Anda di halaman 1dari 10

REVIEW DISERTASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007


TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
(KAJIAN TERHADAP PERSPEKTIF ULAMA SUMATERA UTARA)

Oleh :
Nurhayati
Nim : 94309010112
Doktor SPS UIN Sumatera Utara Meda
Lulus 2014
Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Hukum Islam

TUGAS REVIEW

Dosen Pengampu:
Dr. Faisar

Oleh:
Miskari
NIM : 00.000.000.020202017

SEKOLAH PASCASARJANA

UNVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

2017 M/1439 H

Review Metodologi dan Alternatifnya

1. Judul

Judul sebuah penelitian harus jelas sehingga dapat menarik perhatian orang untuk mau membaca bahkan
mempelajari isinya. Judul haruslah menjadi gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkup
penelitian tersebut. Namun harus tetap dalam kerangka singkat, spesifik, dan jelas.1 Judul juga harus menggunakan
kata-kata yang jelas, singkat, deskriptif, dan tidak merupakan pertanyaan. Hendaknya hindarkan penggunaan kata-
kata yang kabur, bombastis, bertele-tele, tidak runtut, dan lebih dari satu kalimat2. Perumusan judul penelitian tidak
jarang dianggap sebagai suatu hal yang remeh. Perumusan suatu judul penelitian sedikit banyaknya tergantung pada
berhasil tidaknya seorang peneliti untuk mengabstrasikan masalah yang ingin ditelitinya dengan sesederhana
mungkin.3

Judul Disertasi ini adalah UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (KAJIAN TERHADAP PERSPEKTIF ULAMA
SUMATERA UTARA . Judul menurut reviewer sudah bagus, karena dari segi bahasa penggunaan judul sudah
cukup jelas, walaupun judulnya panjang, tapi judul disertasi ini sudah dipecah menjadi dua bagian yaitu, judul induk
dan anak judul, sehingga mudah untuk dipahami dan dapat dimengerti dengan mudah (tidak muluk-muluk).4 Senada
dengan apa yang dijelaskan oleh Dr. Faisar Ananda Arfa dalam bukunya Metodelogi Penelitian Hukum Islam, judul
harus dibuat dengan menggunakan kata-kata yang tepat dan tidak bertele-tele.5 Tapi, menurut reviewer judul yang
tepat adalah, Perdagangan orang Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 dan Hukum Islam
(Studi Komparatif antara Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap Perdagangan Orang). Kenapa judul
disertasi kakak Nurhayati dianggap bagus, karena menurut saya, kalau skripsi kelasnya kabupaten, sedang thesis,
kelasnya Provinsi sedang disertasi seharusnya kelas nasional bahkan Internasional sedang dalam disertasi ini
kelasnya masih provinsi.

2. Latar belakang masalah

Dalam latar belakang masalah, perlu dijelaskan tentang pengtingnya judul yang diteliti. Sehubungan
dengan ini, maka peneliti perlu menyajikan referensi yang relevan berdasarkan studi pendahuluan untuk
memperkuat alasan pemilihan judul.6

Latar belakang yang dituliskan peneliti berkisar tentang perdagangan orang, disamping itu ada juga unsur
sejarah yang menjelaskan tentang sejak kapan adanya perdagangan orang dan kapan pertama kali di Indonesia
perdagangan orang mulai marak.serta pandangan hukum Islam itu mulai dijadikan sebagai suatu hukum mencegah
semakin semaraknya perdagngan orang. Dari jabarannya, menurut reviewer peneliti telah cukup bagus dalam
mengangkat urgensi permasalahan perdagangan orang untuk menguatkan judul yang dibahasnya.

3. Permasalahan
Dalam penulisannya, peneliti tidak ada menulis identifikasi masalah.
Bahkan juga tidak menulis pembatasan masalah sehingga reviewer tidak perlu mengomentarinya.

Padahal, identifikasi masalah dianggap penting karena menjelaskan berbagai permasalahan yang muncul
dari judul yang dibahas karena ditinjau dari berbagai aspek7 terhadap aspek lainnya juga.

Dalam disertasionya, peneliti tidak menulis Pembatasan masalah padahal pembatasan masalah juga perlu
karena bagian dari data pendukung sehingga penelitian ini layak untuk dibahas 8.

1
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Epistimologi dan Logika (Bandung: Remadja Karya, 1985), 1 .
2
Suwendi, Modul Metodologi Penelitian Program Dua Mode Sistem. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
3
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UIP 2010). 94.
4
Soejono Soekanto,. 95.
5
Faisar Ananda arfa, Metodelogi Penelitian Hukum Islam, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010)
hlm 71
6
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015, 69.
7
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015, 69
8
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015, 69
1) Rumusan Masalah

Dalam rumusan masalah peneliti harus lebih konkrit permasalahan yang hendak dijawab pada kesimpulan 9.
Pada bagian telah memadai dalam perumusan masalahnya.

Permasalahan penelitian disertasi peneliti adalah sebagai berikut :


1. Bagamainakah aturan perundangan di Indonesia tentang perdagangan orang?
2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam tentang perdagangan orang?
3. Bagaimanakah pemahaman ulama Sumatera Utara tentang perdagangan orang?

Menurut reviewer, rumusan yang pertama sangat penting untuk dibahasas agar tahu asal mula terjadinya
perdagangan di Indonesia. Karenanya untuk mengetahui jawabannya harus membuka literature-literatur yang tertulis
di buku-buku dan artikela-artikel. Untuk rumusan point 2 dan 3 reviewer kira sangat penting untuk dikaji dan diteliti
secara mendalam. Jadi semua rumusan masalah memang sangat penting untuk di bahas. (untuk rumusan nomer tiga,
kalau judul diganti maka harus diganti yang lebih meluas)

4. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat
merumuskan masalah, memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala sehingga dapat
merumuskan hipotesa, untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu keadaan, perilaku
peribadi dan perilaku kelompok.10 Senada dengan pendapat diatas, Dr. Faisar Ananda Arfa mengatakan, tujuan
penelitian dan rumusan masalah memiliki keterkaitan yang sangat erat. Karena tujuan penelitian itu akan
memberikan arah pada penelitian sebagaimana rumusan masalah. Tujuan penelitian seyogyanya harus dibuat dalam
bentuk pernyataan yang konkrit dan jelas tentang apa yang akan diuji, dikomfirmasi, dibandingkan, dan
dikorelasikan.11

Dalam hal ini, menurut reviewer telah baik dalam konsistensi dengan perumusan masalah yang diutarakan
walaupun menurut reviewer sedikit kaku karena terlalu berpatokan sekali dengan rumusan masalah. Dan peneliti
juga tidak keluar dari konteks perumusan masalah, walaupun ada beberapa yang membahas secara umum tanpa
terikat pada rumusan masalah.

5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dipaparkan oleh peneliti berkaitan dengan perdagangan orang sudah sangat bagus
dan kaya referensi. Menurut reviewer peneliti sudah bisa mencari perbedaan dan persamaan penelitiannya dengan
penelitian terdahulu. Dalam hal ini, peneliti sudah mampu mengaitkan penelitiannya dengan penelitian yang
terdahulu.

6. Metode Penelitian

1) Metodr penelitian disertasi ini adalah menggunakan metode kualitatif. (Menurut Denzin dan Lincoln,
mengatakan bahwa, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud mentafsirkan penomena yang terjadi dengan jalan melibatkan bberbagai metode yang ada. 12)
dengan pendekatan sosio-legal-historis. Menurut reviewer peneliti sudah bagus dalam memilih pendekatan
penelitian, hanya saja menurut reviewer, peneliti kurang begitu mendalam dalam menganalisa
permasalahan yang terjadi dilapangan, seharusnya penulis bisa menambahkan pendekatan penelitian

9
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015, 70
10
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UIP 2010). 9.
11
Faisar Ananda arfa, Metodelogi Penelitian Hukum Islam, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010)
hlm 109
12
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosada 2014), 5.
diagnostik-preskriptif-evaluatif13 sehingga peneliti dapat menyelidiki untuk mendapatkan keterangan
mengenai sebab-sebab terjadinya perdagangan orang (human trafficking baik di Indonesia maupun di dunia
internasional. Serta untuk mendapatkan saran-saran untuk medapatkan mengenai apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi masalah-masalah dalam pencegahan terhadap perdagangan orang/manusia, lalu peneliti
dapat menilai bagaimana formalisasi hukum pidana terhadap pelaku perdagangan orang begitu juga dalam
pandangan hukum Islam.

2) Dalam teknik pengumpulan data, peneliti mengambil penelitian kepustakaan, dokumentasi produk hukum
dan wawancara. Menurut reviewer ketiga teknik pengumpulan data itu masih sangat kurang, karena
menurut reviewer peneliti harus terjun langsung kelapngan 14 (observasi), karena dengan tenik observasi
memungkinkan kepada peneliti untuk memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumt mungkin
terjadi, yaitu mendatangi dan mewawancarai pelaku perdagangan orang serta mendatangi korban yang telah
menjadi objeknya. Jadi pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan
untuk perilaku yang kompleks.

3) Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan pendekatan contents-analysis, yaitu menggambarkan
sesuatu yang menjadi objek penelitian. Pada analis ini peneliti juag menjelaskan hubungan antara antara
pemerintah daerah, disamping itu peneliti juga melakukan analisis politik hukum mengenai peraturan-
peraturan yang sudah dan akan diterapakan dikemudian hari terutama tindak pidana terhadap pelaku
perdagangan orang tersebut. Menurut reviewer peneliti seharusnya juga menggunakan analisis perundang-
undangan hal ini untuk mengetahui pengertian-pengertian dasar yang terkandung dalam undang-undang15,
hal ini akan mempermudah peneliti dalam menganalisa kebijakan dari pemerintah dalam formalisasi
hukum pidana terhadap pelaku perdagangan manusia.

Review Teori

BAB II

A. Perbudakan (Trafficking)

Dalam bab ini, akan dibahas tentang definisi dari perdagangan orang (trafficking in person). Trafficking berarti
perdagangan yang diambil dari bahasa Inggris. Istilah trafficking di Indonesia masih baru, belum begitu dikenal,
hanya saja istilah ini sudah sangat dikenal di Eropa maupun di Amerika. Trafficking in Human atau Trafficking in
person lebih dikenal dengan istilah trafficking yang berasal dari kata traffic yang berarti perdagangan. Istilah ini
digunakan hanya untuk perdagangan yang jenisnya iollegal (tidak resmi). Secara sederhana, trafficking dipahami
sebagai perdagangan manusia, lebih khusus lagi perdagangan terhadap perempuan dan anak-anak.

Perdagangan orang, utamanya perempuan dan anak-anak akhiranya pada sekitar abad 18 hingga awal abad ke 19
terjadi kesepakatan-kesepakatan, diadakan dimana-mana untuk memberi perlindungan terhadap anak dan kaum
perempuan. Kemudian mencari, elemen-elemen apa saja yang menyebabkan perdagangan manusia semakin marak,
apakah ada persetujuan dari pihak korban untuk dipekerjakan sebagai pelacur atau tidak, atau apakah terjadinya
perdagangan orang ada unsur paksaan, dan kalau iya, bagaimana paksaan itu diukur dan didefinisikan.

Menurut Michelle O.P Dunbar didefiniskan dalam konteks yang lebih sempit, yaitu dalam hubungannya dengan
perdagangan perempuan. Menurutnya, konsep perdagangan perempuan tidak hanya dibatasi pada pelacuran paksa.
Untuk memahami konsep umum perdgangan perempuan, hal penting yang harus diketahui adalah pelacuran tidak
hanya dikaitkan dengan perdagangan perempuan. Tidak semua korban perdagangan perempuan dijadikan pelacur,
karena kenyataannya hanya karena dipaksa.

13
Soerjono Soekanto. 10.
14
Lexy J. Moleong. 175.
15
Soerjono Soekanto. 255.
Ada beberapa factor kenapa perempuan dan anak-anak memiliki resiko yang tinggi dan rentan untuk dijadikan
korban perdagangan, disebabkan :

1. Perempuan dipersepsikan sebagai sesuai untuk mengisi peran stereotips tertnetu

2. Perempuan dianggap sangat mudah dibohongi dengan berbagai janji

3. Dan, perempuan menyukai berbagai pekerjaan tertentu, misalnya menjadi babysister, sampai menjadi
penari dan menjadi penyanyi di dunia entertainment yang merupakan industry seks terselubung, tetappi tidak selalu
sadar kalau dirinya sebenarnya menjadi sasaran empuk untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu birahi belaka.
Perempuan terkadang kurang tanggap terhadap niatan para sponsor bahwa mereka akan dijual, perempuan hanya
memikirkan gaji yang tinggi, banyak uang, dan menikmati kehidupan dengan harta. Hal yang seperti ini semakin
mempermudah mereka didapat oleh para germo atau mucikari untuk diperdagangakan. Ini menunjukkan bahwa
salah satu elemen adanya perdagangan perempuan dan anak adalah unsur paksaan untuk masuk ke dalam dunia
prostitusi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari perdagangan orang adalah :

1. Perbuatan, merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima.

2. Sarana (cara) untuk mengendalikan korban : ancaman, penggunanaan paksaan, berbagai bentuk kekerasaan,
penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian/penerimaan
pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang.

3. Tujun : eksploitasi. Ekploitasi mencakup setidaknya eksploitasi pelacuran bdari orang lain atau bentuk-
bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja pakssa, perbudakan, penghambaan, dan pengambilan organ tubuh.

Definisi perdagangan orang yang terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2007 yang berbunyi :

Tindakan perekrutan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau menfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negeri maupun antarnegara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

B. Bentuk-bentuk perdagangan

1. Kerja paksa

Salah satau yang merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dijamin penegakannya dan dihormati
adalah hak bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi
warganya baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun kenyataannya, masih banyak warga Negara yang
tidak sepenuhnya bias dilindungi hak-haknya. Sehingga mereka dalam dalam keterpaksaan.

2. Pekerja Migran

Pekerja atau migran adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri maupun kebutuhan untuk masyarakat. Pekerja migran (Migrant
Worker) adalah orang yang berimigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemduian bekerja di tempat
yang baru tersebut dalam jangka waktu yang relative lama dan menetap.

3. Eksploitasi seksual

Istilah Eksploitasi berasal dari bahasa Inggris yang bermakna exploitation yang mengandung arti pengisapan,
pemerasan, dan mengambil keuntungan dari orang lain.
4. Pekerja Anak

a. Segala bentuk perbudakan atau peraktek sejenis perbudakan, seperti penjualan dan perdaggangan anak,
kerja ijon (debt bondager), penghambaan serta kerja paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa
atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik bersenjata;

b. Pemanfaatan, enyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk produksi pornografi, atau untuk
pertunjukan-pertunjukan porno;

c. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang khususnya untuk produksi dan
perdagangan obat-obtan sebagaimana diatur dalam perjanjian internasional yang relevan;

d. Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan,
keselamatan, atau moral anak-anak.

5. Pengangkatan anak (adobt child)

6. Transpalantasi Organ Tubuh

7. Pernikahan

8. Pengantin pesanan

C. Faktor-faktor Penyebab Pedagangan Orang

1. Faktor Kesenjangan eekonomi

2. Faktor Penegakan Hukum

3. Faktor Geografi

4. Buadaya Patriarki (sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas yang sentral dalam
organisasi sosial.

Dalam bab ini reviewer memberi penilaian:

Penelitian tentang Perdagangan Orang dan Tindak Pidana reviewer rasa sudah bagus untuk dijelaskan pada
bab ini, karena sebelum meneliti lebih jauh lagi tentang formalisasi hukum pidana Islam perlu diketahui bagaimana
relasi antara agama dan negara itu sendiri. Dari segi referensi bacaan peneliti juga sudah memadai sehingga bisa
menyajikan pembahasan yang mendalam mengenai Hukum Islam tentang Perdagangan Orang. Satu hal yang masih
mengganjal didalam fikiran reviewer adalah dalam bab ini atupun bab-bab yang lainnya tidak ada pembahasan
mengenai formalisasi hukuman pelaku Pelaku Perdagangan Orang.

Menurut reviewer hal ini sangat penting, karena dengan menjelaskan penerapan hukum pidana Islam
dinegara-negara yang sudah menerapkan hukum Islam peneliti dapat mengetahui suatu gambaran dan perbedaan
Hukum Positif fan Pidana Hukum Islam.

Selain itu peneliti juga seharusnya membahas mengenai lembaga-lembaga penerapan hukum Islam,
sehingga dapat diketahui apa yang menjadi perbedaan dengan lembaga-lembaga penegakan hukum tentang pelaku
Perdagangan Oraang sekarang ini. Yang menajdi pertanyaan, apakah lembaga-lembaga penegak hukum sekarang ini
bisa dijadikan sebagai pengawal mengenai Perdagangan Orang? Lalu bagaimanakah mekanisme penjalanannya?

BAB III

PERDAGANGAN ORANG MENURUT HUKUM ISLAM


A. Dalil dan Hukum

1. Dari al-Quran, misalnya Surat Al-isra ayat 70, surat al-Ambiya 107, surat Asy-syura ayat 42, dan al-
Maidah ayat 32

2. Yang bersumber dari as-Sunnah, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam ahmad bin
Hambal, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sebuah hadits Qudsi

3. Dan, beberapa pedapat Ulama, mislanya dalam kotab Ihkam al-ahkam Syarh, Umdah al-ahkam, Isyadur
Rofiq, sullam taufiq.

B. Pandangan Islam Tentang Kehormatan Manusia

1. Dharuriyat (prime), hifdzun din(menjaga agama), hifdzun nafs (menjaga jiwa), hifdzun akal (menjaga
akal), hifdzun nasal(menjaga keturunan), hifdzun mal (menjaga harta).

2. Hajiyat (sekunder)

3. Tahsini (tersier)

C. Macam Perbudakan dalam Islam

1. Raqabah

Artinya leher, belenggu, menjaga, mengawal, raqabah ialah orang-orang yang dimilik

2. Amah

Ama bentuk jamaknya adalah Ima merupakan istilah untuk perbudakan perempuan. Budak amah adalah budak
yang dapat dimiliki dan dikawini.

3. Abd

Arti sempitnya adalah menyembah, mengabdi. Abdun bisa bermakna mencakup seluruh manusia yang menyembah
di hadapan Allah SWT. Bisa juga bermakna, hamba sahaya, manusia yang dimiliki orang lain.

4. Mamluk

Kata mamluk memilik arti memiliki, menguasai sesuatu yang berada di bawahnya.

D. Prinsip Hukum Islam tentang Perdagangan Orang.

Prinsip Hukum Islam diantaranya adalah :

1. Prinsip Tauhid

2. Prinsip Keadilan

3. Prinsip Kemanusiaan

4. Prinsip Amar Maruff Nahi Munkar

5. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan (al-Hurriyah)

6. Prinsip Persamaan (al-Musawa)


7. Prinsip Kemaslahatn

8. Prinsip Tolong Menolong

Dalam bab III ini reviewer menilai:

Seharusnya pembahasan ini lebih tepat dibuat di bab IV, karena menurut reviewer ini di bab ini sepertinya
peneliti menjelaskan sumber hsumber hokum baik Hukum Maupun hokum Negara. Sedang di bab IV pun nanti akan
dibahas lagi, sehingga aka nada pengulangan-pengulangan yang dilakukan peneliti dalam menulis penelitiannya. ini
sama seperti bab sebelumnya, sudah bagus dengan referennsi yang memadai. Peneliti juga bisa menyajikan tulisan
yang sistematik dan mudah untuk dipahami. Hanya saja dalam bab ini referensi yang digunakan peneliti cenderung
bersifat lokal, dalam artian sangat jarang buku-buku atau peneliti dari luar Indonesia.Hal ini sangat diperlukan,
karena dengan mengutip referensi-referensi dari peneliti luar negeri, penyajiannya akan lebih fair dan berimbang,
sehingga penyajian mengenai perdagangan orang bisa dilihat dari berbagai sumber, sehingga dalam penarikan
kesimpulan bisa lebih mendekati.

BAB IV

A. Dalam bab ini adalah analisa. Peneliti memberi judul Perdagangan Orang Menurut Ulama Pandangan
Ulama Sumatera Utara dengan sub kajian, Realitas Perdagangan Orang di sumatera Utara, Pandangan
Ulama Sumatera Utara tentang Perdagangan Orang, dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Pemerintah terhadap
Pencegahan Perdagangan Orang.
Sumatera Utara termasuk salah satu provinsi yang besar. Sumatera Utara memiliki geografis yang
sangat bagus sekali. Provinsi ini berada di jalur yang sangat strategis untuk pelayaran internasional selat
Malaka dan singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan letak yang demikian, menjadikan Sumatera Utara
gerbang penting bagi lalu lintas perdagangan orang sehingga dijadikan sebagai daerah pengirim (sending
area), penampungan (transit), dan tujuan oleh para pelaku perdaggan orang.
Sebagai daerah pengirim, para korban yang berasal dari berbagai provinsi ini diperdagngkan untuk
berbagai macam tujuan, yaitu :
- Perdagangan perempuan dan anak perempuan untuk tujuan menjadi pekerja rumah tangga ke
luar negeri (Malaysia)
- Perdagangan perempuan dan anak perempuan untuk tujuan prostitusi ke luar negeri
(Malaysia) maupun dalam negeri (Sumatera Utara, Kepuluan Riau, Riau, dll)
- Perdagangan anak laki-laki asal Sumatera Uara sebagai buruh penangkap ikan di Jermal, yang
banyak tersebar di lepas pantai timur Sumatera Utara.
Pandangan Ulama Sumatera Utara tentang Perdagangan Orang
1. NU Sumatera Utara
2. MUI Sumatera Utara
3. Muhammadiyah Sumatera Utara
4. Jamiyatul Sumatera Utara

Dari beberapa pendapat yang dikemukan di atas, pendapat Nahdlatul Ulama dianggap lebih tegas dan jelas
terhadap pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang dengan mengeluarkan fatwa tentang trafficking
(perdagngan manusia) nomor 448.

Penilaian reviewer: Judul yang diberikan oleh peneliti sudah konsisten dengan objek yang akan dianalisis,
tapi kekurangan dari bab ini adalah tidak dijelaskannya bagaimana pandangan Ormas kepemudaan, karakter
masyarakat Sumatera Utara, dan beberapa suku yang ada di Medan, seharusnya peneliti lebih memperhatikan
antropologi hukum dalam penelitian ini, sehingga peneliti bisa mengetahui dengan baik hambatan/tantangan
penerapan Undang-undang tentang Perdagangan Orang.

BAB VI

KESIMPULAN
Pada bab ini peneliti menuliskan kesimpulan penelitiannya, tapi menurut reviewer kesimpulan peneliti
kurang begitu memuaskan, karena secara keselurah belum bisa dikatatakan mewakili dari rumusan masalah yang
ada pada bab pertama.

ALTERNATIF OUT LINE

Judul Disertasi : Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 dan Hukum Islam
(Studi Komparatif antara Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap Perdagangan Manusia).

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
F. Tinjauan Pustaka
G. Metode Penelitian
H. Teknik dan Sistematika Penulisan

BAB II ULASAN LEGAL-HISTORIS TENTANG PERDAGNGAN ORANG


A. Pengertian Perdagangan Orang
B. Sejarah Perdagangan Orang
C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Orang
D. Faktor-Faktor Penyebab Perdagangan Orang
E. Perdagangan Orang dalam UU No. 21 Tahun 2007
F. Perdagangan Orang dalam Islam

BAB III PERDAGANGAN ORANG MENURUT ISLAM

A. Pengertian dan Dalil Hukum


B. Pandangan Islam tentang Kehormatan Manusia
C. Latar Belakang Perdagangan Orang
D. Perbudakan dalam Hukum Islam
E. Prinsip Hukum Islam tentang perdagangan Orang

BAB 1V PERDAGANGAN ORANG MENURUT ULAMA SUMATERA UTARA


A. Realitas Perdagangan Orang di sumatera Utara

B. Pandangan Ulama Sumatera Utara tentang Perdagangan Orang


C. Hal-Hal yang perlu Dilakukan Pemerintah terhadap Pencegahan Perdagangan Orang

BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Faisar Ananda arfa, Metodelogi Penelitian Hukum Islam, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010)

Soekanto,Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta: UIP 2010)

Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosada 2014

Suwendi, Modul Metodologi Penelitian Program Dua Mode Sistem. Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian

Islam 2011-2015, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah, 2011

Anda mungkin juga menyukai