Sebagai suatu konsep akademik, pengertian pluralism hokum terus berkembang,
berubah dan dipertajam melalui berbagai perdebatan ilmiah dari para ahli dan pemerhati dalam ranah hokum dan kemasyarakatan ( studisosialegal ). Pengertian pluralisme pada masa awal sangat berbeda dengan masa sekarang. Pada masa awal pluralism hokum diartikan sebagai ko-eksistensi antara berbagai sistem hukum dalam lapangan sosial tertentu yang dikaji, dan sangat menonjolkan dikotomiantara hukum Negara di satusisi dan berbagai macam hukum rakyat di sisi yang lain( Griffiths, 1986 ) dan dalam hal ini paraahli hanya sekedar melakukan pemetaan terhadap keane karagaman hokum dalam lapangan kajian tertentu( mapping of legal universe ). Saat ini paradigma baru dalam pluralism hukum dikaitkan dengan“ hukum yang bergerak “ dalam ranah globalisasi. Sepanjang sejarah kita dapat mengidentifikasi adanya fenomena globalisasi melalui ekspansi yang hegemonil, penyebaran agama danperdagangan.Olehkarenaitusangatpentinguntuk melihat globalisasi dalam konteks sejarah. Narasi besar mengenai pluralisme hukum mengalami re-definisi, sama seperti banyaknya pemikiran teoritis dan implikasi metodologisnya dalam banyak cabang ilmu sosial lain yang memerlukan penjelasan baru karena adanya fenomena globalisasai. Sehingga dalam definisi ulang ini, diperlihatkan bahwa hukum Dari berbagai arus dan penjuru dunia bergerak memasuki wilayah-wilayah yang tanpa batas dan terjadi persentuhan , interaksi, kontestasi dan saling adopsi yang kuat diantara hukum internasional, nasionaldan local (dalam konteks sosiopolitik tertentu). Terciptalah hukum transnational dan transnationalized law sebagi akibat dari terjadinya persentuhan dan penyesuaian diri dan pemenuhan kepentingan akan kerjasama antar bangsa. Oleh karena itu penting kiranya bagi kita untuk membahas sejauh mana pluralism hukum dalam prespektif global saatini.