PENDAHULUAN
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat penting bagi
perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan
utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan
mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba.
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
penilaian kinerja keuangan dapat pula digunakan dan dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan.
Media yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
c. Quick Ratio
Quick Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar kewajiban atau hutang lancar terhadap aktiva lancar tanpa harus
memperhitungkan nilai persediaan. Menurut Kasmir (2018:138) rata-rata industri
untuk Rasio Cepat adalah 150%.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2018:151), rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutang. Rasio solvabilitas dapat diukur dengan dua rasio yaitu :
a. Debt To Equity Ratio
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Menurut Kasmir (2018:157) rata-rata industri untuk DAR adalah
35%.
b. Debt to Total Asset Ratio
Menunjukkan hubungan dari jumlah hutang jangka panjang terhadap
jumlah modal itu sendiri yang diberikan kepada pemilik perusahaan, bertujuan
untuk mengetahui jumlah data yang disediakan kreditor ke pemilik perusahaan.
Menurut Kasmir (2018:159) rata-rata industri untuk DER adalah 81%.
3. Rasio Rentabilitas
a. Profit Margin Ratio
Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya makan akan semakin baik
dianggap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah culup tinggi.
b. Return On Investment Ratio
Return On Investment Ratio atau ROI digunakan untuk mengukur
kemampuan dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan untuk
menghasilkan keuntungan bersih
c. Return On Equity Ratio
Rasio ini adalah perbandingan perbandingan keuntungan bersih sesuai
pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan
perusahaan. Menurut Kasmir (2018:205) rata-rata industri untuk ROE adalah
40%.
4. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (2018:172), rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 2
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan
Keuangan Pada PT. BJM
5
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan
Keuangan Pada PT. BJM
Penelitian Terdahulu
6
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan referensi bagi penulis yang
akan melakukan penelitian. Menurut Bella (2020), Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan
studi deskriptif, yaitu dengan menganalisis data berupa angka dengan cara
melakukan perhitungan, kemudian mengaplikasikannya dengan menggunakan
metode time series analysis dan mendeskripsikan hasil perhitungan tersebut
dengan dibantu catatan atas laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas
dan rasio aktivitas.Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk dari tahun 2016
sampai dengan 2018. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi. Hasil perhitungan rasio likuiditas adalah perusahaan mampu
memenuhi kewajiban keuangannya yang berjangka pendek.Hasil perhitungan
rasio solvabilitas adalah tidak baik dikarenakan jumlah hutang lebih besar dari
pada modal.Hasil perhitungan rasio profitabilitas perusahaan telah mampu dalam
meningkatkan laba perusahaan namun pada ROI dan ROE perusahaan belum
cukup mampu menghasilkan laba.Hasil perhitungan rasio aktivitas adalah
perusahaan kurang efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan.
Menurut Desi Susilawati et al (2018), Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur independensi pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah
di Kabupaten Sleman dengan menilai kinerja keuangan Badan Keuangan dan Aset
Daerah (BKAD) berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) selama 5 tahun
dari 2012-2016 dengan cara menganalisis rasio kemandirian keuangan regional,
rasio efisiensi pembelian, analisis varian, tingkat desentralisasi, rasio
ketergantungan keuangan regional, dan rasio cakupan layanan utang (DSC).
Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif Kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan kemandirian pemerintah daerah
dianggap belum cukup independen, tetapi tingkat efisiensi pengelolaan keuangan
dinilai efisien. Tingkat desentralisasi fiskal Kabupaten Sleman dianggap cukup
karena realisasi pendapatan PAD sangat efektif, namun tingkat ketergantungan
keuangan daerah terhadap pemerintah pusat dianggap sangat tinggi. Salah satu
faktornya adalah karena kurangnya kontribusi dari Pajak Bumi dan Bangunan
Pendapatan ke PAD. Situasi ini disebabkan oleh pendapatan Pajak Bumi dan
Bangunan yang tidak efektif. Rasio partumbuhan menunjukkan bahwa
kemampuan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan berfluktuasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang dilakukan
dengan mengumpulkan data, menyajikan data dan menganalisa data sehingga
dapat memberi gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Melalui
pendekatan penelitian, membantu peneliti untuk fokus dalam melakukan
8
penelitian dan dapat meningkatkan kualitas penelitian sehingga dapat
menghemeat waktu dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan di PT. BJM yang belokasi di Jakarta. Waktu
peneltian dilakukan setelah proposal disetujui. Pengumpulan data dan penelitian
diperkirakan memerlukan waktu 5 bulan yaitu sejak bulan Januari 2022 sampai
dengan Mei 2022.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode survey,
yaitu pengumpulan data dan studi kepustakaan yang dilakukan dengan
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal baik pernyataan-pernyataan, peraturan
perundang-undangan, dokumen-dokumen, artikel maupun literatur lainnya yang
dapat membantu peneliti dalam melakukan pemecahan masalah. Data yang telah
didapatkan oleh peneliti kemudian disusun secara sistematis untuk memperoleh
pemahaman lebih lanjut mengenai konsep teori yang berkaitan dengan permasalan
yang akan dibahas oleh peneliti.
0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar
dimuka sebesar 2,13% dan disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar yaitu
hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43%, biaya yang masih harus
dibayar sebesar 5,45%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata current ratio sebesar 3,62 kali. Menurut
Kasmir (2018:143) jika dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 2 kali
maka keadaan perusahaan baik karena di atas rata-rata industri.
Cash Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan cash ratio :
Kas + setara kas
Cash Ratio = x 100%
Hutang lancar
Sumber : Sari et al
Tabel 4.2 Perhitungan Cash Ratio PT. BJM
Tahun Kas + setara kas Hutang lancar Cash Ratio
2018 6.573.047.205 2.065.426.700 3,18 kali
2019 5.630.795.827 8.362.605.582 0,67 kali
2020 3.597.182.353 8.139.681.986 0,44 kali
2021 4.399.419.652 7.465.799.305 0,59 kali
Rata-rata 1,22 kali
Sumber : Olahan penulis
Berdasarkan hasil perhitungan di tahun 2018 sebesar 3,18 kali artinya
setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 3,18 kas dan setara kas. 10
Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 0,67 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,67 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kas dan setara kas sebesar 1,17% dan disebabkan menurunnya
hutang lancar yaitu hutang usaha sebesar 0,33% dan hutang pajak sebesar 7,72%.
Pada tahun 2020 menurun menjadi 0,44 kali artinya setiap Rp.1 hutang
lancar dijamin oleh 0,44 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kas dan setara kas sebesar 1,57% dan disebabkan meningkatnya hutang lancar
yaitu hutang usaha sebesar 1,31%, menurunnya hutang pajak sebesar 0,38% dan
biaya yang masih harus dibayar sebesar 0,66%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,59 kali artinya setiap
Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 0,59 kas dan setara kas, hal ini disebabkan oleh
menurunnya kas dan setara kas sebesar 0,82% dan menurunnya hutang lancar
yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar 0,43% dan biaya yang
masih harus dibayar sebesar 1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata cash ratio sebesar 1,22 kali atau 122%.
Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 50%
kali. Maka rasio yang dihasilkan cukup tinggi sehingga Cash Ratio dinilai kurang
baik. Karena banyak kas yang menganggur dan tidak/belum digunakan secara
optimal.
Quick Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan quick ratio :
Aset lancar - persediaan
Quick Ratio = x 100%
Hutang lancar
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata quick ratio sebesar 2,08 kali. Jika
dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 1,5 kali.
Maka rasio yang dihasilkan berada diatas rata-rata industri sehingga Quick Ratio
dinilai cukup baik. Semakin tinggi rasio maka semakin banyak sumber jangka
panjang yang tertanam dalam aktiva lancar sehingga semakin likuid.
Rasio Solvabilitas
Debt To Total Asset Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to total asset ratio :
menurunnya total hutang yaitu hutang usaha sebesar 1,23%, hutang pajak sebesar
0,43%, biaya yang masih harus dibayar sebesar 1,30% dan disebabkan karena
meningkatnya total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%, piutang usaha
sebsar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,13%,
aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi depresiasi aktiva tetap sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata debt to total asset ratio sebesar 0,30 kali
atau 30%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 35%, maka rasio yang dihasilkan berada dibawah rata-rata industri
sehingga debt to asset ratio dinilai cukup baik.
Debt to Total Equity Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio :
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata debt to total equity ratio sebesar 0,65 kali
atau 65%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 80%. Maka rasio yang dihasilkan masih dibawah rata-rata industri
sehingga debt to equity ratio dinilai cukup baik.
Rasio Rentabilitas
Profit Margin Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan profit margin ratio :
Laba bersih
Profit Margin Ratio = x 100%
Penjualan
15
persediaan sebesar 0,32%, aktiva tetap sebesar 0,81% dan akumulasi penyusutan
sebesar 0,58%.
Pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,07 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,07 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,77% dan juga disebabkan karena
meningkatnya total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 1,57%, piutang usaha
sebesar 0,63%, persediaan sebesar 0,80%, aktiva tetap sebesar 0,85% dan
akumulasi penyusutan sebesar 0,57%.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,12 kali artinya
setiap Rp.1 total aktiva dijamin oleh 0,12 laba bersih, hal ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sebesar 0,56% dan juga disebabkan karena
meningkatnya total aktiva yaitu kas dan setara kas sebesar 0,82%, piutang usaha
sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan
akumulasi penyusutan sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata return on investment ratio sebesar 0,09
kali atau 9%. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018)
sebesar 30%. Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga ROI dinilai kurang baik.
Return On Equity Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan return on equity ratio :
Laba bersih
ROE = x 100%
Modal
Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 6,87 kali artinya setiap
Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 6,87 penjualan bersih, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar 0,64%, harga pokok
penjualan sebesar 0,63% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar
0,63%.
Pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi sebesar 21,60 kali artinya17
setiap Rp 1 rata-rata piutang usaha dijamin oleh 21,60 penjualan bersih, hal ini
disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok
penjualan sebesar 0,39% dan meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar
1,30%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata receivable turnover mengalami kenaikan
dan penurunan. Hasil penghitungan dinilai baik karena efektivitas perputaran
piutang cepat sehingga penjualan perusahaan semakin efisien.
Inventory Turnover
Berikut ini adalah hasil perhitungan inventory turnover :
Inventory Penjualan
= x 100%
Turnover Persediaan
0,78%, biaya dibayar dimuka sebesar 2,13%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan
akumulasi aktiva tetap sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata total asset turnover sebesar 1,77 kali.
Jika dibandingkan dengan rata-rata industri menurut Kasmir (2018) sebesar 2 kali.
Maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah standar industri sehingga
perputaran total aset dinilai kurang baik. Karena perusahaan belum
memaksimalkan aktiva yang dimiliki dan mengurangi aktiva yang kurang
produktif.
Rasio Profitabilitas 19
Net Profit Margin
Berikut ini adalah hasil perhitungan net profit margin :
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 0,03 kali artinya setiap
Rp.1 penjualan netto dijamin oleh 0,03 laba bersih setelah pajak. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya laba bersih setelah pajak sebesar 0,56% dan
disebabkan juga karena menambahnya penjualan sebesar 0,41%, harga pokok
penjualan sebesar 0,39%, laba sebelum pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata net profit margin sebesar 0,06 kali atau
6%. Jika dibandingkan dengan ratarata industri menurut Kasmir (2018) sebesar
23%, maka rasio yang dihasilkan masih berada dibawah rata-rata industri
sehingga NPM dinilai kurang baik.
Operating Income Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan operating income ratio : 20
Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 0,08 kali artinya setiap
Rp 1 penjualan netto dijamin oleh 0,08 laba sebelum pajak. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya penjualan netto sebesar 0,41%, harga pokok penjualan
sebesar 0,39% dan laba sebelum pajak sebesar 0,56%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata operating income ratio mengalami
penurunan setiap tahunnya. Hasil penghitungan dinilai kurang baik karena
operating income ratio menurun setiap tahunnya.
Earning Power of Total Investment
Berikut ini adalah hasil perhitungan earning power of total investment:
pokok penjualan sebesar 0,39% dan meningkatnya aktiva yaitu kas dan setara kas
sebesar 0,82%, piutang usaha sebesar 1,30%, persediaan sebesar 0,78%, biaya
dibayar dimuka sebesar 2,13%, aktiva tetap sebesar 0,88% dan akumulasi aktiva
tetap sebesar 0,67%.
Sejak tahun 2018-2021, rata-rata earning power of total investment
mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hasil penghitungan dinilai
baik karena earning power of total investment digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva untuk memberika return atas laba sebelum pajak. Semakin
tinggi rasio maka semakin baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Rasio Likuiditas PT. BJM menggunakan current ratio, cash ratio, dan
quick ratio. Current ratio dinilai baik karena aset lancar perusahaan dinilai
mampu dalam melunasi hutang lancar. Cash ratio dinilai kurang baik
karena banyak kas yang menganggur dan belum digunakan secara optimal.
Quick ratio dinilai cukup baik karena kemampuan perusahaan untuk 23
emlunasi hutang lancar dengan aktiva lancar setelah dikurang persediaan
dalam kondisi baik.
2. Raiso Solvabilitas PT.BJM menggunakan debt to total aset ratio dan debt
to equity ratio. Debt to total aset ratio dinilai cukup baik karena berada di
bawah rata-rata industri sehingga pendanaan utang tidak besar, hal ini
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Debt to equity ratio dinilai
cukup baik sehingga perusahaan semakin menguntungkan karena semakin
besar pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik.
3. Rasio Rentabilitas PT. BJM menggunakan profit margin ratio, return on
investment ratio, return on equity ratio. Profit margin ratio dinilai cukup
baik, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pendapatan dan
dihasilkan laba yang cukup baik. Return on investment ratio yang
dihasilkan masih berada di bawah rata-rata industri sehingga ROI dinilai
kurang baik. Return on equity ratio yang dihasilkan masih berada di
bawah rata-rata industri sehingga ROE dinilai kurang baik.
4. Rasio Aktifitas PT. BJM menggunakan receivable turnover, inventory
turnover, total aset turnover. Receivable turnover dinilai baik karena
efektivitas perputaran piutang cepat sehingga penjualan perusahaan
semakin efisien. Inventory turnover masih berada di bawah standar
industri sehingga perputaran persediaan dinilai kurang baik. Total aset
turnover masih berada di bawah standar industri sehingga perputaran total
aset dinilai kurang baik. Karena perusahaan belum memaksimalkan aktiva
yang dimiliki dan mengurangi aktiva yang kurang produktif.
5. Rasio Profitabilitas menggunakan net profit margin, operating income
ratio, earning power of total investment, return on net worth. Net profit
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 28
Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja dan Kesehatan
Keuangan Pada PT. BJM
Daftar Pustaka
Alcianno G. Gani. (2020). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Pada Pt Unilever Indonesia Tbk Periode 2012-2016. Jurnal
Mitra Manajemen, 11 (1).
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/
398 24
Dwiningwarni, S. S., & Jayanti, R. D. (2019). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Koperasi Serba Usaha. J-MACC : Journal of
Management and Accounting, 2(2), 125–142. https://doi.org/10.52166/j-
macc.v2i2.1659
Erica. (2017). Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk (Persero). Jurnal Perspektif, Vol. XV
No. 2, Hal. 89-94
Fahmi, I. (2016). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta
Fajrin, P. H., & Laily, N. (2016). Analisis Profitabilitas dan Likuiditas terhadap
Kinerja Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen.
Hanafi, Mamduh M, dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan Caps
(Center For Academic Publishing Service), Yogyakarta
Irham Fahmi. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pres
Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Edisi kesatu, cetakan kedelapan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2018. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta. Rajawali Pers.
Lubis, R. H. (2017). Pengantar Akuntansi Jasa. Yogyakarta: Gava Media