NORHALIFAH
2013180072
Menurut ajaran ini kaidah hukum adalah hasil dari titah
langsung berasal dari Tuhan.Oleh karena itu, ajaran ini
mengakui adanya suatu hukum yang benar dan abadi, sesuai
dengan ukuran kodrat, serta selaras dengan alam.Dicurahkan
kedalam jiwa manusia untuk memerintahkan agar setiap
orang melakukan kewajibannya dan melarang supaya setiap
orang tidak melakukan kejahatan.Hukum tersebut tidak
dapat dihapuskan oleh perwakilan rakyat, bahkan rakyat
sekalipun.Menguasai seluruh tempat dan masa, meminjam
i s t i l a h C i c e r e , " Tu h a n y a n g m e n e t a p k a n d a n
mengeluarkannya."3
3 Amir Syamsuddin, Penemuan Hukum ataukah Prilaku Chaos?, dalam Opini harian Kompas, Sabtu, 5 Januari 2008, h. 8.
Munculnya aliran sejarah setidaknya dilatar belakangi
oleh tiga hal:4
1. Rasionalisme abad XVIII yang didasarkan pada hukum
alam yang dipandang tidak memperhatikan fakta
sejarah.
2. Semangat Revolusi Perancis yang menentang tradisi
dan lebih mengutamakan rasio.
3. Adanya larangan penafsiran oleh hakim karena
undang-undang dipandang telah dapat memecahkan
semua masalah hukum.
4 Ibid, Hal.9
Realisme hukum berasal dari pengaruh
pemikiran modern yang berkembang di
Amerika dan di Skandinavia.Realisme
hukum pada dasarnya merupakan aliran
yang meninggalkan pembicaraan mengenai
hukum yang abstrak. Realisme hukum
lebih menitikberatkan pada kajian
tehadap pekerjaan-pekerjaan hukum yang
praktis dalam menyelesaikan problem-
problem dalam masyarakat.5
5 Amir mu’allim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press,
1999), h. 92.
1. Hendaknya konsepsi hukum itu menyinggung hukum yang berubah-ubah
dan hukum yang diciptakan pengadilan.
2. Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan sosial tertentu.
3. Masyarakat berubah lebih cepat daripada Hukum, dan oleh karena itu
selalu ada kebutuhan untuk menyelidiki bagaimana hukum itu menghadapi
problem-problem sosial yang ada.6
4. Untuk studi dipisahkan antara yang ada dan yang seharusnya.
5. Tidak mempercayai bahwa peraturan-peraturan dan konsp-konsep hukum
itu sudah mencukupi untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan
pengadilan.
6. Menolak peraturan hukum sebagai faktor utama dalam pengambilan
keputusan.
7. Mempelajari hukum hendaknya dalam lingkup yang lebih sempit sehingga
lebih nyata.
8. Hendaknya hukum itu dinilai dari efektifitasnya dan kemanfaatannya.
6 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 30.
Mazhab Imperatif di pelopori oleh John Austin. Hukum
meunurut Austin adalah perintah dari penguasa yang
berdaulat. Hukum yang berlaku menurut aliran ini adalah
peraturan bagi perilaku manusia yang berlaku umum,
dan berasal dari golongan yang secara politis
berkedudukan lebih tinggi, untuk golongan yang
statusnya lebih rendah. Suatu perintah itu ada kalau da
person tertentu yang mengeluarkan perintah itu . Ini
berarti bahwa hukum yang berlaku pada suatu Negara
adalah perintah dari penguasa Negara yang berdaulat,
dimana para penguasa itu sendiri atas sejumlah person
dalam negara tersebut.7
9 Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Gramedia, Jakarta, 1987.
Hal. 87-88
Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum
yang beranggapan bahwa teori hukum itu hanya
bersangkut-paut dengan hukum positif saja, dan
merupakan perintah penguasa yang berdaulat. Ilmu hukum
tidak membahas apakah hukum positif itu baik atau buruk,
dan efektivitasnya hukum dalam masyarakat.10
Kebaikan aliran ini adalah adanya kepastian hukum itu
sendiri. Kekurangan dari aliran ini yaitu bertentangan
dengan aliran hukum alam mengenai keadilan mutlak,
tidak memperhatikan apakah hukum itu baik atau buruk,
diterima atau tidak oleh masyarakat, dan lebih
berlandaskan kekuasaan dari penguasa.
10 Hans Kelsen. Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif. Nusa Media. Bandung.
2011. Hal. 42
Bahwa kehendak bersama dari rakyat (volente
generala) merupakan kekuasaan tertinggi, dan
undang-undang merupakan pernyataan kehendak
yang satu-satunya menjadi sumber hukum.
Te o r i - t e o r i M O N T E S Q U I E U d a n R O U S S E A U ,
demikian pula apa yang diungkapkan Aliran Legisme,
terdapat kesamaan pandangan bahwa kedudukan
pengadilan adalah pasif sifatnya, artinya menurut
mereka hakim hanyalah mulut undang-undang yang
harus menjalankan tugas pelaksanaannya sesuai
dengan apa yang tercantum dalam diktum-diktum
undang-undang tersebut.11
11 Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan : Tantangan Warga Negara Milenial Menghadapi Revolusi,
Deepublish, Yogyakarta, 2019. Hal. 51
a. Yurisprudensi Feminis (Feminist Jurisprudence)
i. Ajaran pokok: Melihat hukum dari perspektif gender untuk
mengungkap dan mengatasi ketidakadilan gender dalam sistem
hukum.
ii. Kontribusi: Yurisprudensi feminis menyoroti ketidaksetaraan
gender dalam hukum dan mendorong reformasi hukum untuk
mencapai kesetaraan gender.12
b. Studi Hukum Kritis (Critical Legal Studies)
i. Ajaran pokok: Memandang hukum sebagai alat kekuasaan yang
digunakan untuk mempertahankan ketidaksetaraan sosial dan
politik.
ii. Kontribusi: Studi hukum kritis menantang asumsi-asumsi
dominan tentang keadilan hukum dan mendorong untuk
transformasi hukum yang lebih progresif.