Permohonan
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
(RESTITUSI)
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
DALAM SURAT PEMBERITAHUAN TERDAPAT PEMBAYARAN
PAJAK YANG SEHARUSNYA
PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK TIDAK TERUTANG
Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang Pajak yang telah dibayar oleh WP
dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang yang bukan merupakan objek pajak
terutang dalam STP karena PPh dalam tahun yang terutang atau kesalahan
berjalan tidak atau kurang dibayar (+) pajak pemotongan atau pemungutan yang
yang dipotong atau dipungut (+) ditambah mengakibatkan pajak yang dipotong
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau dipungut lebih besar daripada
atau terutang di luar negeri (-) pengembalian pajak yang seharusnya dipotong atau
pendahuluan kelebihan pajak. dipungut berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak perpajakan atau bukan merupakan
Masukan yang dapat dikreditkan setelah objek pajak. (PMK No. 190/PMK.03/2007)
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak atau setelah dikurangi Pembayaran dapat diminta
dengan pajak yang telah dikompensasikan. kembali dengan mengajukan
permohonan.
Permohonan restitusi dilakukan melalui SPT
Pasal 17B, Pasal 17C, dan Pasal 17D UU KUP Pasal 17 ayat 2 UU KUP
Permohonan RESTITUSI dalam SPT
PEMERIKSAAN PENELITIAN
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan tersebut, tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan
dengan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan
dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan SKPLB, kepada WP
diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
WP dengan kriteria tertentu (Pasal 17C UU
KUP)
meliputi:
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.
{Pasal 17C angka 2 UU KUP}
Terhadap SPT Tahunan PPh Tahun 2008 atas nama PT DEF, DJP harus
melakukan pemeriksaan dan paling lambat tanggal 29 April 2010 (12 bulan sejak
SPT diterima secara lengkap) harus sudah menerbitkan skp. Surat ketetapan
pajak yang diterbitkan dapat berupa SKPKB, SKPN, atau SKPLB.
Apabila sampai dengan tanggal 29 April 2010 DJP belum menerbitkan surat
ketetapan pajak maka permohonan restitusi dianggap dikabulkan dan paling
lambat tanggal 30 Mei 2010 harus diterbitkan SKPLB.
Contoh
PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu.
PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2008 pada tanggal 30 April 2009 yang
menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juli 2009 dengan
jumlah restitusi sesuai permohonan.
Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2009 dan
ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00.
PENAGIHAN PAJAK
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU
KUP
Pasal 20 angka 1 UU KUP
Jumlah pajak yang
masih harus
dibayar ditagih
yang tidak
dibayar oleh dengan
STP Penanggung Surat
SKPKB Pajak sesuai Paksa
SKPKBT dengan jangka
waktu
SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
Tambahan jumlah tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak yang masih pajak
harus dibayar
PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)
Udin (WP orang pribadi) menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun 2008
tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10
Oktober 2009 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak
yang terutang sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. SKPKB
diterbitkan dengan penghitungan sebagai berikut :
1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00
2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00
3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00
4. Bunga 10 bulan =2% X 10 X Rp1.000.000,00 Rp 200.000,00
5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.200.000,00
ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau
likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum
menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.
DALUWARSA HAK
Pasal 21 UU KUP
MENDAHULU
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah.
ayat (5)
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan
sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan
secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa; atau