persediaan dijamin oleh 5,10 penjualan.
Pada tahun 2019 menurun menjadi 2,35 kali artinya setiap Rp 1 persediaan
dijamin oleh 2,35 penjualan, hal ini disebabkan karena meningkatnya penjualan
sebesar 0,69% dan meningkatnya persediaan sebesar 0,32%.
Pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 2,94 kali artinya setiap
Rp 1 persediaan dijamin oleh 2,94 penjualan, hal ini disebabkan karena
meningkatnya penjualan sebesar 0,64% dan meningkatnya persediaan sebesar
0,63%.
Pada tahun 2021 meningkat menjadi 5,55 kali. artinya setiap Rp 1
persediaan dijamin oleh 5,55 penjualan, hal ini disebabkan karena meningkatnya
penjualan sebesar 0,41% dan meningkatnya persediaan sebesar 0,78%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata inventory turnover sebesar 3,98 kali. Jika
dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 20 kali,
maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah standar industri sehingga
perputaran persediaan dinilai kurang baik.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28


18
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Total Asset Turnover


Berikut ini adalah hasil perhitungan total asset turnover :

Total Asset Penjualan


= x 100%
Turnover Total Aktiva

Tabel 4.11 Perhitungan total asset turnover PT. BJM


Tahun Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover
2018 15.592.040.361 13.818.653.234 1,13 kali
2019 22.451.364.770 21.374.611.819 1,05 kali
2020 34.937.393.500 22.795.675.641 1,53 kali
2021 84.777.952.695 25.043.649.101 3,39 kali
Rata-rata 1,77 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 1,13 kali artinya setiap
Rp 1 aktiva tetap dijamin oleh 1,13 penjualan.
Pada tahun 2019 menurun menjadi 1,05 kali artinya setiap Rp 1 aktiva tetap
dijamin oleh 1,05 penjualan, hal ini disebabkan karena meningkatnya penjualan
sebesar 0,69% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,17%,
piutang usaha sebesar 0,60%, persediaan sebesar 0,32%, aktiva tetap sebesar 0,81%
dan akumulasi aktiva tetap sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 1,53 kali artinya setiap Rp.1
aktiva tetap dijamin oleh 1,53 penjualan, hal ini disebabkan karena meningkatnya
penjualan sebesar 0,64% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar
1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%, persediaan sebesar 0,80%, aktiva tetap
sebesar 0,85% dan akumulasi aktiva tetap sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 3,59 kali artinya setiap Rp.1
aktiva tetap dijamin oleh 3,59 penjualan, hal ini disebabkan karena meningkatnya
penjualan sebesar 0,41% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar
0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar
dimuka sebesar 2,13%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi aktiva tetap
sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata total asset turnover sebesar 1,77 kali. Jika
dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 2 kali.
Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah standar industri sehingga
perputaran total aset dinilai kurang baik. Karena perusahaan belum memaksimalkan
aktiva yang dimiliki dan mengurangi aktiva yang kurang produktif.

19
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin
Berikut ini adalah hasil perhitungan net profit margin :

Net Profit Laba bersih setelah pajak (EAT)


= x 100%
Margin Penjualan netto

Tabel 4.12 Perhitungan net profit margin PT. BJM


Laba bersih setelah Net Profit
Tahun Penjualan netto
pajak (EAT) Margin
2018 1.753.444.491 15.592.040.361 0,11 kali
2019 1.258.779.702 22.451.364.770 0,06 kali
2020 1.643.987.419 34.937.393.500 0,05 kali
2021 2.921.857.526 84.777.952.695 0,03 kali
Rata-rata 0,06 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebanyak 0,11 kali artinya setiap
Rp 1 penjualan netto dijamin oleh 0,11 laba bersih setelah pajak.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,06 kali artinya
setiap Rp 1 penjualan netto dijamin oleh 0,06 laba bersih setelah pajak. Hal ini
disebabkan karena menurunnya laba bersih setelah pajak sebesar 1,39% dan
disebabkan juga karena meningkatnya penjualan sebesar 0,69%, harga pokok
penjualan sebesar 0,66%, laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 0,05 kali artinya setiap Rp
1 penjualan netto dijamin oleh 0,05 laba bersih setelah pajak. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya laba bersih setelah pajak sebesar 1,39% dan disebabkan juga
karena meningkatnya penjualan sebesar 0,69%, harga pokok penjualan sebesar
0,66%, laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 0,03 kali artinya setiap
Rp.1 penjualan netto dijamin oleh 0,03 laba bersih setelah pajak. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya laba bersih setelah pajak sebesar 0,56% dan disebabkan juga
karena menambahnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan sebesar
0,39%, laba sebelum pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata net profit margin sebesar 0,06 kali atau
6%. Jika dibandingkan dengan ratarata industri menurut Kasmir (2018) sebesar
23%, maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri sehingga
NPM dinilai kurang baik.

20
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Operating Income Ratio


Berikut ini adalah hasil perhitungan operating income ratio :

Operating Penjualan netto - HPP - Laba sebelum pajak


= x 100%
Income Ratio Penjualan netto

Tabel 4.13 Perhitungan operating income ratio PT. BJM


Laba Operating
Penjualan Penjualan
Tahun HPP sebelum Income
netto netto
pajak (EBIT) Ratio
2018 15.592.040.361 11.962.465.529 1.850.208.958 15.592.040.361 0,11 kali

2019 22.451.364.770 18.111.894.510 1.621.560.299 22.451.364.770 0,12 kali

2020 34.937.393.500 28.903.519.585 2.102.691.543 34.937.393.500 0,11 kali

2021 84.777.952.695 74.234.209.606 3.750.185.026 84.777.952.695 0,08 kali

Rata-rata 0,11 kali


Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,11 kali artinya setiap
Rp 1 penjualan netto dijamin oleh 0,11 laba sebelum pajak.
Pada tahun 2019 meningkat menjadi 0,12 kali artinya setiap Rp 1 penjualan
netto dijamin oleh 0,12 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penjualan netto sebesar 0,69%, harga pokok penjualan sebesar
0,66% dan laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi 0,11 kali artinya setiap Rp 1 penjualan
netto dijamin oleh 0,11 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penjualan netto sebesar 0,64%, harga pokok penjualan sebesar
0,63% dan laba sebelum pajak sebesar 0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 0,08 kali artinya setiap Rp
1 penjualan netto dijamin oleh 0,08 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penjualan netto sebesar 0,41%, harga pokok penjualan sebesar
0,39% dan laba sebelum pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata operating income ratio mengalami
penurunan setiap tahunnya. Hasil penghitungan dinilai kurang baik karena
operating income ratio menurun setiap tahunnya.
Earning Power of Total Investment
Berikut ini adalah hasil perhitungan earning power of total investment:

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29


21
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Earning Power of Laba sebelum pajak


= x 100%
Total Investment Total aktiva
Tabel 4.14 Perhitungan earning power of total investment PT. BJM
Laba sebelum Earning Power of Total
Tahun Total aktiva
pajak Investment
2018 1.850.208.958 13.818.653.234 0,13 kali
2019 1.621.560.299 21.374.611.819 0,08 kali
2020 2.102.691.543 22.795.675.641 0,09 kali
2021 3.750.185.026 25.043.649.101 0,15 kali
Rata-rata 0,11 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,13 kali artinya setiap
Rp 1 total aktiva dijamin oleh 0,13 laba sebelum pajak.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 0,08 kali artinya setiap Rp
1 total aktiva dijamin oleh 0,08 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
menurunnya laba sebelum pajak sebesar 1,14%, penjualan sebesar 0,69%, harga
pokok penjualan sebesar 0,66% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas
sebesar 1,17%, piutang usaha sebesar 0,60%, persediaan sebesar 0,32%, aktiva
tetap sebesar 0,81% dan akumulasi aktiva tetap sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 meningkat menjadi 0,09 kali artinya setiap Rp 1 total
aktiva dijamin oleh 0,09 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba sebelum pajak sebesar 0,77%, penjualan sebesar 0,64%, harga
pokok penjualan sebesar 0,63% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas
sebesar 1,57%, piutang usaha sebesar 0,63%, persediaan sebesar 0,80%, aktiva
tetap sebesar 0,85% dan akumulasi aktiva tetap sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 0,15 kali artinya setiap
Rp 1 total aktiva dijamin oleh 0,15 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba sebelum pajak sebesar 0,56%, penjualan sebesar 0,41%, harga
pokok penjualan sebesar 0,39% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas
sebesar 0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya
dibayar dimuka sebesar 2,13%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi aktiva
tetap sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata earning power of total investment
mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hasil penghitungan dinilai
baik karena earning power of total investment digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva untuk memberika return atas laba sebelum pajak. Semakin
tinggi rasio maka semakin baik.

22
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Return on Net Worth


Berikut ini adalah hasil perhitungan return on net worth :

Return on Net Laba setelah pajak


= x 100%
Worth Modal
Sumber : Sari et al
Tabel 4.15 Perhitungan return on net worth PT. BJM
Tahun Laba setelah pajak Modal Return on Net Worth
2018 1.753.444.491 10.000.000.000 0,18 kali
2019 1.258.779.702 10.000.000.000 0,13 kali
2020 1.643.987.419 10.000.000.000 0,16 kali
2021 2.921.857.526 10.000.000.000 0,29 kali
Rata-rata 0,19 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan, tahun 2018 sebesar 0,18 kali artinya setiap
Rp 1 modal dijamin oleh 0,18 laba setelah pajak.
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 0,13 kali artinya setiap Rp
1 modal dijamin oleh 0,13 laba setelah pajak. Hal ini disebabkan karena
menurunnya penjualan sebesar 0,69%, harga pokok penjualan sebesar 0,66% dan
laba sebelum pajak sebesar 1,14%.
Pada tahun 2020 meningkat menjadi 0,16 kali artinya setiap Rp 1 modal
dijamin oleh 0,16 laba setelah pajak. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
penjualan sebesar 0,64%, harga pokok penjualan sebesar 0,63% dan laba sebelum
pajak sebesar 0,77%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 0,29 kali artinya setiap
Rp 1 modal dijamin oleh 0,29 laba setelah pajak. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok penjualan sebesar 0,39% dan
laba sebelum pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, return on net worth mengalami kenaikan dan
penurunan setiap tahunnya. Hasil penghitungan dinilai baik karena return on net
worth digunakan untuk mengukur return atas modal sendiri. Semakin tinggi rasio,
maka semakin baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Rasio Likuiditas PT. BJM menggunakan current ratio, cash ratio, dan quick
ratio. Current ratio dinilai baik karena aset lancar perusahaan dinilai
mampu dalam melunasi hutang lancar. Cash ratio dinilai kurang baik karena
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 23
29
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

banyak kas yang menganggur dan belum digunakan secara optimal. Quick
ratio dinilai cukup baik karena kemampuan perusahaan untuk emlunasi
hutang lancar dengan aktiva lancar setelah dikurang persediaan dalam
kondisi baik.
2. Raiso Solvabilitas PT.BJM menggunakan debt to total aset ratio dan debt
to equity ratio. Debt to total aset ratio dinilai cukup baik karena berada di
bawah rata-rata industri sehingga pendanaan utang tidak besar, hal ini
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Debt to equity ratio dinilai
cukup baik sehingga perusahaan semakin menguntungkan karena semakin
besar pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik.
3. Rasio Rentabilitas PT. BJM menggunakan profit margin ratio, return on
investment ratio, return on equity ratio. Profit margin ratio dinilai cukup
baik, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pendapatan dan dihasilkan
laba yang cukup baik. Return on investment ratio yang dihasilkan masih
berada di bawah rata-rata industri sehingga ROI dinilai kurang baik. Return
on equity ratio yang dihasilkan masih berada di bawah rata-rata industri
sehingga ROE dinilai kurang baik.
4. Rasio Aktifitas PT. BJM menggunakan receivable turnover, inventory
turnover, total aset turnover. Receivable turnover dinilai baik karena
efektivitas perputaran piutang cepat sehingga penjualan perusahaan
semakin efisien. Inventory turnover masih berada di bawah standar industri
sehingga perputaran persediaan dinilai kurang baik. Total aset turnover
masih berada di bawah standar industri sehingga perputaran total aset dinilai
kurang baik. Karena perusahaan belum memaksimalkan aktiva yang
dimiliki dan mengurangi aktiva yang kurang produktif.
5. Rasio Profitabilitas menggunakan net profit margin, operating income
ratio, earning power of total investment, return on net worth. Net profit
margin masih berada di bawah rata-rata industri sehingga NPM dinilai
kurang baik. Operating income ratio dinilai kurang baik karena menurun
setiap tahunnya. Earning power of total investment dinilai baik karena rasio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva untuk memberikan
return atas laba sebelum pajak. Return on net worth dinilai baik karena rasio
ini digunakan untuk mengukur return atas modal sendiri.
Keterbatasan
Indonesia saat ini masih dalam pemulihan pasca pandemic Covid-19.
Banyak perusahaan yang masih menerapkan pekerjaan secara mobile dan work
from home dan sejak awal pandemic PT. BJM menerapkan work from home dan
masih berlangsung hingga saat ini, hal ini yang menjadi keterbatasan penulis dalam
memperoleh data pada perusahaan.

Daftar Pustaka
Alcianno G. Gani. (2020). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Pada Pt Unilever Indonesia Tbk Periode 2012-2016. Jurnal
Mitra Manajemen, 11 (1).

24
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/39
8
Dwiningwarni, S. S., & Jayanti, R. D. (2019). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Koperasi Serba Usaha. J-MACC : Journal of
Management and Accounting, 2(2), 125–142. https://doi.org/10.52166/j-
macc.v2i2.1659
Erica. (2017). Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan
PT Semen Indonesia Tbk (Persero). Jurnal Perspektif, Vol. XV No. 2, Hal.
89-94
Fahmi, I. (2016). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta
Fajrin, P. H., & Laily, N. (2016). Analisis Profitabilitas dan Likuiditas terhadap
Kinerja Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen.
Hanafi, Mamduh M, dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan Caps
(Center For Academic Publishing Service), Yogyakarta
Irham Fahmi. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pres
Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Edisi kesatu, cetakan kedelapan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2018. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta. Rajawali Pers.
Lubis, R. H. (2017). Pengantar Akuntansi Jasa. Yogyakarta: Gava Media
Novriansyah, ShintaOktarina, & Fujiansyah, D. (2020). Analisis Laporan
Keuangan Dengan Menggunakan Metode Camel Untuk Menilai Kesehatan
Bank Konvensional Bumn (Bri, Mandiri Dan Bni46) Pada Bursa Efek
Indonesia (Bei) Tahun 2015 Novriansyah. Jurnal Ekonomia, 10(1), 53–65.
https://www.ejournal.lembahdempo.ac.id/index.php/STIE-
JE/article/view/91
Putri, Q. J., Damanik, E. O. P., & Purba, F. (2022). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Kimia Farma ( Persero )
Tbk Periode 2016-2020 (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :
KEP-100 / MBU / 2002). 10(2), 567–580.
Pramono, J. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmiah Among Makarti, 7, 83–112.
Prihadi, Toto (2019). Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Rachma Agusti, R., & Sanawiri, B. (2019). Corporate Governance Dan Perilaku
Tax Compliance Pada Usaha Kecil Dan Menengah. Profit, 13(02), 65–71.
ttps://doi.org/10.21776/ub.profit.2019.013.02.7
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 29
25
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan
Pada PT. BJM

Rainer, D. (2017). 10 Pengertian kInerja keuangan Menurut Para Ahli, Tujuan,


Pengukuran dan Penilaian, Analisis Terlengkap. Dipetik Maret 10, 2017,
dari
www.spengetahuan.com:http://www.spengetahuan.com/2017/08/pengertia
n-kinerja-keuanganmenurut-para-ahli-tujuan-pengukuran-dan-penilaian-
analisis.html
Rudianto. (2014). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sari, T. D., Titisari, K. H., & Nurlaela, S. (2020). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Komite Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap
Kinerja Keuangan. Upajiwa Dewantara, 4(1), 15–26.
Susilawati, D., Kusumastuti Wardana, L., & Fajar Rahmawati, I. (2018). Menilai
Kinerja Keuangan dengan Analisis Rasio Keuangan: Studi Kasus BKAD
Sleman. Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, 1(2), 91–98.
https://doi.org/10.18196/jati.010210
V. Wiratna Sujarweni. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Teori. Aplikasi dan
Hasil Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Wahyudiono, B. (2014), Mudah Membaca Laporan Keuangan, Cetakan 1, Jakarta
: PT. Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup).
Yaramah, Wati & Imam HIdayat. (2022). Mendeteksi Kecurangan Laporan
Keuangan Dengan Analisis Rasio Keuangan. Competitive Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 6(1)
Yuasita, R. (2018). Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Pada Pt. Socfin Indonesia (Socfindo) Medan. Analisis Rasio Keuangan
Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada Pt. Socfin Indonesia (Socfindo)
Medan, 96(Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Pada PT. Socfin Indonesia Medan), 96

26
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28

Anda mungkin juga menyukai