Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NASRULLAH

NIM : 170211050161

HADIST TENTANG RUJUK

‫ﱔ َﺎﺋ ٌِﺾ‬ َ ِ ‫َﺪَ ﺛَﻨ َﺎ اﻟﻘ َﻌْﻨ َِﱯ ﻋَﻦْ ﻣَﺎ ِ ﻋَﻦْ َ ﻓِﻊ ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﷲ ا ﻦ ُﲻَﺮ اَﻧ ُﻪ ﻃَ ﻠ َﻖ اِ ﻣ َْﺮﺗ َ ُﻪ َو‬
ُ‫ ﻓ ََﺴ لَ ُﲻ َُﺮ ا ْﻦُ اﳋَﻄ ِﺎب ر َُﺳﻮلَ ﷲِ ﻋَﻦْ ذَ ِ َ ﻓ َﻘ َﺎلَ ر َُﺳ ْﻮل‬.‫ﲆ َﻋﻬْﺪِ ر َُﺳ ْﻮلِ ﷲِ ﺻﻠﻌﻢ‬
َ‫ ُﰒ ﻟﯿُﻤْ ِﺴﻜْ ﻬَﺎ ﺣَﱴ ﺗ َﻄْ ﻬ َُﺮ ﰒ َﲢ َِﯿْﺾ ﰒ ﺗ َﻄْ ﻬ َُﺮ ﰒ اِنْ ﺷَ َﺎء َاﻣ ِْﺴ ْﻚ ﺑ َﻌْﺪ‬,‫ﷲِ ﻣ ُْﺮﻩ ُ ﻓ َﻠ ُْﲑَاﺟِ ْﻌﻬَﺎ‬
‫ ﻓ َِ ْ َ اﻟﻌِﺪ ُة اﻟﱵ ﻣ ََﺮ ﷲ ُاَنْ ﺗُﻄَ ﻠ ّ َِﻖ ﻟ َ ﻬَﺎ اﻟ َِّﺴ َﺎء‬,‫ذَ ِ َ َ ِوا نْ ﺷَ َﺎء ﻃَ ﻠ ّ ِْﻖ ﻗ َْ َﻞ نْ ﯾ َﻤَﺲ‬
Al-Qa’nabi bercerita kepada kami dari Malik dari Nafi’ dari Abdillah ibnu Umar, bahwa beliau
mentalak istrinya sedang dia dalam keadaan datang bulan dimasa Rasul SAW. kemudian Umar
Ibnu Al-Khattab menanyakan hal itu pada Rasul SAW, lalu Rasul bersabda: temui dia! Kemudian
suruh merujuk kembali, kemudian biarkan istrinya sampai masa suci, kemudian menjalani masa
haid, lalu masa suci, setelah itu jika ia mau, maka setelah itu, biarkan dia tetap menjadi istrinya,
dan jika ia mau boleh mentalak sebelum digauli. Masa iddah inicmerupakan perintah Allah SWT.
Jika mentalak istri-istrinya. (H. R. Abu Daud)

1. KAJIANSANAD
Hadits ini adalah hadits shohih dan sanadnya muttashil, dan rawinya tsiqqah.

2. BIOGRAFI PERAWI
a. Abdullah Bin Umar
Nama lengkapnya adalah Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab Al-Quraisyi Al-Adawi Abu
Abdurrahman Al-Makki Al-Madani. Beliau dilahirkan sebelum Nabi diutus menjadi Rasul.
Beliau masuk islam ketika kecil. Ada yang mengatakan beliau telah memeluk islam sebelum
ayahnya masuk islam, kemudian hijrah ke Madinah. Pada perang Uhud sempat ditolak untuk ikut
perang, karena masih belia, yaitu umur 14 tahun. Selanjutnya, mulai perang Khandaq dan perang
seterusnya, beliau selalu ikut serta.
Beliau menerima hadits Nabi melalui ayahnya, pamannya (Zaid bin Khattab), saudara
perempuannya (Siti Khafshoh), Abu Bakr, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa’id, Zaid bin
Tsabit, Shuhaib, Ibnu Mas’ud, Aisyah, Rafi’ Ibnu Khadij, dan lainnya. Orang-orang yang
menerima riwayat darinya antara lain: anaknya, Bilal, Zaid, Hamzah, Salim, Ubaidillah, Umar,
cucu dari anak laki-lakinya, Abu Bakr bin Ubaidillah, Muhammad bin Zaid, Nafi’ budaknya, As
Salam budak Umar, Abu Salamah, Ibnu Abdurrahman, dan lain-lain. Kemudian dari beliau
diriwayatkan oleh Nafi’ Muslim bin Jundub, Abu Mutsanna Muslim, Muslim bin Abu Maryam,
Muslim bin Yannaq, Mus’ab bin Said bin Alwaqqash, Al-Muthalib bin Abdullah bin Hanthab,
Mu’awiyah bin Qurrah, Maghra bin Al-Abdi, Mughits bin Sumai, Mughits Al-Hajazi, Mughirah
bin Salman.
Hadis yang diriwayatkan hampir menyamai jumlah hadits yang riwayatkan oleh Abu
NAMA : NASRULLAH
NIM : 170211050161

Hurairah, yaitu 2630 hadits. Beliau ini termasuk salah seorang al-Abadalah, yaitu sebutan bagi
orang yang dipanggil Abdullah, yakni tiga yang masyhur dengan fatwanya, yaitu Abdullah Ibnu
Abbas, Abdullah Ibnu Mas’ud.
Para sahabat berpendapat mengenai Abdullah Ibnu Umar:
Jabir: “Tidak ada seorang pun yang aku ketahui tentang dunia dan ia cendrung kepadanya,
kecuali Ibnu Umar”.
Khafsah: “Aku mendengar Nabi SAW. bersabda bahwa Ibnu Umar adalah seorang pemuda
Quraisy yang banyak mengetahui tentang dunianya. Juga Abdullah adalah seorang pemuda yang
shalih”. Seperti halnya terdapat pada kitab Fadhail Ashab An-Nabi tentang manakib Abdullah
Ibnu Umar.
Ibnu Musayyab: “Ia meninggal ketika ketika di bumi ini, tidak ada seorang pun yang mencintai
pertemuan dengan Allah karena amalnya kecuali Ibnu Umar”.
Menurut Ibnu Zubair beliau meninggal pada usia 73 tahun, sedangkan menurut As’ad ia
meninggal pada tahun 74 H. Beliau dimakamkan di Badiy Thawy pada pemakaman kaum
Muhajirin.

b. Nafi’
Abu Abdillah Nafi’ hamba sahaya Umar Al-Madaniy. Beliau berdomisili di Madinah, dan
wafat di sana pada tahun 117 H. Nafi’ termasuk dalam kalangan al-wasthi al-tabi’in.
Adapun beliau meriwayatkan hadits dari beberapa orang, diantaranya adalah, Aslam hamba
sahaya Umar, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Hunain, dan lainnya. Sedangkan orang yang
meriwayatkan hadits dari beliau, diantaranya adalah Abban bin Thariq, Ibrahim bin Said, Malik
bin Anas, dan lainnya.
Tentang kualitas beliau dalam periwayatan hadits, tidak diragukan lagi ketsiqqahannya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Yahya bin Mu’in, al-‘Ajli, an-Nasa’i, Ahmad bin Shalih.

c. Malik
Abu Abdillah Malik bin Anas bin Abi Amir al-Asbihi al-Humaiari. Beliau termasuk
diantara golongan kibar al-tabi’in, dan bermukim di Madinah serta wafat di Madinah juga pada
tahun 179 H.
Guru-guru beliau adalah Ibrahim bin Uqbah, Abu Bakr bin Umar, Nafi’, dan lainnya.
Sementara murid-murid beliau adalah Ibrahim bin Umar, Ahmad bin Ismail, Malik bin Anas, dan
lainnya.Dalam periwayatan hadits, menurut Imam Syafi’i, beliau orang yang paling unggul untuk
kemantapan haditsnya, serta dapat dijadikan hujjah. Imam Ahmad mengatakan, bahwa beliau
adalah orang yang mantap dalam segala hal, dan tidak diragukan lagi hafalannya. Berikut pula
menurut Muhammad bin Sa’ad, an-Nasa’i, dan Yahya bin Mu’in, beliau adalah rawi tsiqqah.

d. Abdullah bin Maslamah


Abu Abdirrahman Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab al-Qa’nabi al-Haritsi. Beliau
bertempat tinggal di Madinah, dan wafat di Basrah pada tahun 221 H. Beliau termasuk dalam
NAMA : NASRULLAH
NIM : 170211050161

periode shughra al-atba’. Diantara orang-orang yang diriwayatkan haditsnya oleh beliau adalah
Aflah bin Humaid, Anas bin ‘Iyadl, Malik bin Anas, dan lainnya. Sedangkan orang yang
memperoleh hadits dari beliau diantaranya adalah, Ahmad bin al-Hasan, Amr bin Manshur,
Muhammad bin Ali, dan lainnnya. Kapabilitas serta kredibelitas beliau dalam periwayatan hadits
sudah dipastikan tsiqqah dan amanah, menurut mendapat para ulama hadits, diantaranya, Yahya
bin Ma’in, Abu Hatim Al-Razi, Ibnu Hibban.

3. SYARAH HADITS
Hadist diatas berawal dari kisah abdullah bin umar yang menceraikan istrinya yaitu
Aminah binti Ghiffar al-Nawwar di waktu haid kemudian oleh ayahnya yaitu umar bin khattab
hal itu dalaporkan kepada rasulllah. Reaksi rasul ketika mendengar cerita umar adalah
menyuruhnya untuk memerintahkan pada anaknya agar merujuk istrinya dan menunggu sampai
dua kali suci dan satu kali haid jika memeng ingin mencerikannya atau meneruskan
perkawinannya.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwsasannya mentalak istri dalam
keadaan haidh adalah dilarang oleh agama atau syariat, hal tersebut biasa dibuktikan dengan
perintah rasulullah yang menyuruh abdullah bin umar via umar bin khattab u nti\uk merujuk
istrinya yang notabene ia cereikan dimasa haid.
Hadist tersebut secara eksplisit menyinggung tentang pelaksanaan rujuk sebagaimana yng
disinggung oleh taqiyuddin abu bakar dalam kifayatul akhyar bahwa hadist di atas menjadi
rujukan dan dasar tentang pensayariatan rujuk.
Sedangkan menurut As-Syafi'i bahwa tenggang waktu yang di tentukan dalam hadist di
atas itu adalah merupakan manifestasi dali nash al-Qur'an yamnh berbunyi tiga kali sucian
sebagaiman yang dikutib oleh At-Thahawi. Lebih lanjut menurut As-Syafi'i bahwa filosofis dari
penentuan itu adalah untuk mengetahui keadaan rahim sang istri.

Anda mungkin juga menyukai