Anda di halaman 1dari 20

Pluralisme

Hukum
OLEH:
JON HERI, S.H.I., M.H., C.L.A
Apa yg dimaksud dengan
pluralisme hukum?

- Pada hakikatnya, kajian pluralisme hukum


menerangkan relasi antara masyarakat
dengan berbagai sistem hukum yang bekerja
di dalamnya (Benda-Beckmann, 2005);
- Sebagai pemikiran kritis atas dominasi
pemikiran sentralisme dan positivisme
hukum dalam mempelajari hubungan antara
hukum dan masyarakat.
Lanjutan Apa....(2)

(Griffiths, 2005) mengemukakan pemikiran ttg


sentralisme hukum (Lidwina, 2011):
pemikiran yang melihat hukum semata sebagai
produk negara dan berlaku seragam utk semua
pribadi yg berada di wilayah yurisdiksi negara
tsb;
hukum merupakan kaidah normatif yang
bersifat memaksa, eksklusif, hirarkis, sistematis
dan berlaku seragam;
hukum bersifat top down sekaligus bottom up
Lanjutan Apa.....(3)

Pemikiran positivisme hukum (ibid):


Sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam
shg konsekuensinya perumusan dan praktik
hukum tidak dilakukan secara acak namun
terstruktur, rasional dan logis berdasarkan
asumsi dan asas-asas hukum tertentu;
Masyarakat dilihat sbg entitas yang statis dan
dianggap tidak mampu memproduksi suatu
aturan atau melakukan tindakan yang
membawa akibat bagi terjadinya perubahan
hukum  hukum dilihat sbg suatu sistem
pengaturan yang sifatnya tertutup
Pluralisme Hukum dalam
Wacana Akademis

Pada awalnya (Abad 19), keanekaragaman sistem


hukum di masyarakat ditanggapi sebagai gejala
evolusi hukum;
Pada Abad 20, realitas tsb dilihat sebagai gejala
pluralisme hukum yang muncul seiring dengan
banyaknya negara yang memerdekakan diri dari
penjajahan dan meninggalkan sistem hukum
Eropa yang berlaku di negara-negara tersebut.
Lanjutan Pluralisme....(2)

Para legal pluralist pada masa permulaan


(1970-an)mengajukan konsep pluralisme
hukum yang mengacu pada adanya lebih dari
satu sistem hukum yang secara bersama-
sama berada dalam lapangan sosial yang
sama (Sally E. Merry (1988), Griffiths (1986),
Hooker (1975), Sally F. Moore (1978)),
sebagai berikut:
Lanjutan Pluralisme....(3)

John Griffiths:
Legal pluralism is the fact, legal centralism is a
myth, an ideal, a claim, an illusion. By legal
pluralism I mean the presence in a social field of
more than one legal order
Kondisi pluralistik dilihat sebagai weak legal
pluralism atau strong legal pluralism
Lanjutan Pluralisme....(4)

Sally F. Moore:
Konsep pluralisme hukum merujuk kepada
situasi normatif yang heterogen berdasarkan
adanya fakta bahwa tindakan sosial selalu
dilakukan dalam konteks bidang-bidang sosial
yang beragam dan saling tumpang tindih.
Alur Perkembangan Kajian Pluralisme Hukum

a. Pemetaan (mapping)  terdapat beberapa sistem


hukum yang berada bersamaan dalam suatu lapangan
sosial dan menentukan batasan di antara sistem
hukum tersebut (sistem hukum negara dan sisem
hukum lain di luarnya, seperti hukum adat dan
hukum agama);
b. Meneliti adaptasi maupun kompetisi yang
dilakukan anggota masyarakat terhadap beberapa
sistem hukum tersebut  melihat apa yang terjadi
dalam masyarakat apabila dalam satu lapangan sosial
terdapat beberapa sistem hukum sekaligus yang
mengaturnya (kajian bidang-bidang sosial semi
otonom yang antara lain dilakukan Sally F. Moore);
Lanjutan Alur..........(2)

c. Mengkaji pilihan individu anggota masyarakat dalam


menentukan sistem hukum dan metode penyelesaian
sengketa yang digunakan;
d. Menstudi pengaruh antara sistem hukum dan
kebijakan internasional terhadap konteks hukum dan
kebijakan nasional dan lokal  dikenal sebagai kajian
pluralisme hukum berperspektif global. Melalui kajian
ini dijelaskan banyak hal terkait hubungan antara hukum
dan masyarakat yang sedang berubah karena proses
globalisasi, seperti proses terbentuknya dan bekerjanya
hukum di masyarakat, interaksi antara sistem hukum
yang ada di masyarakat, perubahan yang terjadi di
masyarakat dan pengaruhnya terhadap perkembangan
hukum.
Kondisi Kemajemukan di Masyarakat dan
Pluralisme Hukum

Kondisi pluralitas di masyarakat menuntut


pemahaman bahwa di dalam kemajemukan tersebut
perlu diberikan perhatian kepada persoalan:
“Bagaimanakah segala macam peraturan perundangan
beroperasi (bekerja) dalam masyarakat, yang berkaitan
dengan bagaimana masyarakat menjalankan legal
culture (budaya hukum)nya” ;
Lanjutan Kondisi ............. (2)

Budaya hukum adalah bagian dari kekuatan


sosial yang ada dalam masyarakat, yang memberi
masukan, menjadi penggerak dan selanjutnya
memberi output kepada sistem hukum
(Sulistyowati, 2000);

Kekuatan sosial secara terus menerus


mempengaruhi sistem hukum, kadang-kadang ia
merusak, memperbarui, memperkuat, atau
memilih untuk menampilkan segi-segi tertentu
(Friedman, 1975);
Lanjutan Kondisi ............. (3)

Bagaimana pun hukum berada dalam


masyarakat sehingga untuk mengetahui
beroperasinya hukum maka harus dilihat
bagaimana masyarakat menanggapi, menyikapi
atau memberikan interpretasi terhadap hukum,
yang akan tergantung pada apakah hukum
tersebut aspiratif dan akomodatif terhadap
kepentingan-kepentingannya;
Lanjutan Kondisi .......... (4)

Maraknya berbagai konflik di sejumlah daerah


menunjukkan bahwa selama ini masyarakat kurang
memiliki peluang untuk mendapatkan akses kepada
hukum dan keadilan sosial;

Banyak kasus hukum yang berpretensi memunculkan


konflik membutuhkan penjelasan secara sosiologis-
antropologis, di antaranya melalui pluralisme hukum;
Lanjutan Kondisi .......... (5)

 Signifikansi pluralisme hukum dalam konteks ini


adalah untuk menjelaskan situasi empirik di dalam
masyarakat di mana terdapat lebih dari satu sistem
hukum pada bidang sosial yang sama;

 Yaitu dengan memanfaatkan cara pandang


antropologi hukum yang melihat hukum sebagai
bagian dari kebudayaan yang memiliki kemampuan
sebagai alat kontrol sosial sehingga dapat dikatakan
bahwa setiap masyarakat memiliki cara
berhukumnya masing-masing (Ihromi, 1993).
Pluralisme Hukum Baru – Pluralisme Hukum dalam
Perspektif Global (Sulistyowati, 2012)

Pluralisme hukum pada masa awal (klasik) diartikan


sebagai ko-eksistensi antara berbagai sistem hukum
dalam lapangan sosial tertentu yang dikaji dan sangat
menonjolkan dikotomi antara hukum negara dan
berbagai macam hukum non-negara;
Pluralisme hukum baru dikaitkan dengan “hukum yang
bergerak” dalam ranah globalisasi, di mana hukum dari
berbagai penjuru dunia bergerak memasuki wilayah yang
tanpa batas sehingga terjadi persentuhan, interaksi,
kontestasi, dan saling adopsi yang kuat antara hukum
int’, nas, dan lokal;
Borderless state dan borderless law menjadi atributnya.
Lanjutan Pluralisme Hukum Baru..... (2)

Artinya: globalisasi adalah juga persebaran nilai, konsep,


dan hukum dari berbagai penjuru dunia menuju berbagai
penjuru dunia;
Globalisasi juga diiringi oleh proses glokalisasi di mana
nilai-nilai “lokal” (setting politik dan konteks) di bawa
dari satu tempat ke tempat lain;
Bagaimana hukum dari “luar” ketika masuk ke dalam
wilayah nasional?
a. Bisa jadi hukum int’ akan direproduksi walau mungkin
tetap dianggap sebagai hukum “asing”;
b. Bisa jadi hukum “asing” itu menjadi “hukum hibrida”
karena terlebur dan terserap sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam struktur hukum nasional
Lanjutan Pluralisme Hukum Baru ....(3)

Bagaimana tanggapan masyarakat di tingkat lokal?


Dalam situasi seperti ini latar belakang sosial dan
politik pada tingkat lokal sangat menentukan
bagaimana mereka menanggapi hukum dari “luar”:
a. Bisa terjadi kontestasi ;
b. Atau justru nilai-nilai lokal mengalami reframing,
reproduksi dalam kerangka penyesuaian diri
terhadap prinsip-prinsip hkm int’ tsb.
Lanjutan Pluralisme Hukum Baru ...... (4)

Dalam “globalisasi hukum” dapat dijumpai adanya


mobilitas aktor dan organisasi yang menjadi media bagi
lalu lintas bergeraknya hukum;
Contoh:
a. Buruh migran;
b. Pedagang, ekspatriat;
c. Diplomat;
d. NGO;
e. Multi national corporation;
f. Mereka yang dapat berhubungan dengan dunia luar
karena fasilitas internet.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai