Anda di halaman 1dari 40

IX

SENGKETA PAJAK
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau
Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan
atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
(Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak)

Catatan: Penyelesaian sengketa pajak hanya dilakukan melalui


Banding atau Gugatan di Pengadilan Pajak
SENGKETA PAJAK
Pembetulan suatu keputusan
Pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi Penyelesaian di
Pengurangan atau pembatalan Direktorat Jenderal
ketetapan pajak Pajak “sebelum” ke
Pengadilan Pajak
Pengurangan/Pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan
dan SKP-nya
Keberatan
Gugatan Penyelesaian di
Banding Pengadilan Pajak
Penyelesaian di Mahkamah
Agung, “setelah” di
Peninjauan Kembali (PK) Pengadilan Pajak
Pasal 16 UU PEMBETULAN SUATU
KUP ayat (1)
KEPUTUSAN
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat
membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.

yaitu kesalahan yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, yaitu antara lain
yang berasal dari kekeliruan penerapan persentase Norma kesalahan penulisan
penjumlahan dan Penghitungan Penghasilan Neto, nama, alamat, NPWP,
atau pengurangan kekeliruan penerapan sanksi administrasi, nomor ketetapan
dan atau perkalian kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak pajak, jenis pajak,
dan atau (PTKP), kekeliruan penghitungan PPh masa atau tahun
pembagian suatu dalam tahun berjalan, kekeliruan pajak dan tanggal
bilangan. pengkreditan pajak. jatuh tempo.
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 2)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 16 ayat 3)

Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib


memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 4)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya;
(Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak


paling banyak 2 (dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan atau


dihapuskan yang dikenakan karena kekhilafan Wajib
Pajak atau bukan karena kesalahannya meliputi sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan/atau kenaikan,
yang tercantum dalam:
 Surat Tagihan Pajak;
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); atau
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang


tercantum dalam SKPKB atau SKPKBT, hanya dapat
dilakukan dalam hal surat ketetapan pajak tersebut:
A> tidak diajukan keberatan;
B> diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh Wajib
Pajak; atau
C> diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:


a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) STP, SKPKB atau
SKPKBT;
b) Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang
mendukung permohonannya;
c) Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat WP terdaftar;
d) WP telah melunasi pajak yang terutang; dan
e) Surat permohonan ditandatangani oleh WP, dan dalam
hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP,
surat permohonan tsb harus dilampiri dgn surat
kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan


Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang
pertama dikirim;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Dirjen Pajak secara jabatan dapat mengurangkan atau


menghapuskan sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan sebagai akibat dari:
 diterbitkannya surat ketetapan pajak karena
Pengusaha Kena Pajak tidak membuat faktur
pajak; dan

 penerapan ketentuan Pasal 19 ayat 1 UU KUP


(bunga penagihan terlambat melunasi utang
pajak)

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut


dilakukan apabila diterbitkan SK Pembetulan, SK
Pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau SK
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar berkurang atau
dibatalkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf b)

Permohonan hanya dapat diajukan


oleh Wajib Pajak paling banyak 2
(dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:
- Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
- Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian
mencabut pengajuan keberatan tersebut; atau
- WP mengajukan keberatan, tetapi tidak
dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:


a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;
b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c) Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung
permohonannya;
d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP
surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;


Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan dlm jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yg pertama dikirim;
PENGURANGAN / PEMBATALAN SURAT TAGIHAN
PAJAK
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf c)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN SURAT TAGIHAN
PAJAK
Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung
permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP
surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat


dipertimbangkan;

Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus


diajukan dlm jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan
Dirjen Pajak atas permohonan yg pertama dikirim;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN DAN SKP

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib


Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan
pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian
surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
(Pasal 36 ayat 1 huruf d)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu)
kali. (Pasal 36 ayat 1b)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN DAN SKP
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:
- tidak diajukan keberatan;
- diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh WP; atau
- diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung
permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP
surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan apabila


pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk hadir kepada WP dlm
rangka pembahasan akhir dan WP tidak menggunakan hak tersebut sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan;
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008
Pasal 25 ayat 1 UU KUP KEBERATAN
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan
perpajakan.
Yang dimaksud DALAM HAL Penjelasan UU KUP
dengan "suatu"
adalah 1 (satu) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi,
jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak
keberatan harus tidak sebagaimana mestinya.
diajukan terhadap
1 (satu) jenis Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau
pajak dan 1 (satu) isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan
Masa Pajak atau ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
jumlah besarnya pajak, atau pemotongan atau
Tahun Pajak. pemungutan pajak.

Keberatan diajukan oleh Wajib Pajak dengan


menyampaikan surat keberatan. (PMK 194/2007)
Pasal 25 UU KUP SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
Keberatan diajukan atas suatu SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.(ayat 1)
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut
penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (ayat 2)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (ayat 3)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (ayat 3a)
Catatan: Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak ditambah sanksi
administrasi
Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP surat
keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. (PMK 194/2007)

Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (ayat 4)
Hak WP lainnya berkaitan dengan pengajuan keberatan
Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan
pajak.(Pasal 25 ayat 6 UU KUP)
Dirjen Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh WP dalam jangka waktu paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan WP diterima. (PMK 194/2007)
Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi
persyaratan, WP dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan
terlampaui. (PMK 194/2007)
Dalam hal WP menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian perbaikan
surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima. (PMK 194/2007)
Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis. (Pasal 26 ayat 2 UU KUP)

Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Dirjen Pajak harus


menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kpd WP guna memberi
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya. (PMK194/2007)

WP dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan sepanjang Surat


Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan kepada WP. (PMK 194/2007)
WP tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan skp yang tidak
benar. (PMK 194/2007)
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK AKIBAT
PENGAJUAN KEBERATAN
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan DIUBAH
pelaksanaan penagihan pajak. (Pasal 25 ayat 7)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
(Pasal 25 ayat 7 UU KUP (baru))

Satu bulan sejak tanggal Sanksi administrasi berupa bunga 2%


diterbitkan SKPKB atau per bulan (Pasal 19) tidak
SKPKBT diberlakukan.

Dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi


administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan. (Pasal 25 ayat 9 UU KUP (baru))

Dalam hal WP mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda


sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.
(Pasal 25 ayat 10 KUP (baru))
Contoh:
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT PPh badan tahun 2008 atas nama
PT ABC diterbitkan SKPKB tertanggal 10 Oktober 2009 dengan rincian
sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah kredit pajak Rp100.000.000,00
Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp 20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (2% x 10 bulan) Rp 4.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.000.000,00

Misalkan dalam pembahasan akhir, PT ABC hanya menyetujui jumlah


kekurangan pembayaran pokok pajak sebesar Rp5.000.000,00.
Dalam hal PT ABC mengajukan keberatan maka PT ABC wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar yang telah disetujui yaitu sebesar Rp6juta {Rp5juta + (20% x
Rp5juta)} sebelum surat keberatan disampaikan. Jumlah pajak yang belum dibayar
pada saat mengajukan keberatan yaitu sebesar Rp18juta, tertangguh sampai
dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan SK Keberatan.

Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.
Misalkan keberatan PT ABC ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20 Februari 2009,
maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta.

Jatuh tempo tanggal 19 Maret 2009


PEMBUKTIAN DALAM KEBERATAN
Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data,
informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang
pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga,
pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud
tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya. (Pasal 26A
ayat 4 UU KUP)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan


pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan
huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. (Pasal 26 ayat 4 UU KUP)

Atas SKPKB yang diterbitkan karena SPT tidak disampaikan dalam


jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran dan SKPKB yang
diterbitkan karena kewajiban pembukuan (Pasal 28) dan kewajiban
ketika dilakukan pemeriksaan (Pasal 29) tidak dipenuhi.
PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN
KEBERATAN
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua


belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (Pasal 26 ayat
1 UU KUP)
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa
mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah
besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. (Pasal 26 ayat 3
UU KUP)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah


terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan. (Pasal 26 ayat 5 UU KUP)

Dirjen Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai


dengan keberatan Wajib Pajak. (PMK 194/2007)
BANDING
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada
badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
{Pasal 27 ayat 1}

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara


tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama
3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri
dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
{Pasal 27 ayat 3}
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK AKIBAT
PENGAJUAN BANDING
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak
dan pelaksanaan penagihan pajak.
(Pasal 27 ayat 5)
DIHAPUS
Dalam hal WP mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat
(7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Putusan Banding.
(Pasal 27 ayat 5a UU KUP (baru))
Tertangguh 1 (satu)
Jangka waktu 1 bulan sejak tanggal Sanksi administrasi berupa
bulan sejak terbit penerbitan Surat denda 2% per bulan (Pasal 19)
SKPKB, SKPKBT. Keputusan Keberatan tidak diberlakukan.

Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP


dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
(Pasal 27 ayat 5d UU KUP (baru))
Contoh:
Misalkan PT ABC pada contoh sebelumnya mengajukan
banding, maka kekurangan pembayaran pajak (Rp18juta),
tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.

Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.

Misalkan permohonan banding PT ABC ditolak dengan Putusan


Banding tanggal 20 Agustus 2009, maka atas jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% atau Rp18juta.

Jatuh tempo tanggal 19 September 2009


PUTUSAN BANDING
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding
terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.(Pasal 1
angka 31 UU KUP)

Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan


keputusan tata usaha negara.
{Pasal 27 ayat 2 UU KUP (lama)}

DIUBAH

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus


di lingkungan peradilan tata usaha negara.
{Pasal 27 ayat 2 UU KUP (baru)}

Catatan: Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan


Kehakiman, dalam penjelasan Pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa: “Yang
dimaksud dengan “pengadilan khusus” dalam ketentuan ini antara lain …
pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha negara.”
Pasal 23 UU KUP GUGATAN
Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap :
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,
selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan
Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak

Termasuk SK Pembetulan yang berkaitan


Selain keputusan
dengan STP dan SK Pengurangan Sanksi
berupa SKPKB,
SKPKBT, SKPLB,
Administrasi atau Penghapusan Sanksi
SKPN dan SK Administrasi yang berkaitan dengan STP yang
Keberatan sebelumnya diatur dalam ayat tersendiri.
X
IMBALAN BUNGA
Pasal 11 ayat 3 UU
KUP Timbulnya IMBALAN BUNGA (1)
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah
jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir sampai dengan saat
dilakukan pengembalian kelebihan.
diajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sehubungan dengan diterbitkannya SKPLB atas SPT yg
tidak LB {Pasal 17 ayat (1)}; Satu
diterbitkannya SKPLB akibat pembayaran pajak yang tidak bulan
seharusnya terutang {Pasal 17 ayat (2)};
sejak
diterbitkannya SKPLB atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dalam SPT {Pasal 17B};
diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak atas WP dengan kriteria tertentu {Pasal 17C} Batas waktu
atau WP yang memenuhi persyaratan tertentu {Pasal 17D}; penerbitan
diterbitkannya SK Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan SPMKP (Surat
Sanksi Adm, SK Penghapusan Sanksi Adm, SK Pengurangan Perintah
Ketetapan Pajak, SK Pembatalan Ketetapan Pajak atau SK Membayar
Pemberian Imbalan Bunga, atau diterimanya Putusan Banding atau Kelebihan
Putusan Peninjauan Kembali, yg menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak. Pajak)
(PMK 195/2007)
Timbulnya IMBALAN BUNGA
(2)
Apabila setelah melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (selain WP dengan kriteria
tertentu dan WP yang memenuhi persyaratan tertentu) diterima secara lengkap,
Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir. (Pasal 17B ayat 1 dan 2 UU KUP)
Pasal 17B ayat 3 UU KUP
Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

a. Jangka waktu 12 bulan berakhir untuk SKPLB;


b. Jangka waktu 3 bulan berakhir untuk SKPPKP PPh;(???)
c. Jangka waktu 1 bulan berakhir untuk SKPPKP PPN;(???)
sampai dengan tanggal penerbitan SKPLB atau SKPPKP.
(PMK 195/2007)
Timbulnya IMBALAN BUNGA
(3)
Ketentuan mengenai keharusan Dirjen Pajak menerbitkan surat ketetapan
pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (selain WP dengan kriteria
tertentu dan WP yang memenuhi persyaratan tertentu) diterima secara
lengkap, tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
(Pasal 17B ayat 1 dan 1a UU KUP)

Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang


perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan,
tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di
bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan dan
penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan
dalam hal kepada WP diterbitkan SKPLB, kepada WP diberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya
jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 17B ayat 4 UU KUP
Pasal 27A ayat 1 Timbulnya IMBALAN BUNGA
UU KUP (4)
Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau
permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar
sebagaimana dimaksud dalam SKPKB, SKPKBT, SKPN, dan
SKPLB yang telah dibayar menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a
untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali; atau
b
untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan
surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
Pasal 27A ayat 1a
Timbulnya IMBALAN BUNGA
UU KUP (5)
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga diberikan
atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak
yang dikabulkan sebagian atau seluruhnya menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
a
untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau
SK Pembatalan Ketetapan Pajak;
b
untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat
ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak;
atau
c
untuk Surat Tagihan Pajak dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dgn diterbitkannya
SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan
Ketetapan Pajak.
Pasal 27A ayat 2
Timbulnya IMBALAN BUNGA
UU KUP (6)
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
diberikan atas pembayaran lebih sanksi administrasi berupa
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4)
dan/atau bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) berdasarkan Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali yang mengabulkan sebagian atau seluruh
permohonan Wajib Pajak.

PKP tidak membuat atau membuat Bunga


faktur pajak, tetapi tidak tepat Penagihan
waktu;
PKP tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap;
PKP melaporkan faktur pajak tidak
2% X DPP
sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak.
Tata cara penghitungan dan pemberian
imbalan bunga

Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan


pembayaran pajak dan pemberian imbalan bunga
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
{Pasal 27A ayat 3 UU KUP}

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


195/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga
PMK Nomor IMBALAN BUNGA
195/PMK.03/2007
Imbalan bunga diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal terdapat:
a. keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) KUP;
b. keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) KUP;
c. Kelebihan pembayaran pajak karena tertangguh akibat
pemeriksaan bukti permulaan (Pasal 17B ayat 4 UU KUP);
d. kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan atau
permohonan banding atau peninjauan kembali diterima sebagian
atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat
(1) KUP; atau
e. Kelebihan pembayaran pajak karena SK Pembetulan, SK
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan
Pajak yang dikabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana
dimaksud Pasal 27 ayat (1a) UU KUP; atau
f. kelebihan pembayaran sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4)
dan atau Pasal 19 ayat (1) berdasarkan SK Pengurangan Sanksi
Administrasi atau SK Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai
akibat diterbitkan SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan sebagian atau
seluruh permohonan WP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A
ayat (2) KUP.
Yang tidak diberikan IMBALAN BUNGA berdasarkan PP 80 tahun
2007
Yang tidak diberikan IMBALAN BUNGA berdasarkan PP 80 tahun
2007
Yang tidak diberikan IMBALAN BUNGA berdasarkan PP 80 tahun
2007
Yang tidak diberikan IMBALAN BUNGA berdasarkan PP 80 tahun
2007

Anda mungkin juga menyukai