ANALISIS RASIO
a. Current ratio
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk menutupi
kewajiban jangka pendek/hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendek.
Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan mempunyai kondisi
likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya. misalnya current ratio
3.22, artinya setiap $1 hutang jangka pendek dijamin oleh $3.22 harta lancar.
Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan
dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah
likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current ratio yang tinggi
tersebut memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang pemegang
saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didaya gunakan secara efektif.
Sebaliknya current ratio yang rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.
. . b. Cash Ratio
merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan
kas seperti rekening giro
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi / efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva .
Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang
yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan
bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
a. Debt ratio
Debt ratio mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh kreditor. Digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Makin tinggi debt ratio, makin besar financial leverage, dan makin besar pula
proporsi dana kreditor yang digunakan untuk menghasilkan laba. Misalkan nilai debt ratio
adalah 53.2% maka, ada sebesar 53.2% dana perusahaan yang berasal/dibiayai dari
hutang. Makin tinggi rasio hutang, makin berisiko bagi perusahaan, (kemungkinan tidak
dapat membayar hutang juga makin besar).
Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil Times Interest Earned Ratio makin
besar risikonya (tidak mampu membayar bunga hutang). Nilai yang dianggap baik bagi
perusahaan berada di antara 3,0 – 5,0.
Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai
performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go
public), karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS
mengandung informasi yang penting untuk memprediksi mengenai besarnya deviden
persaham dikemudian hari dan tingkat pengembalian saham dikemudian hari, serta
EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembagian
deviden. Menurut Tandelilin (2001:241), “ Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan”.
Berdasarkan PSAK No 56 mengharuskan perusahaan untuk menghitung EPS
dilusian, karena saham biasa memiliki efek dilusi artinya perusahaan
mempertimbangkan semua efek berpotensi saham biasa yang beredar dalam suatu
periode, seperti efek utang (debt securites), waran atau opsi saham, kebijakan
kepegawaian, dan saham-saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi-
kondisi tertentu, seperti kontrak pembelian aktiva atau usaha lainnya. Dalam PSAK
No 56 angka 09, “ Laba per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba pada
suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode
pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi
saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.
Besarnya EPS dilusi ini dapat diketahui dari informasi laporan keuangan
peruasahaan.
Common Stock Equity adalah nilai Equity dikurangi Preferred Stock. ROE
(Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba
bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar
kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang
relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun kecil , begitu pula sebaliknya untuk
perusahaan besar. ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. Rasio
ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau
lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien
penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian
sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal
yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan. Seperti rasio keuangan
tradisional pada umumnya ROE tidak mempertimbangkan unsure resiko dan jumlah
modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham
yang beredar.
g. Divident Per Share (DPS)
Digunakan untuk melihat divident yang dihasilkan per lembar saham biasa
yang beredar.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar menghubungkan nilai pasar perusahaan dengan beberapa indikator
pengukuran akunting.
a Price Earning Ratio (PER atau P/E Ratio)
Price Earning Ratio mengukur kesediaan investor untuk membayar setiap uang
(dollar) laba yang diperoleh perusahaan. Makin tinggi nilai PER makin tinggi
kepercayaan investor pada perusahaaan atas kinerja yang kan datang. PER juga
merupakan indikator atas nilai saham perusahaan. PER yang terlalu tinggi barang
kali tidak menarik karena harga saham barang kali tidak akan naik lagi, yang berarti
kemungkinan memperoleh capital again akan lebih kecil.
c Divident Yield
Dividen yield merupakan salah satu faktor untuk menentukan imbal hasil dari
suatu saham. Secara sederhana semua investor pasti menginginkan dividend
yield yang besar namun dividen yield yang besar memiliki dampak negatif
seperti pengurangan modal. Dengan memperhatikan PER kita bisa melihat bahwa
dividend yield itu wajar atau tidak. Dividend yield bisa digunakan sebagai
indikator valuasi saham yaitu semakin besar dividend yield maka bisa jadi saham
tersebut undervalue.