Anda di halaman 1dari 26

VII

Permohonan
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
(RESTITUSI)
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
DALAM SURAT PEMBERITAHUAN TERDAPAT PEMBAYARAN
PAJAK YANG SEHARUSNYA
PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK TIDAK TERUTANG

Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang Pajak yang telah dibayar oleh WP
dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang yang bukan merupakan objek pajak
terutang dalam STP karena PPh dalam tahun yang terutang atau kesalahan
berjalan tidak atau kurang dibayar (+) pajak pemotongan atau pemungutan yang
yang dipotong atau dipungut (+) ditambah mengakibatkan pajak yang dipotong
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau dipungut lebih besar daripada
atau terutang di luar negeri (-) pengembalian pajak yang seharusnya dipotong atau
pendahuluan kelebihan pajak. dipungut berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak perpajakan atau bukan merupakan
Masukan yang dapat dikreditkan setelah objek pajak. (PMK No. 190/PMK.03/2007)
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak atau setelah dikurangi Pembayaran dapat diminta
dengan pajak yang telah dikompensasikan. kembali dengan mengajukan
permohonan.
Permohonan restitusi dilakukan melalui SPT
Pasal 17B, Pasal 17C, dan Pasal 17D UU KUP Pasal 17 ayat 2 UU KUP
Permohonan RESTITUSI dalam SPT

SELAIN WP dgn kriteria WP DENGAN WP YANG MEMENUHI


tertentu dan WP yg memenuhi KRITERIA TERTENTU PERSYARATAN TERTENTU
persyaratan tertentu; (Pasal 17C) (Pasal 17D)
(Pasal 17B)

PEMERIKSAAN PENELITIAN

paling lambat 12 bulan sejak surat paling lambat: 3 bulan sejak


permohonan diterima, harus diterbitkan: permohonan diterima untuk PPh dan
1 bulan untuk PPN, diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Surat Keputusan
tidak berlaku thd WP yg sedang dilakukan Pengembalian Pendahuluan
pemeriksaan bukti permulaan. Kelebihan Pajak (SKPPKP)
Apabila setelah lewat jangka waktu tsb serangkaian kegiatan yang
Dirjen Pajak tidak memberi suatu dilakukan untuk menilai
keputusan, permohonan restitusi dianggap kelengkapan pengisian SPT dan
dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan lampiran-lampirannya termasuk
dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah penilaian tentang kebenaran
jangka waktu tersebut berakhir. penulisan dan penghitungannya.
Permohonan RESTITUSI oleh WP SELAIN WP dgn
(Pasal 17B
kriteria tertentu dan WP yg memenuhi persyaratan
tertentu;
UU KUP)

Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian


kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D, harus menerbitkan
surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap.

Ketentuan ini tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan tersebut, tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan
dengan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan
dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan SKPLB, kepada WP
diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
WP dengan kriteria tertentu (Pasal 17C UU
KUP)
meliputi:
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.
{Pasal 17C angka 2 UU KUP}

WP tsb tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan pembayaran pajak apabila:


a. thd WP tsb dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua)
Masa Pajak berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga)
Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan SPT Tahunan. {Pasal 17C angka 6 UU KUP}
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

a. WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas;

b. WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau


pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan
jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu;

c. WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah


lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau

d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN


dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu.

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

b WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas


dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

Jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh


1 sama dengan batasan peredaran usaha WP Orang Pribadi yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto;

Peredaran usaha kurang dari Rp1,8 milyar.


(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.03/2007)

2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari


Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);atau

3 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh paling banyak


0,5% (setengah persen) dari jumlah peredaran usaha
sebagaimana dimaksud pada angka 1)
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

c WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar


sampai dengan jumlah tertentu;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

Jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh


1
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);dan

2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari


Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

d Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN


dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan
jumlah tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

Jumlah peredaran yang tercantum dalam SPT Masa PPN untuk


1
suatu Masa Pajak paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah);dan

2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Masa PPN paling banyak


Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
PEMERIKSAAN TERHADAP WP DENGAN KRITERIA TERTENTU DAN WP
YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

DJP DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN


terhadap

WP DENGAN KRITERIA TERTENTU

WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut,


Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak.
(Pasal 17C angka 5 UU KUP dan Pasal 17D angka 5)
Contoh
PT DEF adalah WP badan selain WP dengan kriteria tertentu dan WP yang memenuhi
persyaratan tertentu. PT DEF menyampaikan SPT Tahunan 2008 pada tanggal 30 April
2009 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi melalui SPT yang
disampaikan tersebut.

Terhadap SPT Tahunan PPh Tahun 2008 atas nama PT DEF, DJP harus
melakukan pemeriksaan dan paling lambat tanggal 29 April 2010 (12 bulan sejak
SPT diterima secara lengkap) harus sudah menerbitkan skp. Surat ketetapan
pajak yang diterbitkan dapat berupa SKPKB, SKPN, atau SKPLB.

Apabila sampai dengan tanggal 29 April 2010 DJP belum menerbitkan surat
ketetapan pajak maka permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan paling
lambat tanggal 30 Mei 2010 harus diterbitkan SKPLB.
Contoh
PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu.
PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2008 pada tanggal 30 April 2009 yang
menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juli 2009 dengan
jumlah restitusi sesuai permohonan.
Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2009 dan
ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00.

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (482,5juta – 200juta) Rp282.500.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 17C (5) (100%) Rp 30.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00
Hal yang sama berlaku bagi WP yang memenuhi persyaratan tertentu.
Pasal 17E

Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam negeri yang


melakukan pembelian Barang Kena Pajak di dalam daerah
pabean yang tidak dikonsumsi di daerah pabean dapat diberikan
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayar, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
VIII

PENAGIHAN PAJAK
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU
KUP
Pasal 20 angka 1 UU KUP
Jumlah pajak yang
masih harus
dibayar ditagih
yang tidak
dibayar oleh dengan
STP Penanggung Surat
SKPKB Pajak sesuai Paksa
SKPKBT dengan jangka
waktu
SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
Tambahan jumlah tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak yang masih pajak
harus dibayar
PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)

a. badan oleh pengurus; kecuali apabila dapat


b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; membuktikan dan
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau meyakinkan Dirjen Pajak
badan yang ditugasi untuk melakukan bahwa mereka dalam
pemberesan; kedudukannya benar-
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; benar tidak mungkin
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh untuk dibebani
salah seorang ahli warisnya, pelaksana tanggung jawab atas
wasiatnya atau yang mengurus harta pajak yang terutang
peninggalannya; atau tersebut.
f. anak yang belum dewasa atau orang yang (Pasal 32 ayat 2 UU KUP)
berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
(Pasal 32 ayat 1 UU KUP)
CONTOH

Udin (WP orang pribadi) menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun 2008
tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10
Oktober 2009 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak
yang terutang sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. SKPKB
diterbitkan dengan penghitungan sebagai berikut :
1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00
2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00
3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00
4. Bunga 10 bulan =2% X 10 X Rp1.000.000,00 Rp 200.000,00
5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.200.000,00

harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal


diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 November 2009.

Apabila sampai dengan tanggal 9 November 2009 SKPKB


tersebut belum dilunasi oleh Penanggung Pajak maka
dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.
CONTOH

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008


atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB
dengan perincian sbb:
Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober
2009. Oleh KPP diberikan penundaan sampai dengan tanggal 25 Januari
2010.

Apabila sampai dengan tanggal 25 Januari 2010 SKPKB


tersebut belum dilunasi oleh PT ABC maka dilakukan
penagihan dengan Surat Paksa.
BUNGA PENAGIHAN

Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak
yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 angka 1 UU KUP)
CONTO
H
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas nama PT
ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb:
Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2009.

Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2009.

Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00

Ditagih dengan Surat


Tagihan Pajak (STP)
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,
Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
dilakukan apabila
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Pasal 20 ayat 2 UU KUP
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(Pasal 20 ayat 3 UU KUP)

UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak


dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 19 Tahun 2000
HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (1)
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-
barang milik Penanggung Pajak.
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan
dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
ayat (2)
Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga,
denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.
ayat (3)
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya,
kecuali terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;
dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.

ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau
likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum
menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.
DALUWARSA HAK
Pasal 21 UU KUP
MENDAHULU
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah.

ayat (5)
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan
sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan
secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa; atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau


persetujuan angsuran pembayaran maka jangka waktu 5
(lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir
penundaan diberikan.
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga,


denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa
setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak


Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan,
keberatan, banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa
penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.
TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN
PAJAK
Pasal 22 ayat 2 UU KUP
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:

Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada


Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut.

Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan


permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena WP


melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang
dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
tersebut.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan
Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai