Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TEORI DAN FILSAFAT HUKUM

“RESUME HASIL DISKUSI KELOMPOK TENTANG TRIANGULAR CONCEPT


OF LEGAL PLURALISM”

Nama : Hasriani Hamid


Nim : B012201022
Kelompok : IV
1) Hilmiah (B012201002)
2) Hasriani Hamid (B012201022)
3) Nur Asni Hasbullah (B012201023)
4) Fachri Muhammad B (B012201035)
5) Muhammad Fuad Azwar (B012201039)
6) Akbar Dwi Nugrah Fakhsirie (B012201049)

TRIANGULAR CONCEPT OF LEGAL PLURALISM

Di dunia Globalisasi sekarang ini diperlukan adanya pendekatan dalam teori


hukum yang termutakhir untuk menjawab segala realitas dunia globalisasi saat ini, oleh
karenanya lahirlah teori “Triangular Concept of Legal Pluralism” atau yang diartikan
seagai konsep segitiga pluralism hukum. Pluralisme hukum ini menyebabkan adanya
keberagaman dalam sistem hukum, sistem peradilan, hukum positif yang berlaku di
setiap daerah. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat, yang mana state/negara bagian
memiliki masing-masing sistem hukum, sistem peradilannya dll yang saling berbeda
satu sama lainnya antara negara bagian yang satu.
Hal ini juga dapat dijumpai pada kondisi hukum yang ada di Indonesia, yang mana
setiap daerah memiliki hukum local yang lebih dikenal dengan hukum adat, yang
notabene memiliki perbedaan yang significant dengan daerah lainnya di dalam NKRI.
Dengan adanya pluralism hukum ini, maka melahirkan keberagaman yang tentunya
tidak dapat dilihat hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja, seperti
pendekatan empiris dalam melihat pluralism yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini bisa menyebabkan adanya kekacauan, dan ketidakteraturan. Sehingga
lahirlah teori ini, yang menjadi jawaban atas permasalahan yang ada di era globalisasi
yang ditandai dengan adanya pluralism hukum. Teori ini menekankan pada
penggunaan secara proporsional dan serentak konsep yang menggabungkan antara
pendekatan-pendaekatan dalam hukum yakni.
1) Pendekatan Jurisprudential atau Kajian Normative Hukum;
2) Pendekatan Empiris atau Legal Empirical;
3) Pendekatan Filsufis.
Teori ini diperkenalkan sejak tahun 2000 dan dimodifikasi kembali pada tahun
2006 oleh Prof. Werner Menski,. Menski mengombinasikan secara interaktif antara teori
hukum alam modern, teori positive, dan teori empiris tersebut untuk membahas
pluralisme hukum yang merupakan realitas dunia global. Selain itu, Triangular Concept
of Legal Pluralism ini memperkuat konsep dari Friedman tentang teori legal system,
yaitu Legal Structure, Legal Substance, dan Legal Culture. Dalam hal unsur yang ketiga
yakni Legal Culture, yang sifatnya sangat pluralistic sehingga dengan konsep segitiga
Menski ini mampu menjelaskna fenomena pluralism hukum, yang merpakan suatu
relitas. Hukum merupakan fenomena global yang memiliki kesamaan di seluruh dunia,
yang mana terdiri atas:
1) Adanya nilai-nilai etis;
2) Adanya norma-norma social;
3) Adanya aturan-aturan yang dibuat oleh negara.
Adapun yang menjadi unsur dari Triangular Concept of Legal Pluralism oleh Prof.
Werner Menski, yakni terdiri atas:
1) Masyarakat (to the triangle of society);
2) Negara (to the triangle of state);
3) Dunia Nilai/Etika/Moral (to the realm of values and etchics)
Dari uraian tersebut, maka terlihat bahwasanya Prof. Werner Menski menjadikan
tipe hukum idealnya yakni the holy grail of all law, yang merupakan tipe hukum yang
mengambarkan secara optimal jalinan interaksi yang harmonis diantara tiga kompenen
utama, yaitu nilai-nilai etika, norma social dan hukum buatan negara menjadi satu
kesatuan. Lebih lanjut, bahwa Prof. Werner Menski juga mengumpamakan hukum
bagaikan sebuah pohon yang setiap bagiannya saling menunjang satu sama lainnya
sehingga tidak boleh ada bagian yang terpisahkan dalam satu kesatuan tersebut. Yang
mana dalam hal ini akar dari pohon tersebut diartikan sebagai hukum yang ada di
masyarakat dan nilai-nilai kulturnya), dan batang pohonnya yakni diartikan sebagai
hukum posif, adapun yang menjadi ranting dalam pohon terseut yakni nila-nila moral,
agama dan etika.
Oleh karena itu, dalam menghadapi permasalahan hukum sekarang ini harus
dipandang secara holistic atau menyeluruh dengan menggunakan konsep segitiga
terhadap pluralisme hukum yang menitikberatkan pada penggunaan secara serentak
pendekatan dalam hukum, bukan sebaliknya yakni hanya secara parsial. Hal ini
dikarenakan pluralisme hukum merupakan suatu realitas yang tidak terelakkan adanya,

Sumber
1. Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Jurisprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2009, hlm 184-201;
2. Muhammad Nizar Kherid dan Fifiana Wisnaeni, Pluralism Justice System Dalam
Penyelesaian Masalah Kebebasan Beragama, Masalah-Masalah Hukum Jurnal,
Vol 48, No 4, Oktober 2019, hlm 388;
3. Muldri Pudamo James Pasaribu dan Ningrum Natasya Sirait, Triangular concept
of legal pluralism in the establishment of consumer protection law, E3S Web of
Conferences 52, CSSPO 2018 00032 (2018) , hlm 4
4. W. Menski, Perbandingan hukum dalam konteks global: Sistem Eropa, Asia dan
Afrika, Translated by M. Khozim, p. 228-242 (Nusamedia, Bandung, 2008)

Anda mungkin juga menyukai